Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Nugraheni Rositawati
"Telah dilakukan pembuatan keramik Ba0,5Sr0,5TiO3 dengan metode "Mechanosynthesis powder". Bubuk BaCO3, SrCO3 dan TiO2 digunakan sebagai material dasar. Bubuk dicampur dan dimilling selama 4 jam kemudian dikalsinasi pada 1100°C selama 4 jam menghasilkan fase tunggal Ba0,5Sr0,5TiO3 yang diketahui dari XRD. Bubuk Ba0,5Sr0,5TiO3 dipress menjadi pellet dengan tekanan 4 ton/cm2 kemudian disinterring pada 1200°C dan 1300°C selama 1-3 jam. Salah satu sampel yang disintering pada 1200°C 2 jam diannealing pada 900°C selama 1, 2 dan 4 jam. SEM digunakan untuk mengetahui ukuran, bentuk dan distribusi butir serta software ZsimpWin digunakan untuk mengetahui rangkaian listrik ekivalen, nilai resistansi R dan kapasitansi C. Waktu sintering yang semakin lama akan menghasilkan butir yang cenderung semakin besar serta menurunkan nilai R dan C butir dan batas butir. Waktu annealing yang semakin lama akan menghasilkan butir yang cenderung semakin kecil dan homogen serta menaikkan nilai resistansi R dan kapasitansi C butir dan batas butir.

Preparation of Ba0,5Sr0,5TiO3 ceramic has been done by Mechanosynthesis powder method. BaCO3, SrCO3 dan TiO2 powder was used as raw materials. The powder was mixed and milled for 4 hours then calcined at 1100°C for 4 hours resulting single fase Ba0,5Sr0,5TiO3 confirmed by XRD. Ba0,5Sr0,5TiO3 powder was pressed to form pellet at 4 ton/cm2 then sintered at 1200°C and 1300°C for 1-3 hours. One of the 1200°C 2 hours sintered sample was annealed at 900°C for 1, 2 and 4 hours. SEM was employed to observe the size, morphology and distribution of grain and ZsimWin software was employed to know the equivalent circuit, value of resistance R and capacitance C. It is seems that with longer sintering time, the grain size increases and the values of R and C for both grain and grain boundary contribution decrease. However after annealing their values increase due to decreasing in grain size."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariq Fakhri
"Aluminium adalah sebuah logam ringan dan ulet yang memiliki kegunaan terbanyak kedua di dunia industri setelah besi dan baja. Salah satu paduan aluminium yang memiliki aplikasi luas adalah Al-Mg-Si yang termasuk ke dalam seri aluminium 6xxx. Peningkatan kekuatan paduan AlMg-Si dapat dilakukan melalui perlakuan penuaan dan pengerjaan panas, dimana kedua proses tersebut dapat digabungkan sehingga menghasilkan perlakuan yang disebut perlakuan panas T5. Penelitian ini menggabungkan metode canai panas yang dilakukan saat perlakuan pelarutan kemudian diikuti dengan penuaan pada paduan Al-1,01Mg-0,58Si (% berat) yang dihasilkan lewat proses squeeze casting. Pencanaian panas dilakukan pada temperatur 400, 475, dan 550 °C dengan persen deformasi sebesar 10 %, sementara itu penuaan buatan dilakukan pada temperatur 180 °C selama 0-200 jam. Karakterisasi meliputi pengujian komposisi kimia, pengujian kekerasan, pengamatan metalografi dan SEM – EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy), serta pengujian XRD (X-Ray Diffraction). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan temperatur pemanasan atau laku pelarutan meningkatkan pelarutan fasa kedua, mempercepat peristiwa rekristalisasi dinamis, serta memicu respons penuaan yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan fenomena yang terjadi, pada kondisi setelah pencelupan cepat, paduan Al yang diberikan pencanaian panas pada temperatur 400 dan 475 °C mengalami peristiwa pemulihan, sementara pada 550 °C sudah terjadi rekristalisasi. Selanjutnya pada kondisi setelah penuaan, paduan Al hasil pencanaian panas pada temperatur 550 °C yang diikuti penuaan pada temperatur 180 °C selama 8 jam menghasilkan kekerasan yang paling tinggi diantara perlakuan lainnya.

Aluminum is a light and ductile metal which has the second most uses in industrial world after iron and steel. One aluminum alloy that has wide application is Al-Mg-Si which belongs to the aluminum 6xxx series. Increasing the strength of Al-Mg-Si alloys can be done through ageing treatment and hot working, which can be combined to produce T5 heat treatment. This research combined hot rolling with solution treatment followed by ageing, which was applied on Al-1.01Mg-0.58Si (Wt. %) alloy produced through the squeeze casting process. The temperatures of hot rolling were varied to 400, 475, and 550 °C with a percent deformation of 10 %, meanwhile artificial ageing was carried out at 180 °C for 0-200 hours. The characterization included chemical composition testing, hardness testing, metallographic observation by optical microscope and SEM-EDS (Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive Spectroscopy), as well as XRD (X-Ray Diffraction) testing. The results showed that an increased in heating or solution treatment temperature increased the dissolution of the second phase into the matrix, accelerate dynamic recrystallization event, and trigger a better ageing response. This is showed by phenomenon that occurred, on the as-quenched condition, only recovery occurred to alloy that was given hot rolling at temperature of 400 and 475 °C, while at 550 °C the recrystallization occurred. On the as-aged condition, the alloy that was given hot rolling at 550 °C followed by ageing at 180 °C for 8 hours exhibits a higher hardness than other treatments."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aurelly Andharatasya Ardama
"Proses dissimilar welding dapat menguntungkan biaya operasional pada berbagai industri namun memiliki kelemahan karena timbulnya tegangan sisa dan fenomena weld decay pada material. Untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan metode proses perlakuan panas pasca pengelasan atau post-weld heat treatment menggunakan temperatur yang berbeda pada tiap logam yang disebut sebagai PWHT terkontrol. Pada penelitian ini, akan diamati pengaruh PWHT terkontrol terhadap distribusi nilai kekerasan, struktur mikro, dan korosi batas butir pada sambungan las dissimilar baja tahan karat TP 304 dengan baja tahan panas P.11 yang dilas menggunakan metode gas tungsten arc welding (GTAW). Pengujian yang dilakukan pada daerah penyambungan meliputi pengujian hardness vickers, pengujian metalografi, dan pengujian ASTM A262 practice E. Hasil dan analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa PWHT terkontrol mampu mencegah terjadinya fenomena weld decay pada baja tahan karat TP 304. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian dimana PWHT terkontrol mampu menstabilkan distribusi kekerasan, mencegah pembentukan presipitasi karbida pada batas butir, dan proses difusi antar logam.

Dissimilar welding offers operational cost benefits across various industries but is hindered by residual stress and weld decay phenomena. To mitigate these issues, a method known as controlled post-weld heat treatment (PWHT) has been developed, utilizing different temperatures for each metal. This study investigates the impact of controlled PWHT on hardness distribution, microstructure, and intergranular corrosion in dissimilar weld joints of TP 304 stainless steel and P.11 heat-resistant steel, joined using the gas tungsten arc welding (GTAW) technique. The welded joints were subjected to Vickers hardness testing, metallographic analysis, and ASTM A262 practice E testing. The results indicate that controlled PWHT effectively prevents weld decay in TP 304 stainless steel. This is evidenced by the stabilization of hardness distribution, inhibition of carbide precipitation at grain boundaries, and enhanced diffusion between the metals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library