Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Balai Pustaka, 1983
791.539 2 SEK p ;791.539 2 SEK p (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
GS 30-SJ.11
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini menceritakan tentang sejarah Banyumas. Pemilik naskah adalah Raden Danubrama; sedangkan penulisnya adalah Ki Demang Surapeksana. Naskah ini kemungkinan ditulis oleh 2 orang yang berbeda karena terlihat dari jenis tulisan pada halaman 1-69 dan 70-120.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
GS 22-SJ.8
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Santoso
Abstrak :
[ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan media sosial membawa banyak perubahan. Dengan karakternya yang berbeda dengan media lama, media sosial membuka banyak kemungkinan, termasuk bagi representasi identitas lokal. Seperti komunitas Banyumas, mereka menjadikan media sosial sebagai ruang baru untuk menunjukkan identitasnya. Sebuah pertanyaan mengemuka, apakah kehadiran media sosial yang berkarakter global akan melemahkan identitas lokal, atau sebaliknya justru memperkuatnya.Penelitian ini mencoba melihat transformasi identitas komunitas Banyumas dari ranah offline ke online, dengan melihat bagaimana realitas kontemporer praktik kebahasaan orang Banyumas dalam kehidupan sehari-hari dan di media sosial. Pengamatan praktik kebahasaan di media sosial dikhususkan pada pesan-pesan terpilih di blog, Twitter, dan Facebook. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori Pierre Bourdieu yang melihat identitas sebagai sebuah kontestasi dalam sebuah ranah dinamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter dasar orang Banyumas seperti cablaka, penjorangan, dan dopokan, tergambar kuat dalam berbagai pesan di media sosial. Uniknya, pesan-pesan ini banyak yang ditampilkan secara kreatif, sebagai bentuk adaptasi karakter media sosial. Sebagai sebuah kontestasi, representasi identitas lokal dipengaruhi oleh relasi antara ranah, habitus, dan modal. Ranah menunjukkan setting media sosial itu sendiri. Sedangkan habitus ditunjukkan oleh kecenderungan yang berbeda di antara para pengguna Banyumas dengan latar belakang yang beragam. Sementara modal, ditandai kepemilikan modal yang berbeda, baik yang berupa modal sosial, budaya, simbolik, maupun modal ekonomi. Secara teoritis, hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan nilai dan kekuatan modal, antara realitas offline dan online. Jika di ranah online, modal ekonomi menjadi dominan perannya, maka di ranah online, modal simbolik lebih berperan. Secara praktis, hasil penelitan ini menumbuhkan optimisme bahwa identitas lokal akan terus bertahan, bahkan menguat, di era media sosial.;
ABSTRACT
The rapid growth of social media brings many changes. Distinguishing characters with the old one, social media opens many possibilities, including the representation of local identity. For instance, Banyumas community uses social media as a new space to show their identity. A question arose whether the presence of social media which has global character may weaken or strengthen their local identities instead. This study tries to figure out the transformation of identity of Banyumas community from offline to online field, by paying more attention on how the contemporary reality of Banyumas people‟s linguistic practices in their daily life and in social media is. The Observation on linguistic practices in social media particularly focuses on the selected messages available in blogs, Twitter, and Facebook. The analyses were conducted using Pierre Bourdieu theories that viewed identity as a contestation within a dynamic field. The results showed that the basic characters of the Banyumas people, such as cablaka, penjorangan, and dopokan, were strongly reflected in various messages available in social media. These messages were uniquely displayed in creative ways, as forms of character adaptation in social media. As contestation, the representation of local identity was influenced by the relationship between field, habitus, and capitals. Field showed the setting of social media itself. Habitus were shown by the different tendencies among users of Banyumas with different backgrounds. Capitals were marked by the possession of different capitals, either in the form of social, cultural, symbolic, or economic capital. Theoretically, the results of this study showed differences in values and capital powers, between offline and online reality. If in online field, the economic capital had the dominant roles, the symbolic capital had more roles. Practically, the results of this study grow optimism that local identity will surely survive and even be stronger in the era of social media.;The rapid growth of social media brings many changes. Distinguishing characters with the old one, social media opens many possibilities, including the representation of local identity. For instance, Banyumas community uses social media as a new space to show their identity. A question arose whether the presence of social media which has global character may weaken or strengthen their local identities instead. This study tries to figure out the transformation of identity of Banyumas community from offline to online field, by paying more attention on how the contemporary reality of Banyumas people‟s linguistic practices in their daily life and in social media is. The Observation on linguistic practices in social media particularly focuses on the selected messages available in blogs, Twitter, and Facebook. The analyses were conducted using Pierre Bourdieu theories that viewed identity as a contestation within a dynamic field. The results showed that the basic characters of the Banyumas people, such as cablaka, penjorangan, and dopokan, were strongly reflected in various messages available in social media. These messages were uniquely displayed in creative ways, as forms of character adaptation in social media. As contestation, the representation of local identity was influenced by the relationship between field, habitus, and capitals. Field showed the setting of social media itself. Habitus were shown by the different tendencies among users of Banyumas with different backgrounds. Capitals were marked by the possession of different capitals, either in the form of social, cultural, symbolic, or economic capital. Theoretically, the results of this study showed differences in values and capital powers, between offline and online reality. If in online field, the economic capital had the dominant roles, the symbolic capital had more roles. Practically, the results of this study grow optimism that local identity will surely survive and even be stronger in the era of social media., The rapid growth of social media brings many changes. Distinguishing characters with the old one, social media opens many possibilities, including the representation of local identity. For instance, Banyumas community uses social media as a new space to show their identity. A question arose whether the presence of social media which has global character may weaken or strengthen their local identities instead. This study tries to figure out the transformation of identity of Banyumas community from offline to online field, by paying more attention on how the contemporary reality of Banyumas people‟s linguistic practices in their daily life and in social media is. The Observation on linguistic practices in social media particularly focuses on the selected messages available in blogs, Twitter, and Facebook. The analyses were conducted using Pierre Bourdieu theories that viewed identity as a contestation within a dynamic field. The results showed that the basic characters of the Banyumas people, such as cablaka, penjorangan, and dopokan, were strongly reflected in various messages available in social media. These messages were uniquely displayed in creative ways, as forms of character adaptation in social media. As contestation, the representation of local identity was influenced by the relationship between field, habitus, and capitals. Field showed the setting of social media itself. Habitus were shown by the different tendencies among users of Banyumas with different backgrounds. Capitals were marked by the possession of different capitals, either in the form of social, cultural, symbolic, or economic capital. Theoretically, the results of this study showed differences in values and capital powers, between offline and online reality. If in online field, the economic capital had the dominant roles, the symbolic capital had more roles. Practically, the results of this study grow optimism that local identity will surely survive and even be stronger in the era of social media.]
2015
D2104
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Aprilia
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji naskah Cariyos Dhusun Kutha Liman Boten Kenging Kalebetan Priyantun (selanjutnya disingkat: CDKL). CDKL merupakan naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode koleksi NB 1075. Selain memuat mitos mengenai larangan, dalam teks CDKL juga terdapat cerita mengenai asal usul Desa Kutaliman. Berdasarkan hal tersebut, didapati masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana Desa Kutaliman diasumsikan sebagai desa larangan yang disampaikan dalam teks CDKL? Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif larangan serta realitas sosial masyarakat Desa Kutaliman yang dikemukakan teks CDKL. Penelitian ini hanya berdasarkan pada satu naskah yaitu naskah CDKL dan dilakukannya langkah kerja filologi yang meliputi inventarisasi naskah; deskripsi naskah; dan suntingan teks. Untuk mengetahui isi teks dikaji dengan mengacu pada klasifikasi Motif Indeks Stith Thompson (1946). Klasifikasi motif cerita dalam teks CDKL bertujuan untuk membantu mendeskripsikan ragam motif cerita yang digunakan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa teks CDKL memiliki dua motif cerita sebagai penanda mitos larangan di Desa Kutaliman yaitu B221.4 Land of Elephants dan C900 Punishment for Breaking Taboo. Keberadaan mitos mengenai dilarangnya aparatur sipil untuk mengunjungi Desa Kutaliman merupakan bentuk dari pemanfaatan potensi lingkungan Desa Kutaliman oleh masyarakatnya. ......This study examines the script of Cariyos Dhusun Kutha Liman Boten Kenging Kalebetan Priyantun (next abbreviated: CDKL). CDKL is a collection manuscript of the National Library of the Republic of Indonesia with collection code NB 1075. In addition to carrying myths about the ban, in the CDKL text there is also a story about the origin of the village of Kutaliman. Based on that, the main problem found in this study is how the Kutaliman Village is assumed as the forbidden village presented in the CDKL text? Therefore, this study aims to find out the motives of the prohibition as well as the social reality of the village community I put forward the text CDKL. This research is based only on one manuscript is the manuscript CDKL and carried out philological work steps that include inventory of manuscript; manuscript descriptions; and editing of text. To find out the content of the text studied by reference to the Stith Thompson Index Motive Classification (1946). The classification of story motifs in the CDKL text aims to help describe the variety of story motives used. The results of the research showed that the CDKL text had two narrative motifs as a marker of the myth forbidden in the village of Kutaliman: B221.4 Land of Elephants and C900 Punishment for Breaking Taboo. The existence of the myth about the prohibition of civilian equipment to visit Kutaliman Village is a form of the potential exploitation of the Kutaliman village environment by its people.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Langgeng Abimanyu
Abstrak :
The location of Cilongok subdistrict, which is under Banyumas Regency, is quite far from the area of the spread of Sunda ethnic group. However, in Cilongok subdistrict there are names of villages that originated fromSundanese name, such as Cikidang, Cilongok, and Cipete. “Ci”, which means water or river, is a Sundanese generic name that becomes the characteristic of toponym. In addition, there are facts that indicate there were ethnic migrations. In a number of areasin West Java there are places that have the same names with that of in Banten. The purpose of this research is to describe characteristics of village toponyms in Sub Cilongok and to find out the factors that influence the characteristics. Using spatial approach, this qualitative research studied 20 villages located in Cilongok sub-district. The data were collected from library research, observations, interviews, and related documents.The data were examined using spatial pattern analysis. The results of this study indicate that the village toponyms in Cilongok sub-district were influenced by physico-natural, physico-artificial, and non physico-artificial phenomena. The village toponyms in Cilongok sub-district is the result of assimilation of Sundanese and Javanese cultures.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2018
400 JANTRA 13:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Nugroho Hadi
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi bakteri lokal dari tanah marjinal dari KabupatenBanyumas dan untuk melihat tingkat pertumbuhannya pada media yang mengandung buprofezin 0 ppm, 5 ppm,10 ppm dan 15 ppm. Bakteri diisolasi dari empat sampel tanah dari tanah marginal Desa Srowot, Desa Karangrao,Desa Tanggeran, dan Desa Pagaralang di Kabupaten Banyumas. Populasi bakteri dan koloni makromorfologidiamati untuk menentukan koloni bakteri dominan. Bakteri dominan ditanam pada media NB selama 26 jam untukmelihat kurva pertumbuhan. Bakteri dengan kurva pertumbuhan terbaik kemudian diinkubasi pada media NB yangmengandung buprofezin 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, dan 15 ppm untuk melihat laju pertumbuhan selanjutnya. Variabelyang diamati adalah populasi bakteri tanah, karakter makromorfologi bakteri, laju pertumbuhan bakteri pada mediatanpa pestisida, dan laju pertumbuhan bakteri pada media mengandung buprofezin. Dalam penelitian ini, empatkoloni bakteri dominan, yaitu, SR2, KR1, TG4, dan PA11 diisolasi dari 26 koloni yang tumbuh pada media NAyang mengandung buprofezin 2 ppm. Pengamatan laju pertumbuhan pada media NB tanpa pestisida menunjukkankoloni SR2 memiliki laju pertumbuhan terbaik. Koloni SR2 yang ditumbuhkan pada media NB yang mengandungbuprofezin menunjukkan bahwa koloni dapat beradaptasi dan tumbuh pada konsentrasi buprofezin 5 ppm.Kata kunci: bakteri lahan marginal, Banyumas, buprofezin
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Einstein
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan meneliti bagaimana kepala desa wanita menghadapi permasalahan dalam pemilihan kepala desa dan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal-hal yang akan digambarkan adalah, mendapat gambaran dari permasalahan yang dihadapi informan dalam pemilihan kepala desa; mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi informan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; mendapat gambaran dan pengalaman dan pengetahuan informan yang berkenaan dengan kemampuannya dalam menyelenggarakan pemerintahan desa; dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi informan, apakah berkenaan dengan permasalahan jender atau bukan. Penelitian ini dilakukan di pedesaan Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas dan Purbalingga. Lokasi penelitian untuk kedua kabupaten tersebut adalah pada tiga belas desa dan tiga belas kecamatan yang berlainan, dengan Sembilan informan wanita dan empat informan pria. Pendekatan penelitian ini menggunakan analisis yang lebih bersifat kualitatif. Data kuantitatif dalam tesis ini, hanya digunakan sejauh dapat mengungkapkan gambaran secara umum saja, misalnya untuk menganalisis data dari Departemen Dalam Negeri dan Biro Pusat Statistik. Fakta yang ada dari temuan penelitian memperlihatkan bahwa adanya masalah-masalah khusus yang dihadapi kepala desa wanita dalam pemilihan kepala desa. Permasalahannya ditinjau dari pandangan jender tertentu dalam masyarakat yang menghambat partisipasi wanita. Hambatan partisipasi wanita dalam penelitian ini digambarkan dari pandangan jender yang memang "sudah" dilekatkan dalam masyarakat dan dampak dari pandangan itu. Pandangan jender yang memisahkan dunia wanita dan pria secara tegas masih sangat umum dalam masyarakat kita. Pandangan jender yang muncul dalam penelitian ini terdiri dari stereotip, subordinasi, dan kekerasan jender. Dampak pandangan ditinjau dari sudut diskriminasi. Fakta selanjutnya yaitu, adanya perbedaan jender dalam penyelenggaran pemerintahan desa, sehingga menimbulkan ketidakadilan jender dalam bentuk kekerasan, subordinasi, dan beban kerja berlebih pada wanita. Fakta terakhir, tentang kemampuan kepala desa wanita yang tidak kalah dengan kepala desa pria. Wanita yang diberi kesempatan menjadi kepala desa, ternyata memiliki kualitas kemampuan dan ciri karakteristik positif lainnya, yang dapat mengimbangi dengan gambaran seperti yang dimiliki kepala desa pria. Peneliti di sini hanya ingin memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi kepala desa wanita dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebab penelitian mengenai permasalahan yang dihadapi wanita dalam bidang politik dan pemerintahan di Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Bahkan penelitian mengenai kepala desa wanita dengan perspektif wanita belum ada sama sekali yang melakukannya. Selain itu peneliti tidak mempunyai maksud menggeneralisasikan hasil data ini. Manfaat dari data awal ini adalah bahwa mungkin dapat digunakan sebagai pedoman untuk penelitian lebih jauh yang berhubungan dengan topik ini.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hendarto
Abstrak :
Peternakan sapi perah, merupakan salah satu usaha peternakan dengan tujuan untuk memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak. Peternakan sapi perah, juga merupakan introduksi teknologi dari luar negeri, kegiatannya berpotensi menimbulkan pencemaran. Pencemaran pada usaha peternakan, menurut kegiatannya, dapat dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan pada hasil ternak berupa susu. Agar potensi timbulnya pencemaran dapat ditekan, diperlukan upaya pengendalian. Peternak sebagai pengelola usaha peternakan, dituntut untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran, yang dalam bidang peternakan, dipengaruhi oleh latar belakang atau karakteristiknya yakni umur, mata pencaharian, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipe usaha peternakan. Penelitian dilakukan pada peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah yang mendapat bantuan ternak dari Proyek Pengembangan Sapi Perah Baturraden bantuan Pemerintah dengan sistem Sumba Kontrak. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran serta peternak dalam upaya pengendalian pencemaran dan hubungan antara variabel karakteristik peternak dengan variabel upaya pengendalian pencemaran. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Penelitian bersifat diskriptif analisis. Teknik sampling yang digunakan adalah Multi Stage Purposive Random Sampling menurut petunjuk Sutrisno (1981), hingga didapat 15 desa sampel dan 133 responden (17,8 persen populasi peternak). Variabel bebas dalam penelitian adalah karakteristik peternak yang diasumsikan memberi pengaruh dalam upaya pengendalian pencemaran, sedangkan variabel terikatnya adalah upaya pengendalian pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan hasil ternak berupa susu. Dalam usaha mengkuantitatifkan kondisi kualitatif, digunakan bentang 1-5 dari kondisi sangat kurang sampai sangat baik. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel, digunakan rumus koefisien korelasi Pearson dan Uji t, sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh, digunakan Uji Koefisien Determinasi. Berdasarkan uji di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Upaya pengendalian pencemaran yang dilakukan peternak sapi perah di sekitar tempat usaha peternakan, terdapat pada tingkat cukup berperanserta, sedangkan upaya pengendalian pencemaran terhadap hasil ternak berupa susu, pada tingkat baik peransertanya. Hal tersebut ditunjukkan dengan usaha peternakan sapi perah yang sebagian besar (52,53 persen) terdapat di tengah-tengah permukiman penduduk dengan potensi menimbulkan pencemaran, walaupun kondisi tersebut masih dapat diterima oleh masyarakat. Untuk hasil ternak berupa susu, ditunjukkan dengan tingkat pemahaman yang telah baik dalam hal hasil susu dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, walaupun pada kondsisi termotivasi oleh persyaratan penerimaan kualitas susu. 2. Terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan peternak, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipologi usaha peternakan dengan upaya pengendalian pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan pengaruh terbesarnya adalah variabel tingkat pendidikan sebesar 12,25 persen. Hal tersebut ditunjukkan pada kenyataan bahwa mayoritas peternak berpendidikan rendah. 3. Terdapat hubungan antara mata pencaharian, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak yang dipelihara, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipologi usaha peternakan dengan upaya pengendalian pencemaran terhadap hasil ternak berupa susu, dan pengaruh terbesarnya adalah variabel jumlah ternak sebesar 34,81 persen. Hal tersebut ditunjukkan pada kenyataan bahwa mayoritas peternak jumlah pemilikan ternaknya, sedikit. Dattar Kepustakaan : 63 (1957-1995). Jumlah halaman permulaan xx, jumlah dalam isi 167, Tabel 22, Gambar 3, dan Lampiran 11
Dairy cattle production is one of animal production. It has purposes for increasing the income and enhancing the prosperity of farmers. Culturally, dairy cattle is merely introduced technology from Western countries. In fact, dairy cattle production has a potency to make pollution, caused by this activity itself. Pollution on dairy cattle, from their activity can be divided into two kinds i.e. pollution around the farm and pollution on the product of milk. In order to eliminate the potency of the pollution, then, the effort to control it is urgently needed. To control pollution in their farm. The success of the effort is influenced by their background or their characteristic i.e. age, mean of livelihood, level of education, the duration in conducting animal production activity, number of animal, income of farmers, participation of farmers on social institution and type of animal production. The research was conducted in Banyumas Regency, Central Java Province, and was on animal production held by the farmers who obtained the aid from the Development Dairy Cattle Paturraden Project from the Government, by Sumba Contract system. The aim of the research was to uncover participation farmers on pollution control and correlation between the farmers characteristics and the effort of pollution control. Survey method and descriptive analysis were used in this research. 133 respondents from 15 samples villages were collected by Multi Stage Purposive Random Sampling from Sutrisno (1501). The independent variables of this research was characteristic of the farmers with an assumption that it would have been influencing the effort of pollution control. Meanwhile, the dependent variable was the effort of pollution control around the farm and the product of milk. Coefficient of Correlation by Pearson and the t test were exploited to uncover the influence between the variables. In the meantime, the determination Coefficient Test was used to meansure the degree of the influences. Based on the analysis, it was found that : 1. In general, the participation of the farmers on the efforts to control pollution around the farm was in the level of "fair" (since the score was 3.15 from the maximum of 5). In the meantime, the effort to control pollution on the product of milk was in the level of "good" for the score was 4.3B. These results were sustained by the fact that the majority the farm (52.63 percent) were located in the middle of public settlement, which have a potency to create pollution. In the meantime the farmers understanding about the effects of milk on public health was in level "good". 2. There was a correlation between age, level of education, number of animal, income of farmers, participation of farmers in social institution, and type of animal production with effort of pollution control around the farm. The lighest effect was the level of education i.e. 12.25 percent. This result was supported by the fact that the majority of farmers had a law education level. 3. There was a correlation between mean of live hood, level of education, duration in conducting animal production activity, number of animal, participation of farmers in social institution, and type of animal production with effort of pollution control on product of milk. The highest effect was the number of animal i.e. 34,81 percent. This result was supported by the fact that the majority of farmers had raised only a little number of animals. Number of References s 63 (1957-1995). Number of pages m Number of initial pages xx, Number of Content pages 167, Tables 22, Figures 3, Enclosures 11.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atun Raudotul Ma`rifah
Abstrak :
Infertilitas merupa.kan masalah yang cukup komplek dan dapat dipengaruhi banyak variabel, salah satunya adalah faktor sosial budaya Tesis ini bertujuan untuk mengembangkan konsep mengenai respon dan koping perempuan yang mengalami masalah infertilitas yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya Banyumas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan grounded theory. Sepuluh partisipan dalam penelitian ini didapatkan dengan cara theoritical sampling. Hasil penelitian ini menunjukan respon psikologis partisipan malu, sedih, stress, menerima Partisipan menggunakan mekanisme koping adaptif dan maladaptif. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi adalah nilai dan kepercayaan masyarakat Banyumas tentang infertil serta adanya budaya nrimo ing pandum dan konco wingking. Hasil penelitian ini memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. ......Infertility was caused by many factors, one of which was socio-cultural. The aim of study was to determine the coping and responses concept of women whose infertility caused by socio-cultural of Banyumas. Research design was qualitative with grounded theory approach. Number of participants was ten people were taken with theoretical sampling. The results showed that participants had responses of shame, sadness, stress, and accepting. Participants used adaptive and maladaptive coping mechanisms. Socio-cultural factor which influence were values and beliefs of Banyurnas society about infertility and the existence of nrimo ing pandum (whole hearted for accepting) and konco wingking (assistant) cultural. The study provides description for nurse to deliver a comprehensive nursing care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>