Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shita Ardiani Rachman
Abstrak :
Pemanfaatan sisa kapasitas pembangkit listrik di TPST Bantar Gebang sebesar 4,3 MW dilakukan dengan memproduksi listrik dari biogas hasil pemrosesan sampah pasar menggunakan teknologi Anaerobic Digester System. Analisis keekonomian yang dilakukan mencakup perhitungan beberapa parameter kelayakan ekonomi yang umum digunakan yaitu IRR, NPV, benefit cost ratio, dan payback period. Dari hasil analisis keekonomian, pembangunan fasilitas ini layak untuk dibangun dengan parameter keekonomian NPV sebesar 40,64 milyar rupiah, IRR 16,76%, benefit cost ratio 2,83, dan payback period selama 5 tahun 8 bulan. Analisis kebijakan pemerintah juga dilakukan mengingat proses pengolahan sampah menjadi bahan bakar merupakan salah satu alternatif energi baru dan terbarukan yang saat ini sedang gencar program pengembangannya di Indonesia.
Utilization of 4.3 MW remaining capacity of of power generator in TPST Bantar Gebang was conducted to generate power from biogas. Economic evaluation was performed by calculating the economic parameters such as IRR, NPV, benefit cost ratio, and payback period. The result indicated the project is feasible with NPV of 40,64 billion rupiah, IRR of 16,76%, benefit cost ratio of 2,83 and payback period 5 years and 8 months after the project began. Furthermore, analysis of government policy was also undertaken in this study since waste-to-fuel treatment process is one of the new and renewable energy alternative which is being developed intensively in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Pande Ayuningdyah
Abstrak :
Pengolahan dan pengelolaan sampah di TPST Bantar Gebang telah menggunakan metode sanitary landfill. Lindi yang dihasilkan sampah diolah di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS). Namun, tidak semua IPAS beroperasi sehingga masih ada lindi yang tidak terolah. Lindi yang tidak diolah berpotensi mencemari air tanah di sekitar TPST. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis karakteristik air lindi, kualitas air tanah, dan hubungan antara jarak sumur dari TPST Bantar Gebang dengan kualitas air tanah di sekitarnya. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel air lindi di inlet IPAS. Pengambilan sampel air tanah pada 5 lokasi dengan mempertimbangkan jarak lokasi dengan TPST. Hasil yang diperoleh dari analisis dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku serta menghitung Indeks Pencemaran (IP). Hasil penelitian menunjukkan parameter BOD, COD, Besi, dan Total Coliform dari air lindi melampaui baku mutu. Parameter BOD untuk air sumur jarak 250 m sampai 750 m melebihi baku mutu. Untuk parameter COD, seluruh sumur melebihi ambang batas. Kadar besi pada sumur jarak 500 m melebihi baku mutu. Kandungan total coliform air sumur dengan jarak 750 m sampai 1250 m melebihi baku mutu. IP untuk lindi adalah 8,6 yang tergolong tercemar sedang dan IP untuk semua sumur tergolong tercemar ringan. Jarak dari TPST memengaruhi tingkat pencemaran pada air tanah. Sampel yang berjarak 250 m, 750 m sampai 1250 m menunjukkan adanya penurunan tingkat pencemaran tetapi terjadi peningkatan di jarak 500 m. Hal ini dapat terjadi karena ada sumber pencemar lain seperti SPALD. ......Solid waste treatment in Bantar Gebang Landfill has used the sanitary landfill method. Leachate produced by waste is processed at the Leachate Treatment Plant (IPAS). However, not all IPAS operated so there is still untreated leachate. Untreated leachate has the potential to pollute groundwater around the landfill. This study was conducted to analyze the characteristics of leachate, groundwater quality, and the relationship between well distance from Bantar Gebang Landfill and groundwater quality in the vicinity. This research was conducted by taking leachate samples at the inlet of the IPAS. Groundwater samples were taken at 5 locations by considering the distance of the location from the landfill. The results obtained from the analysis were compared with the applicable quality standards and calculated the Pollution Index (PI). The results showed that the BOD, COD, Iron, and Total Coliform parameters of leachate exceeded the quality standards. The BOD parameter for well water at a distance of 250 m to 750 m exceeded the quality standard. For the COD parameter, all wells exceeded the threshold. Iron levels in wells 500 m away exceeded the quality standard. The total coliform content of well water at a distance of 750 m to 1250 m exceeded the quality standard. The pollution index for leachate is 8.6 which is classified as moderately polluted and the PI for all wells is classified as lightly polluted. The distance from the landfill affects the level of groundwater contamination. Samples at 250 m, 750 m and 1250 m showed a decrease in pollution levels but an increase at 500 m. This can occur because there are other sources of pollution such as SPALD.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Lutfiana Yaktiani
Abstrak :
Prevalensi parasit usus tinggi di negara berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia terutama menyerang anak-anak. Hal ini mendorong peneliti mencari tahu faktor risiko yang berperan dalam infeksi parasit usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar gebang, Bekasi tahun 2012 dan hubungannya dengan tingkat pendidikan mereka sebagai salah satu faktor risiko infeksi parasit usus. Desain penelitian adalah cross sectional dengan metode analitik. Pengambilan data dilakukan pada Maret 2012, terdiri dari kuesioner dan pemeriksaan mikroskopik feses. Data diproses menggunakan SPSS versi 16.0 kemudian dianalisis dengan uji chi-square. Subjek penelitian adalah anak-anak yang telah bersekolah minimal di tingkat PAUD dengan total subjek sebanyak 114 anak, diantaranya 53 siswa PAUD, 39 siswa SD kelas 1-3, dan 22 siswa SD kelas 4-6. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 91 anak (79,8%) terinfeksi parasit usus. Prevalensi infeksi parasit usus pada setiap tingkat pendidikan adalah PAUD 79,2%, SD kelas 1-3 79,5%, dan SD kelas 4-6 81,8%. Pada uji Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan (p>0,05) antara prevalensi infeksi parasit usus dengan tingkat pendidikan. Dengan demikian terdapat faktor selain tingkat pendidikan yang berpengaruh terhadap infeksi parasit usus, seperti lingkungan tempat tinggal, tingkat pengawasan orang tua, kebiasaan sehari-hari, dan ketersediaan fasilitas kesehatan di sekolah.
Prevalence of intestinal parasite infection is high in tropical developing country such as Indonesia, especially among school aged children. This situation makes the researcher has interest to find out which risk factors give influence in intestinal parasite infections among children. The aims of this research are to find out the prevalence of intestinal parasite infection among children in TPA Bantar Gebang, Bekasi in 2012 and its relation to their education level. This paper is an analytical research designed as a cross sectional study. The data have been taken on March, 2012 using questioner and microscopic examination of feces. Then, it has been processed using SPSS version 16.0 and has been analyzed using chi-square test. The subjects of this research are 114 children who have studied at least in playgroup, consist of 53 students of playgroup or kindergarten, 39 students of first until third year of elementary school, and 22 students of fourth until sixth year of elementary school. The result of this study shows that 91 children infected intestinal parasites. The prevalence of intestinal parasite infection at each education levels are 79,2% in playgroup or kindergarten, 79,5% in students of first until third year of elementary school, and 81,8% in students of fourth until sixth year of elementary school. The result of the analysis using chi-square shows that there was no relation (p>0,05) between prevalence of intestinal parasite infection and education level. It can be conclude that there were another factors besides education level that contribute to intestinal parasite infections among children, such as the environment of their living, parents’ surveillance, daily activities, and health facilities in the schools.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Arinda Putri
Abstrak :
Indonesia masih memiliki prevalensi kasus infeksi parasit usus pada anak yang tinggi karena berbagai faktor seperti iklim dan suhu yang mendukung perkembangan parasit hingga sosioekonomi yang rendah. Anak-anak di TPA Bantar Gebang memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi oleh karena sanitasi lingkungan yang buruk sehingga menjaga kebersihan diri menjadi hal yang penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara angka infeksi parasit usus pada anak-anak di Bantar Gebang dan kebiasaan mencuci tangan yang termasuk pola hidup yang sehat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Pengambilan data dari 100 subjek penelitian dilakukan pada Mei 2012. Data diolah dengan program SPSS 21.0 dengan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukkan angka infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang adalah 80% dengan parasit penyebab infeksi terbanyak adalah Blastocystis hominis (59%). Berdasarkan hasil perhitungan data, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara angka infeksi parasit usus dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perlu dilakukan upaya untuk mengurangi angka infeksi melalui penyuluhan pola hidup bersih dan sehat oleh petugas kesehatan dan perbaikan sistem pengolahan sampah oleh pemerintah setempat.
Indonesia still has high prevalence of intestinal parasitic infections in children due to various factors such as climate and temperature which supports the development of parasites, to low socioeconomic class. Children in TPA Bantar Gebang have a greater risk for infection because of poor environmental sanitation, so that maintaining personal hygiene is important. The purpose of this study is to determine the relationship between the prevalence of intestinal parasitic infections in children in Bantar Gebang and the habit of washing hands as one of hygiene practices. The study design was cross sectional. The data was collected from 100 subjects in May 2012. The data was then processed with SPSS 21.0 program with Fisher test. The results showed that intestinal parasite infection rates in children in TPA Bantar Gebang was 80% with the highest rate of infection caused by Blastocystis hominis (59%). Based on calculations, we found no significant association between the prevalence of intestinal parasitic infections and washing hands before eating and after defecation. Efforts should be made to reduce the number of infections through counseling about clean and healthy lifestyle by health workers and improvement of waste management system by the local government.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herdanti Rahma Putri
Abstrak :
Infeksi parasit usus banyak dijumpai di negara berkembang dan erat kaitannya dengan kebersihan diri dan lingkungan. Faktor lingkungan yang diduga ikut berperan dalam transmisi parasit adalah keadaan lantai rumah. Penelitian dengan desain crosssectional ini bertujuan untuk mengetahui angka infeksi parasit usus dan hubungannya dengan keadaan lantai rumah pada anak-anak di TPA Bantar Gebang. Data diambil bulan Maret 2012 dengan subjek penelitian berjumlah 122, diolah menggunakan program SPSS versi 16.00, dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan angka infeksi parasit usus sebesar 73% dan berhubungan bermakna dengan infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang Bekasi (p=0,047), di mana lantai rumah yang terbuat dari tanah meningkatkan risiko penularan infeksi parasit usus.
Intestinal parasitic infections are found in many developing countries and is closely related to personal and environmental hygiene. One of the environmental factors suspected responsible for the intestinal parasite transmission is the house floor condition. This study with cross-sectional design was aimed to determine the infection rate of intestinal parasites and its relationship with the house floor condition in children in Bantar Gebang. Data was taken in March 2012 with 122 consecutive sampling, processed using SPSS version 16, and was analyzed by chi square test. The results showed intestinal parasitic infection rate by 73% and was significantly associated with intestinal parasitic infections (p = 0.047), in which floor made of soil increases the transmission risk of intestinal parasitic infections.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yasni Rufaidah
Abstrak :
Hasil survey darah jari di empat Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang II Kota Bekasi pada tahun 2003 menunjukkan angka Mf rate antara 2% - 3,2%. Angka tersebut mengisaratkan derajat endemisitas filariasis cukup tinggi sehingga risiko penduduk wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang II untuk tertular filariasis lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor lingkungan rumah dan karakteristik responden yang berhubungan dengan kejadian filariasis. Desain penelitian menggunakan kasus kontrol. Kasus adalah penduduk yang usia > 2 tahun yang diperiksa survey darah jari yang dilaksanakan tahun 2003 dengan hasil positif mikrofilaremia sedangkan kontrol adalah penduduk yang berusia > 2 tahun dan tidak dalam keadaan sakit yang diperiksa survey darah jari dengan hasil mikrofilaria negatif. Jumlah kasus 22 dan kontrol 4 kali kasus yaitu sebesar 88. Responden adalah keluarga penderita atau keluarga suspek filariasis. Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur dan observasi. Analisa data univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik model prediksi. Faktor lingkungan fisik dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian filariasis di wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang II adalah konstruksi dinding rumah (3,1 ; 1,137-8,535), langit-langit rumah (4,7 ; 1,739-12,525), dan penggunaan kawat kasa nyamuk (3,7 ; 1,411-968). Faktor lingkungan fisik di luar rumah yang berhubungan dengan kejadian filariasis adalah tempat perkembangbiakan nyamuk (6,9 ; 2,322-20,609. sedangkan karakteristik responden yang berhubungan adalah tingkat pendidikan (4,1 ; 1,321-12,700). Faktor risiko yang dominan berhubungan dengan kejadian filariasis di wilayah kerja Puskesmas Bantar Gebang II adalah tempat perkembangbiakan nyamuk (7,9 ; 2,431-25,832), langit-langit rumah (4,6 ; 1,498-14,162), dan konstruksi dinding rumah (3,9 ; 1,041-15,211). Faktor risiko yang paling dominan hubungannya dengan kejadian filariasis adalah tempat perkembangbiakan nyamuk. Kesimpulan penelitian ini adalah orang yang tinggal di sekitar rumahnya ada tempat perkembangbiakan nyamuk, langit-langit rumah tidak ada plafon, dan konstruksi dinding rumah tidak permanen mempunyai risiko lebih besar menderita filariasis dibandingkan apabila tinggal di rumah yang sekitarnya ada tempat perkembangbiakan nyamuk, langit-langit rumah ada plafon, dan konstruksi dinding rumahnya permanen. Berdasarkan penelitian ini disarankan kiranya rumah yang disekitarnya ada tempat perkembangbiakan nyamuk seperti comberan dapat ditutup dan genangan air limbah dibuatkan saluran. Mengusahakan langit-Iangit rumah ada plafon, tidak membiarkan kain bergantungan dan memasang kawat kasa pada ventilasi bagian luar rumah serta meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang tempat perkembangbiakan nyamuk, langit-Iangit rumah, konstruksi dinding dan penggunaan kawat kasa nyamuk. ......Housing Environment Factors and Characteristic Responder Related to Occurrences of Filariasis in Region Work of Bantar Gebang II Public Health Centre, Bantar Gebang District, Bekasi Town, 2004Result of finger blood survey in four regional Sub-District in region work of Bantar Gebang Public Health Centre, Bekasi Town in2003 showing Mf rate number between 2 - 3,2 %. The number degree of so enough high filariasis endemisitas that regional resident risk of Bantar Gebang II Public Health Centre to be high contagious of filariasis. This research aim to know housing environmental factors and characteristic responder related to occurrences of filariasis. Research Design use case control. Case is resident which is age > 2 year executed by finger blood survey in 2003 with positive result of mikrofilaremia while control is resident which is age > 2 year and not in a state of sick and finger blood survey with result of negative rnikrofilaria. Amount of ease 22 and control 4 times case that is equal to 88. Responder is patient family or filariasis suspek family. Data collecting pass structure interview and observation. Data univariat analysis with frequency distribution, bivariate with kai square test, and multivariat with Iogistics regresi model prediction. Environmental factor of physical in house related to occurrence of filariasis in region work Bantar Gebang II Public Health Centre is house wall construction (3,1 ; 1,137-8,535), house roof ( 4,7 ; 1,739-12,525), and usage of mosquito wire netting ( 3,7 ; 1,411-968). Environmental factor of outdoors physical related to occurrence of filariasis is mosquito propagation place ( 6,9; 2,322-20,609). while corresponding responder characteristic is education level (4,1 ; 1,321-12,700) Dominant Risk factor related to occurrence of filariasis in region work Bantar Gebang II Public Health Centre is mosquito propagation place ( 7,9 ; 2,431-25,832), house roof (4,6 ; 1,498-14,162), and house wall construction (3,9 ; 1,041-15,211). Most dominan risk factor of its relation with occurrence of filariasis is mosquito propagation place. Conclusion of this Research is one who live in around the house there is mosquito propagation place, house roof there no plafond, and house wall construction is not permanent have bigger risk suffer filariasis compared to if living in house which is vicinity there is mosquito propagation place, house roof there is plafond, and its permanent house wall construction. Pursuant to this research is suggested presumably house which around there is mosquito propagation place like comberan can be closed and pond irrigate waste made by channel. Laboring house roof there is plafond, do not let cloth hang-on and wire gauze at house exterior ventilation and also improve counselling to society about mosquito propagation place, house roof, wall construction and usage of mosquito wire netting.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patria Wardana Yuswar
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi parasit usus masih menjadi masalah besar di Indonesia. Warga di TPA Bantar Gebang, Bekasi memiliki faktor risiko yang besar untuk terinfeksi, terutama populasi anak-anak. Higienitas makanan memegang peranan penting dalam proses infeksi ini. Penelitian ini mencari hubungan higienitas makanan dengan infeksi parasit usus. Pemilihan responden dilakukan melalui metode consecutive. Kuesioner dan deteksi spesimen feses dilakukan. Didapatkan data dari responden sebanyak 122 orang. Sebanyak 73% responden terinfeksi oleh parasit usus, yaitu Blastocystis hominis (51,6%), Giardia lamblia (32%), Trichuris trichiura (25,4%), Ascaris lumbricoides (4,9%), dan Entamoeba histolytica (1,6%). Tidak didapatkan hubungan bermakna antara higienitas makanan dengan angka infeksi parasit usus, namun angka infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantar Gebang, Bekasi yang didapat tinggi membutuhkan perhatian dinas kesehatan setempat.
ABSTRACT
Intestinal parasites infection still pose as problem in Indonesia. Residents of Bantar Gebang landfill, Bekasi have high risk factors to get infected, especially children. Food hygiene holds key role in the process. This study aims to find the relationship between food hygiene and intestinal parasites infection. Sampling was done through consecutive method. Questionnaire and stool speciment detection was done. Data was obtained from 122 samples. Among the samples, 73% were infected by intestinal parasites, which are Blastocystis hominis (51,6%), Giardia lamblia (32%), Trichuris trichiura (25,4%), Ascaris lumbricoides (4,9%), dan Entamoeba histolytica (1,6%). Statistically unsignificant relationship was found between food hygiene and intestinal parasites infection. However, high number of intestinal parasites infection among children in Bantar Gebang landfill requires attention from local public health services.
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Damianto
Abstrak :
Perkembangan industri dewasa ini begitu pesatnya dengan akibat beruntunnya yaitu meningkatnya pencemaran ke segala media lingkungan, pencemaran terhadap udara, pencemaran terhadap air dan pencemaran terhadap tanah. Pengaruh pencemaran ini sangat luas tidak saja kepada kesehatan manusia, tetapi juga penurunan kualitas air, penurunan kualitas udara, dan penurunan kualitas tanah. Penelitian pencemaran tanah telah sering dilakukan terhadap faktor produksi pertanian, dan sangat jelas akibatnya terhadap penurunan produksi dan kandungan hasil produksi, sementara penelitian pencemaran tanah terhadap sifat-sifat tanah untuk kepentingan konstruksi dalam hal ini tanah sebagai bagian ilmu teknik sipil masih sangat kurang. Peneliti mengadakan penelitian tentang "Pengaruh Leachate Terhadap Sifat Konsistensi Tanah Lempung ", sebagai studi kasus peneliti memilih lokasi TPA Bantar Gebang Bekasi. Konsistensi tanah lempung terganggu adalah apabila struktur dari tanah lempung tersebut sebagian atau seluruhnya termodifikasi dan rusak (Terzaghi et al, 1987). Konsistensi tanah atau batas-batas Atterberg (Atterberg Limits), yang terdiri atas batas cair (Liquid Limit), batas plastis (Plastics Limit) dan batas susut (Shrinkage Limit), memang secara langsung tidak memberi angkaangka yang dapat dipakai dalam perhitungan (design). Yang di peroleh dari konsistensi tanah lempung terganggu atau batas-batas Atterberg ini adalah sifat-sifat mekanika tanah. Pemilihan TPA Bantar Gebang Bekasi sebagi lokasi penelitian, karena cepat atau lambat TPA ini akan dialihkan fungsinya, menjadi lokasi untuk kegiatan lain dan itu memerlukan kajian tentang tanah yang telah tercampur leachate. Tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh leachate terhadap sifat konsistensi tanah lempung. 2. Mengetahui hubungan leachate terhadap setiap bagian dari konsistensi tanah seperti, batas cair, batas plastis, batas susut, dan indeks plastisitas, juga beberapa parameter tanah yang lain. Cakupan masalah yang dijadikan fokus penelitian ini adalah. masalah pencemaran tanah yang berkenaan dengan bidang teknik sipil, yaitu bagaimana pengaruh pencemaran tanah terhadap konsistensi tanah. Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah, secara empiris dapat dihubungkan dengan sifat-sifat tanah lainnya, seperti kekuatan geser tanah atau "compression index" dan sebagainya. Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan data pokok yang diambil dari lokasi penelitian dan dilakukan pengujian di laboratorium tanah. Data pokok yang diuji mengacu pada variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian ini. Fokus utama penelitian ini adalah konsistensi tanah lempung yang terdiri atas, batas cair, batas plastis, batas susut dan indeks plastisitas sebagai variabeI terikat (dependent); dan kadar leachate dari limbah sampah yang mempengaruhi konsistensi tanah lempung dinyatakan sebagai variabel bebas (independent) Semua penelitian laboratorium dilakukan berdasarkan pada aturan-aturan standar yang ditetapkan oleh American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) dan American Society for Testing and Materials (ASTM). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengaruh Leachate Terhadap Batas Cair: Berdasarkan hasil uji korelasi hubungan antara kadar leachate terhadap batas cair, telah menunjukkan hubungan yang kuat dengan nilai koefisien korelasi 0,737>0,5, dimana 0,5 adalah batas koefisien korelasi, dan juga mempunyai tingkat signifikansi yang berarti dengan angka probabilitas 0,010<0,05, dimana 0,05 adalah batasan angka probabilitas. Semakin besar kadar leachate semakin besar nilai batas cair, yang berarti semakin besar kadar leachate semakin jelek konsistensi tanah lempung. 2. Pengaruh Leachate Terhadap Baths Plastis: Berdasarkan hasil uji korelasi hubungan antara kadar leachate terhadap batas plastis, telah menunjukkan hubungan yang kuat dengan nilai koefisien korelasi -0,778>0,5, juga mempunyai tingkat signifikansi yang berarti dengan angka probabilitas 0,005[0,05. Semakin besar kadar leachate semakin kecil nilai batas plastis, yang berarti semakin besar kadar leachate semakin jelek konsistensi tanah lempung. 3. Pengaruh Kadar Leachate terhadap Indeks Plastisitas (PI): Nilai indeks plastisitas ditentukan oleh batas cair dan batas plastis, secara otomatis pengaruh Ieachate juga berpengaruh buruk terhadap indeks plastisitas. Semakin besar nilai indeks plasitisitas akan semakin buruk kualitas tanah lempung, pada akhirnya akan mempunyai banyak masalah teknis pada tanah-tanah yang mempunyai nilai indeks plastisitas besar. Hasil uji hubungan antara kadar leachate dengan indeks plastisitas mempunyi angka koefisien korelasi 0,836>0,5 dan probabilitas 0,001<0,05. Berarti mempunyai hubungan yang kuat dan tingkat signifikansi yang berarti. 4. Pengaruh Leachate Terhadap Batas Susut: Pengaruh leachate terhadap batas susut, tidak menunjukkan hubungan yang kuat karena nilai koefisien korelasinya hampir mendekati 0,5, yaitu -0,570, demikian juga tingkat signifikansi yang kurang berarti, artinya leachate tidak banyak berpengaruh terhadap batas susut tanah lempung. 5. Pengaruh Leachate Terhadap Kuat Tekan Bebas: Pengaruh leachate terhadap kuat tekan bebas, sampai batas kadar leachate 9%, menunujukkan nilai kuat tekan bebas masih rneningkat, selanjutnya setelah lebih dari 12% nilai kuat tekan bebas terus menurun, artinya tanah lempung yang tercampur leachate sampai 9%, masih menunjukkan kuat tekan bebas yang baik dan setelah kadar leachate lebih 9%, menunjukkan kekuatan bebas yang buruk. Karena Leachate berpengaruh buruk terhadap konsistensi tanah lempung, sedangkan konsistensi tanah lempung mempunyai korelasi dengan parameter tanah lain, maka apabila akan mendirikan konstruksi pada tanah lempung yang tercampur leachate disarankan melakukan perbaikan tanah dengan stabilisasi, dan sebelumnya harus dilakukan penelitian terlebih dahulu. Dalam analisis tanah lempung terganggu in situ telah dikemukakan bahwa tanah in situ pada contoh tanah yang diambil telah tercemar leachate sebesar 12%-15%. Lit artinya bahwa leachate telah merembes ke dalam tanah dan ke permukaan tanah. Rembesan leachate ke permukaan tanah pada saat hujan akan terbawa oleh aliran permukaan (run-off), yang selanjutnya masuk ke dalam badan sungai. Oleh karena itu secara tidak langsung akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat bila sawah dan tanaman pertanian tersebut terpapar secara terns-menerus oleh air sungai yang tercemar leachate. Daftar Pustaka: 39 (1948 -2001)
The Influence of Leachate on Consistency of clay: Case Study In the Final Solid Waste Disposal Bantar Gebang, BekasiThe rapid industrial development recently escalates the pollution of many life's aspects. They are pollution of air, water, and soil. These pollutions do not only influence the human health but also decrease water, air, and land qualities. A research of soil pollution has been conducted in relation to agricultural productions. It concludes that the pollution causes the decrease of production and its quality. A research in soil pollution that affects soil characteristics for construction needs is still lacking, as soil is part of civil engineering science. The researcher/author conducts a research of Leachate influence on consistency of clay, which takes place at TPA Bantar Gebang Bekasi. A disturbed soil consistency is called the Atterberg limits. It includes liquid limit, plastics limit and shrinkage limit, they do not directly provide a value to be used in the design. What we obtained from the disturbed clay or Atterberg limits is the characteristics of soil technique. Soils with high liquid limit have bad technical characteristics, i.e. low consistency and high compressibility, and difficult to be rigid for constructing road, dike, dam wall and so on. For certain types of soil this consistency value can be related to other characteristics, for example related to compression index and so on. Meanwhile the Plasticity Index usually is used as a requirement of materials for constructing road. The general objective of this research is to obtain information on the relation of leachate with all parts of soil consistency, such as liquid limit, plastic limit, shrinkage limit and plasticity index as well as several other soil parameters. The scope of this research on soil pollution is the concern of civil engineering. It means how soil pollution influences soil consistency. By knowing consistency value of soil empirically, it can be extended to other soil characteristics like compression index, and others. This research is designed to use experimental method. This method uses main data taken from the research location and tests them in the soil laboratory. Primary focus of this research is clay consistency, including liquid limit, plastic limit, shrinkage limit and plasticity index, as dependent variables and leachate value of trash waste influencing the soil consistency as independent variables. All laboratory research is based on the standard rules of ASTM and AASHTO. The result of this research concludes as follows: 1. The Leachate influence on Liquid Limit. Test result of correlation between leachate value and liquid limit shows a tight relation with correlation coefficient value, i.e. 0737 > 0,5, where 0,5 is the limit of correlation coefficient. It was also a good significance by having probability value of 0,010 < 0,05, where 0,05 is the percentage of probability limit. The greater leachate value the greater the liquid limits. It means greater leachate value shows worse of clay consistency. 2. The Leachate Influence on Plastic Limit. The result of correlation test on the relation between leachate value, and plastic limit shows a tight relation which is proved by having correlation coefficient value of - 0,778 > 0.5. It also has a good degree of significancy by having probability value of 0,005 < 0,05. The greater the leachate values the smaller the plastic limit value. It means that greater leachate value is a worse clay consistency. 3. The Leachate Influence on Plasticity Index. The value of plasticity index is based on liquid and plastic limits. It means that leachate automatically has bad influence on plasticity index. The greater the plastic index value the worse the clay qualities. As a consequence, lot of technical problems on the soil has a great plastic index value. The test result of correlation between leachate value and plasticity index has a correlation coefficient value of 0,875 > 0,5 and probability of 0,001 < 0,05. It shows a tight relation and a good significance 4. The Leachate Influence on Shrinkage Limit. The influence of leachate on shrinkage limit does not show a tight correlation. It is caused by having a value of correlation coefficient of 0,5 closely, i.e -0,570. It does not show a good significance. It means leachate does not have a good influence on shrinkage limit of clay. 5. The Leachate influence on Unconfined Compression Strength. The influence of leachate on unconfined compression strength of leachate up to the value limits of 9%, shows the unconfined compression strength still increases. When the leachate value is more than 12% the unconfined compression strength decreases. This means that clay with 9% of leachate still shows good unconfined compression strength and when the leachate value is more than 9% shows bad unconfined compression strength. Because leachate has an influence on clay consistency and clay consistency has a correlation with other soil parameters, therefore, if we want to build a construction on clay with leachate, it suggests rehabilitating the stability. This means that additional material should be inserted such as cement, lime, cleanest, hakafasta, and so on. Further research is required. In disturbed clay analysis presented in the research shows the soil sample collected in situ is polluted by leachate by 12%-15%. This is to mean that leachate infiltrates the soil and the soil surface. This is turn will cause pollution of the run-off water during rain to the river body, and hence, pollutes the water to be utilized for agriculture by the population.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Haslinda
Abstrak :
ABSTRAK Sampah merupakan barang-barang sisa, barang yang sudah rusak atau barang yang tidak dipakai dan harus dibuang. Dalam jumlah yang besar, sampah memerlukan perhatian dalam penanganannya, dan hal ini pada umumnya muncul pada wilayah perkotaan atau wilayah industri. Berdasarkan Laporan Pengelolaan Kebersihan pada tahun 1995, volume sampah di DKI Jakarta mencapai 7.360 ton/hari. Komposisi sampah terdiri dari 73,90% sampah organik dan 26,10% sampah anorganik. Dari 26,14% sampah anorganik terdapat sampah kulit sebesar 1,75%, plastik 7,86%, logam 2,04% dan batu baterai 0,29%. Sampah ini dibuang secara sanitary landfill di TPA Bantar Gebang Bekasi. Di sekitar TPA sampah Bantar Gebang, banyak terdapat pemukiman penduduk, baik penduduk setempat maupun pendatang yang menggunakan air sumur gali mereka untuk keperluan air bersih dan air minum. Dengan demikian maka dimungkinkan terjadi pencemaran bahan polutan dari lindi TPA pada air sumur gali mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lokasi pembuangan sampah Kota Jakarta dan Bekasi dengan sistem Sanitary Landfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang terhadap kualitas air tanah, serta mempelajari pola kecenderungannya melalui pendekatan kualitas air tanah. Di samping itu untuk mengetahui kemungkinan penyebaran berbagai jenis pencemar yang membahayakan kesehatan manusia, serta pengaruhnya terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Pengamatan dilakukan terhadap air sumur gali penduduk di tiga desa yaitu Desa Ciketing Udik, Sumur Batu dan Cikiwul dengan 4 level jarak yaitu pada jarak lebih kurang 200 m, 400 m, 600 m dan 800 m dari pinggir TPA. Untuk mengetahui pengaruh TPA terhadap masyarakat di sekitarnya dilakukan, wawancara terencana terhadap 104 responden dari tiga desa dan pengelola TPA sampah Bantar Gebang, sedangkan untuk mengetahui kualitas air dibandingkan dengan Baku Mutu Air Bersih yaitu Permenkes RI Nomor 4161MENKES/PER/IX/1990 dan Kep-51/MENLHI/110/1995 untuk air limbah. Dari hasil peneiitian yang dilakukan tentang hubungan tempat pembuangan akhir sampah secara sanitary landfill dengan kualitas air tanah dan kesehatan masyarakat (studi kasus di TPA sanitary landfill Bantar Gebang, Bekasi) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kualitas air limbah (lindi) TPA sampah sanitary landfill Bantar Gebang berdasarkan hasil analisis sifat fisik, kimia dan bakteriologi termasuk kategori buruk jika dibandingkan dengan baku mutu air limbah KEP/511MENLH/1995. 2. Berdasarkan analisis sifat fisika air, diketahui bahwa parameter warna kekeruhan dan zat padat terlarut belum melampaui baku mutu pada semua jarak pengamatan di semua desa. Untuk sifat kimia parameter yang melampaui baku mutu air bersih seperti ditetapkan dalam PERMENKES RI No.416/MENKES/PEFU/XI 1990 adalah pH, besi (Fe), Cd, Cr, Mn, Pb dan zat organik (KMnO4) untuk jarak 200 m dari TPA sampah, sedangkan untuk jarak 400 m dan 800 m parameter kimia yang melampaui baku mutu adalah zat organik pada Desa Sumur Batu dan Cikiwul. Kandungan bakteriologi disemua lokasi penelitian termasuk kategori buruk. Kualitas air sumur penduduk berdasarkan sistem STGRET termasuk buruk sebanyak 33 persen dan 67 persen termasuk sedang. 3. Hasil analisis regresi dan uji t memperlihatkan bahwa kualitas air tanah dilokasi penelitian dipengaruhi oleh jarak dari pusat TPA sampah sanitary landfill, yaitu semakin jauh jarak dari pusat TPA sampah semakin baik kualitas air. 4. Dari segi lingkungan dan kesehatan masyarakat, dengan adanya TPA sampah ini kondisi hunian semakin buruk, karena banyak lalat dan sampah yang beterbangan, demikian juga penyakit yang timbul seperti gatal-gatal, dan diare. Namun demikian masyarakat makin lama makin terbiasa dengan kondisi tersebut.
ABSTRACT The Correlation Between Sanitary Landfill With Ground Water Quality And Community's Health (A Case Study at TPA Bantar Gebang, Bekasi)As the biggest city in Indonesia, DKI Jakarta faces serious problem regarding its waste treatment. The large number of its population and the very busy trade and industry have produced waste which could not be treated within Jakarta area. According to "Laporan Pengelolaan Kebersihan" in 1995 the amount of waste to 7,350 ton/day. This waste is composed of 73.90% organic waste and 26.10% inorganic waste. This inorganic waste consists of 1.75% leather, 7.85% plastic, 2.04% metal and 0.29 battery. This waste is disposed in Bantar Gebang, Bekasi, using the sanitary landfill method. Community live around this leachate use ground water for drinking and other need of clean water. It is very possible that their ground water is polluted by the waste which is treated nead their homes. This research is conducted to explore the correlation between sanitary landfill and well water quality, and influence the health of the community living near it. We try to find any trend related to the quality of well water, such as the spreading of any disease, and socio-economic condition. In this research, well water in three villages (Ciketing Udik, Sumur Batu and Cikiwul) are observed. This distance of each village is consecutively ± 200 m, ± 400 m, ± 800 m from the landfill. It's water quality is compared to the standard described in PERMENKES No.416/MENKES/1X11990 for clean water and Kep-511MENLH1111011995 for waste water. interviewed to 104 respondents from those three villages and asked the influence of the leachate to the community. We also interview the people, who in charge that manages the landfill. The results of this research a summarized as follow : 1. The quality of leachate from sanitary landfill does not fulfill the standard described in KEP/511MENLH/10/1995. 2. The quality of physical ground water especially well water from all distance from landfill are fulfill the standard as described in PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, but for chemical there are some indicator does not fulfill the standard, like pH, Fe, Cd, Cr, Mn, Pb and organic matter (KMnO4) for the distance 200 m from the landfill, but for 400 m and 800 m from landfill all indicator are fulfill the standard except for organic matter in Desa Batu and Desa Cikiwul. The bacteriological in well water in this study are bad for all distance and village. The category of well water in this study by STORET system of 33% is bad, and 67% is fair. 3. The regression analysis result shows that the quality of ground water especially for well water is affected by the distance from the landfill; farther location from the landfill, the better quality of water is. 4. From the environmental aesthetics and the people healthy present of view the existence of the landfill have made the house and surrounding become worse. There are many fly and waste in every places and also diseases like diarrhea and morbilli. But by the time the people become familiar with the condition.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>