Penelitian ini membahas kemampuan model Altman Z-score emerging market score (EMS) untuk memprediksi status forced delisting di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selanjutnya berdasarkan data forced delisting di Indonesia selama kurun waktu 2004 – 2015, analisis diskriminan dengan menggunakan variabel Altman Z-score EMS dan tambahan variabel rasio arus kas operasi digunakan untuk menilai perbedaan tingkat akurasi prediksi antara kedua pemodelan tersebut. Penelitian ini menggunakan data 52 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Indonesia, 26 di antaranya mengalami forced delisting selama periode pengamatan dan 26 lainnya tidak mengalami forced delisting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model model prediksi Altman Z-score EMS dapat digunakan untuk memprediksi pengenaan status forced delisting di BEI hingga tiga tahun sebelum perusahaan tersebut mengalami forced delisting dengan tingkat akurasi 67-69% per tahun pengamatan. Selain itu, dengan menggunakan data forced delisting di BEI, analisis diskriminan dengan menggunakan variabel Altman Z-score EMS dan rasio arus kas operasi/total kewajiban dapat meningkatkan tingkat akurasi prediksi pengenaan status forced delisting.
This study discusses the ability of Altman Z-score emerging market score (EMS) modelling to predict the status of forced delisting in Indonesia Stock Exchange (ISX). Furthermore, based on forced delisting data in Indonesia during the period of 2004 - 2015, discriminant analysis using Altman Z-score EMS variables and additional variable in form of operating cash flow ratio is used to assess the differences in the prediction performance. This study uses data of 52 non-financial companies listed in Indonesia, 26 of whom undergone forced delisting during the observation period and the other 26 did not experience forced delisting. From this study, it was found that the Altman Z-score EMS model can be used to predict the forced delisting status up to three years before the company undergone forced delisting with accuracy rate of 67-69% per year of observation. In addition, by using the forced delisting data, discriminant analysis using variables Altman Z-score EMS and the ratio of operating cash flow / total liabilities could increase the prediction accuracy rate of imposition of forced delisting status.
Fluktuasi harga batubara yang sangat tinggi telah membuat ketidakpastian tentang keberlanjutan bisnis, terutama perusahaan di sektor pertambangan batubara. Dari kondisi tidak stabilnya harga batubara Indonesia dapat memberikan dampak negative kepada perusahaan yang pada akhirnya perusahaan masuk kedalam kondisi kesulitan keuangan bahkan kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prediksi kebangkrutan perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2014 hingga tahun 2018. Perhitungan dilakukan menggunakan empat model prediksi lalu dibandingkan dengan analisa kredit menggunakan analisa trend. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 15 perusahaan sampel yang berada pada sector pertambangan batubara, empat diantaranya masuk kedalam zona kesulitan keuangan (financial distress).
Fluctuations in coal prices are very high has created uncertainty about business sustainability, especially companies in the coal mining sector. From the unstable condition of Indonesian coal prices can have a negative impact on the company, which in the end the company entered into a condition of financial difficulties and even bankruptcy. This study aims to analyze the bankruptcy predictions of coal mining companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2014 to 2018. Calculations were performed using four prediction models and compared with credit analysis using trend analysis. The results of this study indicate that of the 15 sample companies in the coal mining sector, four of them entered the zone of financial distress.
Segmen usaha kecil dan menengah saat ini terus berkembang di Indonesia. Berkontribusi lebih dari seperlima Produk Domestik Bruto Indonesia menjadikan segmen ini sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Perbankan dalam negeri dan asing melihat segmen usaha kecil menengah ini sebagai segmen yang menjanjikan sehingga membuat mayoritas Bank di Indonesia ikut bersaing dalam penyaluran kredit pada segmen ini. Namun, ditengah prospek yang menjanjikan, segmen ini juga memiliki tantangan tersendiri dimana rasio non-performing loan secara Nasional pada segmen ini melebihi rasio non-performing loan seluruh kredit yang disalurkan. Penelitian ini bertujuan untuk meniliti reliabilitas metode Altman Z-Score serta Ohlson O-Score sebagai alat prediksi kebangkrutan pada perusahaan segmen Small Medium Enterprise di Indonesia serta reliabilitas laporan keuangan perusahaan di segmen Small Medium Enterprise dalam mencerminkan kondisi riil perusahaan sebagai data masukan untuk analisa prediksi kebangkrutan perusahaan. Data penelitian menggunakan data laporan keuangan dari perusahaan yang menjadi debitur segmen Small Medium Enterprise di Bank Mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil perhitungan Z-Score mampu memprediksi kebangkrutan dengan akurasi 51,8%, 37,4%, 36,3%, dan 11,4% untuk satu, dua, tiga dan empat tahun sebelum kebangkrutan sedangkan Ohlosn O-Score memberikan hasil akurasi yang lebih baik yaitu 73,6%, 43,2%, dan 58,5% untuk satu, dua dan tiga tahun sebelum kebangkrutan. Berdasarkan hasil tersebut dan wawancara kepada pihak internal Bank dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan segmen Small Medium Enterprise secara umum belum cukup reliable untuk mencerminkan kondisi perusahaan secara riil.
Nowadays, small and medium enterprises continue to grow in Indonesia, contributing more than one fifth of Indonesia's Gross Domestic Product, making this segment very potential to continue to be developed. Domestic and foreign banks see this small and medium business segment as a promising segment, making the majority of banks in Indonesia compete in lending to this segment. However, amid a promising prospect, this segment also has its own challenges, where the national’s ratio of non-performing loans in this segment exceeds the ratio of non-performing loans of all loans disbursed. This study aims to assess the reliability of the Altman Z-Score and Ohlson O-Score methods as bankruptcy predictors in Small Medium Enterprise segment in Indonesia and the reliability of the company's financial statements in the Small Medium Enterprise segment in reflecting the company's real conditions as input data to analyze the possibility of the company going bankrupt. This research uses financial report data from companies that are debtors in the Small Medium Enterprise segment at Bank Mandiri. The results showed that the Z-Score calculation was able to predict bankruptcy with an accuracy of 51.8%, 37.4%, 36.3%, and 11.4% for one, two, three and four years before bankruptcy while Ohlson O-Score giving better accuracy results of 73.6%, 43.2%, and 58.5% for one, two and three years before bankruptcy. Based on these results and interviews with internal parties of the Bank it can be concluded that financial statements for Small Medium Enterprise segment companies in general have not been reliable enough to reflect the company's condition in real.