Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wendy Satia Novtian
"Pemanfaatan panel surya atau panel fotovoltaik (PV) masih rendah di wilayah ASEAN. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pemanfaatan Building Applied Photovoltaics (BAPV) dan Building Integrated Photovoltaics (BIPV) dengan fokus pada tingkat kenyamanan suhu ruangan di wilayah tropis. Pengukuran langsung dilakukan dan data yang diperoleh disimulasikan menggunakan perangkat lunak Solidworks Flow Simulation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan BAPV dan BIPV cocok untuk wilayah tropis dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi kenyamanan suhu dalam ruangan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah dimensi tinggi bangunan, material dinding bangunan, ventilasi udara, isolasi yang tepat, dan penggunaan penyaringan matahari. Desain optimal untuk BAPV dan BIPV meliputi dimensi tinggi bangunan minimal 6 meter, penggunaan material dinding dengan masa termal tinggi seperti bahan konvensional (batu bata, semen, dan pasir), serta isolasi yang mempertahankan suhu yang nyaman di dalam bangunan. Selain itu, BIPV dapat bersaing secara ekonomis dengan BAPV dalam hal biaya, dengan nilai Levelized Cost of Electricity (LC0E) untuk BIPV (Net Metering 100%) sebesar Rp 802/kWh. Sementara itu, BAPV yang menggunakan berbagai jenis material atap memiliki nilai LC0E masing-masing, yaitu Alderon sebesar Rp 848/kWh, Genteng sebesar Rp 863/kWh, Metal berpasir sebesar Rp 847/kWh, dan Bitumen sebesar Rp 894/kWh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memajukan pemanfaatan panel surya di wilayah ASEAN dan mendorong penggunaan sumber energi terbarukan.

The utilization of solar panels or photovoltaic (PV) panels remains low in the ASEAN region. This study aims to compare the utilization of Building Applied Photovoltaics (BAPV) and Building Integrated Photovoltaics (BIPV) with a focus on the level of room temperature comfort in tropical regions. Direct measurements were conducted, and the obtained data were simulated using Solidworks Flow Simulation software. The results of the study indicate that the implementation of BAPV and BIPV is suitable for tropical regions, considering the factors that affect indoor temperature comfort. Some factors that need to be considered include the height dimensions of buildings, building wall materials, air ventilation, proper insulation, and the use of solar filtering. The optimal design for BAPV and BIPV includes a minimum building height of 6 meters, the use of high thermal mass wall materials such as conventional materials (bricks, cement, and sand), and insulation that maintains a comfortable temperature inside the building. Furthermore, BIPV can compete economically with BAPV in terms of cost, with a Levelized Cost of Electricity (LCOE) value for BIPV (Net Metering 100%) of Rp 802/kWh. Meanwhile, BAPV using various types of roofing materials has respective LCOE values: Alderon at Rp 848/kWh, Genteng at Rp 863/kWh, Metal Berpasir at Rp 847/kWh, and Bitumen at Rp 894/kWh. The results of this study are expected to promote the utilization of solar panels in the ASEAN region and encourage the use of renewable energy sources."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wintria Julia Nandy
"Photovoltaic sebuah teknologi yang dapat mengubah sinar matahari menjadi energi listrik dapat menjadi jawaban atas berkurangnya energi fosil sebagai bahan utama penghasil listrik konvensional. Photovoltaic sebagai energi terbarukan memiliki kelebihan tidak menimbulkan emisi karbon yang dapat menjadi penyebab pemanasan global. Penggunaan photovoltaic khususnya di Indonesia sebagian besar masih berupa panel yang disusun oleh sel-sel solar dengan daya tertentu. Panel photovoltaic tersebut hanya menjadi sebuah alat penghasil listrik terhadap bangunan.
Photovoltaic dapat dikembangkan menjadi bagian arsitektural dari suatu bangunan. Salah satu alternatif ialah menggabungkannya dengan glass facade yang disebut dengan Photovoltaic Glazing (PV Glazing). Unsur penyusun yang sama antara sel solar dan kaca yaitu silika merupakan salah satu faktor utama dapat bergabungnya kedua material ini. Material kaca yang memiliki konduktivitas yang cukup besar menjadi suatu masalah bagi iklim di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keoptimalan pemasangan PV terhadap glass facade dalam menghasilkan daya listrik dan kontribusinya dalam mereduksi sinar yang masuk ke dalam bangunan. Bangunan yang dijadikan studi kasus adalah Fakultas Ilmu Keprawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dengan façade kaca orientasi selatan dan Manufacture Research Centre Universitas Indonesia (MRC UI) façade kaca orientasi barat. Penentuan studi kasus mewakili orientasi arah glass façade dan terhindar dari bayangan bangunan sekitar. Penelitian memakai simulasi software PVsyst untuk mengetahui daya dan perangkat yang dibutuhkan dari masing masing sampel yang selanjutnya dianalisa menggunakan parameter Performance Ratio, Solar Fraction, Missing Energy dan Energi yang Tersedia. Untuk melihat tingkat reduksi PV Glazing pada penelitian memakai simulasi Ecotec dan perhitungan Heat Transfer.
Biaya pemasangan PV Glazing yang sangat tinggi membuat teknologi PV ini dikategorikan teknologi yang mahal. Dengan melihat kepada kebutuhan listrik kedua studi kasus pada penelitian ini, dengan menggunakan PV Glazing FIK UI dapat menghemat Rp 63,076,350 per tahunnya dan MRC UI Rp 23,859,937.29 per tahunnya dibandingkan dengan listrik konvensional PLN.

Photovoltaic a technology that could converts sunlight into electrical energy can be the answer of a diminished fossil energy as the principal ingredient electricitygenerating conventional. Photovoltaic as renewable energy has an excess of it does not cause of emission carbon that can be the cause of global warming. The use of photovoltaic especially in indonesia most are still in the form of a panel that was compiled by solar cells with specific resources. Photovoltaic panel was only become an instrument electricity-generating toward the building.
Photovoltaic can be developed to become architectural part of an building. One alternative is combining to glass facade which is called by photovoltaic glazing (pv glazing). A constituent of the same element between solar cell and glass that is silica is one of the main factors integration both of this material. Glass that has sizeable conductivity can be a problem for the climate in Indonesia. The research is done for to know optimal mounting PV against glass facade in producing electrical power and contribution in reducing array entering the building.
A building used as case study are Faculty of Nursing University of Indonesia with south façade glazing orientation and Manufacturing Research Centre, University of Indonesia with west façade glazing orientation.. The determination of the case studies represents the orientation direction glass facade and spared from the shadow of local buildings. Research using software PVsyst ssimulation to know the required devices and power of each sample, then analyzed using the Performance parameters, Solar Fraction, Missing Energy and available energy. To see the level of reduction of PV Glazing on research, using software Ecotec simulation and calculation of heat transfer.
Mounting cost of PV glazing very high makes this categorized technology is very expensive. By looking to the need for electricity both of case study in this research, by using PV glazing, FIK UI can save Rp 63,076,350 per year and MRC UI Rp 23,859,937.29 per year compared with electricity conventional PLN.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library