Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifa Zahra
"Tulang adalah jaringan tubuh yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri apabila mengalami kerusakan. Namun pada beberapa kasus cacat tulang, cangkok tulang (bone graft) atau material pengganti tulang dibutuhkan untuk membantu penyembuhan jaringan. Terdapat tiga jenis cangkok tulang yaitu autograf, allograf, dan xenograf. Karena terbatasnya sumber tulang untuk cangkok tulang, peneliti mencari material alternatif sebagai pengganti tulang. Biokeramik telah banyak diteliti karena dinilai sebagai material yang paling menjanjikan sebagai pengganti tulang. Bifasik kalsium fosfat (BCP), tersusun atas hidroksiapatit (HA) dan b-trikalsium fosfat (b-TCP), menunjukkan potensi besar sebagai material pengganti tulang karena sifatnya yang bioaktif, biokompatibel, dan laju degradasi yang cocok dengan laju pertumbuhan tulang. Hidroksiapatit di sintesis dengan metode presipitasi gelombang mikro. Serbuk hidroksiapatit dicampurkan ke dalam larutan polivinil alkohol yang bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan mikrostruktur berpori. Selanjutnya, serbuk hidroksiapatit dipadatkan dan disintering dengan variasi temperatur sintering mulai dari 800 °C hingga 1300 °C untuk mempelajari perubahan fasa dan mikrostruktur dari hidroksiapatit. Fase kristal, gugus fungsi, morfologi, dan sifat mekanik diuji dengan X-ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared FTIR, Scanning Electron Microscope (SEM), dan Mikro Vickers. XRD menunjukkan terjadi perubahan fase HA menjadi b-TCP pada temperatur 1000 – 1300 °C. Hasil FTIR menunjukkan tidak ditemukannya gugus vinil yang berarti PVA telah sepenuhnya terdegradasi akibat sintering dengan temperatur tinggi. Pori yang dihasilkan memiliki bentuk spherical-like dengan ukuran yang semakin besar seiring dengan peningkatan temperatur sintering. Nilai kekerasan maksimal sebesar 4,166 GPa dihasilkan oleh hidroksiapatit yang disintering pada temperatur 1200 °C dan kekerasan menurun pada temperatur diatasnya karena peningkatan dekomposisi HA.

Bone is a tissue that can heal by itself. However, for some cases of bone defects, a bone graft or bone substitute is needed to help bone tissue to heal. There are three kinds of bone grafting which is autograft, allograft, and xenograft. Due to the limited source of bone for bone grafting, researchers eager to find an alternative material for bone substitution. Bioceramic has been widely studied because they are considered the most promising material for bone tissue substitution. Biphasic calcium phosphate (BCP), composed of hydroxyapatite (HA) and b-tricalcium phosphate (b-TCP), has shown great potential as a bone substitute material due to its bioactive, biocompatible properties and the rate of degradation that corresponds to the growth rate of bone. Hydroxyapatite nanocrystal was synthesized through the microwave-assisted precipitation method. Hydroxyapatite powder was later added into a polyvinyl alcohol solution, which is aimed to produced hydroxyapatite with a porous microstructure. Hydroxyapatite powder was compacted and sintered at various temperatures, from 800 – 1300 °C, to study the transformation of phase and microstructure of hydroxyapatite. The crystal phase, functional groups, morphology, and hardness of biphasic calcium phosphate were determined through X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), and Vickers Microhardness Tester. XRD result shows that the b-TCP phase appears due to the decomposition of HA at 1000 – 1300 °C. FTIR result shows there is no sign of a vinyl functional group, which means that PVA has fully degraded due to sintering with high temperature. Produced pores have a spherical-like shape and become larger as the sintering temperature reaches up to 1300 °C. The maximum hardness value of 4,166 GPa obtained from the hydroxyapatite sintered at 1200 °C and slightly decreased at 1300 °C due to increased decomposition of HA"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Beatrix Yordan
"Tesis ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap potensi resiko utama pada perencanaan kelangsungan bisnis (Business Continuity Plan (BCP)) yang sudah diterapkan di PT Jamsostek (Persero) dan membandingkan BCP tersebut dengan model BCP sehingga terbentuknya BCP yang efektif untuk PT Jamsostek (Persero). Model BCP tersebut dibentuk berdasarkan teori dari beberapa pakar mengenai BCP dan implementasi terbaik dari BCP yang pernah ada. Analisa yang dilakukan menghasilkan suatu kesenjangan antara BCP saat ini dan model BCP. Ditemukan beberapa parameter yang harus ditingkatkan pada BCP dari PT Jamsostek (Persero), dimulai dari revisi BCP, risk assessment, respons terhadap resiko, control activities, pengawasan, informasi dan komunikasi.

This thesis intended to perform the evaluation of main risk sources in current Business Continuity Plan (BCP) in PT Jamsostek (Persero) and compare this BCP with the BCP model to have an effective BCP for PT Jamsostek (Persero). The BCP model itself is created based on some expert theories about BCP and implementation of BCP best practices. The analysis result is obtained in the form of gap between the current BCP and BCP. There are many parameters that need to be improved in the BCP of PT Jamsostek (Persero), starting from BCP revision, risk assessment, risk response, control activities, monitoring, information and communication."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29461
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustine Rose Shinta Hartono
"Idealnya suatu perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasionalnya dengan lancar, terutama untuk memenuhi Service Level Agreements SLA yang disepakati dengan pelanggan. Seperti halnya divisi DOCS pada PT. Astra Graphia Tbk. yang bergerak di bidang percetakan digital. Pelanggan divisi DOCS yang mayoritas bergerak di bidang perbankan dan asuransi, menuntut terjaminnya pemenuhan SLA dan kualitas hasil cetakan. Penelitian ini menyusun BCP untuk divisi DOCS dengan menggunakan framework NIST SP 800-34. Framework ini mempunyai beberapa tahapan yang harus dilalui hingga menghasilkan BCP bagi organisasi, namun penelitian ini tidak membahas mengenai uji coba rencana dan pemeliharaannya.
Penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer didapatkan langsung melalui FGD bersama manajemen divisi DOCS untuk mendapatkan informasi mengenai proses bisnis kritikal, sistem informasi yang mendukung, serta RTO dan RPO. Data sekunder didapatkan dari berbagai dokumen internal organisasi seperti dokumen ISO 9001, Perspektif Bisnis Perusahaan, Company Profile, maupun dokumen internal lainnya yang bersifat dokumentatif.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah beberapa usulan terkait BCP untuk divisi DOCS. Usulan yang diajukan adalah pernyataan kebijakan BCP, prioritas pemulihan sistem informasi terkait dampak terhadap bisnis organisasi, kontrol preventif, strategi BCP, dan dokumen BCP.

It is essential for any organizations to proceed their daily operations efficiently, notably in fulfilling the Service Level Agreements SLA that is agreed with the customer. In PT Astra Graphia Tbk. DOCS Division whose main business is digital printing, delivering the SLA and maintaining the quality of printings is very crucial. This research compiles BCP for DOCS division applying the NIST SP 800 34 Framework. In order to obtain the BCP, all the necessary steps needs to be completed however this research is not about the trial and BCP maintenance.
This research utilizes two types of data, which are primary data and secondary data. Primary data is obtained directly through FGD with the management of DOCS division,to gain information regarding critical business process, supporting information system, RTO and RPO. Secondary data is obtained from various internal documents inside the organization, such as ISO 9001, Company Business Perspective, Company Profile, and other internal documents.
The findings of this research suggests that there are some measures need to be taken regarding BCP for DOCS division. The measures are a thorough statement of BCP policy, prioritize the recovery of information system regarding the impacts to organisation rsquo s business, preventive control, BCP strategy, and BCP document.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Wardhana
"Era dengan kemajuan teknologi yang pesat, menimbulkan persaingan yang sangat ketat diantara para kompetitor. Di bidang perbankan, bank-bank harus berbuat keras untuk memberikan pelayanan kepada nasabah yang sebaik-baiknya. Bank harus dapat memberikan pelayanan kepada nasabahnya walaupun terjadi insiden-insiden seperti bencana banjir, teror bom, gangguan listrik, virus, maupun sistem yang tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mempunyai suatu rencana kerja yang dapat mengantisipasi kejadian tersebut agar perusahaan tetap dapat menjalankan kegiatan operasionalnya atau dikenal juga dengan nama business continuity plan. Rencana dan bingkai kerja digunakan untuk menjamin kelangsungan bisnis dan untuk menjamin kelangsungan bisnis dalam keadaan darurat.
Dalam tugas akhir ini, penulis melakukan penelusuran terhadap metodologi daur hidup yang menjelaskan tahapan-tahapan yang penting dalam penyusunan sebuah business continuity plan. Dengan adanya metodologi tersebut, maka dapat dianalisa proses bisnis apa yang penting dan ancaman-ancaman apa yang dapat berpengaruh atas kelangsungan proses bisnis tersebut. Dengan demikian, perusahaan mengerti proses apa yang perlu dijaga kelangsungannya untuk menjaga kelangsungan bisnis secara keseluruhan. Business continuity plan ini harus selalu ditinjau ulang dan diperbaharui secara berkala.

In the era of fast technology development, make very tight competition among all competitors. Especially in banking area, bank must give service to client which as well as possible. Bank have to give service to their client although there are event of disasters like floods, terrorized by a bomb, electricity failure, virus, and also system malfunction. This matter make company have to make a job plan which can anticipate the occurence of disaster in order the company remain to run its operational activity or recognized also by the name of business continuity plan. Plan and frame job used to guarantee the continuity of business and to guarantee the continuity of business in a state of emergency.
In this final duty, writer conduct a research to cycle methodologies of life explaining important step in compilation a business continuity plan. With the use of methodologies, analyzable to hence process business what is necessary and threat of what can have an effect on the continuity of the business process. Thereby, company understand what kind of business process should be taken care of so the company can maintain the continuity of business as a whole. This business continuity plan have to be always re-evaluated and innovated periodically."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Amanda Purnamasari
"Bifasik kalsium fosfat (BCP) gabungan dari hidroksiapatit (HA) material bioaktif dengan ꞵ-Trikalsium Fosfat (ꞵ-TCP) material yang mudah diserap (resorbable). Karenanya, BCP mempunyai tingkat degradasi dan sifat osteokonduktif yang tinggi, sehingga berpotensi besar sebagai bahan pengganti tulang. Namun, BCP bersifat rapuh. Untuk memperbaiki sifat rapuh ini, BCP dikompositkan dengan kolagen karena kolagen mampu memperbaiki sifat BCP yang rapuh. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis komposit BCP/Kolagen dengan metode presipitasi basah secara ek-situ dengan rasio BCP/Kolagen: 90/10; 80/20 dan 70/30 (wt.%). BCP disintesis menggunakan iradiasi gelombang mikro 720 W selama 45 menit. BCP yang dihasilkan akan disintesis menjadi komposit BCP/Kolagen. Hasil XRD BCP murni menunjukkan adanya dua fasa yaitu HA (25%) dan β-TCP (75%). Kolagen berasal dari biowaste berupa GIL ayam. Hasil FTIR kolagen GIL memperlihatkan adanya gugus fungsional khas kolagen pada bilangan gelombang 3280 cm-1 (amida A), 2963 cm-1 (amida B), 1648 cm-1 (amida I), 1451 cm-1 (amida II), dan 1241 cm-1 (amida III). Sementara, hasil XRD komposit BCP/Kolagen menunjukkan terbentuknya fasa β-TCP, fasa HA, dan fasa impuritas oxyapatite dan phosphorous oxide pada semua variasi komposit BCP/Kolagen. Gugus fungsional khas (OH-), (PO43-) dan (N-H) hadir pada semua variasi terlihat pada hasil FTIR menandakan bahwa BCP dan kolagen telah berikatan. Hasil SEM memperlihatkan semakin banyak kandungan kolagen maka semakin kecil ukuran partikel yang terbentuk.

Biphasic calcium phosphate (BCP) is a combination of hydroxyapatite (HA) bioactive material with ꞵ-Tricalcium Phosphate (ꞵ-TCP) resorbable material. Therefore, BCP has a high level of degradation and osteoconductive properties, so it has great potential as a bone substitute. However, BCP is brittle. To improve this brittle nature, BCP combined with collagen because collagen can improve the brittle nature of BCP. This study aims to synthesize BCP/Collagen composites by wet precipitation ex-situ method with BCP/Collagen ratio: 90/10; 80/20 and 70/30 (wt.%). BCP was synthesized using microwave irradiation with 720 W power for 45 minutes and have two phases, namely HA (25%) and ꞵ-TCP (75%) from XRD results. The resulting BCP will be synthesized into BCP/Collagen composites. The collagen used was derived from biowaste of the inner layer of chicken gizzard (GIL). FTIR results of GIL collagen showed the presence of functional groups typical of collagen at wavenumbers 3280 cm-1 (amide A), 2963 cm-1 (amide B), 1648 cm-1 (amide I), 1451 cm-1 (amide II), dan 1241 cm-1 (amide III). Meanwhile, XRD results of BCP/Collagen composites showed the formation of ꞵ-TCP phase, HA phase, oxyapatite and phosphorous oxide impurities in all variations of BCP/Collagen composites. The characteristic functional groups (OH-), (PO43-) and (N-H) were present in all variations seen in the FTIR results indicating that BCP and collagen had bound. SEM results show that more collagen content the smaller the particle size formed, where the smallest particle size is owned by BCP/30 sample of 26.170 μm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Karmilasari
"Bisnis adalah suatu hal yang bersifat dinamis, dapat berubah dan berkembang sebagai dampak dari faktor internal dan eksternal, sehingga menjadi hal yang penting untuk dapat mengimplementasikan Business Continuity Management System (BCMS) di perusahaan. Berdasarkan laporan Top Business Risk yang dikeluarkan oleh Allianz Risk Barometer pada tahun 2018 disebutkan bahwa business interruption merupakan salah satu risiko terbesar dalam kurun waktu 6 tahun belakang ini, hal ini pun menjadi salah satu risiko bisnis utama pada negara-negara Eropa, Afrika dan Timur Tengah serta Asia Pasifik termasuk Indonesia. Lebih spesifik lagi, untuk Indonesia disebutkan bahwa bussiness interuption terbesar disebabkan oleh gangguan dalam rantai pasok, bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami dsb, kebakaran dan ledakan pabrik serta perubahan iklim/ peningkatan suhu/cuaca buruk. Hal ini pun tidak luput terjadi pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, termasuk industri manufakturing yaitu farmasi, terdapat peningkatan skenario interupsi bisnis dibanding 2017 yang diakibatkan dari adanya gangguan rantai pasokan, bencana alam serta peristiwa kebakaran dan ledakan. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan semi kuantitatif berdasarkan ketentuan NFPA 1600 dan ISO 22301.
Tujuan dari penelian ini adalah untuk menganalisis implementasi Business Continuity Plan (BCP) level existing perusahaan dan faktor-faktor yang berkontribusi sesuai dengan standar yang akan dikategorikan menjadi 4 tingkatan; Tidak Baik, Kurang Baik, Cukup Baik dan Baik. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan analisis gaps (kekurangan) pada tiap elemen BCP untuk membandingkan implementasi BCP aktual dengan standar, lalu dilakukan analisis mendalam untuk mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gaps. Hasil yang dapat disimpulkan adalah rata-rata BCP level existing perusahaan berada pada level 71% (Cukup Baik). Elemen BCP yang menjadi prioritas utama untuk perusahaan tingkatkan yaitu Pelatihan dan Edukasi, Program Pemeliharaan & Peningkatan serta Evaluasi kinerja. Faktor yang berkontribusi terhadap gaps adalah terkait TNA yang belum spesifik, proses audit internal BCP yang kurang menyeluruh serta mindset implementasi BCP yang masih prosedural.

Business is something dynamic, changeable and developed as impact from internal and external factors, so it is important to implement well-adapted Business Continuity Management System (BCMS) in a company. Based on the report on Top Business Risk issued by the Allianz Risk Barometer in 2018, it is stated that business interruption is one of the biggest risks in the past 6 years, this has become one of the main business risks in European countries, Africa and Middle East and Asia Pacific including Indonesia. Specifically, Indonesia, it stated that the biggest business interruption is caused by disruptions on supply chain, natural disasters such as earthquakes, floods, tsunamis etc., factory fires and explosions and climate change/ rising temperatures. This also happened to companies in Indonesia, including pharmaceuticals. There is an increasing trend in business interruption scenarios compared to 2017 caused by supply chain disruptions, natural disasters, and fire & explosion events. This study was conducted by using qualitative and semi-quantitative analysis in accordance with requirements from NFPA 1600 and ISO 22301.
The aim of this study is to analyse the implementation of Business Continuity Plan (BCP) existing level in the company and the contributing factors in referral to the standards which are categorized by 4 level; Not Good, Less Good, Good Enough and Good. Data collection carried out by conducting gap analysis on each BCP element to compare the actual BCP implementation with the standards, then it is being in-depth analyzed to explore the contributing factors on gaps. It concluded that the average existing BCP level is 71% (Good Enough). High priority should be main concern for improvement are training & education, monitoring & continuous improvement and performance evaluation. Contributing factors on the gaps are unspecified TNA, not robust internal audit process of BCP and mindset on BCP implementation which still procedural.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library