Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jenni Wihartini Tjakra
Abstrak :
ABSTRAK


Karya akhir ini mempunyai tujuan untuk menganalisis dampak otonomi daerah terhadap jalannya usaha asuransi kesehatan yang dikelola oleh PT. ASKES dan strategi pemasaran yang sistematis dan terarah bagi PT. ASKES dalam era otonomi daerah tersebut.

Pada hakekatnya, kebijakan otonomi daerah menempatkan Pemerintah Daerah sebagai Pemegang kewenangan dalam penyelenggaraan semua bidang pemerintahan berazaskan desentralisasi dalam arti luas kecuali atas kewenangan strategis tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah, dalam wujud nyata untuk ditumbuh kembangkan secara bertanggung jawab sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah. Pemberian otonomi ditujukan bagi peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang sesuai antara Pusat dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PT. ASKES sebagai penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan memulai kiprahnya sejak tahun 1968 dengan program ASKES Sosial yang berlingkup nasional bagi pegawai negeri sipil (PNS), pensiunan PNS, pensiunan TNI/Polri, Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya. Dalam perkembangannya sejak tahun 1992 PT. ASKES memperluas usahanya dengan menyelenggarakan program ASKES Komersial bagi karyawan Badan Usaha dan keluarganya.

Dengan terbitnya kebijakan tentang otonomi daerah (UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999) ditemui beberapa daerah yang mengembangkan wacana dan keinginan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan mandiri berupa ASKESDA (Asuransi Kesehatan Daerah), sebagai salah satu program PEMDA yang akan menggantikan program ASKES Sosial. Hal ini tentu saja dapat berkembang menjadi ancaman bagi kesinambungan program ASKES Sosial yang berlingkup nasional yang selama ini diselenggarakan oleh PT. ASKES. Perubahan status rumah sakit menjadi Perjan, yang secara otomatis mempengaruhi biaya pemeliharaan kesehatan, dimana tarif pelayanan rumah sakit ditentukan oleh pemerintah daerah bersama DPRD setempat, yang berorientasi terhadap keniampuan rumah sakit untuk membiayai operasi rumah sakit tersebut. Hal ini menimbulkan kecenderungan provider meningkatkan tarif pelayanan kesehatan untuk memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Adanya wacana dan keinginan dari beberapa daerah tersebut diatas telah memunculkan inspirasi bagi penulis untuk melihat seberapajauh dampak ancaman kebijakan Pemerintah Daerah di bidang kesehatan dalam era otonomi daerah terhadap kesinambungan dalam mempertahankan posisi sebagai "market leader'' penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan serta sebagai "development agent" dalam memberi pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau bagi masyarakat peserta ASKES Sosial. Selain daripada itu juga akan dilakukan pengkajian dampak otonomi daerah terhadap program ASKES Komersial.

Untuk itu dilakukan analisis terhadap lingkungan bisnis dan dari hasil analisis terhadap lingkungan eksternal makro maupun semi makro khususnya tentang dampak otonomi daerah terhadap PT ASKES menunjukkan bahwa : Masyarakat yang terjamin oleh asuransi kesehatan hanya 18%, artinya pasar asurans1 kesehatan masih sangat. besar. Namun pasar yang besar tersebut justru adalah masyrakat miskin sekitar 20% dari jumlah penduduk.

Sesuai dengan prinsip asuransi kesehatan pengelolaannya mengikuti hukum bilangan besar (law of the large number), sehingga terjadi cross subsidy diantara peserta.

Belum adanya kesiapan Pemerintah Daerah, baik dari segi pembiayaan, administrasi dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tersedianya produk ASKES komersial yang beragam yang dapat memenuhi kebutuhan peserta sesuai dengan macam benefit dan luasnya jangkauan jaringan pelayanan kesehatan.

Memperhatikan hal-hal tersebut, maka PT. ASKES menetapkan strategi pemasaran yang sistemetis dan terarah bagi kelompok pasar ASKES Sosial dan pasar ASKES Komersial yang disewaikan dengan target market yang ditetapkan. PT. ASKES. Selain daripada itu dikembangkan pula pemahaman terhadap ancaman yang menghadang sebagai dasar untuk mengembangkan peluang untuk merekrut Pemerintah Daerah sebagai mitra kerja PT. ASKES untuk mengelola jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduknya terutama masyarakat miskin yang belum mempunyai jaminan asuransi kesehatan. Adanya sinergi tersebut akan berimplikasi pada perluasan market share PT. ASKES, dengan mengoptimalkan kekuatan dan menekan kelemahan-kelemahan perusahaan, sehingga misi dan visi perusahaan dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan manfaat yang maksimal bagi seluruh stakeholder.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharsono Yusuf
Abstrak :
Rumah sakit adalah bagian dari sistem pelayanan perawatan kesehatan yang sangat dipengaruhi globalisasi dan krisis ekonomi. Mahalnya biaya perawatan kesehatan dan tingginya persaingan pasar juga mempengaruhi seluruh kegiatan rumah sakit. Selain itu meningkatnya kebutuhan akan perawatan kesehatan juga menambah tuntutan untuk meningkatnya standar kualitas pelayanan yang akan mengakibatkan meningkatnya juga biaya pelayanan. Data menunjukkan bahwa 31,4% dari total pasien yang dirawat di RSMH Palembang pada tahun 2002 adalah pasien dengan PT Askes. Masalah yang ditemukan adalah adanya perbedaan pelayanan antara pasien yang menggunakan PT Askes dengan pasien Non-Askes. Pasien peserta wajib PT Askes sering mengeluhkan kualitas pelayanan yang diterima selama dirawat di rumah sakit, terutama pada rawat Inap. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas layanan yang diberikan antara pasien Askes dengan pasien Non-Askes, yang dirawat di ruang rawat inap kelas II dengan diagnosis Hipertensi. Enam indikator digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan meliputi jenis obat yang diberikan terhadap pasien, jumlah pemeriksaan medis, lama rawat, jumlah kunjungan dokter, asuhan keperawatan dan total biaya. Data tersebut diambil dari rekam medis. Berdasarkan hasil menunjukkan tidak ada perbedaan kualitas pelayanan yang bermakna yang diberikan baik kepada pasien PT Askes maupun Non-Askes yang dirawat di ruang kelas II dengan diagnose hipertensi. Secara khusus tidak terdapat perbedaan pada jumlah jenis obat yang diberikan baik terhadap pasien PT Askes maupun Non-Askes. Dengan kriteria minimal lima jenis pemeriksaan penunjang medis, ditemukan bahwa pasien dengan PT Askes menerima jumlah pemeriksaan yang sama dengan pasien Non-Askes, dengan rentang antara 2 sampai dengan 8 jenis pemeriksaan penunjang medis. Penelitian ini juga melihat pada lama rawat, dan tidak ditemukan perbedaan antara pasien PT Askes dengan Non-Askes. Rata-rata lama hari rawat adalah 5,58 hari dengan rentang dari 1 sampai 19 hari. Dalam hal kunjungan oleh dokter selama dirawat inap seringkali menjadi alasan utama keluhan para pasien peserta PT Askes. Dan pads kenyataannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada kunjungan dokter antara pasien PT Askes dengan pasien Non-Askes. Asuhan keperawatan sebagai salah satu kriteria tidak ada perbedaan kualitas layanan antara pasien PT Asked dengan Non-Askes. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa baik pasien PT Askes maupun Non-Askes mendapat asuhan keperawatan yang kurang, dengan rata-rata 2,19 kali. Secara keseluruhan, baik pasien PT Askes dan Non-Askes yang dirawat di kelas II dengan hipertensi mendapat pelayanan yang baik, berdasarkan pemberian obat, jumlah pemeriksaan penunjang medis, lama rawat, jumlah kunjungan dokter dan total biaya. Sedangkan asuhan keperawatan mendapat pelayanan yang kurang baik bagi pasien PT Askes maupun Non-Askes. Dilihat dari informasi rekam medik pasien, perlu disarankan kepada petugas medis untuk menyadari betapa pentingnya informasi yang ditulis dalam rekam medik secara jelas, lengkap dan konsisten. Analisis sangat tergantung pada kualitas informasi yang tersedia pada rekam medik. Lebih jauh lagi, diperlukan juga untuk perbaikan pelayanan perawatan secara berkelanjutan untuk memudahkan proses pemulihan pasien. Untuk PT Askes perlu mengevaluasi besaran tarif rumah sakit dalam rangka mengurangi beban keuangan rumah sakit. Selanjutnya perlu analisis lebih lanjut untuk Rumah Sakit Mohamad Hoesin Palembang guna perbaikan kualitas pelayanan. Daftar bacaan : 42 (1990-2002) Analysis of Service of Hospital for the Patients with Hypertension Case at Ward Class Two which are Assured by PT.Askes and General Patients in the Mohamad Hoesin Hospital Palembang 2002Hospitals as part of the health care delivery system are highly influenced by globalization and economic crisis. High cost of health services and highly competitive market also contribute to the sustainability of the overall operation of the hospital. In addition, increasing demand on health care services also add to the requirements of high standard of quality of care that further increase the cost of delivery services. The data indicated that 31.4% of total admitted patients hospitalized in the RSMH in 2002 was P.T.ASKES patients. There are issues that members of PT ASKES are treated differently than Non-ASKES patients. Members of PT ASKES frequently complain on the quality of services received during treatment in the hospital, especially in the inpatient care setting. This study aims to address issues on differences on quality of care given to patients of PT ASKES and Non-ASKES who are admitted in the ward class two with diagnosis of hypertension. Six indicators are used to measure quality of care that include numbers of types of drugs given to patients, numbers of medical examination taken, length of stay, numbers of visite by doctors, nursing services, and cost Data is taken from medical records. The results indicated that there is no significant differences on quality of care given to patients of PT. ASKES and Non-ASKES patients admitted in the ward two diagnosed with hypertension. In specific, there is no difference on numbers of types of drugs given to PT ASKES and Non-ASKES patients. Using criteria of minimum five types of medical examination, it is found that ASKES patients receive same numbers of medical examination, with range from 2 to 8 types of medical examinations. The study also address the issue on length of stay, which is found no differences between PT ASKES and Non-ASKES patients. The average length of stay is 5,58 days ranging from 1 - 19 days. Issues on number of visit by medical doctors during hospitalization frequently become the main reason of complain among PT ASKES patients. Again, the result describes that there is no differences on numbers of visite by medical doctors for both PT ASKES and Non-ASKES patients. Nursing care is also used as one of the criteria to identify no differences on quality of care between PT ASKES and Non-ASKES patients. The results indicated that both patients ASKES and Non-ASKES receive bad services on nursing care aspect, with the average of 2,19 times. Overall, patients of PT ASKES and Non-ASKES admitted in the ward class two diagnosed with hypertension both receive good quality of care, as measured by types of drugs given, numbers of medical examination taken, length of stay, numbers of visite by doctors, and cost. Nursing care is considered as bad, both for PT ASKES and Non-ASKES patients. Since the above information is taken from patients medical records, it is highly recommended for medical staffs to be aware on the importance on clear, valid, concise and consistent information written in the medical records. The analysis will depend on the quality of information available on the medical records. Furthermore, it is needed to continue improve on nursing care to ease process of recovery of the patients. For PT ASKES, it is important to reevaluate tariff given to the hospital in attempt to reducing financial burden of the hospital. For further detailed analysis, Rumah Sakit Mohamad Hoesin Palembang require to continue improve its quality of services. References : 42 (1990-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ririk Rikmaya
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26760
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Afriyenti
Abstrak :
Tesis ini membahas hubungan antara persepsi dimensi kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien Askes di Puskesmas Sukasari di Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat adanya penurunan kunjungan pasien Askes pada tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain longitudinal. Teori yang digunakan untuk melihat dimensi kualitas adalah teori Cronin and Taylor (1992) yang terdiri dari lima variabel yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kualitas yang signifikan berhubungan dengan kepuasan adalah tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty dimana tangible adalah variabel dimensi kualitas yang paling kuat hubungannya dengan kepuasan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar puskesmas meningkatkan kenyamanan pasien dengan meningkatkan fasilitas yang ada, meningkatkan kedisiplinan jadwal pelayanan, meningkatkan kesigapan dokter dan perawat, serta meningkatkan keterampilan perawat. Dinas Kesehatan perlu upaya peningkatan pembinaan kedisiplinan dan meningkatkan pelayanan puskesmas Sukasari menjadi rawat inap serta PT Askes perlu upaya peningkatan pelayanan dengan memberikan informasi hak dan kewajiban peserta Askes dan memfasilitasi program-program pencegahan di puskesmas lain di Kota Tangerang. ......This thesis explores the relationship between perceptions of the dimensions of quality of health care at the health center patient satisfaction Askes Sukasari Tangerang City. This research was conducted because researchers saw a decrease in patient visits in 2012 Askes. This study is an observational study with a longitudinal design. Theory that used to see the dimensions of quality is the theory of Cronin and Taylor (1992) which consists of five variables: tangible, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. The results showed that the quality dimension significantly related to satisfaction is tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy and tangible is the variable dimension quality where the most powerful relationship with satisfaction. Based on this study, the researcher suggests the health center to improve their Askes patients? satisfaction through their Public Health Care Services by improving their facility, improving discipline in their service schedule, improving the responsiveness of the doctors and nurses, and improving the skills of their nurses. Based on this study, the researcher suggests the health center to improve their Askes patients? satisfaction through their Public Health Care Services by improving their facility, improving discipline in their service schedule, improving the responsiveness of the doctors and nurses, and improving the skills of their nurses. Health Department needs to increase efforts to prove service discipline and coaching clinic Sukasari be hospitalized. PT Askes need to improve services by providing information rights and obligations of participants and facilitate prevention programs in other health centers in the city of Tangerang.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Askes,
610 IAJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Juliani
Abstrak :
Ketidaksesuaian hasil survey HayGroup dengan observasi dan wawancara merupakan masalah. Adapun tujuan yakni mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepuasan Peserta Askes Sosial terhadap Pelayanan Askes Center di RS. Depati Hamzah Pangkalpinang Tahun 2012. Desain yang digunakan cross sectional dengan 96 responden teknik quota sampling. Hasil menunjukkan Kepuasan Peserta Askes Sosial terhadap Pelayanan Askes Center masih rendah, faktor karakteristik yang berhubungan yakni umur, tingkat pendidikan dan pengalaman keluhan serta dimensi pelayanan yang berhubungan yakni umur dengan dimensi tangible dan reliability, jenis pekerjaan dengan dimensi responsiveness serta pengalaman keluhan dengan dimensi tangible. Disarankan perlu ditingkatkannya kualitas pelayanan di Askes Center. ......Incompatibility HayGroup survey results with observations and interview are a problem. The purpose of research are to describe satisfaction of Participants Social Health Insurance for Askes Service Center at the Depati Hamzah Hsopital Pangkalpinang in 2012. The research used cross sectional study design with quota sampling technique, which?s done by distributing questionnaries to 96 respondents. The results show satisfaction of participants social health insurance for askes service center is still low, factors corelations to participants characteristics are age, level of education, complaint experience, and dimensions of service coverage related to age with the tangible and reliability dimensions, type of work with the dimension of responsiveness, and complaint experience with the tangible dimension. Sugasted for for increased quality of care in Askes Service Center.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Siswanto Sindhusakti
Abstrak :
ABSTRAK
RSUD Dr. Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit tipe B pendidikan yang selain mempunyai fungsi sosio-ekonomi juga mernpunyai fungsi sebagai fasilitas pendidikan. Sebagai RSU Daerah Propinsi Jawa Tengah mempunyai beban untuk memasukkan Pendapatan Asli Daerah.

Kajian tarif PERDA 8/1991 dengan tarif paket ASKES berdasarkan SKB Menkes No. 12O3/Menkes/SKB/XII/1993 - Mendagri No. 440/4689/PUOD untuk layanan/tindakan yang lama memperlihatkan kesenjangan besarnya tarif sehingga dapat diketahui total "subsidi" RSUD Dr. Moewardi Surakarta ke PT PERSERO ASURANSI KESEHATAN INDONESIA (PT. ASKES) dalam satu tahun anggaran.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang besarnya "subsidi" RSUD Dr. Moewardi Surakarta ke PT ASKES dalam satu tahun karena adanya kesenjangan tarif dan upaya menyusun rencana usaha untuk penanggulangan tersebut.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang besarnya "subsidi" RSUD Dr. Moewardi Surakarta ke PT ASKES dalam satu tahun karena adanya kesenjangan tarif dan upaya menyusun rencana usaha untuk penanggulangan tersebut.

Dengan melakukan kajian ini dapatlah dibuat rencana usaha untuk memperkecil sampai meniadakan "subsidi" RSUD Dr. Moewardi Surakarta ke PT ASKES yang cenderung tiap tahun naik.

Dari kajian ini ke dalam dapat memberikan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh manajer rumah sakit untuk melakukan cost containment dan mengambil keputusan perlunya penentuan tarif berdasarkan hasil analisa biaya.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis, pengumpulan data sekunder yang dapat dihimpun antara tahun 1991/1992 sampai dengan tahun 1994/1995 sesuai tahun anggaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua jenis tarif paket atau non paket adalah di bawah tarif PERDA No. 811991 yang masih berlaku, sehingga pendapatan dari pendapatan rawat jalan peserta ASKES 1993 (33,3%), 1994 (34,0%), sedang rawat inap 1993 (19,6%), 1994 (21,5%) mempakan besarnya "subsidi" RSUD Dr. Moewardi ke PT ASKES untuk tahun 1993 (10,8%), 1994 (8,62%) dari total pendapatan.

Tarif PERDA yang berlaku ditentukan belum dengan analisa biaya, dengan besar tujuan "subsidi" kepada golongan ekonomi lemah/kelas III sesuai dengan fungsi RSUD Dr. Moewardi Surakarta sosio-ekonomi, sehingga dengan RSUD Dr. Moewardi Surakarta "mensubsidi" PT ASKES, maka terjadi subsidi ganda dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Cost containment merupakan langkah awal yang dilaksanakan di RSUD Dr. Moewradi yaitu pada pembelian alat kesehatan dan bahan habis pakai dicari produk yang harganya lebih murah, tanpa mengurangi mutu pelayanan.

Penyesuaian tarif ASKES yang berlaku sekarang ini dengan tarif PERDA yang masih berlaku merupakan langkah yang perlu. Untuk menutupi subsidi tersebut, sistem budget satu tahun untuk pelayanan RSUD Dr. Moewardi Surakarta terhadap penderita peserta ASKES dapat juga dipakai PT ASKES dapat memberikan tambahan dana tiap triwulan sebesar "subsidi" RSUD Dr. Moewardi ke PT ASKES.
ABSTRACT
RSUD Dr. Moewardi Surakarta is provincial - referral type B hospital of central Java province, it has track to get original provincial income. It is also a teaching hospital. There for this hospital has service and teaching functions.

The study of the fares of PERDA 8/1991 and the package fare of ASKES based on SKB Menkes No. 1203/Menkes/ SKB/XII/1993. Mendagri No. 440/4689/PUOD for the same service or action showed a fare. That gap in a year represent subsidy of RSUD Dr. Moewardi to PT ASKES. The purpose of the study was not to get infonnation about the amount of annual subsidy of RSUD Dr. Moewardi Surakarta to PT. ASKES to make a plan to contain it. There fore efforts to minimize and then to gradually erase the subsidy of RSUD Dr. Moewardi Surakarta to PT ASKES could be planned. This plan gave steps to the hospital manager to contain cost and to make a decision of fixing fare based on the result of cost analysis.

the hospital manager to contain cost and to make a decision of fixing fare based on the result of cost analysis.

The study was a descriptive one. As it is, it could not inter causality. The secondary data needed than was collected in 199111992 to 1994/1995 matched with the budget year. The result of the study showed that almost all kinds of fares, both package or non package, were consistently lower than the fare of PERDA No. 8/1991 the income from out patients care of the ASKES members in 1993 was 33,3%, ad in 1994 was 34,0%, and from patient care in 1993 was 19,6% and in 1994 was 21,5%. The amount of the "subsidy" of RSUD Dr. Moewardi to PT. ASKES in the year in 1993 was 10,8%, and in 1994 was 8,62% from the total of income.

The PERDA fare has been decided without cost analysis, with the purpose to subsidize the lower economy class /3rd class , caused .. double subsidy" from RSUD Dr. Moewardi Surakarta to ASKES patients. Cost containment was the first step that had been done in RSUD Dr. Moewardi Surakarta where the hospital looked for cheaper price when buying medical instrument without decreases quality services.

To pay the "subsidy. , annual budget system for the treatment of RSUD Dr. Moewardi Surakarta to ASKES patients can be used. Another alternatives is to ask PT ASKES to match the charge differences.

References: 49 (1973- 1995).
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S8737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyantoro
Abstrak :
Biaya pelayanan kesehatan di Indonesia dapat bersumber dari pemerintah swasta maupun dari sumber-sumber eksternal. Asuransi Kesehatan merupakan salah satu bentuk pembiayaan kesehatan yang saat ini baru menjangkau sekitar 20% dari biaya pelayanan kesehatan di Indonesia dan 8% diantaranya melalui PT (Persero) Askes (Roesma, 1996). Peserta Askes wajib pada saat ini sudah mencapai lebih dari 16 juta orang yang pada umumnya dilayani di rumah sakit pemerintah termasuk antara lain rumah sakit ABRI.
1999
JMAR-1-2-Jun1999-89
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>