Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riendita Yuliasari
Abstrak :
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita merupakan rumah sakit pusat jantung nasional. Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang maksimal harus di dukung dengan kerja sama dan manajemen yang baik dari seluruh unit yang ada di rumah sakit. Salah satu unit terpenting dalam proses kegiatan di rumah sakit adalah unit farmasi, yang bertanggung jawab dalam mengelola dan menyediakan seluruh barang farmasi yang dibutuhkan setiap pasien. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan data primer yaitu dengan observasi dan wawancara mendalam dengan tiga informan, yaitu Kepala UPF Farmasi dan Apotik, Kepala Penunjang dan Logistik, dan staf Perencanaan Obat Reguler dan Askes. sedangkan data sekunder adalah data jumlah persediaan, data harga satuan obat dan data pemakaian obat generik selama 6 bulan yaitu bulan Desember 2007 sampai Mei 2008. Pada penelitian ini, data dari hasil wawancara mendalam dan observasi akan diperoleh penjelasan mengenai proses perencanaan dan pengadaan obat di gudang farmasi, kemudian dari data sekunder akan dibuat dibuat analisis ABC pada obat generik di Gudang Farmasi sehingga diketahui obat-obatan yang masuk dalam kelompok investasi tinggi, sedang dan rendah selama 6 bulan terakhir yaitu pada bulan Desember 2007 sampai Mei 2008. Hasil yang diperoleh dari analisis kemudian dibuat perhitungan dengan EOQ dan ROP untuk obat-obatan kelompok A dalam analisis ABC untuk dapat menghasilkan persediaan yang optimal. Dari hasil analisis ABC berdasarkan investasi diperoleh Kelompok A merupakan obat generik dengan investasi tinggi, dengan 12 item obat atau 9,09 % dari 132 item obat generik yang ada, dengan jumlah investasi sebesar Rp.402.255.149 atau 70.06 % dari total investasi. Kelompok B merupakan obat generik dengan investasi sedang, dengan 18 item obat generik atau 13,64 % dari 132 item obat generik, dengan investasi sebesar Rp.114.831.190 atau 20 % dari total investasi. Kelompok C merupakan obat dengan investasi rendah, dengan 102 item dari 132 item obat generik atau 77,27 % dari total obat generik yang ada dengan investasi sebesar Rp.57.040.087 atau 9.94 % dari total investasi. Dari pengelompokan analisis ABC tersebut kemudian dibuat perhitungan pengendalian dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan ROP (Reorder Point). Didapatkan hasil EOQ untuk obat Simvastatin sebesar 3523.12 dibulatkan menjadi 3523. Ini berati bahwa jumlah pemesanan yang ekonomis untuk Simvastatin 10 mg adalah 3523 tablet. Untuk menentukan kapan dilakukan pemesanan kembali dilakukan perhitungan dengan metode ROP. Dari hasil yang di dapat untuk obat Simvastatin 10 mg. Dapat dilakukan pemesanan kembali ketika obat mencapai 1488 Tablet dan jarak untuk dilakukan pemesanan kembali adalah jumlah pemakaian selama 6 bulan dibagi dengan hasil EOQ yaitu 1,74 dibulatkan menjadi 2 hari. Secara umum, pengendalian persediaan di Sub Unit Gudang Farmasi telah dilakukan dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada. Masalah yang ada berkaitan dengan tidak adanya formularium obat. Saran yang dapat diberikan adalah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dapat merealisasikan rencana pembuatan formularium, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pengadaan kebutuhan obat dan pengendalian persediaan obat di Gudang Farmasi dapat lebih mudah di lakukan.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ainurinsan Amaludin
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah terkait pengadaan obat di rumah sakit kerapkali terjadi, tidak terkecuali di RSUD Pasar Minggu. Masalah pengadaan obat yang sering terjadi di RSUD PasarMinggu adalah peningkatan anggaran obat, seringnya terjadi kekosongan stok obat, dan lead time pengadaan obat yang relatif lama. Oleh karena itu, diperlukan upaya efisiensi pengadaan dan penyimpanan obat dalam penyusunan rencana kebutuhan obat untuk memperlancar kegiatan operasional dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Bentuk penelitian ini adalah riset operasional dengan metode kualitatif dan kuantitatif untuk menyusun upaya efisiensi baik dari pendekatan farmasi dan non farmasi. Pendekatan farmasi dilakukan dengan mengelompokkan obat menurut Analisis ABC nilai investasi kemudian membandingkan beberapa model inventori demi mendapatkan model dengan total biaya pengadaan dan penyimpanan obat terkecil, sementara pendekatan non farmasi melalui upaya manajemen formularium. Hasil Analisis ABC nilai investasi menunjukkan bahwa terdapat 34 jumlah obat kelompok A yang menjadi fokus utama efisiensi pengendalian biaya obat. Obat kelompok A tersebut kemudian dihitung perencanaan kebutuhannya dengan menggunakan model inventori Economic Order Quantity EOQ untuk menghasilkan perhitungan total biaya pengadaan dan penyimpanan obat TIC terkecil. Untuk mengantisipasi kejadian kekosongan stok obat dilakukan dengen menentukan nilaisafety stock yang mempertimbangkan jumlah pemakaian dan lead time masing-masing obat.
ABSTRACT
Planning Medication Procurement in RSUD Pasar Minggu Problems related to procuring medication often occur in hospital, including in RSUD Pasar Minggu. The problems involved are increased medication budget, the frequent occurrence of out of stock medication, and relatively long medication procurement lead time. Therefore, it is necessary to determine efforts to maximize efficiency inmedication procurement and inventory in planning medication needs so that operational activities can be reinforced and the quality of health service can be improved. This is an operational research with qualitative and quantitative method to establish efficiency efforts both from pharmaceutical and nonpharmaceutical approaches. Pharmaceutical approach involves doing ABC Analysis to group the medication based on its investment values. Then, three inventory models will be compared to getthe model with the lowest total inventory cost TIC . Meanwhile, nonpharmaceutical approach is done by formulary management efforts. ABC Analysis of investment value indicates that group A medication consist of 34items. Those items become the main focus of medication cost containment. The medication needs for group A are then calculated by Economic Order Quantity EOQ model to generate the lowest TIC. In addition, safety stock calculation that determines not only the demand of the medication but also the procurement lead timeof each drug is vital to anticipate the occurrence of out of stock medication.Keywords ABC Analysis Efficiency EOQ TIC.
2017
T48643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
Abstrak :
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efektif dan efisien. Perencanaan obat dengan metode kombinasi analisis ABC-VEN. Analisis ABC atau Pareto adalah suatu analisis yang dapat digunakan dalam menganalisis pola konsumsi perbekalan farmasi dimana dengan kelompok A 80%, kelompok B 15%, dan kelompok C 5% dari keseluruhan dana, sementara analisis VEN untuk menetapkan prioritas pembelian obat dalam kelompok obat vital (V), essensial (E) dan non essensial (N). Pengadaan dilakukan dengan melakukan pemesanan melalui E-catalogue atau pemesanan langsung melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). ......The management of drugs and health supplies in Puskesmas aims to ensure the availability and affordability of effective and efficient drug services. Drug planning by the combined method of ABC-VEN analysis. ABC or Pareto analysis is an analysis that can be used in analyzing consumption patterns of pharmaceutical supplies where group A is 80%, group B is 15%, and group C is 5% of the total funds, while VEN analysis is to determine drug purchase priorities in vital (V), essential (E) and non-essential (N) drug groups. Procurement is carried out by placing orders through E-catalogue or direct orders through Pharmaceutical Wholesalers (PBF).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Layla Izzatul Khuriyati
Abstrak :
Salah satu pelayanan unggulan di RSMH adalah pelayanan kemoterapi terpadu.Sebagai salah satu sumber daya dalam mendukung pelayanan tersebut adalah persediaan farmasi yang termasuk di dalamnya adalah obat Kemoterapi yang relative mahal. Dalam melakukan pengendalian persediaan RSUP Dr. Mohammad Hoesin belum mengklasifikasikan obat berdasarkan nilai pemakaian, nilai investasi dan kekritisan obat melalui metode tertentu. Maka dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengendalian obat kemoterapi melalui pendekatan Analisis ABC Indeks Kritis di ruang pencampuran Kemoterapi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini menggunakan desain riset operasional dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 item obat, untuk kelompok A(60%-30%- 10%) item obat kemoterapi adalah Paxus 100 mg injeksi. dengan nilai investasi sebesar Rp. 3.220.525.650,- dari total investasi Rp 33.509.826.356,-. Analisis Indeks Kritis kelompok A (70%-20%-10%) dengan nilai investasi sebesar Rp 11.045.150.780,- dari keseluruhan nilai investasi Rp 33.509.826.356,- terdiri dari 6 jenis item yaitu : Holoxan 1 gram injeksi, Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg injeksi, Brexel 20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan Paxus 100 mg injeksi. Sedangkan kelompok A ( 80%-10%-10%) atau senilai Rp. 12.472.877.428,- dari total nilai investasi Rp. 33.509.826.356,- terdiri dari 8 item yaitu: Carboplatin 150 mg injeksi Holoxan 1 gram injeksi, Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg injeksi, Brexel 20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan Paxus 100 mg injeksi, dan Taxotere 20 mg injeksi. Metode Analisis ABC Indeks Kritis ini dapat membantu rumah sakit dalam merencanakan kebutuhan obat dengan mempertimbangkan pemakaian, nilai investasi, kekritisan obat untuk melakukan efisiensi biaya rumah sakit. ......One of the featured services at RSMH is integrated chemotherapy services. One of the resources in support of these services is a pharmaceutical supplies including the Chemotherapy drugs are relatively expensive. In conducting the inventory control Dr. Mohammad Hoesin Hospital not classify drugs based on user value, investment value and criticality of drugs through certain methods. So in this study aims to conduct chemotherapy drug control approach ABC Analysis Critical Index in the Cytostatica Handling Room of Pharmacy Instalation Dr. Mohammad Hoesin Hospital Palembang. This study design using operational research with quantitative and qualitative descriptive analysis. The results showed that out of 83 drug items, for group A (60% -30% -10%) is a Paxus 100 mg injection. with an investment of IDR. 3,220,525,650, - of the total investment of IDR. 33,509,826,356, -.Critical Index Analysis group A (70% -20% -10%) with an investment of IDR. 11,045,150,780, - of the total investment value of IDR 33,509,826,356, - consists of six types of items, namely: Holoxan 1 gram injection, Leocovorin injection, doxorubicin 50 mg injection, Brexel 20 mg injection, Brexel 80 mg injection and Paxus 100 mg injection. While the group A (80% -10% -10%) or IDR. 12,472,877,428, - of the total investment value of IDR. 33,509,826,356, - consists of eight items, namely: Carboplatin 150 mg injection, Holoxan 1 gram injection, Leocovorin injection, doxorubicin 50 mg injection, Brexel 20 mg injection, 80 mg injection Brexel and Paxus 100 mg injection, and Taxotere 20 mg injection. Critical Index ABC Analysis method can assist the hospital in a drug needs planning to consider: consumption, investment value, the criticality of drugs for hospital cost efficiency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adira Kori Kallista
Abstrak :
Hasil obversasi awal pada tahun 2021 didapatkan informasi bahwa terdapat beberapa obat mati (dead stock) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Hal ini dikarenakan perhitungan safety stock obat yang belum tepat sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan obat (overstock). Selain itu, terdapat kendala dalam pemesanan obat dikarenakan tidak adanya penentuan obat yang harus diutamakan dalam pemesanan. Oleh karena itu, studi perencanaan obat berdasarkan Quick (2012) menggunakan analisis ABC (Always, Better, Control), EOQ (Economic Order Quantity), dan ROP (Reorder Point) di Puskesmas Kecamatan Jatinegara dilakukan sehingga dihasilkan pembelian obat dengan jumlah yang ekonomis, pada waktu yang tepat, dan mencegah terjadinya kelebihan obat (overstock) maupun kekosongan obat (stockout). Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data pemakaian obat pada tahun 2021. Sampel pada penelitian ini adalah obat yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Dari hasil penelitian, analisis ABC terhadao 251 obat menunjukkan bahwa obat yang masuk kedalam kelompok A adalah sebanyak 40 item obat dengan nilai investasi sebesar 79,47%, kelompok B sebanyak 48 item obat dengan nilai investasi sebesar 15,43%, dan kelompok C sebanyak 163 item obat dengan nilai investasi sebesar 5,10%. Perhitungan EOQ pada penelitian menghasilkan jumlah pemesanan persediaan obat yang ekonomis dengan variasi mulai dari 1-377 botol, 1-243 box, dan 2-13 kolf. Pemesanan obat dilakukan kembali ketika persediaan telah mencapai jumlah minimummnya (reorder point), dengan variasi mulai dari 1-11.019 satuan dari 21 unit obat yang berbeda. ......The results of initial observations in 2021 obtained information that there were several dead stock drugs at Jatinegara Sub-district Health Center. This is due to the inaccurate calculation of drug safety stock, which causes overstocking of drugs. In addition, there are obstacles in ordering drugs because there is no determination of which drugs that should be prioritized in ordering. Therefore, the study of drug planning inventory control based on Quick (2012) was carried out through ABC analysis (Always, Better, Control), EOQ (Economic Order Quantity), and ROP (Reorder Point) systems at Jatinegara Sub-district Health Center so that the purchase of drugs in economical quantities was carried out, at the right time and prevent overstocks or stockouts. This study was conducted retrospectively using drug use data in 2021. The sample in this study was drugs used at the Jatinegara Sub-district Health Center in 2021. From the results of the study, the ABC analysis showed that the drugs included in group A were as many as 40 drug items with an investment value of 79,47%, group B as many as 48 drug items with an investment value of 15,43%, and group C as many as 163 drug items with an investment value of 5,10%. The EOQ calculation in the study resulted in an economical number of drug supply orders with variations ranging from 1-377 bottles, 1-243 boxes, and 2-13 kolf. Drug orders are made again when supplies have reached their minimum amount (reorder point), with variations ranging from 1-11.019 units from 21 different drug units.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Dewi Pramesti Setya Iswari
Abstrak :
Persediaan obat yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan pengeluaran biaya yang tidak efisien, meningkatkan resiko kerusakan, dan menyebabkan terjadinya kekosongan persediaan yang dibutuhkan. Pada tahun 2018, prevalensi penyakit infeksi cukup tinggi di Klinik Satelit UI Makara sehingga persediaan antibiotik perlu dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan antibiotik di Klinik Satelit UI Makara pada tahun 2019. Studi ini dilakukan secara kuantitatif dengan metode analisis ABC. Desain penelitian adalah cross-sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan resep yang berisi antibiotik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 6.670 resep. Berdasarkan analisis ABC pemakaian pada obat oral, obat-obatan yang termasuk di kelompok A yaitu Amoksisilin 500 mg, Sefadroksil 500 mg, Sifrofloksasin 500 mg, FG Troches, dan Sefiksim 200 mg. Obat-obatan yang termasuk kelompok B yaitu Sefiksim 100 mg, Primadex forte, Metronidazol 500 mg, Co Amoxiclav 625 mg, Klindamisin 300 mg, Metronidazol 250 mg, dan Milorin 300 mg. Sedangkan obat-obatan yang termasuk kelompok C yaitu Linkomisin 500 mg, Isoniazid 300 mg, Levofloksasin 500 mg, Doksisiklin 100 mg, Doxihat 100 mg, Rifampisin 450 mg, Tiamfenikol, Kotrimoksazol, Rifampisin 600 mg, Etambutol 500 mg, Pirazinamid, Azitromisin 500 mg, Isoniazid 150 mg, Amoksisilin sirup kering (125 mg / 5 ml), Eritromisin 500 mg, dan Sefadroksil sirup (250 mg / 5 ml). Berdasarkan analisis ABC pemakaian pada obat topikal, obat-obatan yang termasuk di kelompok A yaitu Gentamisin salep kulit, Erlamycetin tetes mata, Gentamisin krim, Cendo xitrol tetes mata 0,6 ml, Chloramfecort krim, Fuson krim, Klorfeson krim, Genoint krim, Reco tetes mata, Ociderm N krim, dan Kloramfenikol salep mata. Obat-obatan yang termasuk kelompok B yaitu Mupirocin krim, Cendo Xitrol tetes mata 5 ml, Alletrol tetes mata, Ottopain tetes telinga, dan Gentalex krim. Sementara itu, obat-obatan yang termasuk dalam kelompok C yaitu Kloramfenikol tetes mata, Kloramfenikol tetes telinga, Cendo Mycos salep mata, Burnazin krim, Cendo Fenicol tetes mata, Betason N krim, Kloramfenikol krim, Otopraf tetes telinga dan Polidemisin tetes mata. Pengetahuan terkait tingkat prioritas obat ini sangat diperlukan untuk membantu perencanaan obat. ......Drug supplies that are not properly managed can lead to inefficient expenses, increase the risk of damage, and lead to vacancies in needed supplies. In 2018, the prevalence of infectious diseases was quite high at the UI Makara Satellite Clinic so that antibiotic supplies needed to be managed properly. This study aims to analyze the use of antibiotics at the UI Makara Satellite Clinic in 2019. This study was conducted quantitatively with the ABC analysis method. The study design was cross-sectional with retrospective data collection using a prescription containing antibiotics. The sampling technique used was total sampling. The number of samples in this study was 6,670 recipes. Based on the ABC analysis of the use of oral drugs, drugs included in group A, namely Amoxicillin 500 mg, Cefadroxil 500 mg, Ciprofloxacine 500 mg, FG Troches, and Cefixime 200 mg. Drugs belonging to group B namely Cefixime 100 mg, Primadex forte, Metronidazole 500 mg, Co Amoxiclave 625 mg, Clindamycin 300 mg, Metronidazole 250 mg, and Milorin 300 mg. Meanwhile the drugs included in group C were Lincomycin 500 mg, Isoniazid 300 mg, Levofloxacin 500 mg, Doxycycline 100 mg, Doxihat 100 mg, Rifampicin 450 mg, Thiamphenicol, Cotrimoxazole, Rifampicin 600 mg, Ethambutol 500 mg, Pyrazinamide, Azithromycin 500 mg, Isoniazid 150 mg, Amoxicilin dry syrup (125 mg / 5 ml), Erythromycin 500 mg, Cefadroxil syrup (250 mg / 5 ml), and Floxifar 500 mg. Based on the ABC analysis of the use of topical drugs, the drugs included in group A were Gentamycin oinment, Erlamycetin eye drop, Gentamycin cream, Cendo xitrol eye drop 0,6 ml, Chloramfecort cream, Fuson cream, Klorfeson cream, Genoint cream, Reco eye drop, Ociderm N cream, and Chloramphenicol eye ointment. Drugs belonging to group B namely Mupirocin cream, Cendo xitrol eye drop 5 ml, Alletrol eye drop, Ottopain ear drop, and Gentalex cream. Meanwhile the drugs included in group C were Chloramphenicol eye drop, Chloramphenicol ear drop, Cendo mycos eye ointment, Burnazin cream, Cendo fenicol eye drop, Betason N cream, Chloramphenicol cream, Otopraf ear drop, and Polidemisin eye drop. Knowledge regarding the priority level of this drug is needed to assist drug planning.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurillahidayati
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengendalian persediaan obat Non Lafial di Departemen Farmasi RSAL Dr. Mintohardjo tahun 2008. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Data yang diperoleh adalah data primer dari hasil observasi dan wawancara mendalam dan data sekunder dari telaah dokumen. Dari hasil analisis ABC investasi didapatkan kelompok A 38 item, kelompok B 57 item, dan kelompok C 205 item. Dari perhitungan EOQ didapat hasil antara 2 - 2.569 item. Dari perhitungan ROP didapat hasil antara 1 - 500 item. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengendalian persediaan di Departemen Farmasi belum berjalan optimal dan disarankan melakukan pengendalian persediaan sesuai dengan analisis ABC, EOQ, dan ROP.
The purpose of this study is to know inventory contol of Non Lafial Drugs at Pharmacy Department on Navy Hospital Dr. Mintohardjo. Kind of research is descriptive qualitative and quantitave. The primary data were collected by observation and deep interview and secondary data from document study. The result from ABC?s analysis is reach group A 38 item, group B 57 item, and group C 205 item. For EOQ?s calculation the result between 2 - 2.569 item. The last, from ROP?s calculation the result between 1 - 500 item. The conclusion from this research is inventory control at Pharmacy Departmen have not been run well and suggest to do the inventory control with ABC?s analysis, EOQ, and ROP.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Insan Mulyardewi
Abstrak :
Riset operasi ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan dan pengendalian obat di RSU Zahirah tahun 2010. Sebagai pendahuluan dilakukan penelitian kualitatif mengenai siklus logistik obat, terutama perencanaan dan pengendaliannya. Dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Langkah kedua, melakukan analisis ABC dan analisis ABC indeks kritis. Langkah ketiga, melakukan peramalan pemakaian obat kelompok A indeks kritis, dengan menggunakan 10 metode time series yang terdapat pada program WinQSB Versi 2.0, metode terbaik dipilih berdasarkan parameter bias terkecil. Hasil peramalan dari metode tersebut menunjukkan perkiraan pemakaian obat di tahun 2010. Berdasarkan informasi ini, jumlah pesanan ekonomis (EOQ) dan titik pesan kembali (ROP) dapat dihitung. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa RSU Zahirah telah melakukan perencanaan obat, tetapi pelaksanaannya belum baik. Pengendalian obat yang dilakukan oleh RSU Zahirah menggunakan sistem minimum dan maksimum untuk semua jenis obat. Dari analisis ABC indeks kritis diperoleh 60 item obat dalam kelompok A, 433 kelompok B, dan 884 kelompok C. Kelompok A memiliki 14,86% dari jumlah investasi obat keseluruhan dan 12,27% dari seluruh pemakaian obat. Dari 10 metode time series hanya 7 yang dapat di terapkan di RSU Zahirah. Melalui hasil peramalan didapat EOQ (Economic Order Quantity), ROP (Reorder Point) dan OI (Order Interval). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertama, perencanaan obat di RSU Zahirah belum dilaksanakan secara optimal. Kedua, pengelompokan obat berdasarkan analisis ABC indeks kritis dapat membantu pengendalian obat. Ketiga, peramalan menggunakan metode time series yang akurat dapat membantu RSU Zahirah memperkirakan investasinya pada tahun berikutnya. Keempat, pemesanan obat setiap dua minggu merupakan yang terbaik bagi RSU Zahirah.
This operation research is to find out drug planning and controlling at Zahirah General Hospital in 2010. The first step of this research was qualitative one, about drug logistic cycle of Zahirah General Hospital, mainly on planning and controlling. It was done by deep interviews and observations. The second step was conducting ABC and ABC critical index analyses. The third step was forecasting the use of group A Critical Index drugs in 2010 by using the 10 time series method of WinQSB 2.0 Version program, the best method is chosen by the smallest bias parameter. Based on this information, Economic Order Quantity (EOQ) and Re Order Point (ROP) were calculated. The result of this research showed that Zahirah General Hospital had conducted drug planning but it was not done satisfactorily. The drug controlling carried out by Zahirah General Hospital was using maximum and minimum method for all kind of drugs. ABC critical index analysis showed 60 drug items in group A, 433 drug items in group B, and 884 drug items in group C. Group A had 14.86% of all the drug investment value and 12.27% of all drug usage value. From the 10 time series methods only seven could be applied to Zahirah General Hospital, the result of which showed EOQ, ROP and OI. It could be concluded that firstly, drug planning of Zahirah General Hospital has not been carried out optimally. Secondly, drug grouping based on ABC critical index analysis can help controlling the drug. Thirdly, accurate time series forecasting can help Zahirah General Hospital estimate their investment for the following year. Fourthly, drug order every two weeks is the best time span for Zahirah General Hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Fedrini
Abstrak :
Pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center bagi rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan landasan kebijakan manajemen rumah sakit dan menjadi prinsip penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan farmasi. Sistem formularium harus dikelola dengan optimal agar dokter dapat tetap konsisten memanfaatkan formularium. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana sistem formularium 2013 RS St Elisabeth-Bekasi. Peneliti melakukan analisis mulai dari penyusunan, pengadaan dan pengawasan formularium; analisis ABC pemakaian, investasi dan indeks kritis; kesesuaian dengan DOEN 2013, juga dibandingkan dengan formularium 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasilnya adalah proses penyusunan formularium 2013 masih belum optimal, sistem pengendalian persediaan belum ada, dan rumah sakit belum menemukan sistem kontrol yang sesuai untuk mengawasi jalannya sistem formularium. Ditemukan 70860 pemakaian (5%) obat non formularium sejumlah Rp1.257.098.400. Ada 114 golongan obat yang ada di DOEN namun tidak ada di formularium. 65,89% obat formularium 2013 adalah slow moving dan ada 100 item obat dari 689 dengan nilai investasi Rp17.550.692.405. Hanya 21 jenis obat yang sangat kritis terhadap pelayanan pasien.
Pharmaceutical service is the revenue center at the hospital. Hospital formulary system is the basic principles that must be considered in pharmacy management. Hospital formulary system should be managed optimally in order to mantain consistency of clinician's prescribing utilization. The purpose of this study is to analyze the system of St Elisabeth Hospital Formulary 2013-Bekasi. Researchers conducted analysis starting from the selection, procurement and supervision of the formulary; ABC analysis; comparation with DOEN and 2014 formulary. This study uses qualitative approach through in-depth interviews and document review. The results are: the process of formulary selection is still not optimal, there is no inventory control system, and hospitals have yet to find an appropriate control system to supervise the formulary system. There were 70.860 (5%) of nonformulary drugs used in amount of Rp1.257.098.400, there are 114 drug classes in DOEN that does not exist in the formulary, 65.89% items of drug are slow moving and there are 100 items of drugs with high investment (Rp17.550.692.405), and there are only 21 types of drugs that are very critical to patient care.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Octaviany
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran proses pengendalian persediaan obat antibiotik di RS Meilia pada tahun 2014 dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitat if. Data yang digunakan adalah data pemakaian obat antibiotik di bulan Januari s/d Desember 2014 dan hasil pengisian kuesioner nilai kritis obat. Hasil penelit ia n menunjukkan kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis terdiri dari 10 item obat antibiotik dengan nilai investasi sebesar Rp 2.114.748.870,- (39.91%). Kelompok B terdiri dari 45 item dengan nilai investasi sebesar Rp 2.380.506.460,- (44.92%). Kelompok C terdiri dari 110 item dengan nilai investasi sebesar Rp 803.183.274,- (15.17%). Analisis persediaan pada kelompok A dilakuka n dengan menghitung EOQ dan ROP. Tiga metode peramalan digunakan pada penelitian ini yaitu Single Smoothing Exponential, Moving Average 3 periode, dan Weighted Moving Average 3 periode. Pemilihan metode peramalan yang akan digunakan dengan mempertimbangkan tingkat akurasi data yang dihasilkan dan pengaruh hasil peramalan pada besaran biaya rumah sakit. ......The purpose of this research is to analyze antibiotics inventory control using ABC critical index method at Meilia Hospital in 2014. The design of this research is a descriptive quantitative research. In this research the data is based on the consumed antibiotics in January to December 2014 and the critical index value of antibiotic s. The result showed that the group A consisted of 10 items with a value of Rp 2.114.748.870,- (39.91%). The group B consisted of 45 items with a value of Rp 2.380.506.460,- (44.92%). The group C consisted of 110 items with a value of Rp 803.183.274,- (15.17%). An inventory control analysis was done by calculat ing EOQ and ROP of the group A. The three methods of forecasting were used in this research, i.e Single Smoothing Exponential, 3 period Moving Average, and 3 period Weighted Moving Average. Forecasting method that will be used is determined by the level of accuracy and the influence of forecast result on hospital cost.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>