Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardiana
Abstrak :
Pernikahan poligami merupakan pernikahan antara seorang laki-laki dengan lebih dari satu perempuan. Dalam agama Islam, seorang pria yang berpoligami harus berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Untuk melakukan poligami yang benar (sesuai ajaran Isalam) bukanlah hal yang mudah karena akan timbul masalah-masalah, di antaranya pertengkaran antara istri-istri, anak-anak yang terlantar, kesulitan dalam berlaku adil terhadap semua anak dan istn, dan lain-lain. Masalah-masalah ini dapat mempengaruhi suami atau ayah dalam menjalankan perannya di keluarga. Penelitian ini berfokus pada istri pertama dan anaknya. Dimana istri pertama adalah istri yang terdahulu dinikahi sehingga ia adalah orang yang pertama kali merasa dimadu (diduakan). Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga tentunya akan berdampak pada seluruh anggota keluarga. Lalu bagaimanakah nasib istri pertama yang diduakan dan anak-anaknya. Seorang istri akan merasa trauma jika teijadi poligami (Soewondo, 2001). Sementara itu, anak sebagai pihak yang tidak dapat menolak keputusan ibu untuk mau dimadu, biasanya merasa terpaksa menerima semua itu. Ibu dan ayah kemungkinan menghadapi berbagai masalah sehingga menganggu pelaksanaan peran mereka, terutama yang ditujukan pada anak-anak. Anak-anak akan terpengaruh oleh kondisi keluarga yang seperti itu. Istri pertama dan anaknya harus menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan yang membuat seorang istri mau dimadu; masalah-masalah yang hadapi oleh istri pertama dan anaknya; serta penyesuaian dan diri mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif agar didapatkan data-data yang bersifat mendalam sehingga dapat diketahui apa yang mereka rasakan secara menyeluruh. Dari penelitian ini diketahui bahwa alasan-alasan seorang istri mau dimadu adalah karena ketergantungan pada suami, kesejahteraan pribadi, pandangan konvensional tentang pernikahan dan status pentingnya bapak bagi anak, ketergantungan emosi, menjaga nama baik keluarga, dan adanya harapan perubahan perilaku pada diri suami. Masalah-masalah yang dihadapi oleh istri pertama adalah masalah keuangan, hubungan dengan istri muda, hubungan dengan anak, gangguan dalam menjalankan peran sebagai ibu, perasaan tidak nyaman, dan masalah keadilan. Sedangkan masalah anak adalah adanya perasaan sedih dan kecewa karena bapak menikah lagi, timbulnya perilaku destruktif, rasa malu, hubungan yang tidak sehat dengan ibu tiri, turunnya konsentrasi dan semangat dalam mengembangkan diri, dan masalah keuangan. Sementara itu, dalam hal penyesuaian diri, tiga subyek ibu dapat menyesuikan diri secara aktif, sedangkan satu subyek menyesuaikan diri secara pasif. Sementara itu, tiga subyek anak menyesuaikan diri secara aktif, dan membawa mereka pada aktualisasi diri. Sedangkan satu subyek anak merasa tidak berdaya dalam menghadapi semua ini (penyesuaian diri pasif). Dari ibu yang dekat dengan anaknya memperlihatkan penyesuaian diri yang lebih baik daripada yang tidak dekat dengan anak.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pristine Rulyta
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses dukacita (grief) dan dukungan sosial vang terjadi pada ibu vang mengalami kematian anaknya. Hal ini menarik karena kematian anak bagi orangtua dianggap sebagai sesuatu yang mengejutkan dan traumatik. Harapan yang biasa timbul dari orangtua adalah anak akan hidup lebih lama daripada mereka. Dalam hal ini, keberadaan anak sangat diharapkan untuk melanjutkan keabadian dari orangtuanya. Bagi ibu ekspresi kehilangan terhadap anak lebih terlihat dan lebih ekspresif sifatnya. Penelitian mengatakan bahwa reaksi emosional ibu terhadap kematian anaknya besar atau lebih besar dibandingkan dengan reaksi akibat kehilangan pasangan. Pada saat seseorang mengalami tekanan, terutama menghadapi kematian seseorang yang disayangi atau orang terdekat, orang tersebut memerlukan cara untuk mengatasi hal tersebut. Ibu akan berpaling pada orang lain untuk mendapatkan pertolongan, dukungan, kenyamanan dan mengekspresikan rasa sedihnya saat berada di bawah tekanan. Penelitian yang dilakukan terhadap tiga orang partisipan ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu studi kasus. Data yang telah berhasil dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam (in-depth interview) dianalisis dengan menggunakan berbagai teori tentang kematian dan proses dukacita, nilai seorang anak bagi ibu, dan dukungan sosial. Proses dukacita yang terjadi pada partisipan dalam penelitian ini adalah numbness, realization, yearning, disorganization & despair, dan reorganization. Hal ini tidak berbeda dengan yang ditemukan pada penelitian lain. Namun perbedaan antar subyek tampak dalam ekspresi dan perilaku mereka Pada tahap numbness, perbedaan yang terjadi adalah munculnya anticipatory grief, yaitu rasa duka yang telah muncul sebelum kematian terjadi pada seorang yang dikasihi pada partisipan M. Pada tahap realization, semua partisipan menyadari bahwa anak tidak akan dapat hidup kembali, dan kematian itu merupakan hal yang nyata dan harus dihadapi. Pada tahap yearning, tingkah laku yang muncul pada ketiga partisipan adalah mengumpulkan barang-barang kepunyaan anak yang telah meninggal, rasa marah kepada Tuhan yang telah memanggil anak mereka, juga partisipan. Pada V dan Y timbul pikiran yang jauh kemana-mana (wandering mind), balikan Y seakan-akan melihat dan mendengar suara anaknya. Sedangkan pada M timbul penyakit fisik yaitu lever yang sudah lama dideritanya dan tekanan darah yang menurun. Pada tahap disorganizalion and despair, ketiga partisipan menghadapi perasaan longing, rasa sakit karena rindu kepada anak mereka yang telah meninggal. Namun reaksi yang terjadi dalam menghadapi perasaan itu berbeda-beda. Di tahap reorganization, ketiga partisipan mulai kembali bersosialisasi dengan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dukacita ibu, pertama adalah penyebab kematian anak, kedua adalah nilai anak bagi ibu, faktor terakhir adalah dukungan sosial. Keseluruhan faktor ini saling berkaitan mempengaruhi proses dukacita yang teijadi pada ibu. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan wawancara juga dengan orang-orang terdekat {significant others) seperti orang-orang yang tinggal bersama dengan partisipan yaitu suami dan anak-anak, serta orang-orang dari lingkungan sekitar/tetangga untuk mendapat gambaran proses dukacita yang terjadi dan dukungan sosial pada ibu yang mengalami kematian anaknya dapat menyeluruh, lengkap dan jelas; menggunakan teori yang merupakan hasil-hasil penelitian para ahli yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian metaanalisis;cakupan penelitian yang lebih sempit dengan memfokuskan pada faktor dan dampak tertentu akan membuat pengumpulan dan analisis data dapat lebih mendalam. Penelitian secara khusus yang dapat diteliti pada penelitian selanjutnya adalah konsekuensi/dampak grief pada seorang ibu ataupun ayali yang kehilangan anaknya. Kehilangan di sini dapat dikarenakan kematian, penculikan, atau menyerahkan ke panti asuhan.
2004
S3347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library