Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Gumilang Dwinanda
Abstrak :
Teknik Amplitude Variation Offset (AVO) sudah sering digunakan dalam memprediksi pengendapan hidrokarbon. Knott dan Zoeppritz mengembangkan metode AVO dengan menggunakan nilai dari kecepatan gelombang primer (vp), kecepatan gelombang sekunder (vs) dan densitas. Kemudian, Rutherford dan William membagi AVO menjadi 4 kelas berdasarkan grafik intercept dan gradien. Metode ini telah sukses digunakan dibeberapa kasus dalam memprediksi keberadaan hidrokarbon. Namun, dibeberapa kasus masih ada ambiguitas dan misinterpretasi seperti yang terjadi pada respon minyak dan air dimana nilai porositas yang besar dan karakter yang mirip, sehingga pada penelitian ini diperlukan AVO attribute baru yang diberi nama J-atribut untuk memprediksi keberadaan hidrokarbon dan mengurangi ambiguitas pada hasil interpretasi. Metode J-attribut belum banyak diaplikasikan di lapangan Indonesia. Metode ini dilakukan pada Lapangan Fauna yang berlokasi di Daratan Cekungan Sumatera Utara. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data 3 sumur yang dilengkapi dengan well marker dan data log seperti Gamma Ray, SP, Caliper, Neutron Porosity, Density, Resistivity, DT, Photoelectric, dan checkshot. ......The Amplitude Versus Offset (AVO) technique has often been used to predict the occurrence of hydrocarbons. Knott and Zoeppritz developed the AVO method by using values of primary wave velocity (vp), secondary wave velocity (vs) and density. Rutherford and William divide AVO into 4 classes based on intercept and gradient attributes. This method has been successfully used to predict hydrocarbons. However, in some cases there are still ambiguities and misinterpretations such as those occurred in oil and water zones have large porosity but with similar characters. In this study we have used a new AVO attribute approach the so called J-attribute to reduce ambiguities in the interpretation. The J-attribute has not yet been tried in the Indonesian fields. This method was carried out in the Fauna Field, which is located in the North Sumatra Basin. The data used in this study consist of 3 wells completed by markers and log data such as Gamma Ray, SP, Caliper, Neutron Porosity, Density, Resistivity, DT, Photoelectric, and checkshot surveys.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Siti Khuzaeva
Abstrak :
Pada tulisan ini, interaksi kaon-nukleon dipelajari dengan pendekatan interaksi separabel dimana penurunan amplitudo dari hamburan kaon-nukleon pada tulisan ini akan menggunakan persamaan Lippman-Schwinger. Dari hasil perhitungan amplitudo transisi hamburan kaon-nukleon dengan potensial separabel rank-1 dan rank-2 untuk sembarang gelombang parsial, ditunjukkan bahwa penggunakan potensial separabel memudahkan perhitungan amplitudo transisi. Tetapi, tetap menyisakan beberapa parameter pada amplitudo transisi yang harus ditentukan melalui fitting dengan data eksperimen. ......In this thesis, kaon-nucleon interaction has been studied by using a separable potential to the second order. The transition amplitudes of kaon-nucleon scattering has been calculated through solving the Lippmann-Schwinger equation for all partial waves. Application of separable potential makes the calculation of the transition amplitude more simple. The amplitude contains some parameters that should be determined through fitting by the experimental data.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21367
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Taufik
Abstrak :
ABSTRAK
Upaya eksplorasi sumber hidrokarbon pada prinsipnya dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni eksplorasi dan pengembangan lapangan. Setiap tahapan tersebut menggunakan metoda dan teknologi yang berbeda pula, dengan tujuan yang sama yakni pemerolehan hidrokarbon. Pencarian minyak bumi di lapangan yang sudah matang memang merupakan hal yang cukup sulit terlebih lagi yang merupakan perangkap stratigrafi (Stratigraphic Trap). Bertitik tolak pada tingkat kesulitan mendapatkan sumber hidrokarbon baru maka berkembang metoda-metoda baru sebagai alat untuk mendeteksi keberadaan hidrokarbon tersebut. Perkembangan metoda dan teknologi ini berkaitan dengan kualitas data-data geofisika untuk menggambarkan model geologi bawah permukaan, dan metode pemodelan geofisika untuk mengetahui distribusi sifat fisis batuan mudah dipahami oleh ahli geofisika, geologi dan perminyakan. Pemanfaatan Data atribut seismik seperti; Amplitude, Semblance selain digunakan untuk mendefinisikan struktur yang ada juga dapat digunakan sebagai interpolasi batas satuan litologi secara sederhana, sedangkan Instantaneous Amplitude, Phase, Frequency digunakan sebagai atribut untuk mendefinisikan batas perangkap stratigrafinya. Adanya kenampakan anomali didaerah penelitian yang merupakan bagian dari Group Sihapas yang mengindikasikan suatu reservoar perangkap stratigrafi telah berhasil dibuktikan. Tesis ini lebih bersifat penelitian dengan menggabungkan landasan teori serta mengintegrasikan teknik interpretasi untuk melakukan identifikasi suatu reservoar yang merupakan perangkap stratigrafi. Data seismik diinterpretasi dengan menggunakan bantuan data geologi regional serta perangkat lunak komersial untuk analisa dan interpretasi 3D seismik.
2007
T21193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syayid Anwar Sukarno
Abstrak :
Formasi Keutapang yang berada pada Cekungan Sumatera Utara merupakan salah satu cekungan back-arc di Indonesia yang sudah memproduksi minyak dan gas. Dalam penelitian ini, formasi Keutapang didominasi oleh litologi perselingan batupasir dan batuserpih. Metode Continuous Wavelet Transform (CWT) dan metode atribut RMS Amplitude digunakan untuk pemetaan reservoir batupasir karena dapat memetakan lapisan tipis dan efektif terhadap perubahan kontras amplitude. Hasil dari penerapan (CWT) pada frekuensi 30 Hz dapat memetakan dengan baik kemenerusan lapisan batupasir pada Formasi Keutapang. Untuk hasil analisa atribut RMS Amplitude dengan jendela 20 ms dapat memetakan sebaran batupasir dengan baik. Respon RMS Amplitude tinggi merupakan batupasir sedangkan untuk batuserpih ditunjukkan dengan daerah RMS Amplitude rendah. Interpretasi distribusi reservoar batupasir dari (CWT) dan atribut RMS Amplitude dihasilkan sebagai pengendapan channel.
Keutapang Formation located in North Sumatera basin is one of the back arc basin in Indonesia which has produced oil and gas. In this research, Keutapang formation dominated by sandstone and shale lithology. Continuous Wavelet Transform (CWT) and RMS Amplitude attribute method used for sandstone reservoir mapping because it can map out a thin layer and effective to amplitude contrast changing. The result of (CWT) apllication in 30 Hz frequency could map well on the sandstone layer continuity in Keutapang Formation. For RMS amplitude attribute analysis result with 20 ms window can map out the distribution of sandstone well. High amplitude RMS response is sandstone while shale showed by Low Amplitude RMS area. The interpretation of sandstone reservoir distribution of and RMS Amplitude attribute generated as the channel sedimentation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Wahdanadi Haidar
Abstrak :
NM is a reservoir that only shows in a few wells and has thickness for about 30 feets or equally 10 meters, so NM is a thin layer which is difficult to find the distribution. In EBA Field, NM can be found at C-4, C-5, and B-1A wells. The result of sequence stratigraphy analysis from gamma ray log from 3 wells above tells that NM was deposited at transgressive phase which is marked by fining upward (gamma ray log), light grey fine grained sandstone, sub rounded and silicastic. Previous Study tells NM was deposited at shallow marine environment Sesimic data at EBA Field can not show the distribution map of NM because its vertical resolution only λ/4 m or about 50 meters. In purpose to find the distribution of NM, vertical resolution must be improved by Amplitude Versus Frequency Filtering (AVF) Method combined with Bed Resolution Concept. High Frequency will be used in AVF, so the distribution of NM will be discovered by NM horizon Slice and Palaeogeography depositional environment model. NM was deposited not all over the area (local distribution) so area will be divide into North NM and South NM. North NM has tectonic activity more than South NM. Based on palaeogeography map, horizon slice, sequence stratigraphy wells correlation, and lithology data so the depositional environment for North NM and South NM is Lagoon. From distribution map, total hydrocarbon reserves in NM is about 0.719 MMBO.
Lapisan NM merupakan lapisan yang hanya muncul di beberapa sumur dan memiliki ketebalan rata-rata kurang dari 30 feet setara dengan 10 m, sehingga lapisan ini dianggap sebagai lapisan tipis yang hingga saat ini sangat sulit untuk diperkirakan penyebarannya. Pada lapangan EBA ini ditemukan lapisan NM pada 3 sumur yakni C-4, C-5, dan B-1A. Hasil analisa sekuen stratigrafi dari log gamma ray ketiga sumur mengenai lapisan NM ini disimpulkan bahwa lapisan ini merupakan endapan pada fase transgresi dengan ciri khas menghalus ke atas dengan ciri khas batuan sandstone berwarna abu-abu terang dengan butiran halus, membundar tanggung, dan terdapat semen silika. Hasil studi sebelumnya menyatakan bahwa endapan ini berada pada lingkungan shallow marine. Data sesmik pada Lapangan EBA ini tidak dapat memperlihatkan penyebaran lapisan NM karena keterbatasan resolusi vertikal yang hanya mencapai λ/4 m atau berkisar 50 m. Untuk mencari lapisan NM ini maka dari data seismik perlu ditingkatkan resolusi vertikal, hal ini dilakukan dengan metode Amplitude Versus Frequency Filtering dipadukan dengan konsep bed resolution. Filtering Amplitude Versus Frekuensi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat persebaran lapisan NM sehingga akan bermain pada frekuensi tinggi. Persebaran Lapisan NM dapat diketahui dengan irisan horizon NM dan pemodelan lingkungan pengendapan palaeogeografinya. Penyebaran lapisan NM ini bersifat lokal sehingga area penyebaran NM dibagi menjadi 2 area yakni area utara dan selatan. Area Utara memiliki aktifitas tektonik yang lebih aktif. Berdasarkan peta palaeogeografi, irisan horizon, hasil korelasi analisa sekuen stratigrafi, dan data litologi, maka model lingkungan pengendapan untuk area selatan dan utara adalah Lagoon. Dengan mengetahui penyebaran lapisan NM ini maka perkiraan total cadangan hidrokarbon sebesar 0.719 MMBO.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T21603
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diatri Mika Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Percampuran serbuk baja ODS Oxide Dispersion Strengthened pada umumnya menggunakan metode mekanik dengan ball mill, namun selama pembuatannya disertai pembentukan oksida. Percampuran serbuk dengan metode iradiasi ultrasonik merupakan metode baru yang memberikan keuntungan berupa membentuk microalloying partikel dan meminimalisasi pembentukan fasa oksida. Penelitian ini mempelajari tentang pengaruh amplitudo 20, 30, 40 dan waktu perlakuan 20jam, 30 jam terhadap reduksi ukuran partikel dan pembentukan microalloying Fe-Cr. Serbuk dibagi menjadi 7 sampel dengan sampel A perlakuan pencampuran mortar, iradiasi ultrasonik sampel B1 A:20, t: 20 jam, sampel B2 A:30, t:20 jam, sampel B3 A:40, t:20 jam, sampel C1 A:20, t:30 jam, sampel C2 A:40, t:30 jam, dan sampel C3 A:40, t:30 jam yang kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM, EDS, dan XRD. Hasil penelitian ini adalah pada iradiasi ultrasonik selama 20 jam menghasilkan ukuran partikel sampel B1>sampel B2>sampel B3 adalah 5.326 m>4.769 m>4.563 m. Sedangkan pada iradiasi ultrasonik selama 30 jam menghasilkan ukuran partikel sampel C1>sampel C2>sampel C3 adalah 4.605 m>3.719 m>3.608 m. Komposisi Fe-Cr yang terbentuk adalah sampel A: sampel B1: sampel B2: sampel B3:sampel C1:sampel C2: C3 adalah 0:48.85:26.07:2478:89:81.94:42.98. Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin besar amplitudo, microalloying Fe-Cr yang terbentuk menjadi semakin rendah, penambahan waktu perlakuan justru meningkatkan presentase Fe-Cr yang terbentuk. Pada ultrasonik selama 20 jam, nilai crystallite size Fe-Cr sampel B1>sampel B2>sampel B3 adalah 292.72 nm>246.76 nm>184.77 nm dan nilai microstrains Fe-Cr sampel B1184.34 nm dan nilai microstrains Fe-Cr sampel C1< sampel C2.
ABSTRACT
The mixing of ODS Oxide Dispersion Strengthened powder generally uses mechanical method with ball mill, but during its manufacture with oxide formation. Powder mixing with ultrasonic irradiation method is a new method that provides the advantage of forming microalloying particles and minimizing the formation of the oxide phase. This study studied the effect of amplitude 20, 30, 40 and treatment time 20h, 30h on particle size reduction and formation of Fe Cr microalloying. The powder was divided into 7 samples with sample A mortar mixing treatment, ultrasonic irradiation of sample B1 A 20, t 20 hours, sample B2 A 30, t 20 hours, sample B3 A 40, T 20 hours, sample C1 A 20, t 30 hours, C2 sample A 40, t 30 hours, and C3 sample A 40, t 30 hours Which is then characterized using SEM, EDS, and XRD. The results of this study were on ultrasonic irradiation for 20 hours yielding sample particle size B1 sample B2 B3 sample was 5,326 m 4,769 m 4,563 m. While on ultrasonic irradiation for 30 hours resulted in particle size of sample C1 C2 sample C3 sample is 4,605 m 3,719 m 3,608 m. The composition of Fe Cr formed is sample A sample B1 sample B2 sample B3 sample C1 sample C2 C3 is 0 48.85 26.07 24.78 89 81.94 42.98. These results show that the greater the amplitude, the lower the Fe Cr microalloying that is formed, the added time of treatment actually increases the Fe Cr percentage that is formed. At ultrasonic for 20 hours, the crystallite size of Fe Cr sample B1 sample B2 B3 sample is 292.72 nm 246.76 nm 184.77 nm and the Fe Cr microstrains value of sample B1 198.02 nm 184.34 nm and the Fe Cr microstrains value of sample C1.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Gilberth Ravanilly
Abstrak :
Dalam penelitian ini, telah diestimasi parameter anisotrop dan untuk reservoir dan shale layer. Hal ini telah dilakukan menggunakan data sumur dari 7 sumur lapangan ldquo;G rdquo;, termasuk log sonik gelombang P dan log sudut inklinasi dari sumur bor. Kecepatan dari log sonik dan sudut inklinasi diterapkan pada persamaan polinomial orde kedua, termasuk parameter dan. Software Matlab digunakan untuk melakukan perhitungan parameter anisotrop, sedangkan Microsoft Excel digunakan untuk melakukan plot kecepatan terhadap sudut inklinasi. Kemudian hasil dari parameter anisotrop di kuantifikasi terhadap informasi litologi di sumur. Kemudian akan dilakukan analisis AVO pada kasus isotrop dan anisotrop sebagai perbandingan. Hal ini akan mengarah kepada indikasi terkait bagaimana pentingnya melibatkan parameter anisotrop. Nilai parameter anisotrop yang telah diperoleh tersebut diterapkan dalam analisis AVO, dilakukan pada seluruh sumur. Pendekatan menggunakan persamaan Shuey diterapkan dalam penelitian ini. Kasus anisotrop telah dibandingkan dengan kasus isotrop dengan melakukan plot koefisien refleksi terhadap sudut datang. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kasus isotrop dan kasus anisotrop pada offset jauh.
In this work, the anisotropy parameters, dan for the reservoir and the shale layer on the G field have been estimated. This was done using well logs from 7 wells, including P wave sonic log and the inclination angle of the wellbore. The velocity from the sonic log and the inclination angle were applied to a second order polynomial equation, wich includes the anisotropy parameter. The Matlab software was utilized to perform the calculations, while Microsoft excel was utilized to plotting velocity versus inclination angle. Afterwards, the value of anisotropy parameter will be used for quantification of lithologic information on well data. Further on, an AVO analysis will be performed for the anisotropic case and the isotropic case for comparison. This will lead to an indication of how important including the anisotropy in AVO analyses can be. These parameters were applied in an AVO analysis, performed for all well. An approximation using the 3 term Shuey equation was applied for this purpose. The anisotropic case was compared with the isotropic case by plotting reflection coefficient with incidence angle. This showed that there is an evident difference between the isotropic and the anisotropic model at large offsets.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadillah Priagung Binatoro
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian tentang analisis Direct Hydrocarbon Indicators pada formasi Baturaja, yang berlokasi di Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat. Fokus pada penelitian ini terletak pada lapangan “PB” yang dimiliki oleh PT Pertamina Hulu Rokan. Lapangan ini memiliki potensi hidrokarbon yang sangat tinggi, namun lokasi pengeboran yang ada masih terbatas, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut terhadap data seismik dan data well log yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona reservoir hidrokarbon menggunakan analisis struktur, dan analisis Direct Hydrocarbon Indicators yang didukung dengan analisis atribut RMS amplitude. Penelitian ini menghasilkan sebuah model petroleum system dari hasil analisis trap, direct hydrocarbon indicators, well log, serta studi literatur geologi regional dengan zona reservoir hidrokarbon bertipe leak dengan ciri khas gas chimney dan kandungan hidrokarbonnya merupakan fluida gas. zona trap hidrokarbon yang teranalisis melalui analisis struktur, bertipe antiklin dengan ketebalan 465 m. zona reservoir hidrokarbon berada pada batuan limestone, dengan hidrokarbon yang berada pada reservoir ini merupakan fluida gas dengan ketebalan 10 m. ......This study is a research on the analysis of Direct Hydrocarbon Indicators in the Baturaja formation, located in Ciwaru, Kuningan, West Java. The primary focus is on the "PB" field owned by PT. Pertamina Hulu Rokan, which holds significant hydrocarbon potential. However, drilling locations are limited, prompting the need for further analysis of seismic and well log data. The research aims to identify hydrocarbon reservoir zones through structural analysis and direct hydrocarbon indicators, supported by RMS amplitude attribute analysis. This research produces a petroleum system model derived from trap analysis, direct hydrocarbon indicators, well logs, and a literature review of regional geological studies. with the hydrocarbon reservoir zone identified as a leak-type reservoir characterized by gas chimney features and its hydrocarbon content being gas fluid. The type of the reservoir zone is anticline with thickness of 465 m. the reservoir stone in this field are limestones. In this reservoir zone the hydrocarbon content is field with gas fluids with thickness of 10 m.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
Abstrak :
Speckle Interferometry method capable for determining both the vibration amplitude and phase shifting So that double exposure for the vibration analysis applying speckle pattern interferometry is reported. Its method is recorded on a negative film using double-exposure; two object states which are peak and valley of the object vibration are recorded. The film with double exposure is then illuminated with coherent light, and each pair produces of speckle becomes the slits of Young's experiment With using Liquid Crystal as phase modulator (switching pulse), so that switching pulse should be synchronized to the peak or valley of the object vibration. The vibration object using Ceramic Vibrator (PZT) were put on the tuning fork surface.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rommel Aleddin
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui perubahan nilai latensi dan amplitudo VEP pada berbagai tingkat tajam penglihatan subjektif. Metode: Dilakukan pengukuran nilai latensi dan amplitudo menggunaan pattern reversal visual evoked potential berdasarkan tajam penglihatan normal dan tajam penglihatan yang dilakukan induksi defocus sehingga menghasilkan visus 6/18, 6/30, dan 6/60 menggunakan checkerboard berukuran kecil dan besar. Hasil Terdapat pemanjangan nilai latensi dan penurunan nilai amplitudo pada kelompok pria dan wanita seiring dengan perburukan visus. Penggunaan checkerboard 18 min arc dan 48 min arc memberikan hasil yang paling mendekati nilai rujukan. Simpulan: Perbedaan nilai VEP berdasarkan jenis kelamin didapatkan pada nilai amplitudo, namun tidak pada nilai latensi.
ABSTRACT
Purpose To study changes in VEP latency and amplitude value according to various subjective visual acuity levels. Methods Latency and amplitude values were measured with pattern reversal visual evoked potential. Measurement was performed on normal visual acuity and defocus induced visual acuity to the value of 6 18, 6 30, and 6 60, using small and large sized checkerboard stimuli. Results Prolonged latency and decreased amplitude were found on both male and female subject groups, which corresponded with decreasing visual acuity levels. Usage of 18 min arc and 48 min arc sized checkerboards gave results approximating to reference value. Conclusions Difference in VEP value according to subjects 39 gender was found in amplitude, but not on latency.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>