Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tati Suprapti
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh lisozim terhadap absorpsi amoksisilin pada 10 orang sukarelawan sehat dengan cara " double blind " inenyilang dan acak. Dengan menggunakan preparat amoksisilin 250 mg sebagai obat tunggal dan amoksisiiin 250 mg yang dikonibinasi dengan lisozirn 50 mg. Kedua macam preparat mi diberikan peroral. Sebelum diberi obat, semua.sukareiawan diharuskan berpuasa sejak jam 2+00 malan, harinya ( sekitar delapan jam berpuasa ). Pengukuran kadar arnoksisilin di dalam darah dilakukan dengan metoda mukrobioiogik difusi agar. Perhitungan 8tatistik dilakukan dengan " t test " yang berkaitan.

Untuk penilaian absorpsi digunakan dua parameter yaitu Cmaks dan Tms Pada pemberian preparat amoksisilin didapatkan Cmaks 3,0316 meg/mi 0 9 +323 ( S.D) dengan Tmsl 0 11 7 jam ± O,2499 ( S.D ), sedang pemberian preparat kombinasi didapatkan Cmak 3 9 2855 meg/mi ± 1 9 1890 ( S.D ) dengan Tmaks 079765 jam . 0 9 272 ( S.D). Kedua parameter tersebut tidak merujukkan perbedaan yang bermakna di antara kedua macam preparat tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamduha
Abstrak :
Pada penelitian ini telah disintesis suatu sediaan sistem pengantar obat mengapung menggunakan matriks hidrogel kitosan-poli(N-vinil pirrolidon) (PVP) dengan komposisi Kitosan:PVP 70:30 (b/b), kemudian agen pengikat silang formaldehida 2%, amoksisilin trihidrat digunakan sebagai model obat, CaCO3 dan NaHCO3 sebagai agen pembentuk pori (APP) dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu 0; 1; 2,5; 5; dan 7,5% terhadap massa total reagen awal.Efek dari CaCO3 dan NaHCO3 dalam karakterisasi hidrogel diteliti dan dibandingkan. Karakterisasi dari hidrogel dilakukan dengan menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Mikroskop Stereo. Pengujian yang dilakukan diantaranya adalah studi porositas (%), daya apung in vitro (s), efisiensi enkapsulasiserta pelepasan amoksisilin trihidrat (%). Hidrogel dengan NaHCO3 menunjukkan persen porositas yang lebih tinggi dengan waktu menuju permukaan yang lebih cepat dari pada CaCO3 dan keseluruhan konsentrasi APP kecuali 1% mampu membuat matriks mengapung lebih dari 12 jam. Hidrogel PVP semi-IPN dengan CaCO3 menunjukkan permukaan gel yang lebih halus, efisiensi enkapsulasi obat yang lebih tinggi dan profil pelepasan obat lebih rendah daripada dengan NaHCO3. Hasil studi ini menunjukkan bahwa, CaCO3 adalah agen pembentuk pori yang efektif untuk hidrogel mengapung PVP semi-IPN dibandingkan dengan NaHCO3. Konsentrasi optimum berdasarkan hasil dari pengujian untuk agen pembentuk pori CaCO3 adalah 7,5% dan NaHCO3 5% yang masing-masing memiliki efisiensi enkapsulasi 64% dan 74%, pelepasan 79% dan 98%, waktu menuju permukaan 201 dan 258 detik, serta porositas 52% dan 45%.
In this study has been synthesized a floating drug delivery system carrier using hydrogel chitosan-poly(N-vinyl pyrrolidone) (PVP) matrix with the composition of the chitosan:PVP 70:30 (w/w), then formaldehyde 2% as crosslinking agent,amoxicicilin trihydrateasdrug modeland also uses CaCO3 and NaHCO3 as a pore-forming agent (PFA) with varied concentrations are 0, 1, 2.5, 5, and 7.5% of the total mass of the initial reagents. Effects of CaCO3 and NaHCO3 in characterizing hydrogels examined and compared. Characterization of hydrogels is done by using Fourier Transform Infra Red spectroscopy (FTIR) and Stereo Microscopes. Tests performed include the study of porosity (%), the buoyancy in vitro, the encapsulation efficiency as well as the release of amoxicillin trihydrate (%). Hydrogels with NaHCO3 shows higher percent of porosity with floating lag time (FLT) faster than CaCO3, and the overall concentration of PFA except 1% could create a matrix to float more than 12 hours. Hydrogels-PVP semi-IPN CaCO3 shows smoother gel surface, higher drug encapsulation efficiency and lower drug release profile than NaHCO3. The results of this study show that, CaCO3 is the effective pore-forming agent that is for floatingsemi-IPN hydrogel-PVP compared with NaHCO3. The optimum concentration based on the results of testing to the pore forming agent is CaCO3 7.5% and NaHCO3 5%, which has an encapsulation efficiency of 64% and 74% and the drug release of 79% and 98%, floating lag time of 201 and 258 second, as well as porosity of 52% and 45% respectivelly.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Rieskaliana
Abstrak :
ABSTRAK Stabilitas zat aktif dalam sediaan suspensi oral sangat penting untuk diperhatikan, terutama untuk senyawa antibiotik golongan β-laktam yang mudah terhidrolisis dengan adanya air selama proses penyimpanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan amoksisilin dan asam klavulanat seperti pH, suhu dan lamanya penyimpanan akan mempengaruhi persentase kadar obat tersebut selama proses terapi. Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis penetapan kadar amoksisilin dan asam klavulanat dalam sediaan suspensi oral menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang dilengkapi dengan kolom C-18 Phenomenex, menggunakan campuran dapar fosfat pH 4,4-metanol dengan perbandingan 95:5 sebagai fase gerak. Laju alir yang digunakan adalah 2,0 mL/menit dan detektor UV Vis pada panjang gelombang 220 nm. Validasi metode analisis memenuhi syarat keberterimaan yaitu nilai rata-rata presisi kadar sebesar 103,42% dengan RSD 0,48% untuk amoksisilin dan 99,99% dengan RSD 1,57% untuk asam klavulanat dan hasil akurasi amoksisilin dan asam klavulanat berturutturut adalah 99,75% dan 100,83%. Baik amoksisilin maupun asam klavulanat stabil pada pH antara 6,5 - 7,0 dan mengalami penurunan kadar pada pH asam dan basa. Pengujian stabilitas sediaan suspensi kering yang telah direkonstitusi dilakukan pada suhu dinging (2-8 °C) dan suhu ruang (25-30 °C) selama 7 hari. Hasil pengujian stabilitas menunjukkan bahwa amoksisilin yang disimpan pada suhu dingin (2-8 °C) memenuhi syarat selama 7 hari dan asam klavulanat memenuhi syarat selama 5 hari. Kedua senyawa tidak stabil jika disimpan pada suhu ruang dimana penurunan kadar asam klavulanat lebih tinggi dibandingkan amoksisilin.
ABSTRACT It is important to maintain the stability of the active substances in oral suspension, especially for β-lactam class of antibiotics that is easily hydrolyzed in the presence of water throughout the period of use. There are some factors influencing the stability of the compounds, such as pH, temperature, and storage periods thus can affect the percentage content during therapy. In this research, a High Performance Liquid Chromatography method of analysis was developed and validated. The HPLC method employed a C-18 reverse phase column Phenomenex with a mixture of sodium phosphate buffer pH 4,4 and methanol in the ratio of 95:5 as the mobile phase. The flow rate was 2 mL/min and detection was by means of a UV detector at a wavelength of 220 nm. The method validation was meet the acceptance criteria. Precision average of amoxicillin and clavulanic acid were 103,42% with RSD 0,48% and 99,99% with RSD 1,57% respectively and the accuracy for amoxicillin and clavulanic acid were 99,75% and 100,83% respectively. Both amoxicillin and clavulanic acid were stable in a range of pH 6,5 - 7,0 and the percentage of contents was decreasing in acidic and basic pH. Stability testing on reconstituted dry suspension was done at cool temperature (2- 8 ° C) and at room temperatures (25-30°C) for 7 days. The results showed that amoxicillin that stored at cool temperature (2-8 °C) was stable for 7 days and clavulanic acid was stable for 5 days. Both compounds were unstable when stored at room temperatures where reduced level of clavulanic acid was higher than amoxicillin.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T44999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri Gram negatif dan Gram positif. Tablet amoksisilin yang beredar ada yang dipasarkan dengan nama generik dan non generik (nama dagang). Penelitian bertujuan untuk membandingkan mutu dan harga tablet amoksisilin 500 mg yang beredar di pasaran, khususnya antara tablet amoksisilin 500 mg generik dengan non generik. Mutu tablet amoksisilin ditinjau dari terpenuhinya syarat baku tablet amoksisilin berdasarkan USP XXVI. Syarat baku tersebut yaitu identifikasi, uji disolusi dan penetapan kadar. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan fase gerak metanol, kloroform, air dan piridin (90:80:30:10). Kadar hasil uji disolusi diukur dengan menggunakan KCKT dengan fase gerak buffer kalium dihidrogen fosfat dan asetonitril (39:1). Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan KCKT dengan fase gerak buffer kalium dihidrogen fosfat dan asetonitril (96:4). Penelitian dilakukan terhadap 15 merek tablet dimana terdiri dari 3 merek tablet generik dan 12 merek tablet non generik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua merek tablet yang diperiksa memenuhi syarat baku tablet amoksisilin tetapi terdapat variasi harga dimana pada umumnya tablet non generik jauh lebih mahal dibandingkan dengan tablet generik.
Universitas Indonesia, 2006
S32388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Siti Rizkyani
Abstrak :
Pada penelitian ini telah dipelajari enkapsulasi obat amoksisilin trihidrat menggunakan hidrogel semi interpenetrating polymer network (Semi-IPN) berbasis kitosan poli-N,N Dimetil Akril Amida (Poli NNDMAA). Agen pembentuk pori NaHCO3 dan CaCO3 dijadikan sebagai sediaan penghantaran obat tertahan dilambung dengan sistem mengapung (floatingdrug delivery system). Variasi konsentrasi agen pengapung NaHCO3 dan CaCO3 1%; 5%; 7.5%; 10%; 15% terhadap berat total material. Karakterisasi pembentukan hidrogel dievaluasi dengan menggunakan Fourier Tramsform Infrared (FTIR) dan Mikroskop Stereo Optik. Efisiensi penjeratan mencapai 97% dan 89% untuk sediaan yang dipengaruhi oleh CaCO3 dan NaHCO3. Pelepasan amoksisilin trihidrat yang dipengaruhi CaCO3 diperoleh sebesar 27.62-84.75% dan 44.29-95.32% untuk NaHCO­3. Hidrogel semi-IPN yang telah ditambahkan NaHCO3 dan CaCO3 ­dengan konsentrasi 1 sampai 15% dapat mengapung lebih dari 12 jam didalam simulasi larutan lambung pH 1,2. Agen pembentuk pori CaCO3 memberikan hasil yang terbaik dengan konsentrasi optimum 7%. Hidrogel semi-IPN Kitosan Poli-NNDMAA telah berhasil dijadikan sebagai sediaan penghantaran obat tertahan dilambung dengan sistem mengapung (floating drug delivery system).
This research has studied encapsulation of amoxycillintrihydrate using hydrogel semi-interpenetrating polymer network (semi-IPN) based chitosan-poly-N, N Dimethyl Acrylamide (Poly NNDMAA). Pore forming agents NaHCO3 and CaCO3 are used to produce floating drug delivery system hydrogel. The concentration variation of pore forming agents NaHCO3 and CaCO3 are 1%; 5%; 7.5%; 10%; 15% of the total weight of the material. Characterization of the produced hydrogel was evaluated using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectrophotometer, Stereo Optical Microscope and UV Visible spectrophotometer. Efficiency entrapment reached 97% and 89% for CaCO3 and NaHCO3 respectively. The release of amoxicillin tryhydrate­ with increasing concentration 1 until5% is obtained in the range of 27.62-84.75% for CaCO3 and 44.29-95.32% for NaHCO3. The Hydrogel semi-IPN contained NaHCO3 and CaCO3 with concentration 1 until 15% can float more than 12 hours in the simulated gastric fluid pH l.2. The CaCO3 pore forming agent gives the best result with the optimum concentration is 7%. The hydrogel Chitosan-Poly-NNDMAA has been successfully used as floating drug delivery system.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizky Aulia Prasasti Dewi
Abstrak :
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik β-laktam yang mendominasi pasar antibiotik global, dimana proses produksinya secara enzimatis dilakukan oleh Penisilin-G Asilase (PGA). Pada produksi amoksisilin secara enzimatis dalam skala industri dibutuhkan enzim PGA dengan jumlah yang cukup besar. Proses tersebut membutuhkan enzim PGA dalam bentuk teramobil. Penggunaan PGA teramobil sendiri memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali sehingga memberikan keuntungan tambahan secara teknologi dan ekonomis dalam proses sintesis amoksisilin. Imobilisasi ini dilakukan pada enzim PGA dari isolat Bacillus thuringiensis BD1 koleksi Lab Biokatalis-PRMT-ORHL-BRIN. PGA diimobilisasi  menggunakan bahan Na-Alginat sebagai matriks imobilisasi dengan menggunakan teknik penjebakan, dengan variasi konsentrasi Na-Alginat pada 1%, 1.25%, dan 1.5%. Pengujian stabilitas pH pada range pH 6-9, uji stabilitas termal pada range 30-60 0C, dilakukan pula uji penggunaan ulang, uji morfologi, dan juga uji sintesis amoksisilin. Aktivitas sebelum proses imobilisasi terukur sebesar 46.59 U/mg. Konsentrasi Na-alginat optimum pada imobilisasi PGA BD1 adalah sebesar 1.5% dengan aktivitas  terukur 41.01 U/mg.  PGA BD1 terimobilisasi dapat mempertahankan sekitar  ±20% dari jumlah aktivitas awal setelah dilakukan 4 kali pemakaian. Imobilisasi PGA optimum pada kondisi pH 7 dan suhu 40 0C. PGA BD1 terimobilisasi menghasilkan kadar amoksisilin lebih tinggi pada proses sintesa amoksisilin secara enzimatis jika dibandingkan dengan bentuk bebasnya ......Amoxicillin is one of the β-lactam antibiotics that dominates the global antibiotic market, where the enzymatic production process is carried out by Penicillin-G Acylase (PGA). Enzymatic production of amoxicillin on industrial scale requires a large amount of the PGA enzyme. This process requires the PGA enzyme in immobilized form. The use of immobilized PGA has the advantage that it can be used many times, thus providing additional technological and economic advantages in the amoxicillin synthesis process. This immobilization was carried out on PGA enzymes from Bacillus thuringiensis BD1 isolates from the collection of the Biocatalyst Lab-PRMT-ORHL-BRIN. PGA was immobilized using Na-Alginate as the immobilization matrix using entrapment techniques, with variations in Na-Alginate concentrations at 1%, 1.25%, and 1.5%. pH stability testing in the pH range 6-9, thermal stability tests in the range 30-60 oC, reusability tests, morphology tests, and amoxicillin synthesis tests were also carried out. Activity before the immobilization process was measured at 46.59 U/mg. The optimum Na-alginate concentration in PGA BD1 immobilization was 1.5% with a measured activity of 41.01 U/mg. Immobilized PGA BD1 can maintain about ±20% of its initial activity after 4 uses. Optimum PGA immobilization at pH 7 and temperature 40 0C. Immobilized PGA BD1 produced higher levels of amoxicillin in the enzymatic amoxicillin synthesis process when compared with the free enzyme.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Dewantara
Abstrak :
Hidrogel semi-IPN kitosan-metil selulosa digunakan sebagai sediaan mengapung untuk obat amoksisilin trihidrat. Sebagai pembuat daya apung digunakan agen pembentuk pori APP CaCO3, serta sebagai penyusun matriks digunakan biopolimer kitosan dan metil selulosa, dengan glutaraldehida sebagai agen pengikat silang. Obat amoksisilin trihidrat dijerat ke dalam matriks hidrogel menggunakan dua metode in situ loading dan post loading untuk selanjutnya dilakukan uji efisiensi penjeratan serta disolusi obat dari kedua metode tersebut, dan didapatkan nilai efisiensi sebesar 71 untuk metode post loading, sedangkan untuk in situ loading nilainya sebesar 100 . Uji disolusi dilakukan dalam waktu 180 menit dan didapatkan nilai akumulasi persentase disolusi obat pada metode post loading sebesar 72 dan pada metode in situ loading sebesar 96 . Nilai yang didapat dari uji disolusi selanjutnya digunakan untuk menganalisa mekanisme pelepasan obat amoksisilin trihidrat dari matriks hidrogel. Sebagai parameter, digunakan 4 model kinetika pelepasan obat, yaitu orde nol, orde satu, Higuchi, dan Korsmeyer-Peppas. Kedua metode penjeratan obat memiliki mekanisme pelepasan obat yang sama yaitu model kinetika Higuchi dimana proses pelepasan obat dari matriks hidrogel hanya melewati proses difusi. Degradasi dari matriks terjadi akibat larutan asam yang dijadikan media untuk disolusi obat dan tingkat degradasinya dilihat menggunakan mikroskop optik, namun hal tersebut tidak berpengaruh kepada mekanisme pelepasan obat secara langsung. Adanya CaCO3 sebagai agen pembentuk pori membuat proses pelepasan obat lebih mudah menggunakan teknik difusi daripada degradasi. Agen pembentuk pori juga menyebabkan pori didalam matriks hidrogel saling terhubung dan membentuk interkoneksi yang cukup berpengaruh terhadap mekanisme pelepasan obat. Interkoneksi yang terjadi dilihat menggunakan Scanning Electron Microscope SEM , dan hasilnya jumlah dan luas dari interkoneksi yang terdapat di dalam matriks hidrogel bertambah seiring berlangsungnya proses disolusi.
Chitosan methyl cellulose semi IPN hydrogel is used as floating drug delivery system, and calcium carbonate also added as pore forming agent. The hydrogel network arranged by not only using biopolymer chitosan and methyl cellulose, but also the crosslinker agent that is glutaraldehide, which will create bond with chitosan. Amoxicillin trihydrate entrapped into the polymer network with two different method, in situ loading and post loading. Furthermore both method has been tested for drug entrapment efficiency along with drug dissolution test, and the result for durg entrapment efficiency is in situ loading method has highest value of 100 , compared to post loading method which has value only 71 . Moreover, at the final time of drug dissolution test shows that in situ loading method has value of 96 for total accumulation of drug dissolution, mean while post loading method has 72 . The value of drug dissolution test from both method is used for analyzing drug dissolution mechanism of amoxicillin trihydrate from hydrogel network. For mechanism parameter, four kinetic models of drug dissolution mechanism is used, which are zero order, first order, Higuchi, and Korsmeyyer Peppas. Both drug entrapment method has same result for drug dissolution mechanism, that is Higuchi model kinetic which follow the Fickian rsquo s law for drug dissolution mechanism. The polymer network encounter destructive degradation causes by acid solution which used as dissolution medium, and the level of degradation is observed with optical microscope. However the result shows that degradation of the polymer network doesn rsquo t affect drug dissolution mechanism directly. Although the pore forming agent causes the pore inside the hydrogel network create interconnection and it was quite influential to drug dissolution mechanism. Interconnected pore is observed with Scanning Electron Microscope SEM and shows that the amount and area of interconnected pore inside the hydrogel network is increasing as drug dissolution goes on.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Awis Sekar Arum
Abstrak :
Obat racikan sering diresepkan di Indonesia. Namun, standar pelayanan dan standar kualitas obat racikan belum ada. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kualitas pelayanan resep puyer, keseragaman sediaan, dan cemaran kimia pada puyer. Sampel sebanyak 10 apotek diambil secara random dari total populasi apotek di Jakarta. Evaluasi kualitas pelayanan dilakukan dengan metode observasi melalui penebusan resep puyer amoksisilin dan resep puyer parasetamol pada masing-masing apotek. Parameter yang diamati adalah harga, waktu tunggu, pemberi pelayanan, dan informasi yang diberikan. Evaluasi keseragaman sediaan dilakukan berdasarkan prosedur keragaman bobot kapsul keras (Farmakope Indonesia IV). Analisis cemaran kimia pada puyer dilakukan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil evaluasi kualitas pelayanan resep puyer menunjukkan adanya variasi pada harga (Rp. 15.500,- - Rp. 28.200,-) dan waktu tunggu (17-67 menit). Pemberi informasi di apotek sebagian besar (70%) dilakukan bukan oleh apoteker. Informasi mengenai obat yang diberikan masih terbatas. Seluruh sampel puyer amoksisilin dan parasetamol tidak memenuhi syarat keseragaman sediaan. Cemaran parasetamol pada puyer amoksisilin ditemukan di seluruh sampel apotek. Cemaran amoksisilin pada puyer parasetamol ditemukan di 2 sampel apotek. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kualitas puyer racikan dari segi keseragaman sediaan dan cemaran kimia masih kurang baik. Kualitas pelayanan peracikan puyer masih harus ditingkatkan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32718
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahmawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>