Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Suharno
"In manufacturing of component of automotive with use aluminum material, fluidity factor of aluminum liquid play a part important at moulding process with gravity and or die casting. Low fluidity liquid aluminum represent one of the factor causing to be formed affect / reject for example gas of porosity, shrinkage, misrun / shut cold and spot hard This research aim to know aluminum liquid _fluidity with parameter charging material l00% ingot ( 0% scrap) and 50% ingot (50% scrap), addition of AlTiB refiner grain ( 0,05 - o.6%) and addition ofAlSr modifier ( 0,001% - 0, 02%) by using temperature variation (630°C) 700?C1 720°C, 73 C, and 750°C) from 2 local ingot of aluminum ACZB. From result of this research indicate that the quality of ingot play a part important to fluidity value. ingot with little inclusion have high fluidity value. At addition of AlTtB grain refiner 0, 05 - 0,8 %, from both ingot assess reached by optimum fluidity of addition moment 0,6%. While addition of AlSr modifier of rate 0,001 - 0,02 % for reached by optimum fluidity value of addition moment 0, 01 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
JUTE-20-4-Des2006-271
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian Prakarso Budi
"Alumunium paduan 7075 adalah paduan aluminium kekuatan tinggi yang digunakan untuk membuat berbagai macam komponen struktural untuk pesawat ruang angkasa, roket, pesawat dan berbagai amunisi. Meskipun sifat mekanik pada paduan aluminium lebih baik, ketahanan terhadap korosi pada aluminium tersebut relatif rendah, khususnya pada kondisi dimana paduan tersebut digunakan pada atmosfer yang cukup agresif, hal tersebut akan membatasi jangkauan aplikasi paduan tersebut. Oleh karena itu metode anodisasi dengan variasi tegangan dan waktu dilakukan dengan larutan elektrolit H2SO4 30% pada suhu ruang untuk memperlambat terjadinya korosi.
Hasil dari anodisasi diuji dengan perendaman dengan 0,6 M NaCl selama 6 hari. Dari pengujian memperlihatkan hasil yang baik dari metode anodisasi menggunakan tegangan 10 Volt selama 15 menit. Data tersebut didukung dari pengujian XRD yang menunjukan kehadiran fasa Al2O3 setelah dilakukan anodisasi yang mempengaruhi laju korosi. Selain itu morfologi permukaan juga dapat dilihat pada pengujian SEM dan mikroskop optik yang memperlihatkan lapisan oksida yang tidak merata serta serangan larutan NaCl yang digunakan menyebabkan terjadinya korosi sumuran (pitting corrosion).

Aluminium alloy 7075 is a high strength compound that used to make various structural components for spacecraft, rockets, planes and a variety of ammunition. Despite the good mechanical properties on alumunium, corrosion resistance on alumunium is realtive low. Especially in circumstances where the alloy used in aggressive atmospheres, it would limit the range of applications of these alloys. Therefore the anodization method with variation of voltage and time is done with 30% H2SO4 electrolyte solution at room temperature to slow corrosion.
Results from anodizing tested by soaking with 0.6 M NaCl for 6 days. Results show that anodizing method using a voltage of 10 volts is 15 minutes. The XRD results also show the presence of phase Al2O3 after anodizing which affect the rate of corrosion. Besides the surface morphology can also be seen on testing SEM and optical microscopy showing uneven oxide layer as well as attacks NaCl solution used cause pitting corrosion (pitting corrosion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli
"Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik, maka kebutuhan penghantar listrik seperti jaringan transmisi/distribusi daya dan peralatan penunjang lainnya serta kebutuhan lahan untuk pembangunan jaringan juga meningkat. Dengan adanya permasalahan diatas, sementara daya listrik yang disalurkan semakin besar, maka diperlukan jenis jaringan transmisi/distribusi yang mempunyai kapasitas hantar daya yang besar. Kawat penghantar aluminium konvensional yang umumnya digunakan seperti jenis EC Grade (AAC) atau alloy 6201/6101 pada jaringan transmisi/distribusi listrik memiliki Kapasitas Hantar Arus (KHA) yang relatif rendah. Hal ini disebabkan karena kawat penghantar tersebut hanya mampu dioperasikan secara kontinu pada suhu sekitar 900 C . Untuk meningkatkan KHA, maka kawat penghantar tersebut harus mampu dioperasikan pada suhu yang lebih tinggi dan untuk itu diperlukan jenis kawat penghantar dengan sifat tahan panas yang tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari Kemampuan Hantaran Arus (KHA) dari konduktor Aluminium Tahan Panas yang sering disebut dengan kawat TAL (Thermal Resistant Aluminium Alloy) dengan membandingkannya terhadap konduktor EC Grade. Dalam penelitian pada penghantar TAL yang dipelajari ada dua jenis yaitu:
a) TAL yang ditambahkan dengan RE ( rare earth metal) atau unsur tanah jarang (TAL+)
b) TAL tanpa penambahan RE (TAL-).
Pada penelitian ini Benda uji yang digunakan berbentuk kawat berdiameter 3,2 mm Berbagai pengujian dilakukan untuk menentukan sifat-sifat mekanis dari kawat TAL meliputi :
· Uji Tank
· Uji sifat listrik
· UJi Creep
Dan untuk mengetahui struktur dari kawat TAL dilakukan pengujian metalografi dengan peralatan antara lain
· Mikroskop optik
· Scanning Electron Microscope (GEM)
· Transmission Electron Microscope (TEM)
· Uji tarik dan uji creep dilakukan untuk menentukan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Dwi Ananda
"Perhitungan laju korosi aluminium alloy dilakukan dengan mengukur massa yang hilang dari sampel setelah menjalani proses immersion test selama 120 jam dalam larutan campuran air dan ethylene glycol. Proses immersion test sampel menggunakan media uji dengan persentase volume ethylene glycol pada larutan sebesar 30% dan 70% yang dilakukan pada lingkungan temperatur ruang (30ºC) dan temperatur tinggi (90oC). Pada temperatur ruang, sampel yang mengalami immersion test di larutan ethylene glycol 30% menunjukkan laju korosi yang lebih tinggi daripada sampel pada larutan ethylene glycol 70% dikarenakan larutan yang mengandung lebih banyak air akan lebih bersifat elektrolit. Sedangkan pada temperatur tinggi, sampel-sampel menunjukkan perilaku laju korosi yang berbeda-beda disertai terjadinya peristiwa plating di mana ada penambahan massa pada rentang waktu tertentu akibat pembentukan lapisan protektif pada permukaan aluminium alloy. Pada temperatur tinggi, laju korosi yang ditunjukkan sampel cenderung terus meningkat dan lebih tinggi dibandingkan laju korosi sampel pada temperatur ruang. Hasil SEM menunjukkan adanya indikasi korosi berbentuk lubang/sumuran pada permukaan aluminium alloy setelah immersion test dilakukan.

Corrosion rate of aluminium alloy is calculated by measuring the samples weight loss which immersed for 120 hours in ethylene glycol-water mixture. The immersion test processes using solutions that contain 30% and 70% of ethylene glycol are conducted at room temperature (30ºC) and high temperature (90oC). At room temperature, samples which immersed in solution of 30% ethylene glycol show higher corrosion rates than the ones which immersed in solution of 70% ethylene glycol because of the solution which contains more water will act as a better electrolyte than the solution with less water content. However at high temperature, samples show varies corrosion rate behaviour followed by plating occurence where samples gain weight at a particular range of time because of the formation of protective thin layer on the surface of aluminium alloy. At high temperature, the samples’ corrosion rate are tend to increased continuously and relatively higher than corrosion rates of samples at room temperature. SEM results indicate there are numbers of pitting corrosion that attack the surface of aluminium alloy after the immersion tests were conducted."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Andika
"Pengaruh logam tanah jarang erbium sebagai unsur paduan Al-5Zn-0,5Cu dengan kadar 0wt, 0,1wt, 0,3wt dan 0,5wt diteliti dengan menggunakan OES, DSC, OM, dan polarisasi siklik. OES dilakukan untuk melihat komposisi kimia dari paduan. Pengujian DSC dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan fasa dan proses solidifikasi fasa intermetalik.Pengamatan OM dilakukan untuk melihat ukuran butir dan presipitat yang terbentuk. Polarisasi siklik dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi dari paduan. Unsur Erbium pada paduan Al-5Zn-0,5Cu-xEr membentuk presipitat yang dapat menghaluskan butir meingkatkan perilaku korosi dari material.
Potensial breakdown atau Eb pada paduan cenderung menurun seiring penambahan unsur erbium, potensial breakdown terendah adalah sampel Al-5Zn-0,5Cu-0,3Er sebesar -0.89 V vs Ag/AgCl. Penambahan unsur erbium dengan kadar yang semakin besar semakin menurunkan potensial paduan menjadi semakin anodik sampai dengan -0,78 V vs SCE sehingga masih dalam batas aman untuk memproteksi baja berkekuatan tinggi.

The effect of addition of 0wt , 0.1wt, 0.3wt and 0.5wt erbium rare earth on Al 5Zn 0,5Cu alloy was investigated with Optical emission Specstroscopy, Differential Scanning Calorimetry DSC and Cyclic Polarization, complemented with Optical Microscope OM. Observation with OM was coundcuted to see the changes of the grain size and the precipitate formation. DSC was used to identify the phase transformation and solidification process of intermetallic phase. Cyclic polarization was used to know the corrosion characteristics of Al 5Zn 0,5Cu xSm. The presence of erbium formed precipitates on the grain boundary which made finer grain microstructure and enhance activation of corrosion.
Breakdown potential tend to decrease as the increase of erbium content the lowest breakdown potential on this study is Al 5Zn 0,5Cu 0,3Er 0.89 V vs Ag AgCl. Addition of erbium accelerate corrosion rate by making the alloy more anodic. Potential coupling with steel structure is 0,78 V vs SCE, still safe to protect High Strength Steel material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jako Aprilio
"Anoda korban paduan Aluminium yang umum digunakan berpotensi memicu terjadinya Stress Corrosion Cracking dan Hydrogen Embrittlement pada struktur yang diproteksi. Anoda korban potensial rendah Low Voltage Sacrificial Anode dengan potensial dibawah -800 mV vs Ag/AgCl dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karakteristik paduan Al-5Zn-0,5Cu dengan variasi penambahan Samarium 0,02 wt , 0,1 wt , 0,3 wt , dan 0,5 wt diteliti pada penelitian ini. Paduan Al-5Zn-0,02In yang umum digunakan juga turut diuji sebagai pembanding. Pengujian efisiensi anoda dengan metode kehilangan berat sesuai standar DNVGL-RP-B401 dan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS dilakukan untuk mengetahui performa dan karakteristik korosi anoda korban paduan Al-5Zn-0,5Cu-xSm. Penambahan unsur Samarium dengan kadar 0,1 wt menunjukan performa anoda korban yang paling baik dengan kapasitas elektrokimia 2809,80 Ah/kg dan efisiensi 98.

Commonly used Aluminum alloy sacrificial anodes have the potential to trigger the occurrence of Stress Corrosion Cracking and Hydrogen Embrittlement on a protected structure. Low Voltage Sacrificial Anode with potential under 800 mV vs. Ag AgCl was developed to overcome this problem. Electrochemical behaviour of Al 5Zn 0,5Cu alloy with variations of Samarium addition of 0.02 wt , 0.1 wt , 0.3 wt , and 0.5 wt were investigated in this study. The commonly used Al 5Zn 0.02In alloy is also tested as a comparison. Anode efficiency test with weight loss method according to DNVGL RP B401 standard and Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS testing was performed to determine the performance and corrosion characteristics of Al 5Zn 0,5Cu xSm alloy. The addition of Samarium element with 0.1 wt content shows the best anode performance with electrochemical capacity 2809,80 Ah kg and 98 efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ario Wibisono
"ABSTRAK
Pengaruh unsur logam tanah jarang samarium terhadap paduan Al-5Zn-0,5Si diteliti dengan pengamatan Optical Microscope OM , Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS dan Uji Efisiensi Anoda Korban. Kadar samarium yang diteliti adalah 0,02wt , 0,1wt , 0,3wt dan 0,5wt . Pengamatan OM dilakukan untuk mengetahui morfologi dari presipitat yang terbentuk dan identifikasi kehadiran unsur-unsur yang ada pada permukaan. EIS dilakukan untuk mengetahui mekanisme korosi dari anoda korban dan uji efisiensi dilakukan mengetahui efisiensi kerja anoda korban. Kehadiran unsur samarium membentuk presipitat pada batas butir yang membuat butir-butir pada mikrostruktur menjadi lebih halus. Presipitat yang terbentuk merusak lapisan pasif aluminium pada permukaan paduan dan mempercepat laju korosi dengan membuat paduan menjadi lebih anodik. Hasil dari penelitian menunjukan semakin banyak samarium yang ditambahkan maka efisiensi dari anoda korban akan meningkat dan terjadi penurunan pada penambahan samarium sebesar 0,1wt .
ABSTRACT<>br>
The effect of rare earth metal element of samarium on Al 5Zn 0,5Si alloy was studied by observation of Optical Microscope OM , Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS and Sacrificial Anode Efficiency Test. The samarium levels studied were 0.02wt , 0.1wt , 0.3wt and 0.5wt . Observation with OM was coundcuted to see the changes of the grain size and the precipitate formation. The EIS is performed to determine the corrosion mechanism of the sacrificial anode and the efficiency test is performed to determine the working efficiency of the sacrificial anode. The presence of samarium formed precipitates on the grain boundary which made finer grain microstructure. The formed precipitates impair the aluminium oxide film on the alloy surface and accelerate corrosion rate by making the alloy more anodic. The result show that, with the increasing Sm content in the alloy, the efficiency of sacrificial anode will increase, but it will decrease with addition 0,1wt samarium. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Pascal Sampeliling
"Pengembangan tank sebagai kendaraan tempur saat ini terus dilakukan untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara. Salah satu komponen utama pada tank adalah material armor. Penggunaan aluminium dan serat kevlar yang kemudian disusun menjadi material komposit laminat memiliki massa jenis yang jauh lebih rendah dari baja, namun memiliki kekuatan impak yang tinggi, sehingga diharapkan dapat menggantikan peran baja pada tank sebagai material armor. Pada penelitian ini, untuk membuat material komposit laminat hybrid digunakan AA 5052 sebagai matriks dan kevlar yang diimpregnasi dengan nano aluminium oksida sebagai penguatnya. Terdapat 3 variasi jumlah lapisan kevlar yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu 20, 30, dan 40 lapisan yang disusun tiga tingkat dalam satu sampel komposit laminat hybrid. Semakin tebal lapisan kevlar, semakin besar nilai kekuatan impak komposit laminat hybrid. Pada sampel terimpregnasi, hasil pengujian balistik dengan NIJ standard 0108.01 yang dilakukan menunjukkan sampel dengan 20 lapisan kevlar dapat tahan uji balistik level 3, sedangkan sampel dengan 30 lapisan kevlar dapat tahan uji balistik level 4.

The development of tank as a combat vehicle is currently being carried out to increase the military strength of a country. One of the main components of the tank is the armor material. Aluminum and kevlar fiber which is then arranged into a laminated composite material has a lower density than a steel, but has a high impact strength, so it is expected to replace the role of steel in tanks as armor material. In this study, to make a hybrid laminate composite material, aluminum alloy 5052 was used as a matrix, and kevlar impregnated with nano aluminum oxide as reinforcement. There are 3 variations in the number of kevlar layers carried out in this study (20, 30, and 40 layers). Each of the type will be arranged in three tiers in one sample of hybrid laminate composite. The thicker the kevlar layer, the greater the value of the impact strength of the hybrid laminate composite. For the impregnated sample, the results of the ballistic test with NIJ standard 0108.01 that were carried out showed that the sample with 20 layers of kevlar could withstand the level 3 ballistic test, while the sample with 30 layers of kevlar could withstand the level 4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Yasmin Afifa Washyla
"Penelitian mengenai alat dan kendaraan militer selalu dilakukan untuk meningkatkan kendaraan tempur untuk meningkatkan kekuatan militer. Salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan bahan yang lebih ringan yang dapat menahan benturan balistik. Pada penelitian ini dibuat material komposit hybrid laminate dengan paduan aluminium 5052 sebagai matriks dan Kevlar diresapi dengan titanium karbida sebagai penguat. Kevlar diresapi menggunakan cairan penebalan geser (STF). Varietas lapisan Kevlar adalah 20, 30, dan 40 lapisan. Uji balistik dilakukan dengan standar NIJ 0108.01. Penambahan STF dapat meningkatkan balistik dan kekuatan impak sampel dengan mengisi rongga antar setiap serat Kevlar. Kekuatan impak material meningkat dengan semakin tebal lapisan kevlar. Semua sampel dapat menahan uji balistik level II dan hanya 40 lapisan sampel yang diresapi TiC yang dapat menahan uji balistik level III/

Great amount of effort is always made to improve combat vehicles in order to increase military strength. One of the goals is to create a lighter material that can withstand ballistic impact. In this study, hybrid laminate composite material is made with aluminum alloy 5052 as a matrix and Kevlar impregnated with titanium carbide as reinforcement. The Kevlar is impregnated using shear thickening fluid (STF). The varieties of Kevlar layers are 20, 30, and 40 layers. The ballistic test was carried out with NIJ 0108.01 standard. The addition of STF can improve the ballistic and impact strength of the sample by filling the cavity between each Kevlar fibers. The impact strength of the material increases with the thicker the kevlar layer. All of the samples can withstand level II ballistic test and only 40 layers of TiC-impregnated sample can withstand level III ballistic test. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdiansyah
"Paduan Aluminium banyak dipakai hampir seluruh aspek teknologi industri. Salah satu kerusakan yang sering terjadi dalam pemakaian paduan aluminium adalah korosi pitting dan korosi retak tegang. Kedua jenis korosi ini satu sama lain ada keterkaitan untuk bisa merusak permukaan material.
Oleh karena itu Aluminium paduan harus diseleksi untuk mengetahui efek metalurgi setelah berada pada linkungan korosif seperti air laut sebagai senyawa yang sering bersinggungan dengan beberapa jenis material terutama aluminium. Serta diberikan pembebanan secara statik pada permukaan material sesuai dengan standar ASTM G-39 tentang Preparation and Use Bent-Beam Stress-Corrosion Test Specime dengan waktu pengujian selama 504 Jam.
Metode yang dipilih adalah Two Point Loaded Speciement. Pengujian ini menggunakan holder sebagai penahan benda uji sehingga benda uji mendapat tegangan tetap. Pengamatan terjadinya korosi sumuran dapat dilakukan dengan melihat secara langsung dan juga dapat diamati dengan SEM. Uji tarik dipakai untuk mendapatkan Modulus Young benda uji agar diketahui tegangan aplikasi yang dipakai.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tegangan aplikasai dari 17,58 GPa sampai 22,92 Gpa menghasilkan diameter pitting 0,018 mm sampai 0,039 mm serta jumlah korosi pitting dari 2 sampai 9 buah.

Aluminium alloy are used almost all of domain technology industries. One failures usually to used aluminium alloy is corrosion pitting and stress corrosion crack. Two kind this corrosion have relation to can failures surface material.
Because Aluminium alloy must be selected to know effect matalurgy after on a corrosive environment for example marine liquid is compound to usually interaction with more a kind material (aluminium). And give to bending static at all of surface specimen. Type which is based on the ASTM G-39. Two point Loaded Speciment methode is selected with. This test used time for 504 Hours.
This test used Holder span which is support the specimen so that specimen received outside constant stress. Tensle stress is used to get Modulus Young value specimen so that to know applied stress.
Result of research can take conclusion are applied stress from 17,58 GPa ntil 22,92 GPa produce pitting diameter 0,018 mm until 0,039 mm and to produce 2 until 9 corrosion pitting.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21495
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>