Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manalu, R.Y. Laura
Abstrak :
ABSTRAK
Pemilíhan topik tugas akhir ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terhadap perkembangan produk tradefinance yang disediakan oleh perbankan untuk mendukung aktivitas nasabah eksportir & importir terutama eksportir karena kegiatan ini berkontribusi tinggì untuk memperkuat devisa negara. Perkembangan berbagai sektor ekonomi memerlukan dukungan perbankan sebagai salah satu sumber pendanaan bagi dunia usaha tersebut. Karena itu produk-produk trade finance yang memang spesifik ditujukan pada kegiatan ekspor-impor merupakan salah satu solusi bagi kedua pihak yaitu bank untuk pengembangan produk perbankan berbasis fee?based income dan pengusaha guna meminimalisir financing cost produksinya. Pilihan terhadap produk forfaiting terutama karena produk mi spesifik disediakan untuk mendanai aktivitas ekspor.

Melalui piihan metode penelitian analisis deskriptif baik data primer maupun data sekunder disajikan secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dengan mengadakan tatap muka langsung dan wawancara dengan pihak bank lokal sementara data sekunderdiperoleh melalui berbagai buku, artikel majalah dan kliping media cetak dan berbagai terbitan.

Produk forfaiting adalah suatu fasilitas pendanaan yang pada prinsipnya mengubah kiaim tagihan eksportír baik berupa bills/draft atau dengan surat promes berjangka waktu tertentu menjadi dana likuid yang dapat diperoleh secara cepat. Forfaiter yang membeli tagihan tersebut dari bank atau bank eksportir, berarti sekaligus mengambil alih risiko yang terkandung pada tagihan itu baik country risk, commercial risk dan currency risk yang berkaitan dengan importir. Sifat forfaiting yang with no recourse menjadi daya tarik yang spesifik dan fasilitas ini dibandingkan dengan fasilitas pendanaan ekspor lainnya yang masih mengandung risiko kegagalan atau batalnya pembayaran.

Operasional forfaiting berkembang dalam aplikasinya sesuai dengan perkembangan dunia usaha. Dan yang tadinya ditujukan untuk ekspor berjangka menengah-panjang dan nilai transaksi yang tinggi, sekarang forfaiting dapat diaplikasikan untuk ekspor berjangka pendek serta nilai transaksi yang lebih kecil sekalipun. Daya tarik fasilitas forfaiting bagi bank berkaitannya dengan terbebasnya aplikasi fasilitas ini dari berbagai ketentuan dan peraturan Bank Indonesia yang bertujuan untuk mengendalikan ekspansi kredit perbankan. Forfaiting tidak membawa implikasi pada CAR, RR, struktur permodalan, PKLN dan LDR bank. Dari aspek biaya (cost of money), fasilitas forfaiting ini berbiaya rendah karena sumber dananya berasal dari luar negeri, dimana sumber pendanaan domestik tidak dapat menyamai struktur biaya forfaiting.

Daya tarik forfaiting bagi eksportir berupa kemudahan operasional fasilitas ini serta beban biaya dana (cost of money) yang rendah sehìngga dapat mendukung harga jual produk agar kompetitif di pasar ekspor. Jaminan yang diberikan oleh forfaiting berupa kepastian dan cepatnya pembayaran yang diterma eksportir membuka peluang bagi eksportir untuk memperluas pasar ekspornya ke negara negara yang dijamin oleh forfaiter meskipun calon importir di negara tersebut baru bagi eksportir. Aplikasi forfaiting yang dilakukan oleh 2 (dua) bank komersial, di Eropa dan di pasar domestik, membuktikan keunggulan dan manfaat forfaiting yang didapat oleh bank yang menawarkan jasa tersebut pada nasabah eksportir.

Perkembangan forfaiting di Indonesia pada masa mendatang berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dihadapi industri perbankan nasional. Peluang forfaiting di Indonesia masih terbuka lebar karena jika dilihat dari sisi penawaran, maka belum banyak bank devisa yang mampu mengaplikasikannya sementara dari sisi permintaan, potensi aktivitas ekspor Indonesia masih terus akan meningkat dengan diperkuat oleh komitmen pemerintah baik dari sektor moneter maupun rill untuk terus memajukan ekspor Indonesia. Bank-bank devisa kelas atas memiliki peluang besar untuk memperoleh fasilitas forfaiting dari bank asing karena kepercayaan dunia perbankan internasional pada kinerja bank-bank itu. Sisi ancaman yang harus diperhitungkan adalah saat masuknya kompetitor baik bank asing ataupun lembaga keuangan asing yang mampu menawarkan langsung produk forfaiting secara lebih efisien karena telah berpengalaman dan memiliki infrastruktur yang mendukung berkembangnya forfaiting seperti pasar sekunder forfaiting.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insan Mailina Afzan
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
S24411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Lessy Sutiyono Aji
Abstrak :
[ABSTRAK
Tren global bencana alam mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh perubahan iklim, pemanasan global, gempa bumi maupun oleh perbuatan manusia. Jika dilihat dari statistik peningkatan terjadinya bencana, kejadian bencana alam diseluruh dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indonesia merupakan negara maritim yang terletak pada tiga lempeng besar dunia dan jalur ring of fire sehingga berpotensi besar terhadap bencana tsunami [1]. Telekomunikasi memiliki peranan penting sebagai alat komunikasi pada saat terjadinya bencana. Dalam penelitian ini akan diusulkan dua skenario alternatif metoda pengembangan jaringan PPDR Broadband, yaitu Skenario Alternatif I : Pemerintah membangun dan mengoperasikan sendiri dan Skenario Alternatif II : Kerjasama Pemerintah dengan Operator Telekomunikasi. Analisis dilakukan berdasarkan sudut pandang Pemerintah. Cakupan area penelitian adalah DKI, Jabar dan Banten. Pada Skenario alternatif I, didapatkan nilai cost benefit analysis sebesar 903 dan untuk skenario alternatif II didapatkan nilai cost benefit analysis sebesar 1837. Kedua skenario tersebut dapat dikatakan layak secara ekonomi, tapi jika pemerintah menggunakan alternatif II dapat menghemat biaya sebesar 1,4 Trilyun Rupiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pemerintah perihal pemilihan metoda pembangunan infrastruktur komunikasi radio antar instansi pemerintah untuk PPDR.
ABSTRACT
Global trend of natural disasters has increased, whether caused by climate change, global warming, earthquakes or by human actions. When viewed from the statistical increase in the occurrence of disasters, natural disasters around the world has increased from year to year. Indonesia is a maritime country that lies in the world's three major plates and lane ring of fire that has great potential for tsunami disaster [1]. Telecommunications has an important role as a means of communication in the event of a disaster. In this study will be proposed two alternative scenarios development method of PPDR Network, namely the Alternative Scenario I: build and operate by Government and Alternative Scenario II: Public Private Partnership. The analysis is based on Government view. The coverage area of research is Jakarta, West Java and Banten. In the alternative scenario I, we found that value of cost benefit analysis are 908. and In the alternative scenario II, we found that value of cost benefit analysis are 1837. Both of these scenarios can be said to be economically viable, but if the government uses the second alternative can save costs by 1.4 trillion rupiah. Results of this study will be proposed to the government in determining the method of network construction PPDR;Global trend of natural disasters has increased, whether caused by climate change, global warming, earthquakes or by human actions. When viewed from the statistical increase in the occurrence of disasters, natural disasters around the world has increased from year to year. Indonesia is a maritime country that lies in the world's three major plates and lane ring of fire that has great potential for tsunami disaster [1]. Telecommunications has an important role as a means of communication in the event of a disaster. In this study will be proposed two alternative scenarios development method of PPDR Network, namely the Alternative Scenario I: build and operate by Government and Alternative Scenario II: Public Private Partnership. The analysis is based on Government view. The coverage area of research is Jakarta, West Java and Banten. In the alternative scenario I, we found that value of cost benefit analysis are 908. and In the alternative scenario II, we found that value of cost benefit analysis are 1837. Both of these scenarios can be said to be economically viable, but if the government uses the second alternative can save costs by 1.4 trillion rupiah. Results of this study will be proposed to the government in determining the method of network construction PPDR, Global trend of natural disasters has increased, whether caused by climate change, global warming, earthquakes or by human actions. When viewed from the statistical increase in the occurrence of disasters, natural disasters around the world has increased from year to year. Indonesia is a maritime country that lies in the world's three major plates and lane ring of fire that has great potential for tsunami disaster [1]. Telecommunications has an important role as a means of communication in the event of a disaster. In this study will be proposed two alternative scenarios development method of PPDR Network, namely the Alternative Scenario I: build and operate by Government and Alternative Scenario II: Public Private Partnership. The analysis is based on Government view. The coverage area of research is Jakarta, West Java and Banten. In the alternative scenario I, we found that value of cost benefit analysis are 908. and In the alternative scenario II, we found that value of cost benefit analysis are 1837. Both of these scenarios can be said to be economically viable, but if the government uses the second alternative can save costs by 1.4 trillion rupiah. Results of this study will be proposed to the government in determining the method of network construction PPDR]
2015
T43816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Buwana
Abstrak :
[ABSTRAK
Sektor transportasi di Kota Kasongan saat ini menyumbangkan 53,33% dari total emisi CO2 yang dihasilkan. Pembangunan infrastruktur jalan yang terus berkembang justru berbanding terbalik dengan pengembangan transportasi sungai. Kondisi ini memperlihatkan strategi pengembangan sistem transportasi yang ada belum berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kriteria dan pilihan alternatif yang tepat dan tidak menimbulkan kerugian di masa yang akan datang bagi pengembangan sistem transportasi di Kota Kasongan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan persepsi masyarakat, akademisi, dan pemerintah sebagai pemangku kepentingan. Penelitian ini memperlihatkan alternatif yang paling tepat adalah optimalisasi sistem transportasi yang terpadu antara transportasi darat dan sungai dengan tingkat keamanan dan kenyamanan sebagai kriteria yang paling penting. Implementasi alternatif tersebut diwujudkan melalui program pengembangan lokasi transit di Kota Kasongan. Program ini memberikan rasa aman dan nyaman sebagai keuntungan sosial, memberikan aksesibilitas dan mobilitas yang lebih baik sebagai keuntungan ekonomi, dan memberikan keuntungan dari aspek lingkungan karena dapat mereduksi emisi CO2.
ABSTRACT
Transportation sector in Kasongan City currently contributes about 53.33% of the total CO2 emissions produced per year. Construction of road infrastructure is continues to grow but there is no activities to improve river transportation. This situation shows that transport systems development strategy not linked each other and far from there environmentally friendly and unsustainable. This study aimed to analyze the criteria and choose the appropriate alternatives for the transportation systems development in the Kasongan City. The analytical method used Analytical Hierarchy Process (AHP) based on the community, academia, and government perception. This research shows that the most appropriate alternatives is to optimize the integrated transport systems between land and river transport modes with safety and amenities as the most important criteria. Implementation of the strategy is realized through integrated transit locations program development surrounding pier territories in Kasongan City, because it can increase the use of public transport. This program ensure safety and comfortability as social advantage, providing better accessibility and mobility as economic benefit, and this program could reduce CO2 emission., Transportation sector in Kasongan City currently contributes about 53.33% of the total CO2 emissions produced per year. Construction of road infrastructure is continues to grow but there is no activities to improve river transportation. This situation shows that transport systems development strategy not linked each other and far from there environmentally friendly and unsustainable. This study aimed to analyze the criteria and choose the appropriate alternatives for the transportation systems development in the Kasongan City. The analytical method used Analytical Hierarchy Process (AHP) based on the community, academia, and government perception. This research shows that the most appropriate alternatives is to optimize the integrated transport systems between land and river transport modes with safety and amenities as the most important criteria. Implementation of the strategy is realized through integrated transit locations program development surrounding pier territories in Kasongan City, because it can increase the use of public transport. This program ensure safety and comfortability as social advantage, providing better accessibility and mobility as economic benefit, and this program could reduce CO2 emission.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Dedy Pradipto
Abstrak :
To inherit something if it is not genetically is believed to be a culture. Knowledge is culture since it is not genetically acquired. When we are discussing the -function of knowledge that means we are discussing the `culture', because knowledge is transferred by socialization, and human get it by learning process. Knowledge in its formation is connected to power. One of the processes in formation of knowledge is through education and power is represented by the state and its government with its regulations reinforced. In education, curriculum is the reflection of power. The government issues the national curriculum, applied throughout the country. In the implementation, the uniformity can not be fully applied. The due to the various situation and condition in every region. Alternative education is considered to be against uniformity in the implementation of national curriculum. Alternative education is also viewed as power in education. Power contest is the condition that comes along with the formation of knowledge. Power contest appears when knowledge is constructed, deconstructed, and reconstructed. All happen within the constellation of power. The concept of contest is used to illustrate the struggle, the fight, competition and debate when knowledge is in formation within the constellation of power. Teaching through schools is one of the ways to formation of knowledge. In formation of knowledge, state with its national curriculum seems to stand in one side while, children, parents, peer groups, milieu, NGOs, and media are in the other side. Power contest seems to give certain color when alternative education is set in the context. SDKE Mangunan is a type of alternative education that we can use to illustrate power contest between education and the state in the formation of knowledge. Romo Mangun with his curriculum for SDKE Mangunan has to face the state which implements national curriculum. Children just have to face their teachers in class. This will become more complicated with the presence of others like parents, peer groups, milieu and media.
2004
D591
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Montana
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bakhtiar Rakhman
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hamid Sujatmoko
Abstrak :
ABSTRAK
Topik kompetisi antar media sudah sering menjadi perbincangan para ahli ilmu komunikasi. Dahulu konsep yang digunakan adalah konsep fungsi alternatif ffunctional alternativel atau konsep fungsi ekivalen (functional eauivalenl. Hasil riset terdahulu menunjukkan, setiap kehadiran media baru selalu, sedikit atau banyak, mempengaruhi media yang sudah ada. Ini berarti diantara industri media juga ada iklim kompetisi yang harus diperhitungkan agar suatu media tetap eksis kehadirannya. Pada perkembangan berikutnya, seorang ahli komunikasi dari AS, John Dimmick, menemukan sebuah konsep baru untuk mengukur kompetisi antar industri media. Konsep ini. yang dinamakannya Competitive Superioritv. merupakan konsep yang didasari atas 3 konsep : Pendekatan Uses and Gratificationa. konsep functional alternative dan konsep Niche. Yang menarik, konsep Niche yang mendasari konsep Competitive Superioritv. sesungguhnya adalah konsep yang dikembangkan oleh ahli ekologi. Konsep ini intinya mempelajari segala aspek dalam lingkungan dimana populasi berinteraksi untuk mempertahankan hidupnya. Diasumsikan, sumber alam (resources) untuk mempertahankan kehidupan terbatas jumlahnya, sehingga populasi harus berkompetisi dalam merebut sumber itu agar bisa bertahan hidup. Dalam studi komunikasi massa, populasi diartikan sebagai industri media, yang hidup dalam satu lingkungan dan harus berkompetisi untuk mendapatkan sumber kehidupan yang berupa kapital/modal, jenis isi dan khalayak. Penelitian yang dilakukan Dimmick dengan menggunakan konsep ini di Ohio, menunjukkan, dalam dimensi kognitif surat kabar lebih superior dari televisi dan radio, dan televisi lebih superior dari radio. Dalam dimensi afektif, televisi lebih superior dari surat kabar dan radio, dan surat kabar lebih superior dari radio. Penulis mencoba mengaplikasikan konsep Competitive Suoerioritv untuk mengukur superioritas media radio, surat kabar dan televisi di Jakarta. Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Kramat Pela. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda survai dimana data dikumpulkan di lapangan. Tipe penelitiannya adalah deskriptif, mencoba menggambarkan secara terinci kompetisi antar industri media di Jakarta. Guna mendapatkan data, 100 responden dipilih secara ourposive untuk diwawancarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam dimensi kognitif surat kabar lebih superior dari televisi dan radio, dan televisi lebih superior dari radio. Sedangkan dalam dimensi afektif, televisi dan radio sama-sama superior, dan media yang paling inferior adalah suratkabar. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Dimmick. Selain menunjukkan masih berbedanya kondisi dan kemajuan media massa di Indonesia dan di AS, perbedaan hasil ini juga menunjukkan penggunaan dan kepuasan khalayak mengkonsumsi media di Indonesia berbeda dengan di AS.
1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>