Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ikhsan
Abstrak :
Akrilamida merupakan senyawa karsinogen yang ada dalam rokok, kopi, dan makanan yang diproses dengan pemanasan tinggi (≥120oC). Di dalam tubuh, akrilamida dimetabolisme menjadi glisidamida yang lebih reaktif. Resveratrol merupakan salah satu senyawa bahan alam yang dilaporkan dapat mendetoksifikasi akrilamida dan glisidamida. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis akrilamida dan glisidamida dalam Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS), mulai dari optimasi kondisi kromatografi dan metode preparasi sampel, validasi metode analisis, hingga aplikasinya dalam studi farmakokinetika pada tikus yang diberikan resveratrol. Kondisi kromatografi optimal adalah kolom C-18 Sunfire TM Waters® (5 µm; 250 x 4,6 mm); fase gerak dapar fosfat 6 mM pH 3,5-metanol (96:4); laju alir 0,5 mL/menit; suhu kolom 30oC; dideteksi menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 210 nm; dan menggunakan isoniazid sebagai baku dalam. Metode preparasi sampel VAMS yang optimal menggunakan pengendapan protein dengan asetonitril 100% sebagai pelarut pengekstraksi, pengocokan dengan vorteks selama 30 detik, sonikasi selama 5 menit, dan pemutaran dengan setrifugasi selama 1 menit. Hasil validasi memenuhi persyaratan sesuai Pedoman Bioanalisis FDA 2018. Metode analisis yang valid digunakan untuk studi farmakokinetika akrilamida dan glisidamida pada tikus jantan Sprague-Dawley yang diberikan resveratrol. Hasil analisis secara statistika menunjukkan bahwa pemberian resveratrol menurunkan nilai t1/2, Cmax, AUC0-72, dan AUC0-∞, serta meningkatkan nilai Cl dan Ke dari akrilamida dan glisidamida (p<0,05). ......Acrylamide is a carcinogen that can be found in cigarette, coffee, and foods heated at high temperatures (≥120oC). In body, acrylamide is metabolized to glycidamide which is a more reactive agent. Resveratrol is one of natural product which has been reported that it can detoxify acrylamide and glycidamide. This study was aimed to develop an analytical method of acrylamide and glycidamide in Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS), from chromatographic condition and sample preparation optimization, analytical method validation, until its application to a pharmacokinetics study in rats administered resveratrol. The optimum chromatographic condition was obtained using C-18 SunfireTM Waters® column (5 µm; 250 x 4.6 mm); buffer phosphate 6 mM pH 3.5-methanol (96:4) as the mobile phase; the flow rate was 0.5 mL/min; the column temperature was 30oC; detected by UV detector at wavelength of 210 nm; and using isoniazid as the internal standard. The optimum sample preparation in VAMS was using protein precipitation with acetonitrile 100% as the extracting solvent, vortexed for 30 s, sonicated for 5 min and centrifuged for 1 min. The results of validation fulfilled the requirements according to FDA 2018 Bioanalytical Guideline. The valid analytical method was applied for pharmacokinetics study of acrylamide and glycidamide in male Sprague-Dawley rats administered resveratrol. The statistical analysis showed that the administration of resveratrol decreased t1/2, Cmax, AUC0-72, and AUC0-∞, and increased Cl and Ke of acrylamide and glycidamide (p<0.05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK
Beberapa metode pembuatan sensor dengan menggunakan boron doped diamond (BDD) dimodifikasi logam dan hemoglobin (Hb) telah berhasil dikembangkan untuk deteksi senyawa akrilamida yang bersifat neurotoxin, karsinogen dan genotoxicity, serta dapat menyebabkan kanker dan tumor. Tetapi proses dalam memodifikasi elektroda BDD dengan logam tidak mudah, memerlukan banyak bahan kimia, waktu reaksi yang lama dan sensor yang dihasilkan tidak stabil. Penelitian ini berhasil mengembangkan cara modifikasi BDD menggunakan logam dan Hb dengan sederhana, mudah, dan menghasilkan metode yang relatif stabil untuk mendeteksi akrilamida. Selain itu, dapat digunakan berulang kali menggunakan gabungan dari metode wet chemical seeding, elektrodeposisi, rapid thermal annealing (RTA), refresh dan aktivasi. Modifikasi dapat diperoleh dengan mereaksikan larutan H2PtCl6 dengan NaBH4 langsung diatas permukaan elektroda BDD dan dibantu dengan RTA pada suhu 700 oC selama 5 menit pada kondisi atmosfer N2. Pt/BDD yang terbentuk kemudian dikarakterisasi menggunakan CV, SEM-EDX, Raman, XRD dan XPS.

Karakterisasi menggunakan spektroskopi Raman membuktikan bahwa modifikasi BDD menggunakan metode gabungan ini tidak merubah struktur SP3 dari BDD yaitu pada puncak 1333,517 cm-1. SEM-EDX menunjukkan Pt telah berhasil terdeposisi diatas permukaan BDD yang terdistribusi secara homogen dengan % massa 94,80 %, hasil ini diperkuat dari hasil karakterisasi XPS dengan adanya puncak Pt 4f7/2 dan Pt 4f5/2 diatas permukaan BDD dengan energi ikat 71,0 eV dan 74,5 eV.

Pt/BDD yang diperoleh kemudian diteteskan dengan 0.15 mM Hb dan digunakan untuk mendeteksi senyawa akrilamida (AA). Adanya senyawa AA menyebabkan tejadinya penurunan pucak arus Hb-Fe3+/Hb-Fe2+ pada Hb akibat interaksi N-terminal valin pada Hb dengan alkena pada senyawa akrilamida membentuk adduct akrilamida-Hb. Sensor ini menunjukkan limit deteksi yang sangat sensitif dalam pengukuran, yaitu sebesar 0,021 nM. Selain itu, potensi elektroda Hb/Pt/BDD dapat digunakan kembali dibuktikan dari % massa platinum pada hasil SEM-EDS sebelum, setelah digunakan untuk deteksi akrilamida dan setelah dilakukan pencucian menggunakan NaClO4 yaitu 81,27%, 87,98% dan 90,60 %. Validasi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dalam sampel kopi sensor yang dipreparasi dengan metode spektrometri massa kromatografi cair-tandem (LC-MS/MS). Pengukuran AA dalam 1 gram kopi Luwak Toraja menggunakan sensor menunjukkan 211 nM AA, sebanding dengan metode referensi menggunakan LC-MS/MS yang mendeteksi 216 nM AA. Hasil analisis pengukuran konsentrasi AA dalam sampel kopi menggunakan sensor yang telah dikembangkan menunjukkan kesesuaian dengan metode LC-MS/MS dengan hasil yang tidak berbeda secara signifikan.
ABSTRACT
Several methods of making sensors using boron doped diamond (BDD) metal and hemoglobin (Hb) have been successfully developed to detect compounds that are neurotoxin, carcinogens, genotoxicity and that can cause cancer and tumors. However, in the process of BDD electrodes with metal is very effective, retain a lot of chemicals, produce a long time and the resulting sensor is unstable. This research was carried out using a method that is easy and simple, easy, and produces a stable sensor to detect acrylamide and can be used repeatedly using the method of wet chemical seeding, electrodeposition, rapid thermal annealing (RTA), refresh and activation. Sensors can be obtained only by using H2PtCl6 with NaBH4 directly on the surface of BDD electrodes and assisted with RTA at a temperature of 700 oC for 5 minutes under atmospheric conditions N2. Pt/BDD formed was then characterized using CV, SEM-EDX, Raman, XRD and XPS.

Characterization using Raman proves that BDD modification uses this method. There is no SP3 structure from BDD which is at the peak of 1333,517 cm-1. SEM-EDX shows that Pt has been successfully deposited on the BDD surface which is homogeneously distributed with 94.80% mass%, this result is strengthened from the XPS characterization results using Pt 4f7/2 and Pt 4f5/2 peaks on BDD surface with 71,0 eV bonding energy and 74.5 eV.

The Pt/BDD obtained was then dropped with 0.15 mM Hb and to detect acrylamide compounds. The presence of acrylamide compounds causes a decrease in Hb-Fe3+/Hb-Fe2+ current at Hb due to the interaction of N-terminal valine in Hb with alkene in acrylamide-acrylamide-Hb acrylamide adduct compounds. This sensor shows the detection limit (LoD) which is very sensitive in measurement, which is 0.021 nM. In addition, the potential of Hb-Pt-BDD electrodes can be used from platinum results on SEM-EDS results before, after that to detect acrylamide and after washing using NaClO4 which is 81.27%, 87.98% and 90, 60%. Validation was carried out by comparing the results of measurements in sensor coffee samples prepared by liquid-tandem chromatography mass spectrometry (LC-MS/MS). Measuring AA in 1 gram of Toraja Luwak coffee using a sensor shows 211 nM AA, comparable to the reference method using LC-MS/MS which detects 216 nM AA. The results of the analysis of the measurement of AA concentrations in coffee samples using sensors that have been developed show compatibility with the LC-MS/MS method with results that are not significantly different.
2019
D2650
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Yuanita
Abstrak :
Akrilamida diketahui dapat menyebabkan kanker pada sekitar 2 % kasus tiap tahun (di Swedia), ditemukan pada makanan yang diproses menggunakan suhu tinggi (di atas 120oC). Pada penelitian ini dilakukan analisis akrilamida dalam kopi instant secara kromatografi cair kinerja tinggi. Kondisi analisis menggunakan kolom C18 dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 210 nm, fase gerak 3,5 mM asam fosfat 85% dalam asetonitril-air (5:95), laju alir 0,5 ml/menit. Waktu retensi yang dibutuhkan akrilamida 6,7 menit. Sampel diekstraksi menggunakan diklorometana dan etanol dengan perbandingan 1:20, kemudian ditarik kembali menggunakan air. Hasil penelitian ini menunjukkan presisi <2% dan akurasi antara 80- 110%. Kurva kalibrasi dilakukan pada rentang 0,0250-0,4000 μg/ml menghasilkan linieritas 0,999956 dengan batas deteksi 0,0047 μg/ml; dan batas kuantitasi 0,0155 μg/ml. Kadar akrilamida dari 3 sampel kopi instant, dua diantaranya mengandung akrilamida dengan kadar masing-masing sebesar 6,5570 ng/g dan 2,3628 ng/g.
Acrylamide is known to be the caused of cancer about 2% cases per year (in Sweden), found in food processed using the high temperature (above 120oC). In this experiment, acrylamide analysis was conducted in instant coffee using High Performance Liquid Chromatography. The analysis condition was performed by using C18 column with UV-Vis detector at the wavelength of 210 nm, the mobile phase was 3.5 mM phosphoric acid 85% in acetonitrile-water (5:95) with flow rate of 0,5 ml/minute. The retention time of acrylamide was 6.7 minutes. Sample was extracted with dichloromethane and ethanol, and re-extracted with water. This experiment showed lower than 2% precision and accuracy between 80-110%. Calibration curve was performed in the range of 0.025-0.4000 μg/ml, resulting good linearity 0.999956, limit of detection 0.0047 μg/ml; and limit of quantitation 0.0155 μg/ml. Two out of three samples of instant coffee, contained 6.5570 ng/g and 2.3628 ng/g level of acrylamide.
Depok: Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Ramadwiriani
Abstrak :
Akrilamida merupakan senyawa neurotoksin yang berpotensi menyebabkakan penyakit kanker yang terbentuk akibat pemaparan suhu yang tinggi saat proses memasak pada makanan dan beresiko pada kesehatan manusia. Penelitian ini akan menghasilkan sensor akrilamida yang sensitif dan selektif berdasarkan penurunan arus HbFe3+ menjadi HbFe2+ hasil interaksi akrilamida dengan hemoglobin. Sensor akan memodifikasikan hemoglobin pada permukaan Fe3O4@Au yang disintesis menggunakan metode ko-presipitasi dan dikarakterisasi menggunakan FTIR, TEM, SEM-EDX, dan XRD. Biosensor ini akan menggunakan elektroda screen-printed carbon electrode (SPCE) karena praktis, memungkinkan biomolekul untuk immobilisasi ke permukaan elektroda, dan selektif. Studi komputasi melalui simulasi docking menunjukan pH 7.4 pada suhu 310 K merupakan kondisi optimum Hb untuk berinteraksi dengan akrilamida berdasarkan menghasilkan ΔGbinding -2.8934 pada binding site α N-Terminal Valin dan nilai Pkd sebesar 4.8755x10-4, hal ini divalidasi oleh studi elektrokimia diperoleh ABS pH 7.4 0,1 M dan konsentrasi Hb 2 mg / l mealalui pengukuran menggunakan voltametri siklik (CV) menghasilkan kondisi yang optimum dengan rentang potensial -1.0 V – 1.0 V dan scan rate 50 mV/s. Pengukuran standar akrilamida menunjukkan linieritas yang cukup baik (R2 > 0,9794) pada rentang konsentrasi 0.01 μM – 0.09 μM. dengan limit of detection (LOD) sebesar 0.02 μA dan sensitivitas sebesar 276.47 μA/μM. Validasi kadar akrilamida dilakukan menggunakan High Performance Liquid Performance (HPLC) pada sampel kopi bubuk luwak yang juga diukur secara elektrokimia menggunakan CV. Akrilamida dalam sampel kopi luwak menggunakan sensor menunjukkan hasil 4.6 ppm yang mendekati hasil pengukuran dengan HPLC 4.3 ppm. ......Acrylamide is a neurotoxic compound that has the potential to cause cancer which is formed due to exposure to high temperatures during the cooking process on food and is a risk to human health. This research will produce a sensitive and selective acrylamide sensor based on the reduction of current HbFe3+ to HbFe2+ as a result of the interaction of acrylamide with hemoglobin. The sensor will modify the hemoglobin on the surface of Fe3O4@ Au which was synthesized using the co-precipitation method and characterized using FTIR, TEM, SEM-EDX, and XRD. Fe3O4 is used to remove the supernatant of acrylamide in a solution. This biosensor will be using a screen-printed carbon electrode (SPCE) electrode because it is single-use, allows biomolecules to be immobilized to the electrode surface, and selective. Computational studies through docking simulations show pH 7.4 at 310 K is the optimum condition for Hb to interact with acrylamide with ΔGbinding value -2.8934 at the α N-Valine Terminal binding site and a Pkd value is 4.8755x10-4, this is validated by electrochemical studies were ABS pH 7.4 0.1 M and a Hb concentration of 2 mg / l was obtained through measurement using cyclic voltammetry (CV) resulting in optimum conditions with a potential range of -1.0 V - 1.0 V and a scan rate of 50 mV / s. The acrylamide standard measurement showed fairly good linearity (R2> 0.9794) at a concentration of 0.01 μM - 0.09 μM with a limit of detection (LOD) is 0.02 μA and the sensitivity of the sensor is 276.47 μA / μM. Validation of acrylamide levels was carried out using High-Performance Liquid Performance (HPLC) on Luwak coffee ground coffee samples which were also measured electrochemically using CV.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nabilah
Abstrak :
Hidrogel superabsorben telah berhasil disintesis dengan karboksimetil selulosa (CMC) sebagai kerangka utama, akrilamida (AAm) sebagai monomer, N,N’- metilena-bis-akrilamida (MBA) sebagai pengikat silang, dan amonium persulfat (APS) sebagai inisiator. Karakterisasi dilakukan dengan spektroskopi FTIR untuk analisis gugus fungsi dan SEM untuk melihat morfologi permukaan hidrogel. Spektrum IR memperlihatkan adanya serapan baru dan kuat pada bilangan gelombang sekitar 1660 cm-1 karena adanya vibrasi regangan dari gugus karbonil pada amida. Hasil foto SEM memperlihatkan perbedaan CMC sebelum tercangkok yang berupa fibril-fibril terpisah menjadi menyatu setelah dilakukan pencangkokan terhadap poliakrilamida. Kapasitas pengembangan hidrogel terbesar didapat sebesar 27,62 g/g pada konsentrasi AAm sebesar 30%, MBA 1,5%, APS 1% (%w/v), dan CMC 0,7 g dengan suhu reaksi 80ºC. Modifikasi menjadi hidrogel berpori dengan penambahan CaCO3 dapat meningkatkan kapasitas pengembangan sebesar 98,27 g/g. Hidrolisis pada sebagian gugus amida pada hidrogel dapat meningkatkan kapasitas pengembangan hingga 204,72 g/g. Hidrogel hasil hidrolisis memiliki kinetika penyerapan urea mengikuti model kinetika orde satu, sedangkan kinetika pelepasannya mengikuti model kinetika orde nol dan Higuchi yang berarti laju pelepasannya tidak dipengaruhi konsentrasi urea dalam hidrogel. ......The superabsorbent hydrogel based on carboxymethyl cellulose (CMC) grafted polyacrylamide (PAM) was successfully synthesized with N,N’-methylene-bis- acrylamide (MBA) as a crosslinker and ammonium persulfate (APS) as an initiator. The hydrogel was characterized using FTIR spectroscopy and SEM. FTIR spectrum showed new and strong peak on 1660 cm-1 because of stretching vibration from carbonyl group (-C=O) of amide. Pictures of SEM characterization showed that CMC before grafting was seen as separated fibryl while CMC grafted polyacrylamide was seen as united fibryl. The highest swelling capacity of superabsorbent hydrogel in water was 27,26 g/ g at 80°C with 30% AAm, 1,5% MBA, 1%APS (w/v), and 0,7g/10mL CMC. Synthesis of porous hydrogel with adding 3g of CaCO3 was increasing swelling capacity to 98,27 g/g. Furthermore, swelling capacity of hydrogel after partial hydrolisis reaction was increased to 204,72 g/g. Swelling kinetics of hydrolized-hydrogel in urea solution showed a first order kinetics and releasing kinetic of urea in water showed zero order kinetic and Higuchi model which means the concentration of urea in hydrogel didn’t effect releasing rate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Eka Anggraini
Abstrak :
Akrilamida dikenal bersifat karsinogen dan neurotoxin. Salah satu pengembangan metode deteksi akrilamida adalah dengan menggunakan biosensor berbasis hemogloin karena metode ini praktis, sensitif, dan cepat. Untuk itu dibutuhkan permukaan elektroda yang aktif, seperti Au dan Pt. Sudah banyak dilakukan penelitian membuat sensor akrilamida, namun tingkat kestabilan dan sensitifitas elektrodanya masih terbilang rendah. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biosensor akrilamida menggunakan elektroda boron-doped diamond BDD termodifikasi emas dan hemoglobin. Teknik pembibitan kimia wet-chemical seeding dan elektrokimia electrochemical overgrowth of seeds dilakukan untuk memodifikasi elektroda BDD dengan emas. Karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan bahwa sebanyak 12,74 emas berhasil terdeposisi di permukaan BDD. Dengan menggunakan Hb konsentrasi 0,25 mM, sensor akrilamida yang dibuat memiliki linearitas yang tinggi R2 = 0,9901 pada rentang konsentrasi 0,6 sampai 6 M dengan perkiraan LOD mencapai 0,845 M. Pengukuran kandungan akrilamida dalam sampel kopi menggunakan sensor ini memberikan hasil yang mendekati dengan hasil pengukuran menggunakan HPLC. ......Acrylamide is known as carcinogenic and neurotoxin substrates. An alternative method for acrylamide detection is by using hemoglobin based biosensors, because it is a simple, rapid, and sensitive method. In this case, an active electrode surface, such as Au and Pt is necessary. Many studies have been done to create the acrylamide sensor. Unfortunatelly, the stability and the sensitivity of the electrodes were still poor. In this research, the electrodes for biosensor of acrylamide was prepared by modifying boron doped diamond BDD with gold and hemoglobin. Wet chemical seeding technique followed by electrochemical overgrowth of seeds was performed to modify BDD electrodes with gold. The characterization with SEM EDS showed that gold could over 12.74 of the BDD surface. By immobilizing Hb with the concentration of 0.25 mM on the surface of the modified BDD, the linear calibration of the prepared acrylamide sensor was high R2 0.9901 in the concentration range of 0.6 to 6 M with an estimated LOD of 0.845 M. Measurement of acrylamide content in coffee samples using this sensor gives approach results to measurement results using HPLC.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camilla Elysia
Abstrak :
Skripsi ini membahas pelaksanaan pengetatan remisi narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung pasca uji materiil Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan di Mahkamah Agung dan uji materiil Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan di Mahkamah Konstitusi yang diajukan narapidana korupsi. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis pelaksanaan pengetatan remisi narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung pasca uji materiil di Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pengetatan remisi narapidana korupsi yang diatur dalam PP 99 Tahun 2012 oleh narapidana korupsi dinilai bertentangan dengan hak-hak narapidana yang diatur dalam UU Pemasyarakatan. Setelah langkah uji materiil dilakukan narapidana korupsi di Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi ditolak, maka pelaksanaan pengetatan remisi narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung dilakukan berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Dari 366 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin, hanya 36 orang narapidana yang mendapatkan remisi. Sebanyak 30 orang mendapatkan remisi sebelum keluarnya PP 99 Tahun 2012 sehingga mereka tidak dikenai pengetatan syarat remisi. Sedangkan hanya 6 orang yang mendapatkan remisi pasca pengetatan yang diatur dalam PP. 99 Tahun 2012 yaitu memenuhi syarat menjadi justice collaborator dan membayar lunas denda dan uang pengganti.
This thesis discuss the implementation of the tightening of remission for corruption prisoners at Sukamiskin Prison after material review in the Supreme Court against Government Regulation Number 99 Year 2012 on the Second Amendment of Government Regulation Number 32 Year 1999 on Conditions and Mechanisms for the Implementation of the Rights of Prisoners (PP 99 Year 2012) and another material review submitted by corruption prisoners in the Constitutional Court against Law Number 12 Year 19995 on Correction (Correction Law). The nature of the research is normative juridical with qualitative approve to analyze the implementation of tightening remission for remission for corruption prisoners at Sukamiskin Prison after those material reviews in the Supreme Court and the Constitutional Court. The result of this research shows that in the view of corruption prisoners the policy to tighten remission for corruption prisoners regulated in PP 99 Year 2012 contradicts with the rights of the prisoners regulated in the Correction Law. After both material reviews in the Supreme Court and in the Constitutional Court has failed, the policy of the tightening remission for corruption prisoners at Sukamiskin Prison in Bandung is implemented according to the applied rules and regulations. Out of 366 corruption prisoners at Sukamiskin Prison, there are only 36 prisoners who have received remission. However, 30 prisoners received the remission before PP 99 Year 2012 being issued so that the tightening remission policy was not applied for them. Meanwhile, only 6 prisoners were able to receive remission after the tightening policy in PP 99 Year 2012 was implemented, because they were qualified as justice collaborators and has paid fine penalties as well as fine replacements.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Ainun
Abstrak :
Akrilamida (AA) merupakan senyawa karsinogenik yang sering ditemukan dalam bahan makanan. Biosensor AA berbasis hemoglobin (Hb) kemudian dikembangkan karena biokompatibilitas dan kapasitas Hb untuk bergabung dengan molekul lain, dan Hb berperan sebagai bioreseptor protein aktif sehingga dapat berikatan dengan akrilamida dan membentuk adduct Hb-AA. Pada penelitian ini studi komputasi dilakukan untuk simulasi penambatan molekul (molecular docking) akrilamida dan senyawa-senyawa interferensinya pada hemoglobin. Interaksi molekul yang terjadi dipelajari melalui ΔGbinding yang diperoleh. Pengaruh kehadiran senyawa interferensi kemudian dibandingkan dengan respons arus pada sensor elektrokimia yang telah dilakukan penelitian sebelumnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan semua senyawa interferensi nilai ΔGbinding yang lebih rendah dari akrilamida, kecuali natrium asetat. Nilai ΔGbinding pada residu Hb cabang valin-α untuk asam askorbat sebesar -5,9269 kcal/mol, kafein sebesar -5,6429 kcal/mol, glukosa -6,0497 kcal/mol, natrium asetat sebesar -3,6654 kcal/mol, dan melamin sebesar -4,8279 kcal/mol. Pada cabang valin-β, diperoleh ΔGbinding asam askorbat sebesar -5,6727 kcal/mol, kafein sebesar -5,9915 kcal/mol, glukosa sebesar -6,0212 kcal/mol, natrium asetat sebesar -3,7198 kcal/mol, dan melamin -4,8021 kcal/mol. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa senyawa interferensi berkompetisi dengan akrilamida untuk berikatan dengan hemoglobin, sementara akrilamida lebih mudah berinteraksi dengan hemoglobin pada residu valin-α
Acrylamide (AA) is a carcinogenic compound found in food ingredients. The hemoglobin (Hb)-based acrylamide biosensor was then developed because of biocompatibility and the capacity of Hb to join with other molecules. Hb was developed because it is an active bioreceptor protein that can bind to acrylamide to form Hb-AA adduct. In this study, a computational study was conducted to simulate molecular docking for acrylamide and other compounds to hemoglobin. The molecular interactions were studied with the obtained ΔGbinding. The effect of the presence of interference was then compared with the responses of the electrochemical sensor conducted in the previous research. The results obtained in this study showed the ΔGbinding value of all interferent compounds were lower than that of acrylamide with sodium acetate as the exception. The ΔGbinding at the residual hemoglobin branch of valin-α, which interacted to ascorbic acid was -5.9269 kcal/mol, while to caffeine was -5.66429 kcal/mol, to glucose was -6.0497 kcal/mol, to sodium acetate was -3.6654 kcal/mol, and to melamine was -4.8279 kcal/mol. In the valin-β residues, ΔGbinding of ascorbic acid was -5.6727 kcal/mol, caffeine was -5.9915 kcal/mol, glucose was -6.022 kcal/mol, sodium acetate was -3.7198 kcal/mol, and melamine was -4,8021 kcal/mol. Therefore, it can be concluded that all these compounds compete with acrylamide to bind to hemoglobin, while acrylamide is easier to use with hemoglobin in the valine-α residue.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky
Abstrak :
Perkembangan penelitian hidrogel dan polimer sensitif telah berkembang dengan pesat. Salah satu bidang yang banyak diteliti adalah kemampuan pH sensitif dari suatu polimer. Pada penelitian ini dilakukan sintesis dan optimasi hidrogel P(NMA-co-AM) yang sensitif terhadap pH dengan metode polimerisasi radikal bebas menggunakan metilenbisakrilamida (MBA) sebagai agen pengikat silang dan ammonium persulfat (APS) sebagai inisiator. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi terbaik hidrogel P(NMA-co-AM) yang memiliki rasio swelling terbaik dengan variasi rasio monomer dan konsentrasi agen pengikat silang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio swelling hidrogel homopolimer maupun kopolimer meningkat seiring dengan jumlah rasio monomer akrilamida yang ditambahkan. Nilai swelling optimal dihasilkan pada rasio monomer NMA:AM 40:60 dengan pH kritis pada 5-7. ...... Research of hydrogel and responsive polymer has developed rapidly. Technology advances have made it easier to make a hydrogel based on responsive polymers. One area that has been investigated is the pH sensitivity of polymers. In this research, the synthesis and optimization of pH-responsive P(NMA-co-AM) hydrogels by free radical polymerization method using methylenebisacrylamide (MBA) as a crosslinking agent and ammonium persulfate (APS) as initiator, were conducted. The aim of this study was to determine the best composition of P(NMA-co-AM) hydrogel which has the best swelling ratio with variations in the monomer ratio and the concentration of crosslinkers. The results of this study indicated that the swelling ratio of homopolymer and copolymer hydrogels increased with increasing the number of acrylamide monomer added. The optimum swelling was achieved on monomer composition NMA:AM 40:60 with a critical pH at 5-7.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Handayani R
Abstrak :
Akrilamida merupakan senyawa kimia turunan akrilonitril yang banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan poliakrilamida. Berdasari(an sifat-sifatnya, akrilamida digolongkan sebagai zat yang berbahaya jika terkandung dalam makanan. Beberapa penelitian terbaru menemukan adanya kandungan akrilamida dalam makanan yang kaya akan karbohidrat yang diproses pada suhu tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti adanya kandungan akrilamida dalam popcorn menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Campuran air-asetonitril (95:5), pH 2,5 (3,5 mM asam fosfat 85%) digunakan sebagai fase gerak dengan laju alir 0,5 mVmenit dan panjang gelombang 210 nm. Waktu retensi yang dibutuhkan untuk akrilamida adalah 5,6 menit. Hasil uji perolehan kembali akrilamida dalam popcorn berkisar 92,94 % - 97,22 %. Sampel kemudian diekstraksi menggunakan diklormetan dan ditarik kernbali dari pelarut dengan menggunakan fase gerak. Sampel yang dianalisa pada penelitian ini dibatasi pada daerah Depok. Dari enam sampel yang dianalisa, dua sampel mengandung akrilamida sebanyak 0,12585 ppm (0,15715 ± 0,0024 J.IQ!g) dan 0,16856 ppm (0,2096 ± 0,0046 J.IQ!g).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2006
S70462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>