Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vivi Nurul Shovia
Abstrak :
ABSTRAK
Pantai merupakan daerah peralihan antara daratan dan lautan. Garis pantai dianggap satu bentuk yang mengalami proses paling dinamis, dan abrasi serta akresi adalah proses yang berlangsung terus menerus terhadap garis pantai. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika abrasi dan akresi yang terjadi di pantai Teluk Banten dan hubungannya dengan faktor-faktor fisik daratan dan lautannya. Pengukuran abrasi dan akresi sangat penting sebagai pengetahuan terkini yang dapat mendukung tahapan awal dalam mitigasi bencana pesisir. Abrasi dan akresi didapatkan dengan overlay garis pantai tahun 1998 dengan 2014 hasil ekstrak dari peta RBI,citra Landsat OLI 8 dan citra resolusi tinggi Quickbird. Luas, laju, jarak perubahan, dan panjang garis pantai yang mengalami keduanya dianalisis berdasarkan segmen (segmen 1, 2, 3, dan 4). Variabel yang digunakan antara lain variabel fisik daratan yaitu topografi, geologi, penggunaan lahan, dan garis pantai, sedangkan variabel fisik lautan diantaranya gelombang, arus, pasang surut dan batimetri. Faktor daratan menjadi fokus analisis dalam penelitian ini tetapi tidak pula mengenyampingkan faktor-faktor dari lautan. Hasil penelitian menunjukan abrasi pantai Teluk Banten terjadi di desa Pamengkang sampai Terate dan desa Domas sampai Linduk dengan luas abrasi 259.36 Ha, laju 4.5 ? 41.8 m/thn, dan jarak abrasi 23 ? 628 m. Sedangkan akresi terjadi di desa Banten yaitu bagian Tengah Teluk dengan luas 26.24 Ha, laju 0.3 ? 11.4 m/th, dan jarak akresi 5-172 m. Dari hasil analisis didapatkan bahwa keseimbangan karakteristik fisik pantai (darat maupun laut) memberi pengaruh yang besar terhadap berlangsungnya proses abrasi dan akresi di pantai Teluk Banten.
ABSTRACT
The beach is a transition area between land and sea. The coastline is considered one form of that experienced the most dynamic processes, abrasion and accretion is a process that continuesly to the coastline. This study wanted to find out how erosion and accretion that occurred in the Gulf coast of Banten and its relationship to physical factors land and oceans. In this study, abrasion and accretion seen through changes in the coastline in 1998 with 2014 extracted from Rupa Bumi Indonesia map, Landsat OLI 8 and high resolution Quickbird imagery. Abrasion and accretion is calculated based on the area, rate, distance changes, and long coastline experienced both and segmented analysis (segment 1, 2, 3 and 4). Variables used among other physical variables that land topography, geology, land use and coastline, while the physical variables such ocean waves, currents, and tides. Factors of land became the focus of analysis in this study, but does not also rule out the factors of the ocean. Physical factors mainland have a considerable influence on the amount of abrasion and accretion process. The results showed the gulf coast of Banten has been experiencing abrasion and accretion, where abrasion occurs in Pamengkang until Terate and Domas until Linduk but dominated in Domas until Linduk with 259.36 ha, the rate of 4.5 - 41.8 m / yr, and abrasion distance 23-628 m, While the accretion occurs in Banten, namely Central part of the Gulf with an area of 26.24 ha, the rate of 0.3 - 11.4 m / year, and the distance accretion 5-172 m. In the first segment is any part of the Western Gulf coastal reclamation. From result analysis, it was found that the balance of characteristic of coast have the great effect to process abrasion and accretion going on nicely in the coastal of Banten Gulf.
Universitas Indonesia, 2015
S61772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saleha
Abstrak :
Kabupaten Brebes memiliki garis pantai sepanjang 73 km, lima kecamatan yang mengalami abrasi seluas 2.115,39 ha dan akresi seluas 2.905,29 ha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiliensi masyarakat, perubahan garis pantai, dan menyusun konsep resiliensi masyarakat dalam pengelolaan abrasi dan banjir rob. Metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat resiliensi masyarakat dan analisis overlay menggunakan perangkat lunak ArcGIS untuk mengetahui tingkat perubahan garis pantai. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa resiliensi masyarakat berada pada tingkat yang baik, aspek pemulihan pasca bencana menunjukkan nilai indeks resiliensi 3.86 atau 77,21%. Tingginya tingkat resiliensi ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan. Perubahan garis pantai Desa Kaliwlingi dari tahun 2006 ke 2021 bersifat pluktuatif dengan total penambahan daratan sebesar 79,40 ha serta luasan hutan mangrove baru yaitu 280 ha. Resiliensi masyarakat yang dibangun melalui hubungan sosial masyarakat yang baik dan terorganisir menjadi modal dalam pengelolaan abrasi dan banjir rob. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta dukungan infrastruktur fisik diperlukan untuk menahan laju abrasi dan banjir rob yang sangat tinggi dalam rangka meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan ......The northern coastal area of ​​Brebes Regency with 73 km length of coastline which is divided into five sub-districts have experienced abrasion an area of ​​2,115.39 ha. At the same time it, accretion occured with total 2,905.29 ha. The purpose of this study was to determine the level of community resilience, shoreline changes after, and the concept of community resilience to abrasion and tidal flooding. Quantitative approach is used to determine the level of community resilience and overlay analysis using ArcGIS software to determine the level of shoreline change. From the results of the study, it was concluded that the resilience of the people was at a good level, especially from the post-disaster recovery aspect with a resilience index value of 3.86 or 77.21%. This high level of resilience is able to increase people's income in a sustainable manner. The change in the coastline of Kaliwlingi Village has experienced additional land in a period of 15 years from 2006 to 2021 with total area of 79.40 ha and has succeeded in creating 280 ha of new mangrove. Community resilience that is built through good and organized community social relations becomes the capital in the management of abrasion and tidal flooding. Provision of knowledge and skills, as well as physical infrastructure support, is needed to withstand the very high rate of abrasion and tidal flooding to minimize the impact of losses caused.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldina Nur Risqi
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini fokus mengenai struktur pada zona subduksi di Kepulauan Nias.Zona subduksi merupakan zona pertumbukan antar lempeng benua dan lempeng samudra. Sebelum zona subduksi terbentuk terjadi pembentukan kerak samudera di mana pada daerah penelitian ini ditandai dengan Wharton Fosil Ridge. Pertumbukan antar lempeng dapat menghasilkan suatu struktur prisma akresi yang mempunyai karakteristik batuan melange akibat penunjaman lempeng tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan proses pengolahan data seismik refleksi 2D serta interpretasi pembentukan Wharton fossil ridge, zona subduksi, dan prisma akresi.
ABSTRACT
This research is focusing on structure at Nias Islands subduction zone. Subduction zone is the collision zone of continental plate and oceanic plate. Prior to the establishment of the subduction zone there is an event of the making of continental crust in which in this research area is marked by Wharton Fossil Ridge. The collision of the plates can produce an accretion prism structure which has the melanges rock characteristics because of the plates rsquo subduction. In this research it has been done 2D seismic reflection data processing and the interpretation of the Wharton fossil ridge establishment, subduction zone, and accretion prism.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irianadiningrat Herawati Perez
Abstrak :
Indonesia merupakan negara kedua dengan garis pantai terpanjang setelah Kanada sepanjang 81.000 km (Dep. Kelautan RI, 2002). Wilayah pesisir pantai Utara Kabupaten Subang mengalami degradasi fisik pesisir akibat alih fungsi lahan dari mangrove menjadi tambak sehingga memberikan pengaruh terhadap garis pantai (Kalther, J. dan Itaya, A., 2020). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai yang terjadi di pesisir Kabupaten Subang dan hubungannya terhadap faktor pendorong baik hidro-oseanografi maupun antropogenik pada periode tahun 2004 – 2022. Metode analisis Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menghitung perubahan garis pantai, klasifikasi terbimbing maximum likelihood untuk mengetahui jenis tutupan lahan di pesisir Kabupaten Subang dan uji regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa pesisir Kabupaten Subang mengalami dominasi abrasi terbesar sejauh 1,9 km dan akresi terbesar sejuah 1,48 km. Perubahan garis pantai signifikan disebabkan karena perubahan luasan hutan mangrove dan keberadaan muara sungai dengan interpretasi korelasi yang sangat kuat dan memiliki hubungan yang searah, kecuali variabel gelombang. ......Indonesia is the second country with the longest coastline after Canada with a length of 81,000 km (Dep. of Maritime Affairs, 2002). The northern coastal area of Subang Regency is experiencing coastal physical degradation due to the conversion of land from mangroves to ponds so that it has an influence on the coastline (Kalther, J. and Itaya, A., 2020). This study was conducted to determine the coastline changes that occur on the coast of Subang Regency and their relationship to the driving factors both hydro-oceanographic and anthropogenic in the period 2004 – 2022. The Digital Shoreline Analysis System (DSAS) analysis method is used to calculate shoreline changes, guided classification maximum likelihood to determine the type of land cover on the coast of Subang Regency and multiple linear regression test to determine the relationship between variables. The results of the analysis showed that the coast of Subang Regency experienced the largest abrasion dominance as far as 1.9 km and the largest accretion as far as 1.48 km. Significant shoreline changes are caused by changes in mangrove forest area and the presence of river estuaries with a very strong correlation interpretation and has a unidirectional relationship, except for the wave variable.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Libriyono
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis perubahan garis pantai merupakan hal yang fundamental dalam melakukan investigasi di daerah pesisir baik oleh peneliti, perekayasa, maupun pengambil kebijakan. Strategi yang efektif dalam pengelolaan daerah pantai bergantung adanya tingkat ketelitian dalam pola dan rata-rata perubahan dalam jangka waktu yang lama atas perubahan garis pantai. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi dan kuantifikasi berdasarkan kronologi perubahan garis pantai yang telah terjadi dan prediksi posisi garis pantai berkaitan dengan adanya rencana reklamasi dan pembangunan tanggul laut di kawasan Teluk Jakarta. Hasil pemodelan untuk merepresentasikan kurun waktu 1972 ? 2015 menunjukkan rata-rata laju perubahan -2,24 meter/tahun. Secara umum menunjukkan sebagian besar garis pantai mengalami pergeseran atau perubahan ke arah daratan (erosi) untuk bagian barat dan selatan, sedangkan kejadian akresi/penambahan terjadi sebagian besar di bagian timur Teluk Jakarta. Prediksi posisi garis pantai di tahun 2035 dengan kondisi area rencana RTRW di Teluk Jakarta direalisasikan, maka beberapa pulau reklamasi akan mengalami deposisi sedimen dan terjadi penggabungan pulau-pulau tersebut, baik antar pulau reklamasi maupun dengan daratan utama (Pulau Jawa). Rata-rata pergeseran adalah -79.08 meter/tahun (Zona 1), -56.46 meter/tahun (Zona 2), dan 16.70 meter/tahun (Zona 3).
ABSTRACT
Analysis of shoreline change is fundamental in conducting investigations in the coastal area both by researchers, engineers, and policy makers. An effective strategy in the management of coastal areas depend the level of accuracy in the pattern and the average change in the long term on shoreline change.This study was conducted to obtain the form of spatial models of shoreline change through the identification and quantification based on the chronology of shoreline change has occured and the prediction of shoreline position with regard to the planned reclamation and construction of sea dikes in the Jakarta Bay. Modeling results coastline changes in the period 1972 - 2015 shows the dominance of erosion in most parts of the study area with an average rate of change of -2.24 meters/year. Most of the coastline experienced a shift or change in inland (erosion), whereas the incidence of accretion occurs mostly in the eastern part of Jakarta Bay. Prediction shoreline position in 2035 with condition of the plan area in Jakarta Bay realized, the reclaimed island will experience some sediment deposition and merger of these island, both inter-island reclamation and to the mainland (Java island). The average shift is equal to -79.08 meters/year (Zone 1), -56.46 meters/year (Zone 2), and 16.70 meters/year (Zone 3).
2016
T46191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
Abstrak :
Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar. ......Dynamics of coastal areas can be observed by observing the parameters in the form of shoreline changes both due to abrasion and accretion. Karawang Regency, which is located in West Java Province, is a regency that borders the Java Sea directly, so that along the northern coast of Karawang Regency it becomes vulnerable to the phenomenon of coastline changes. Abrasion that occurred has resulted in the loss of land area such as settlements and resident pond which harm local residents. Just like abrasion, accretion can also be detrimental to the surrounding community because of the consequence that it causes siltation of river estuaries which hampers ship and boat traffic. Three important oceanographic factors that influence changes in shoreline are currents, waves, and tides. In addition, coastal topography and land use factors are also considered. An analysis of the presence or absence of coastal topographical effects on abrasion and accretion is carried out, as well as how the influence of land use on shoreline changes. By modeling predictions of shoreline changes that will occur in the future, preventive steps can be taken to prevent negative impacts that can harm local residents of this phenomenon. The prediction model for shoreline change is obtained from information on the rate of change in each line of transects that are scattered along the coastline of Karawang Regency. The rate of change was obtained from the shoreline change data processed by extracting Landsat 8 OLI/TIRS satellite images year 2018, Landsat 7 ETM + year 2008, and Landsat 5 TM year 1998. The shoreline change analysis was assessed in a per segment approach. In perceiving the relationship between coastal topography and abrasion and accretion, simple linear regression analysis was used. The results show that the sloping topography of the beach tends to accretion. Conversely, abrasion is occur easier in regions with steeper coastal topography. For land use, the conversion of land into settlements and ponds will accelerate the abrasion process. While the mangrove ecosystem supports the occurrence of accretion phenomena. The abrasion model is predicted to occur most in the central part of Karawang Regency. While for accretion, the easternmost part of Karawang Regency is predicted to be the region with the largest accretion area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
Abstrak :
ABSTRAK Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wicaksono
Abstrak :
ABSTRAK
Delta bersifat dinamis dan selalu berubah bentuk akibat interaksi dari sungai dan laut. Delta Ci Punagara sejak tahun 1972 selalu bertambah luas, sehingga berpotensi berubah bentuk secara spasial. Tujuan penelitian untuk menganalisis perubahan spasial delta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan overlay peta tahun 1972, 1994, dan 2015 terjadi abrasi dan akresi di delta, sehingga mengubah bentuk delta dari Irreguler menjadi Bird-Foot. Arus dan gelombang yang sejajar garis pantai menyebabkan abrasi dan menghasilkan wilayah akresi. Pasang surut yang kecil cenderung membangun pantai. Peningkatan debit Ci Punagara diikuti peningkatan sedimentasi akibat perubahan penggunaan tanah terutama menipisnya hutan menyebabkan daratan delta bertambah luas.
ABSTRACT
and the sea. Delta Ci Punagara since 1972 become broader, potentially deform spatially. The aim of research to analyze the spatial changes in the delta and the factors that influence it. Based overlay maps in 1972, 1994 and 2015 occurred in the delta erosion and accretion, thereby transforming the delta of the irregular into Bird-Foot. Currents and waves are parallel to the shoreline causing abrasion and produce accretion region. Small tidal tends to build up the beach. Increased discharge of Ci Punagara followed by increased sedimentation due to changes in land use, especially depletion of forests leads expanding inland delta.
2016
S64649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Putera Indrawan
Abstrak :
Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Banjar, danKecamatan Buleleng berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah pesisir di ke-empat kecamatan tersebut rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi danakresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusiamenyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasidan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan kurun waktu 3 periode, yaitu periode 1990 dan 1997, periode 1997 dan 2007, dan periode 2007 dan 2017. Metode penelitian dengan menghitung perubahan panjang, perubahan lebar pantai, dan luas abrasi dan akresi. Selanjutnya hasilnya dihubungkan dengan perubahan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan garis pantai terjadi di sepanjang wilayah penelitian. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu abrasi yang menghancurkan bangunan di Desa Gerokgak. ......Gerokgak, Seririt, Banjar, and Buleleng coastal areas are located in the west of Buleleng Regency, Bali. These area are prone to abrasion and accretion. Abrasion and accresion is a natural phenomenon thats occur balanced. Human behavior is a factor that may cause harm to humans if it disrupts the balance. The purpose of theresearch were to analyze influece of coastline change that caused by abrasion andaccretion toward land use wide at coastal area. The research used Landsat 5, 7, and 8 images with 3 periods which were 1990 and 1997, 1997 and 2007, and the last period was 2007 and 2017. The data were processed by calculating the change ofthe coastlines length and width, and measuring the abrasion and accretion. The result then was combined with the land use change at coastal area. The result showed that coastline change happened along the coastal areas in research area. It evidence with one of abrasion area destroyed a building at Gerokgak Village.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ayu Cista Sevarathi
Abstrak :
Wilayah Pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusia menyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi dan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan lahan di wilayah pesisir. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 7, dan 9. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan perubahan garis pantai tahun 2002-2012 dan 2012-2022 dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) untuk menganalisis citra data untuk menentukan perubahan garis pantai. Hasil analisis tersebut akan mendapatkan perubahan garis pantai, perubahan jarak garis pantai, serta lokasi wilayah abrasi dan akresi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hampir di seluruh wilayah pesisir Timur Kabupaten Buleleng, Bali mengalami perubahan garis pantai, perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor alam dan faktor manusia, pada periode tahun 2002-2012 luas abrasi sebesar 29,1 ha dan luas wilayah akresi sebesar 0,28 ha, dan pada periode tahun 2012- 2022 luas abrasi sebesar 9,13 ha dan akresi sebesar 24,21 ha. Perubahan garis pantai memiliki hubungan terhadap perubahan penggunaan lahan, pemukiman dan perkebunan campuran merupakan penggunaan lahan yang mengalami abrasi dan akresi paling luas selama periode 2002-2012 dan 2012-2022. ......The East Coast region of Buleleng Regency, Bali, is prone to abrasion and accretion. Abrasion and accretion are natural phenomena that work in balance. Humans are a factor causing this phenomenon to change its balance so that it can cause harm to humans themselves. This study aimed to analyze the effect of shoreline changes caused by abrasion and accretion on changes in land use areas in coastal areas. This study uses Landsat 7 and 9 imageries. This analysis compared shoreline changes in 2002-2012 and 2012-2022 with the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method to analyze image data to determine shoreline changes. The results of this analysis will get shoreline changes, changes in shoreline distance, and the location of abrasion and accretion areas. This study concluded that almost the entire coastal area of East Buleleng Regency, Bali experienced changes in the coastline. Natural factors and human factors influenced these changes. In 2002-2012, the area of abrasion was 29.1 ha, and the size of accretion was 0. 28 ha, and in the 2012-2022 period, the scope of abrasion was 9.13 ha, and accretion was 24.21 ha. Changes in the coastline relate to changes in land use. Settlements and mixed plantations are land uses that experienced the most extensive abrasion and accretion during the 2002-2012 and 2012-2022 periods.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>