Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Yogialamsa
Abstrak :
LATAR BELAKANG : Awak pesawat khususnya penerbang tempur yang bekerja pada kondisi hipobarik akan mudah terpajan hipoksia jika tidak menggunakan perlengkapan Positive Pressure Breathing diatas ketinggian 39.500 kaki dan bila mengalami kondisi emergensi berupa loss of cabin pressurization. Selama melakukan manuver Positive Pressure Breathing akan membutuhkan kekuatan otot-otot ekspirasi, karena kerja otot ekspirasi menjadi aktif. Tingkat kesamaptaan jasmani yang baik diyakini dapat meningkatkan kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. HIPOTESIS : Penelitian ini bertujuan membuktikan kebenaran hipotesis bahwa terdapat hubungan antara tingkat kesamaptaan jasmani A dan tingkat kesamaptaan jasmani B dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. METODE : Pada simulasi latihan Positive Pressure Breathing subyek dipajankan terhadap tekanan 25 mmHg dan diinstuksikan untuk bernafas melawan tekanan tersebut sampai timbul kelelahan, tidak dapat berkomunikasi dan hiperventilasi. Kemampuan subyek pada latihan Positive Pressure Breathing dinilai dengan lamanya durasi bertahan. Tingkat kesamaptaan jasmani subyek dinilai dengan prosedur tes kesamaptaan jasmani yang diberlakukan di TNI AU. HASIL : Rata-rata tingkat kesamaptan jasmani 67,6 ± 5,6. Rata-rata durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing 6,77 ± 1,49 detik. Pada analisis multivariate ditemukan adanya hubungan yang sedang antara tingkat kesamaptaan jasmani A (r = 0,285 ; p = 0,05) dan tingkat kesamaptan jasmani B (r = 0,292 ; p = 0,05) dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. Repetisi gerakan sit up dalam tes kesamaptaan B memiliki hubungan yang kuat (r = 0,549 ; p = 0,000) dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing dan repetisi gerakan pull up dalam tes kesamaptaan B memiliki hubungan yang sedang (r = 0,347 ; p = 0,003) dengan durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing. KESIMPULAN : Tingkat kesamaptaan jasmani A dan B dapat digunakan untuk memprediksi durasi kemampuan latihan Positive Pressure Breathing pada awak pesawat dan penerbang tempur. Latihan untuk menguatkan otot perut kemungkinan akan dapat mengurangi kelelahan yang terjadi saat melakukan manuver Positive Pressure Breathing. ......BACKGROUND : Air Crew especially fighter pilots who work in a hypobaric condition shall tend to exposed by hypoxia when flying above 39,000 ft and in an emergency condition such as loss of cabin pressurization if they don't use a Positive Pressure Breathing equipment. During Positive Pressure Breathing maneuver they shall require expiratory muscles strength that become active during this maneuver. Good fitness levels are believed to be able to increase endurance ability on Positive Pressure Breathing training. HYPOTHESIS : This study aims to define correlation between fitness levels and durations of endurance ability on Positive Pressure Breathing Training. METHODS : Subjects who underwent to Simulation of Positive Pressure Breathing Training were exposed to 25 mmHg and instructed to resist that they suffered until volitional fatigue, difficulty to communication and hyperventilation. They endurance ability on Positive Pressure Breathing Training was evaluated by measuring the exposure durations. Fitness levels were determined by using a standardized test protocol of Indonesian Air Force. RESULTS : The mean value of fitness levels 67,6 ± 5,6 . The mean value of duration of endurance ability on Positive Pressure Breathing Training 6,77 ± 1,49 second. With multivariate analysis statistically aerobic fitness level had moderate positive correlation (r = 0,285 ; p = 0,05) and statistically muscle fitness level had moderate positive correlation too (r = 0,292 ; p = 0,05). Sit up item had a strong correlation (r = 0,549 ; p = 0,000) with ability on Positive Pressure Breathing Training durations. Pull up item had a moderate correlation (r = 0,347 ; p = 0,003) with ability on Positive Pressure Breathing Training durations. CONCLUSION : The result indicate that the aerobic and muscle fitness level both can be used to predict duration of endurance ability on Positive Pressure Breathing performed by air crew and Indonesian Air Force fighter pilots. Training to strengthen abdominal muscle may reduce fatique while performing Positive Pressure Breathing maneuver.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Jandra
Abstrak :
Dalam dunia penerbangan, terutama penerbangan jenis helikopter ditemukan adanya awak pesawat yang mengalami gangguan pada penglihatan yakni berupa penurunan ketajaman penglihatan (miopia), yang akan mengganggu penerbangan. Faktor yang berperan untuk terjadi miopia ini, berasal dari dalam ataupun luar lingkup penerbangan. Metode: Penelitian dilakukan terthadap 172 awak pesawat helikopter (pilot dan juru mesin udara) TNIAU dan TNIAD. Untuk menentukan prevalensi serta mencari faktor yang berperan pada terjadinya miopia reversibel dilakukan pendekatan nested case-control. Penelitian dilakukan dengan cara mempergunakan data dari hasil rekaman medis berkala dari tahun 1972 sampai tahun 1994 dan dari log board masing-masing awak pesawat. Hasil: Prevalensi miopia pada awak pesawat sebesar 30,2% (2,9% diantaranya adalah miopi reversibel) dari 172 subyek yang diteliti. Analisis statistik terhadap faktor risiko yang diperkirakan berkaitan dengan terjadinya miopia reversibel dari 47 kasus dan 94 kontrol, menunjukkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh yaitu: vibrasi helikopter, jabatan awak pesawat dalam penerbangan, dan golongan pangkat. Jika dibandingkan yang terpajan dengan vibrasi lemah, maka awak pesawat helikopter yang mengalami vibrasi kuat mempunyai risiko sebesar 3,75 kali lipat mengalami miop reversibel (95%CI:1,25-12,O3). Jabatan awak pesawat sebagai juru mesin udara dibandingkan dengan penerbang mempunyai risiko mendapat miop reversibel sebesar 3,89 kali lipat (95%CI : 1,50 - 10,21). Golongan pangkat Bintara dibandingkan Perwira mempunyai risiko terkena miop reversibel sebesar 9,78 kali lipat {95% CI : 2,49 - 24,05). Kesimpulan: Prevalensi miop dikalangan awak pesawat helikopter TNIAU dan TNIAD cukup tinggi {30,2%). Vibrasi helikopter merupakan faktor risiko untuk terjadinya miopia. Disamping itu golongan pangkat Bintara dan Juru mesin udara perlu perhatian yang khusus, supaya risiko untuk mendapat miop reversibel dapat dikurangi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glory Angela Oktaviani
Abstrak :
ABSTRAK
Tugas karya akhir ini membahas mengenai upaya pencegahan penggunaan narkoba dan alkohol di kalangan air crew yang dilakukan oleh corporate security unit pada sebuah perusahaan. Data yang digunakan pada penulisan ini diambil dari program pencegahan pada salah satu maskapai penerbangan di Indonesia yaitu corporate security unit PT. X dengan program Drug and Alcohol Management Program DAMP. Data ini hanya digunakan sebagai entry point untuk melihata upaya pencegahan penggunaan narkoba dan alkohol yang lebih efektif. Upaya pencegahan ini dilihat menggunakan konsep social crime prevention yang dianalisis lebih lanjut menggunakan social bond theory dan konsep crime prevention through social development yang dianalisis menggunakan differential reinforcement theory. Hasil dari penulisan ini adalah melihat pencegahan yang lebih efektif dalam pelanggaran penggunaan narkoba dan alkohol pada air crew.
ABSTRACT
This thesis will explain crime prevention strategy for alcohol and drug usage of air crew done by corporate security unit of a corporation. The data used in this paper are taken from crime prevention program in one of airlines in Indonesia which is PT. X with Drug and Alcohol Management Program DAMP . This data is only used as an entry point for prevention strategy of drug and alcohol usage is more effective. This prevention strategy will be explain using social crime prevention concept that will be analyzed thoroughly using social bond theory and crime prevention through social development analyzed by differential reinforcement theory. The result of this thesis explains more effective prevention strategy of drug and alcohol usage within air crew.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library