Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riza Firmansyah
Abstrak :
Agro tourism is a system that is integrated and coordinated for the development and agricultrure of tourism at the same time, in relation to the preservation of the environment and improving the welfare of the farming community. Development and management of natural and agro tourist areas is able to contribute to local revenues, open business opportunities and employment as well as serve to maintain and preserve natural resources, and biodiversity. This study aims to identify the potential of agro tourism in Kelurahan Pasir Putih, identify community participation in the development of vagro-tourism, and analyze the development of agro tourism in the area. This research was conducted using qualitative descriptive research. Sources of data in this study were obtained from primary and secondary sources. Data collected by observation, surveys, interviews, and documentatiton. The sampling technique was done with purposive sampling. SWOT analysis was done to identify internal strengths and weaknesses, and external opportunities and threats. The study found that the agro tourism attractions is quite varied including star fruit and red guava plantation, D'Kandang Amazing Farm, and Taman Wisata Pasir Putih. The supporting amenities, good accessibility, and also existing organizations involved in managing the agro tourism attractions enable the attractions to continue developing. Community participation in the development of agro tourism in Kelurahan Pasir Putih was only limited in participation for economic benefits.
Universitas Pancasila. Fakultas Pariwisata, 2016
790 JTDA 4:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Kartika Widihastuti
Abstrak :
Pada tahun 1975 Gubernur KDKI Jakarta telah mengeluarkan SK Gubernur No. D.I-70903/a/30/1975 sebagai Penegasan Penetapan Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati Wilayah Jakarta Timur sebagai daerah buah-buahan. Penetapan ini dimaksudkan untuk memelihara keaslian dan kelestarian lingkungan di kawasan Condet pada khususnya dan Jakarta pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan dan pembangunan kota Jakarta yang sangat pesat, dimana kebutuhan lahan atau tanah untuk pembangunan prasarana jalan, fasilitas sosial, fasilitas ekonomi, perumahan dan lainnya tentu meningkat, maka konsekuensi yang terjadi adalah munculnya berbagai perubahan di kawasan Condet. Terjadinya perubahan pertumbuhan jumlah penduduk, adanya perubahan fungsi lahan yang menyebabkan jenis tanaman-tanaman khas seperti duku dan salak semakin berkurang kualitas dan kuantitasnya, juga adanya perubahan sosioekonomi dan budaya yang mempengaruhi pelestarian pertanian dan atau perkebunan di kawasan Condet. Masalah-masalah tersebut di atas menyebabkan kawasan Condet tidak dapat bertahan sebagai kawasan penghasil buah-buahan. Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada analisis aspek pengelolaan lingkungan kawasan Condet yang melibatkan peranserta masyarakat Betawi atau masyarakat lokal yang berdomisili di kawasan Condet. Rumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah: peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet tidak signifikan atau buruk karena masyarakat tidak terlibat secara aktif. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) mengetahui sejauh mana peranserta masyarakat Betawi dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya lahan perkebunan di kawasan Condet (3) melihat kemungkinan pengembangan kawasan Condet sebagai kawasan wisata agro di DKI Jakarta. Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu cara atau metode yang digunakan untuk manganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan apa adanya tentang data yang terkumpul, sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas: (a) Variabel bebas (independent variable). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud di sini mencakup 7 (tujuh) aspek sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. (b) Variabel terikat (dependent variable). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah peranserta.. Dalam hal ini peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas yaitu aspek-aspek pengelolaan dengan variabel terikat yaitu peranserta masyarakat, dilakukan dengan analisis korelasi menggunakan uji korelasi pearson product moment. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan adanya sikap responden yang positif mengenai pengembangan kawasan Condet ini, ada pula yang tidak. Sikap positif ini didapat karena responden merasa akan adanya peningkatan ekonomi mereka dengan adanya pengembangan kawasan. Selebihnya responden mempunyai pendapat bahwa kawasan Condet, tidak lagi dapat dipertahankan sebagai kawasan penghasil buah-buahan. Kondisi lahan perkebunan di kawasan tersebut sudah tidak lagi memadai, karena semakin sempitnya lahan. Komposisi jumlah masyarakat Betawi juga menurun seiring dengan tingginya arus pendatang di kawasan Condet. Jumlah responden yang menyatakan setuju atas pengembangan kawasan sebagai kawasan wisata agro ini 7 orang atau 28%, tidak setuju 13 orang atau 52 % dan ragu-ragu 5 orang atau 20%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) masyarakat tidak terlibat secara aktif dalam pengelolaan lingkungan kawasan Condet. Penilaian aspek-aspek pengelolaan, baik secara deskriptif maupun analisis, menunjukkan nilai yang buruk. (2) faktor-faktor yang menyebabkan kawasan Condet tidak bertahan sebagai daerah penghasil buah-buahan disebabkan oleh, berkurangnya lahan akibat praktek jual beli dan pertumbuhan penduduk secara alami maupun akibat urbanisasi di kawasan tersebut. Adapun dari kesimpulan di atas, maka saran yang diberikan adalah (1) Daerah penghasil buah-buahan harus mampu memberikan peluang bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat di dalam kawasan. (2) pelurusan persepsi mengenai kawasan "cagar budaya" Condet (3) sasaran dan tujuan pengembangan kawasan wisata agro harus jelas dan terarah sesuai konsep pelestarian, pemeliharaan dan pengembangan kawasan. (4) pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi mengenai tujuan pengembangan kawasan wisata agro.
Back in 1975 the governor of KDKI Jakarta has issued SK Gubernur No. D.I-70903/a/30/1975 to debelop several area in the East of Jakarta region to specialize in fruit agriculture. The scope of the SK included Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang of Kecamatan Kramat Jati. This recommendation aimed to preserve the environmental condition of Condet area, and Jakarta in general. Further, with the development and expansion of Jakarta, the accelerating for transport, social, and economic facility has resulted several changes in Condet area. Changes in population trends reduced the quantity and quality of several native fruits, such as duku and salak. Shift of social, economical, and cultural values within the community has affected the agricultural preservation around Condet area. These problems have forced changes in the government policy in preserving Condet's fruit production. The above problems had leaded this research to focus on the analysis of environmental development of Condet area to include participation of the Betawi community and other local community member. The case formulation that can be shown is: The participation of Betawi community in managing Condet Conservation has not significant value. The purpose of the research are: (1) to explore the extend of Betawi community involvement in Condet environmental preservation. (2) identify several factors, which cause the declining of agricultural area in Condet. (3) to explore the possibility to develop Condet area as an agricultural-tourism in Jakarta. The nature of this research was addressed by descriptive method. Descriptive method is a method, which is used to analize a certain data by describing the condition with certain variable, situation, and circumstances. This research contains both independent variable (x) and dependent variable (y). The independent variable in this case is the development as mention in Government Policy on Environmental Management W No. 2311997. Dependent variable of the research were the community involvement, in this case, to the environmental preservation of Condet area. To determine the relation between these independent variable and dependent variable, analytical test were conducted through Pearson Product Moment. Field study has shown the positive and negative attitude of respondent toward preservation of Condet area. Respondent felt that Condet area is not suitable anymore to be preserving as a fruit-production areas. It is felt that the condition of land are incapable to support the agriculture plan because of the increasing available land. It was also found that composition of Betawi people within the community are declining as an effect of urbanization. Total respondent, which agree to the development of agriculture tourism in the are 7 respondent (28%), 13 respondent (52%) did not support the plan, and 5 respondent (20%) undecided. This research has concluded that (1) community has not been actively involved in environmental preservation. (2) Condet area were unable to preserve its capacity as a fruit-production region because of the land trading practice and increase of population, which occurred through natural circumstances and urbanization. From the conclusion drawn above, it is suggested that (1) fruit-production areas have to be able to allow local community to fulfill their needs. (2) shift perception of Condet preservation area. (3) clarity on the purpose and target of agricultural tourism in relation to preservation, conservation, and development of the area. (4) active government approach to socialize the purpose of agriculture-tourism within the particular area.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darus
Abstrak :
ABSTRAK
Desa wisata agro Bangunkerto merupakan salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman yang telah memiliki sarana dan prasarana wisata yang cukup memadai serta memiliki hasil kebun yang telah berproduksi sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah biaya perjalanan, waktu tempuh dan kunjungan, pendapatan individu, jarak dan persepsi mempengaruhi jumlah permintaan kunjungan wisata ke desa wisata agro dengan menggunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan menggunakan OLS untuk menduga kesediaan membayar dan analisis biaya perjalanan (Travel Cost Analysis) dalam menghitung manfaat Wisata agro. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat variabel berpengaruh terhadap jumlah permintaan wisata ke Desa Wisata Agro, yaitu biaya perjalanan, pendapatan individu, Jarak, dan Persepsi. Dengan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) diperoleh nilai willingness to pay (WTP) terhadap obyek wisata agro sebesar Rp. 42.681,- per individu per kunjungan.
ABSTRACT
Bangunkerto is one of tourist villages in Sleman district which already has tourist infrastructure and crops plantation that can attract tourists. The purpose of this study is to determine whether travel costs, travel and visit time, individual income, distance, and perception influence the demand for Agro Tourism Village visits by using travel cost method. The analytical tool used in this study is multiple linear regression using OLS to estimate the willingness to pay and Travel Cost analysis in calculating the benefits of Agro tourism. The result shows that travel costs, individual income, distance and perception have significant influenced to the demand for Agro Tourism Village visits. The travel cost method shows that the value of willingness to pay for agro tourism is Rp.42.681 per individual per visit.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aminah
Abstrak :
Duku (Lansium domesticum Corr.) adalah salah satu jenis buah tropis yang mempunyai nilai komersial cukup tinggi dan peluang pasar yang prospektif di Indonesia, terutama di Sumatera Selatan. Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan mencatat bahwa pada tahun 1996 luas areal pertanaman Duku Komering adalah 1.448 Ha, dengan total produksi mencapai 31.891 ton, tetapi pada tahun 2001, luas areal pertanaman merosot menjadi 648 Ha (44,75%) dengan total produksi hanya 10.570 ton (35,43%). Upaya pelestarian Duku Komering oleh lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah serta masyarakat/petani belum optimal, karena itu dikhawatirkan pada suatu saat Duku Komering akan langka dan bahkan punah. Kepunahan Duku Komering berarti menghilangkan salah satu sumber plasma nutfah unggul dari keanekaragaman hayati Indonesia. Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Menummmya kualitas dan kuantitas Duku Komering 2. Menurunnya minat masyarakatlpetani untuk menanam Duku Komering. Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui penyebab turunnya kualitas dan kuantitas Duku Komering. b. Mengetahui penyebab menurunnya minat masyarakat/petani untuk menanam Duku Komering. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif analisis. Penelitian dilaksanakan bulan April-Agustus 2002. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan responden dengan menggunakan kuesioner. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Dari tiga kecamatan sampel, dipilih enam desa sampel. Di Kecamatan Cempaka: Desa Sukabumi dan Gunung Bata, di Kecamatan Muara Dua: Desa Ruos dan Gunung Cahya, dan di Kecamatan Tanjung Lubuk: Desa Tanjong Baru dan Desa Ulak Kapal. Jumlah sampel 60 orang petani duku dari 1.308 petani duku. Setiap desa dipilih 10 orang masyarakat/petani sampel dengan metode Random Sampling. Jumah sampel ditentukan dengan metode purposive Sampling. Parameter yang diarnati adalah kualitas dan kuantitas Duku Komering, jenis vegetasi yang terdapat di sekitar tanaman duku, iklim, sosial ekonomi masyarakatlpetani dan sifat fisik-kimia tanah daerah penelitian. Penelitian ini menghasilkan dua karakter Duku Komering. Karakter pertama adalah Duku Komering yang sifat-sifat unggulnya mendominasi, yang meliputi: rasa yang manis, biji yang kecil dan jarang serta kulit buah yang tipis, terdapat pada daerah Kecamatan Cempaka dan Tanjung Lubuk. Karakter kedua adalah Duku Komering adalah rasa yang lebih asam, biji yang lebih besar dan lebih banyak, serta kulit buah yang lebih tebal, terdapat pada Kecamatan Muara Dua. Perbedaan mencolok hasil analisis tanah ini terlihat pada kadar kalium yang dapat dipertukarkan (K-dd), tekstur, dan kedalaman humus. Vegetasi pelindung tanaman Duku Komering dibutuhkan di Kecamatan Cempaka dan Tanjung Lubuk, tetapi tidak di Kecamatan Muara Dua. 67% responden menyatakan bahwa tanaman Duku Komering berbuah lebat jika dinaungi pohon durian dan 33% responden menyatakan bahwa tanaman Duku Komering tidak membutuhkan naungan. Pola monokultur Duku Komering telah menyebabkan perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian Duku Komering. 91% responden menyatakan kurang berminat untuk menanam kembali Duku Komering karena umur berbuah yang relatif lama. 82% responden menyatakan menanami bekas lahan tanaman duku dengan tanaman jeruk, dan 18% responden menyatakan membiarkan lahan bekas tanaman duku, hal ini memperlihatkan hubungan makin menurunnya luas panen duku dengan meningkatnya luas panen jeruk. Selain waktu berbuah yang relatif lama, semua responden menyatakan bahwa Duku Komering hanya menghasilkan buah lebat dua tahun sekali. Penelitian mengenai Duku Komering belum menyentuh dasar kepentingan dan minat masyarakat Komering untuk melestarikan Duku Komering. Belum ada penyatuan visi dan misi pihak-pihak terkait yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan upaya pelestarian. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa: 1. Turunnya kualitas Duku Komering disebabkan karena perubahan habitat. Turunnya produksi/pohon Duku Komering disebabkan karena perubahan pola tanam dari pola campuran menjadi pola monokultur dan turunnya kuantitas luas tanam Duku Komering disebabkan karena menurunnya minat tanam. 2. Turunnya minat tanam masyarakat untuk menanam Duku Komering disebabkan karena umur berbuah lama, interval berbuah dua tahun sekali, dan sifat apomiksis. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti menyarankan: 1. Pemerintah diharapkan dapat memasyarakatkan pola tanam sistem hutan dalam budidaya Duku Komering. 2. Lembaga perguruan tinggi diharapkan dapat melakukan penelitian-penelitian secara lebih intensif yang berkaitan dengan rekayasa sifat genetik Duku Komering 3. Pembentukan kawasan agrowisata Duku Komering diharapkan dapat menyelaraskan pelestarian Duku Komering dan pembangunan daerah. Daftar Kepustakaan: 44(1968-2002)
Komering Impact of Agro Climate Change on Quality, Quantity and Cultivation Komering's Duku (Lansium domesticum Corr.) Duku Komering is among the tropical fruits that has relatively high commercial value in Indonesia, particularly South Sumatera. High interest of consumers to purchase this fruit is an indication that the produce has a prospective market opportunity. Duku Komering cultivation covered 1.448 ha in 1996, which produced 31.891 ton (Agriculture Department of South Sumatera). This cultivation area decreased to 648 ha (44,75%) in 2001 which only produced 10.570 ton (35,43%) Duku Komering. Conservation of Duku Komering by the Government Agencies, Non Government Organizations and farmers is still in-optimum. This condition could lead to the scarcity and the extinction of the species which was one of valuable genetic source of Indonesia biodiversity. The Problems formula: 1. Decrease of quality and quantity of Duku Komering 2. Decrease of interest of the fanners to cultivate Duku Komering The Research purposes: 1. To determine the cause of the decrease of Duku Komering, both in qualitative and quantitative 2. To determine the cause of decrease of interest of the society and fanners in the cultivation of Duku Komering The research was carried out using survey method. The data received was analyzed descriptive analytically. The survey study was held from April to August 2002. Primer data was collected from a visual observation in the study area and questionnaire-guided interview with respondent. The sample chosen for the study consisted of 60 Duku Komering farmers from a total 1.308 Duku Komering farmers in the selected six villages. Ten farmers was selected from each village by using random sampling method. The determination of sample number was done by using purposive sampling. The selection of study area was done using purposive sampling. Six villages has been chosen from three Sub-Districts using random sampling method. Those are Sukabumi and Gunung Bata Villages (from Cempaka Sub-District), Ruos dan Gunung Cahya Villages (from Muara Dua Sub-District) and Tanjung Baru and Ulak Kapal Villages (from Tanjung Lubuk Sub-District). Parameter being measured is the quality and quantity of Duku Komering, vegetation found around duku plant, climate, farmer's socio-economic condition and physical-chemical characteristic of soil in the study area. This study showed that there was two different kind of Duku Komering. The first one has got good characters dominated sweet, small seed, and thin peel, which could be found in Cempaka and Tanjung Lubuk Sub-District. The second one are those with degraded characters sourer taste, bigger seed and thicker peel, these lower character could be found in Muara Dua Sub-District. According the soil tests, a high significant result could be found on exchangeable ion kalium, soil texture, and humus dept. Cover vegetation surrounding duku plant gives an optimum temperature for its growth and production in Cempaka and Tanjung Lubuk Sub-District. A contradiction could be found in Muara Dua Sub-District when the plant showed an optimum growth and production without the presence of cover vegetation, and would produced smaller fruit if the plant being covered by other plant. A number of 67% respondent in Tanjung Lubuk and Cempaka Sub-District reported that the plant gave a high yield if it's covered by durian plant. 33% respondent in Muara Dua Sub-District reported that the plant does not need any cover plant. Mono-culture practice applied to the plant's cultivation caused a habitat change that could not provide an ideal ecosystem needed by the plant. If the condition cannot be improved, it will lead to the scarcity of Duku Komering. A small number of forest-cultivation systems could be found in some Iocation in this study area. A number of 91% respondent reported that their lack of interest was caused by the plant's relatively long first production after being cultivated, they transform their land to cultivate orange plant (82%), leave their land (18%), and the fact that the plant only give a good production only twice a year (100%). This fact shows a relation between the decrease of Duku Komering cultivation area and the increase orange cultivation area. Some research about Duku Komering has not been well disseminated to farmers/society in Komering. There is no vision and mission in common from related parties to encourage the society to make some conservation actions. The conclusion: 1. The decrease of Duku Komering's quality is caused by the change of habitat. The decrease of product/tree is caused by the change from mix to mono-culture cultivation. The decrease of plantings area is caused by the decrease of interest in planting Duku Komering. 2. The decrease of interest in cultivating Duku Komering is caused by the genetic character of Duku Komering, namely the length of harvest period, irregular yield of two year interval,, and apomicsis characteristic fruiting. The suggestion: 1. Government through associated department is expected to socialize the system of forest cultivation system on Duku Komering. 2. More intensive research on the genetic character of Duku Komering is expected to shorten the age of production and regulate the two years interval of production of this fruit 3. Duku Komering cultivation could be carried out by creating agro tourism in cultivating area Number of References: 44 (1968-2002)
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Harry Kiswanto
Abstrak :
Sektor pertanian merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Bantul. Sektor ini memiliki peran penting terhadap perekonomian Kabupaten Bantul, karena merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB. Khususnya pada Kecamatan Dlingo yang telah ditetapkan menjadi kawasan strategis sosio-kultural dalam RTRW Kabupaten Bantul. Begitu juga kecamatan yang berada di sebelah selatan Kecamatan Dlingo yaitu Kecamatan Imogiri terdapat beberapa agrowisata yang sedang tahap pembangunan. Maka tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis wilayah kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Dlingo dan Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Metode yang dipakai ialah analisis deskriptif dari hasil overlay ketiga peta dengan melihat variebel fisik dan sosial. Kemudian dilihat dari kelengkapan fasilitas yang ada pada wilayah keseseuaian. Adapun variebel fisik yang dipakai ilalah kemiringan lereng, dan jenis tanah dalam kepekaan terhadap erosi, serta variabel sosial terdiri dari pegginaan lahan dan fasilitas pendukung pariwisata. Hasil menunjukkan bahwa wilayah potensi pengembangan agrowisata berpotensi dikembangkan di Kecamatan Imogiri dibanding Kecamatan Dlingo. Wilayah potensi pengembangan tersebut tepatnya berada di tiga desa yaitu Desa Selopamioro, Desa Kebonagung, dan Desa Sriharjo. Wilayah tersebut juga sudah didukung dengan adanya agrowisata dan wisata alam yang menjadi daya tarik di tiga desa tersebut dan telah terdapat fasilitas sekunder dan kondisional yang lengkap. ......The agricultural sector is one of the development priorities in Bantul Regency. This sector has an important role in the economy of Bantul Regency, because it is one of the sectors that provides the largest contribution to GRDP. Especially in Dlingo District which has been designated as a socio-cultural strategic area in the RTRW of Bantul Regency. Likewise, the sub-district which is in the south of Dlingo District, namely Imogiri District, there are several agro-tourism which are in the development stage. So the purpose of this study is to analyze the land suitability area for the development of agro-tourism areas in Dlingo District and Imogiri District, Bantul Regency. The method used is descriptive analysis of the overlay results of the three maps by looking at physical and social variables. Then it is seen from the completeness of the existing facilities in the suitability area. The physical variables used are the slope of the slope, and the type of soil in terms of sensitivity to erosion, as well as the social variables consisting of land use and tourism support facilities. The results show that the potential area for agro-tourism development has the potential to be developed in Imogiri District compared to Dlingo District. The potential development areas are located in three villages, namely Selopamioro Village, Kebonagung Village, and Sriharjo Village. The area has also been supported by the existence of natural tourism which is an attraction in the three villages and there are complete secondary and conditional facilities.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library