Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Anita Paulina
Abstrak :
Bandotan Ageratum conyzoides L. merupakan salah satu tanaman herbal Indonesia yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional, salah satunya dalam terapi peradangan inflamasi. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa isolat kuersetin dari ekstrak daun bandotan memiliki aktivitas anti-inflamasi. Namun, dibutuhkan waktu yang lama dalam proses ekstraksi. Penelitian bertujuan mencari metode ekstraksi yang cocok yang dapat mempersingkat waktu ekstraksi dan meningkatkan kadar kuersetin dalam ekstrak, serta bertujuan menginvestigasi mekanisme molekuler anti-inflamasi dari ekstrak. Kuersetin, methotrexate dan piroxicam digunakan sebagai kontrol positif. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dan digesti, dengan air dan etanol 70 sebagai pelarut. Profil metabolit sekunder dianalisis dengan kromatografi lapis tipis KLT dan Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy LC-MS. Aktivitas anti inflamasi dari ekstrak dievaluasi dengan sel RAW 264.7 distimulasi oleh lipopolisakarida LPS dan dilakukan deteksi ekspresi gen-gen dengan Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction RT-PCR ditingkat messenger ribonucleic acid mRNA. Uji aktivitas juga dilakukan terhadap nitrit oksida NO dengan metode Griess. Hasil uji memperlihatkan bahwa kadar kuersetin tertinggi 52,71 ppm diperoleh dari metode digesti pada suhu 60 C selama 2 jam dengan pelarut etanol 70 . Kromatogram KLT menunjukkan pola yang khas dan kromatogram LC-MS memperlihatkan beberapa puncak metabolit sekunder, salah satunya adalah kuersetin. Pada dosis 50 ?g/ mL, ektrak dapat menurunkan ekspresi messenger ribonucleic acid mRNA cyclooxygenase-2 COX-2 , tumor necrosis factor-? TNF-? , interleukin-1betha IL-1? , IL-6, dan nuclear factor-kappa betha NF-?? , serta menurukan produksi NO. Berdasarkan hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70 daun bandotan memiliki mekanisme aksi anti-inflamasi seperti kuersetin dalam menekan mediator pro-inflamasi. ......Bandotan Ageratum conyzoides L. is one of Indonesian herbs are widely used in traditional medicines one of them is in treating inflammation. Previous research has revealed that the isolated quercetin from bandotan leaves extract has anti inflammatory activity. However, the extraction process takes a long time. The aim of the present study was to find the suitable method which can reduce the time of extraction process and also increase quercetin content in extract, and also investigates the anti inflammatory molecular mechanism of extract. Quercetin, methotrexate, and piroxicam were used as positive control. Two extraction methods were used maceration and digestion method, which used water and ethanol 70 as a solvent. Secondary metabolites profiles were analyzed by thin layer chromatography TLC and liquid chromatography mass spectroscopy LC MS . The anti inflammatory activity of extract was evaluated using RAW 264.7 cells stimulated by lipopolysaccharides LPS and the genes were detected by reverse transcription polymerase chain reaction RT PCR at messenger ribonucleic acid mRNA . The activity test was also performed on nitric oxide NO by Griess method. The results showed that the highest quercetin content 52.71 ppm was obtained from digestion method at 60 C for 2 hours with ethanol 70 as a solvent. TLC chromatograms shows a typical pattern and LC MS chromatograms shows some peaks of secondary metabolites, one of them is quercetin. The dose extract at 50 g mL can decrease mRNA expression of cyclooxygenase 2 COX 2 , tumor necrosis factor TNF , interleukin 1betha IL 1 , IL 6, dan nuclear factor kappa betha NF , and also can decrease of NO production. As a result, it is concluded that 70 ethanolic leaves extract of bandotan has anti inflammatory activity such as quercetin in suppressing pro inflammatory mediators.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T48706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miessya Wardani
Abstrak :
Nanokomposit SiO2/NiMoO4 telah berhasil disintesis menggunakan fraksi air ekstrak daun bandotan (Ageratum conyzoides L.) sebagai sumber basa dan capping agent dalam proses sintesis. Keberhasilan sintesis nanomaterial dikonfirmasi dari hasil karakterisasi yang dilakukan. Spektra FTIR menunjukkan adanya vibrasi khas logam dengan oksigen pada rentang bilangan gelombang 1000-400 cm-1. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa terbentuknya kristalin nanopartikel SiO2, nanopartikel NiO dengan struktur kubik, MoO3 dengan struktur ortorombik, NiMoO4 dengan struktur monoklinik, dan SiO2/NiMoO4 memiliki pola difraksi 2θ gabungan dari penyusunnya. Komposisi logam Ni dan Mo pada nanokomposit SiO2/NiMoO4 dikarakterisasi menggunakan AAS didapatkan masing-masing sebesar 19,36% w/w dan 22,36% w/w. Uji aktivitas katalitik nanokomposit SiO2/NiMoO4 dilakukan sebagai katalis reduksi untuk senyawa 2,4,6-trinitrofenol dengan NaBH4. Kondisi optimum nanokomposit untuk mereduksi senyawa nitro didapatkan pada massa katalis 3 mg dengan konsentrasi 2,4,6-trinitrofenol 5x10-5 M dan NaBH4 0,1 M. Hasil studi kinetika menunjukkan bahwa reaksi reduksi mengikuti hukum laju orde pertama dengan nilai tetapan laju reaksi reduksi sebesar 0,01 menit.
Nanokomposit SiO2/NiMoO4 nanocomposite was successfully synthesized using water fraction of bandotan (Ageratum conyzoides L.) leaf extract as a base source and capping agent in the synthesis process. The success of nanomaterial synthesis was confirmed from the results of the characterization being carried out. FTIR spectra showed the presence of a typical metal vibration with oxygen in the wave number range 1000-400 cm-1. XRD characterization showed that SiO2 nanoparticles, NiO nanoparticles crystalized on cubic structure, MoO3 on orthorhombic structure, NiMoO4 on monoclinic structure. The XRD of SiO2/NiMoO4 nanocomposite showed a 2θ diffraction pattern from their constituents. The composition of Ni and Mo metals on SiO2/NiMoO4 characterized using AAS was obtained at 19.36% w/w and 22.36% w/w, respectively. The catalyst SiO2/NiMoO4 nanocomposite was used as the reduction catalyst for 2,4,6-trinitrophenol compounds with NaBH4. The optimum condition of nanocomposite to reduce nitro compounds was obtained at a weight of 3 mg with 2,4,6- trinitrophenol concentration at 5x10-5 M and NaBH4 0,1 M. The results of the kinetic study show that the reduction reaction follows the first order rate law with the reduction reaction rate constant of 0.01 minutes-1.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T51684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Larasati
Abstrak :
ABSTRAK


Filariasis bancrofti merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex quinquefasciatus yang tersebar luas di daerah perkotaan, seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Parasit penyebab penyakit tersebut ialah jenis cacing Nematoda, Wuchereria bancrofti.

Penanggulangan dan pemberantasan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan memberantas nyamuk Cx. quinquefasciatus. Beberapa jenis tumbuhan di Indonesia, antara lain Ageratum conyzoides diketahui mengandung zat toksik yang dapat merabunuh larva nyamuk.

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian keefektifan ekstrak daun, batang, dan akar A. conyzoides terhadap larva Cx. quinquefasciatus. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5%; 0,6%; 0,7%; 0,8%; 0,9% untuk daun, 2%; 2,5%; 3%; 3,5%; 4% untuk batang, dan 2%; 2,5%; 3%; 3,5%; 4% untuk akar. Masing-masing konsentrasi dimasukkan 25 larva dengan 10 kali ulangan. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan dan jumlah larva yang mati dihitung. Penentuan keefektifan dilakukan dengan cara menentukan LC-50 dan LC-90 ekstrak daun, batang, dan akar A. conyzoides terhadap larva Cx. quinquefasciatus. Hasil uji analisis variansi satu faktor yang dilakukan, diketahui bahwa ekstrak daun, batang, dan akar A. conyzoides berpengaruh terhadap larva Cx. quinquefasciatus yaitu dapat mengakibatkan kematian. Analisis dengan uji beda nyata dari Tukey menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara ekstrak daun, batang, dan akar A. conyzoides terhadap larva Cx. quinquefasciatus.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Roselina
Abstrak :
Osteoartritis adalah penyakit degeneratif oleh peradangan kronis pada sendi. Penelitian menunjukkan, daun babandotan memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek kuratif dari ekstrak etanol 70% daun babandotan pada parameter hematologi. Penelitian ini menggunakan 30 tikus putih jantan galur Sprague Dawley dan dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok negatif, kelompok positif (glukosamin-kondroitin sulfat 540, g mg / 200 g BB) dan kelompok 3 variasi ekstrak (6,48 mg ; 12,9 mg; dan 25,9 mg) / 200 g BB. Semua kelompok diinduksi oleh 0,05 ml monosodium iodoasetat kecuali kelompok normal. bahan uji diberikan secara oral sekali sehari pada hari ke-29 sampai 49. Parameter penelitian ini adalah nilai leukosit, limfosit, granulosit, eritrosit, hemoglobin, dan volume rata-rata eritrosit (MCV) yang dihitung pada hari ke-29 dan 50, TNF alfa pada hari ke-50, dan volume edema pada hari ke-0, 29, dan 50. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 70% daun babandotan dengan 3 variasi dosis mampu mengurangi volume edema, nilai TNF-α, jumlah leukosit, limfosit, granulosit dan juga tidak signifikan mempengaruhi jumlah hemoglobin, eritrosit, MCV. ......Osteoarthritis is a degenerative disease by chronic inflammation in joints. Research shown, babandotan leaf has anti-inflammatory effects. This study aimed to analyse curative effects of 70% ethanolic extract of the leaf of babandotan on hematology parameters. This study used 30 male white Sprague Dawley rats and divided into 6 groups they are normal group, negative group, positive group (glucosamine-chondroitin sulfate 540.g mg/ 200 g BW) and 3 doses variation of extract groups (6.48 mg, 12.9 mg, and 25.9 mg)/ 200 g BW. All groups were induced by 0.05 mL of monosodium iodoacetate except normal group. Test materials were given orally once daily on day 29 to 49. The parameters of this study are level of leukocytes, lymphocytes, granulocytes,erythrocyte, hemoglobin, and mean corpular volume those counted on day 29th and 50th, TNF alpha on day 50th, edema volume on day 0, 29th, and 50th. Results showed 70% ethanolic extract of the leaf of babandotan with 3 doses variation have been able to decrease edema volume, TNF-α level, the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes and also did not significantly influence the number of haemoglobin, erythrocytes, mean cells volume of RBCs (MCV).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Marina
Abstrak :
The objectives of this study were to know growth response and tolerance level of corn on application of extract weeds. The study was conducted in Green House and chemical laboratory of Department of Agronomy, Center for Empowering Teachers and Education Personnel Cianjur, West Java in September to December 2012. A split plot design consists of two factors of weeds extracts as main plot viz. no weed extract, and weeds extract of Amaranthus sp, Ageratum conyzoides, Imperata cylindrica and, corn variety as sub plot viz. Sukmaraga, Bhima, and Local. Variables observed were seed germination (%), germination rate (number of seedling/day), total root lenght (cm), hypocotil lenght (cm), root number, leaf number, leaf area (cm2), seedling fresh and dry weights (g). Imperata cylindrica and Amaranthus sp extracts mostly suppresed on the number of roots, number of leaves and dry weight of corn. Weeds extract decreased seed germination by more than 25% on all corn varieties.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan tingkat toleransi jagung terhadap aplikasi ekstrak gulma. Penelitian ini dilaksanakan di Green House dan laboratorium kimia Departemen Agronomi Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Cianjur, Jawa Barat pada bulan September-Desember 2012, menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) terdiri atas dua factor, yaitu petak utama ektrak gulma terdiri atas tanpa ekstrak gulma, ekstrak Amaranthus sp (bayam duri), ekstrak Ageratum conyzoides (babandotan), dan ekstrak Imperata cylindrica (alang-alang) dan anak petak varietas jagung antara lain Sukmaraga, Bhima, dan Lokal. Variabel yang diamati antara lain daya kecambah (%), laju perkecambahan (jumlah kecambah/hari), total panjang akar (cm), panjang hipokotil (cm), jumlah akar, jumlah daun, luas daun (cm2), bobot basah dan kering bibit (g). Ekstrak gulma Imperata cylindrica dan Amaranthus sp. menyebabkan hambatan paling menekan pada jumlah akar, jumlah daun dan bobot kering bibit jagung. Pemberian ekstrak gulma menyebabkan daya kecambah semua varietas jagung menurun lebih dari 25%.
Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga KependidikanUniversitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian ; , 2016
630 AGRIN 20:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Nurul Suci
Abstrak :
Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Daun babandotan terbukti memiliki khasiat dalam terapi inflamasi. Tetapi belum ada data terkait efeknya terhadap artritis reumatoid sehingga dapat dijadikan alternatif terapi artritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% daun babandotan diamati dari volume edema kaki tikus yang diinduksi complete freund?s adjuvant, serta pengaruh ekstrak terhadap kadar TNF-α dan parameter hematologi darah diamati dari jumlah leukosit, limfosit, granulosit, hemoglobin, eritrosit, dan mean cells volume of RBCs (MCV). Penelitian ini menggunakan 30 tikus putih jantan Sprague-Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal dan negatif diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberikan suspensi metotreksat 0,05 mg/200 g bb, kelompok variasi dosis ekstrak diberikan 6,48 mg; 12,96 mg; dan 25,92 mg/200 g bb. Semua kelompok diinduksi 0,1 ml CFA pada hari ke-1 kecuali kelompok kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-29 sampai hari ke-49. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke- 1, 29, dan 50. Perhitungan parameter hematologi dilakukan pada hari ke-29 dan 50, serta uji kadar TNF-α dilakukan pada hari ke-50. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun babandotan, mampu menurunkan volume edema, kadar TNF-α, jumlah leukosit, limfosit, dan granulosit pada kelompok dosis 25,92 mg/200 g BB melalui mekanisme penghambatan sitokin inflamasi seperti TNF-α. Namun pemberian bahan uji tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah hemoglobin, eritrosit, dan MCV. ......Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease characterized by chronic inflammation in joints. Babandotan leaves is proven to be used in inflammation theraphy, but there is yet any data regarding the effects of the leaves on rheumatoid arthritis. At the same time, the extract can be an alternative arthritis therapy. The aim of this research is to determine the anti-arthritic effect of 70% ethanolic extract of babandotan leaves in terms of reduction in edema volume on rat paw induced by complete freund?s adjuvant (CFA), and the effect of extract to TNF-α and haematological parameters observed the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, haemoglobin, erythrocytes, and mean cells volume of RBCs (MCV). This research used white male Sprague-Dawley rats which were divided into 6 groups; normal control and negative control groups, both given 0.5% CMC; positive control group, given methotrexate suspension 0.05 mg/200 g bw; the dose variation extract are 6.48 mg; 12.96 mg; 25.92 mg/200 g bw. All the groups were induced with 0.1 ml CFA on day-1, except normal control group. Test material were administered orally once daily on days-29 to 49. Foot-pad volume measurements were performed on days-1, 29, and 50. The number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, haemoglobin, erythrocytes, and mean cells volume of RBCs (MCV) were counted on days-29 and 50, and TNF-α assay were counted on days-50. The results showed that the 70% extract ethanolic of babandotan leaves with a given dose variation have been able decrease edema volume, TNF-α, the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes at 25.92 mg/200 g bw dose groups by inhibit cytokins inflammation. However, administration of the test materials did not significantly influence the number of haemoglobin, erythrocytes, mean cells volume of RBCs (MCV).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Karina Windarti
Abstrak :
Asteraceae merupakan salah satu famili tumbuhan yang bersifat invasif. Tumbuhan dengan sifat invasif dapat lebih mentoleransi suhu tinggi akibat adanya peran mekanisme Hsp70. Gen Hsp70 merupakan gen yang terkonservasi didalam sel sebagai bentuk adaptasi terhadap beberapa cekaman lingkungan, salah satunya adalah cekaman suhu. Perbedaan suhu rata-rata antara Universitas Indonesia-Depok yaitu 28,6oC dan Kebun Raya Cibodas dengan suhu rata-rata 20,06 oC menjadi dasar dilakukannya penelitian untuk melihat tingkat ekspresi gen Hsp70 pada Ageratum conyzoides dan Synedrella nodiflora. Penelitian diawali dengan isolasi RNA dari organ daun dengan metode CTAB yang telah dimodifikasi dan dilanjutkan dengan sintesis cDNA. Hasil dari cDNA diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer Hsp70 yang digunakan oleh Sung 2001 pada Arabidopsis thaliana. Hasil penelitian menunjukkan adanya amplifikasi gen Hsp70 secara parsial, serta adanya variasi basa nukleotida pada sampel lokasi Universitas Indonesia dan Cibodas pada posisi basa ke 110 dan 108 yang mengakibatkan adanya perbedaan pembacaan asam amino. Namun perbedaan asam amino tersebut tidak membuat perubahan prediksi struktur protein pada sampel. ......Asteraceae is one of the invasive plant family. Invasive plants have more ability to tolerating high temperatures with the role of the Hsp70 mechanism. The Hsp70 gene is conserved in cells as a form of adaptation to some environmental stresses, one of which is temperature stress. The difference of average temperature between Universitas Indonesia Depok which is 28,6oC and Cibodas Botanical Garden with average temperature 20,06oC become the basis of this research to see the level of Hsp70 gene expression in Ageratum conyzoides and Synedrella nodiflora plants at two locations with different temperature. The research begins with RNA isolation from the leaf tissues with modified CTAB method followed by cDNA synthesis. The cDNA then amplified by PCR using a Hsp70 primer used by Sung 2001 in Arabidopsis thaliana. The results showed that there is a partial amplification of the Hsp70 gene, as well as the presence of nucleotide base variations in Universitas Indonesia Depok and Cibodas at base positions number 110 and 108 which resulted in differences in amino acid readings. However, these amino acid differences do not make a change in protein structure prediction of the samples.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Permawati
Abstrak :
Di Indonesia, daun Babandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) (EAC) dan herba Rumput Mutiara (Oldenlandia corymbosa L.) (EOC) telah digunakan secara empiris turun-temurun untuk mengobati penyakit sendin dengan cara ditumbuk kemudian dioleskan. Kuersetin (KU) dan asam ursolat (AU) yang merupakan zat aktif di dalam ekstrak tersebut memiliki aktivitas antiinflamasi pada hewan model yang diinduksi osteoartritis. Di dalam penelitian ini, kombinasi ekstrak babandotan dan rumput mutiara serta kombinasi kuersetin dan asam ursolat diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi sehingga memiliki karakteristik fisik yang baik serta dapat menghambat proses inflamasi dan dapat digunakan sebagai obat osteoartritis. Sebanyak 50 (lima puluh) ekor tikus dibagi dalam 10 kelompok (n=5) yaitu: (1) kelompok kontrol normal (normal) (2) kelompok kontrol negatif (negatif) (3) kelompok kombinasi EAC-EOC (EAC-EOC) (4) kelompok EAC tunggal (EAC) (5) kelompok EOC tunggal (EOC) (6) kelompok kombinasi KU-AU (KU-AU) (7) kelompok KU tunggal (KU) (8) kelompok AU tunggal (9) kelompok kombinasi KU-AU non-nano (Emulgel KU-AU) (10) kelompok kontrol positif (positif). Pada hari ke-0, tikus diinduksi monoiodoasetat secara intraartikular 3,0mg/0.05 mL kecuali kelompok normal. Pemberian sediaan topikal sesuai dengan kelompok dosis dilakukan mulai hari ke-29. Dilakukan evaluasi terhadap volume udem (setiap 7 hari), analisis kadar sitokin serum dengan enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) dan histopatologi serta imunohistokimia pada hari ke-57. Volume udem lutut tikus tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal sejak hari ke-42. Penurunan kadar sitokin serum terjadi pada biomarker Protein S100A8, Interleukin-1β, inducible nitric oxide synthase (iNOS), matrix metalloproteinase-13 (MMP-13), a disintegrin and metalloproteinase thrombospondin-like motifs-5 (ADAMTS-5), Kolagen Tipe 2 dan Aggrecan Core Protein. Perbedaan bermakna semua kelompok perlakuan dengan kelompok negatif terjadi pada biomarker penanda proses inflamasi yaitu Protein S100A8, Interleukin-1ß dan iNOS (#P<0,05). Hasil evaluasi histopatologi dan imunohistokimia menunjukkan bahwa terjadi penghambatan degradasi proteoglikan. Sediaan nanoemulgel yang dikembangkan baik komposisi tunggal maupun kombinasi dapat memperbaiki kerusakan kartilago yang bermanfaat sebagai obat osteoartritis.
In Indonesia, babandotan leaves (ageratum conyzoides (L.) L.) (ACE) and pearl grass herbs (Oldenlandia corymbosa L.) (OCE) have been used empirically as topical preparation for traditional medicine in the treatment of joint disease. Their active compound namely quercetin (QU) and ursolic (UA) acid has appearance anti-inflammatory activity in osteoarthritis (OA) animal model. We investigated nanoemulgel of combination QU and UA as well as the combination ACE and OCE from nanoemulsion carrier systems as the new drug focused on plant-based natural products with a good physical characteristic that inhibit inflammatory process and applied in managing osteoarthritis (OA). Fifty animals were randomly designated to the 10 groups (n=5) as follows: (1) normal control group (Normal), (2) negative control groups (negative), (3) combination ACE-OCE, (4) single ACE, (5) single OCE, (6) combination QU-UA, (7) single QU, (8) single UA, (9) combination QU-UA non-nano formula (emulgel QU-UA), (10) positive control group (positive). Rats were receiving intraartikular monoiodoacetate injection 3.0mg/0.05 mL on day 0 exluding for normal control group. All groups were administered topical preparations allow to each dose group on day 29. We evaluated knee edema profile (every 7 days), serum cytokine level (on day 57) with enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) and histopatological and immunhostochemistry evaluation. Since day 42, knee edema profile of all group treatment has been similar with normal control group (p>0.05). Serum cytokines level for some biomarkers, such as S100A8 Protein, Interleukin-1β, inducible nitric oxide synthase (iNOS), matrix metalloproteinase-13 (MMP-13), a disintegrin and metalloproteinase thrombospondin-like motifs-5 (ADAMTS-5), Collagen Type II and Aggrecan Core Protein were decrease. A significant difference compared with negative group showed for all groups treatment on measurement of inflammation process biomarker of S100A8 Protein, IL-1β, and iNOS (#P<0.05). Based on histological and immunohistochemistry evaluation showed that there was inhibition of proteoglycan degradation. The developed nanoemulgel ACE-OCE and QU-UA either combination or not has good physical characteristic and promising effect to enhance MIA induced cartilage damage as potential therapeutic agent for OA and encouraging to conduct further study as clinical trials.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muliyanti
Abstrak :
Bandotan (Ageratum conyzoides L.) dan temu mangga (Curcuma mangga Val.&Zijp.) masing-masing telah diteliti sebagai analgetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi yang efektif dari infus bandotan dan temu mangga sebagai analgetik. Penelitian ini menggunakan mencit jantan dan betina galur DDY dengan berat badan 20-30 gram sebanyak 48 ekor yang dibagi menjadi 8 kelompok dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL); kelompok I sebagai kontrol negatif diberikan CMC 0.5%, kelompok II sebagai kontrol positif diberikan aspirin, kelompok III diberikan bandotan dosis tunggal, kelompok IV diberikan temu mangga dosis tunggal, kelompok IV, V, VI, VII, dan VIII diberikan kombinasi bandotan dan temu mangga. Masing-masing kelompok diberikan bahan uji secara oral, tiga puluh menit kemudian diinduksi dengan asam asetat 0.2%, setelah lima menit diamati dan dihitung jumlah geliat dengan interval lima menit selama empat puluh menit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi yang efektif sebagai analgetik pada mencit jantan ditunjukkan bandotan 780 mg/20 g bb dan temu mangga 150 mg/20 g bb sedangkan pada mencit betina ditunjukkan bandotan 1560 mg/20 g bb dan temu mangga 150 mg/20 g bb. Kekuatan efek analgetik kombinasi kedua tanaman ini lebih rendah dibandingkan dengan aspirin, ditinjau dari persentase efektivitas analgetik.
Many studies has been done about analgesic effect of goatweed (Ageratum conyzoides L.) and temu mangga (Curcuma mangga Val.&Zijp.). The aim of this study was to investigate the effective combination of goatweed and temu mangga as analgesic in mice. Forty eight male and female DDY mice 20-30 g used in the study were divided into 8 groups using Complete Randomized Design (CRD) method; group I as negative control administered 0.5% CMC, group II as positif control administered aspirin, group III administered goutweed single dose, group IV administered temu mangga single dose, group IV, V, VI, VII, and VIII administered combination of goatweed and temu mangga. Thirty minutes before intraperitonial injection of acetic acid 0.6%, drugs were orally administered to mice. The number of writhings exhibited by each animal was counted for 40 minutes with interval 5 minute beginning 5 minute after acetic acid induction. The result shows that the effective combination as analgesic showed goatweed 780 mg/20 g bb and temu mangga 150 mg/20 g bb in male mice also goatweed 1560 mg/20 g bb and temu mangga 150 mg/20 g bb in female mice. Analgesic effect of goatweed and temu mangga combination is lower than aspirin, this is showed on analgesic effectiveness percentage.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Agustino Mardika
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kapasitas antioksidan dari ekstrak etanol daun Ageratum conyzoides dengan menggunakan metode ekstraksi bertekanan tinggi dengan sirkulasi pelarut. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh variasi tekanan ekstraksi dan waktu ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan dari ekstrak yang dihasilkan. Waktu ekstraksi antara 5-75 menit dan tekanan ekstraksi antara 2-12 bar. Pada ekstrak dilakukan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan spektofotometer UV dengan metode carotene bleaching. Semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin besar aktivitas kemudian turun pada waktu ekstraksi di atas 30 menit. Sedangkan semakin besar tekanan ekstraksi akan membuat nilai aktivitas antioksidan semakin besar. Nilai aktivitas antioksidan yang dihasilkan pada tekanan dan waktu ekstraksi optimum sebesar 75,89%. ......The objective of this study is to measure the antioxidant capacity of the ethanol extract of leaves of Ageratum conyzoides by using high-pressure extraction with solvent circulation. This study will examine the influence of pressure variations of extraction and extraction time on antioxidant activity of compounds produced. Extraction time between 5-75 minutes and the extraction pressure between 2-12 bar. On the antioxidant activity of extracts was tested using UV spectrophotometer by carotene bleaching method. The longer time of extraction, the greater the activity then decreased at the time of extraction after 30 minute. Meanwhile, the greater the pressure will make the value of antioxidant activity greater.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51777
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>