Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pauline Sutjipto
Abstrak :
FMIPA-U 1 I Minyak goreng akan mengalami kerusakan selama proses penggorengan, yang akan memperpendek umur pakai minyak tersebut. Kemsakan minyak dapat diketahui dari sifat fisiko-ki.mianya. Umur pakai minyak dapat diperpanjang dengan menambahkan adsorben ke dalam minyak bekas. Karbon aktif merupakan adsorben yang mudah didapat dan relatif murah. Pengaruh penggunaan karbon aktif terhadap sifat fisiko-kimia minyak sawit, minyak kedelai dan minyak kelapa diteliti. Minyak digunakan untuk menggoreng kentang sebanyak 20 kali dengan pengambllan sampel setiap empat kali penggorengan. Hasil analisis statistik uji-T menunjukkan bahwa penggunaan adsorben dapat menurunkan nilai gravitasi spesifik, bilangan asam, bilangan penyabunan dan bilangan peroksida ketiga jenis minyak. Nilai bilangan iod.akan mengalami kenalkan, sedangkan indeks bias ketiga jenis minyak tidak dipengarufii oleh penggunaan karbon aktif
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Susanto
Abstrak :
Kualitas udara di dalam ruangan sangat panting, karena sebagian besar orang menghabiskan waktunya dengan men^irup udara di ruangan. Keberadaan zat pencemar udara di dalam ruangan dalam jumlah yang cukup tinggi dapat mengakibatkan kegelisahan dan bahaya-bahaya yang serius terhadap kesehatan. Zat pencemar udara seperti uap pelarut organik dapat mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan, kulit/ dan mata karena proses penghirupan dan kontak kulit yang terbuka. Pada tingkat konsentrasi tertentu, zat pencemar udara ini dapat mengakibatkan sakit kepala yang berat dan menimbulkan efek pembiusan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi emisi harian uap pelarut organik seperti aseton n-butil alkc^hol, n—bu'tll 8861:81;, dan iaopropil alkohol dl iruang piroses produksl cal;. TuuJuannya adalah untuk aelakukan evaluasl keadaan linekungan udara dl ruang lersebut, Hnn barga emlsl harlan yang diperoleh dibandln^an dengan nilal anbang batas zat penc^kar tersebut di udara. Penganbilan c^n1x}h uap dllakukan ctengan pen^lsapan aejmlah volume udara melalui kol(» adsorben karbon aktif. Uap-uap yang diadsorpsi k^udlan dlelusi dengan pelarut CS^ dan basil eluslnya dlanallsls secara kronalxigrafl g«« unbuk menentukan konsentraslnya. Hasll penelltlan menunjukkan bafawa kolom adsorben karbon aktlf B^un^lnkan unbuk dlpakal dalam pengaidsllan con1;ob uap pelarub organlk pada konsenbrasl yang cukup 3 rendab (^
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Reynold Aksa
Abstrak :
Limbah amonia yang keluar dari industri mengandung konsentrasi amonia yang cukup tinggi, diatas ambang batas baku mutu yang berlaku (50 mg/L). Hal ini akan menimbulkan masalah bila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengolah Iimbah yang mengandung amonia adalah dengan cara adsorpsi dengan menggunakan zeolit alam. Zeolit alam digunakan untuk mengurangi kadar amonia dalam larutan karena memiliki ukuran pori yang sesuai dengan diameter amonia sehingga proses adsorpsi dapat berlangsung. Penelitian adsorpsi secara barch bertingkat ini mengikuti siklus pola adsorpsi berseri yang ditentukan pada penelitian sebelumnya, di uji cobakan dalam alat adsorpsi bertingkat menggunakan ZAL dengan ulcuran 0,8-1 cm dan dipakai larutan buatan dengan konsentrasi awal amonia semua larutan 1000 mg/L. Proses adsorpsi dilakukan secara seri sampai setiap larutan mencapai baku mutu. Zeolit yang telah jenuh diregenerasi secara kimia dengan Iarutan NaCl 5 gram/liter. Zeolit hasil regenerasi dipakai kembali untuk mengadsorpsi amonia sampai jenuh. Dari hasil penelitian didapatkan untuk mereduksi konsentrasi larutan amonia 1000 mg/liter sampai mencapai baku mutu 50 mg/l diperlukan 3 batch berseri yang berisi ZAL baru (seri 1), kemudian seri 1 ini dipakai untuk mengadsorpsi larutan baru berikutnya yang berkonsentrasi 1000 mg/l dan untuk mencapai baku mutu dibutuhkan 4 barch yang terdiri dari batch seri 1 dan 1 batch baru yang ditempatkan di akhir proses(seri 2), larutan baru berikutnya membutuhkan 5 batch yang terdiri dari ZAL dari seri 2 ditambah 1 barch ZAL baru yang juga ditempatkan di akhir proses, demikian seterusnya Dan seri 1 sampai dengan sen 6 dapat digunakan sesuai dengan pola siklus adsorpsi yang telah direncanakan. Daya serap ZAL, terhadap larutan amonia baru 1000 mg/l di batch l untuk 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali adsorpsi berturut-turut adalahh 1,817 meq/g, 1,091 meq/g, 0,93 meq/g, 0,535 meq/g atau 51,8 %, 30,8 %, 26,5 %, dan 14,4 %. ZAL setelah digunakan untuk mengadsorpsi larutan amonia 1000 mg/l sebanyak 4 kali, kemampuan adsorpsi turun dari 51,8 % menjadi 14,4 % dan meningkat menjadi 28,5 % setelah diregenerasi dengan NaCl. Estimasi operasi 1 kali siklus sesuai dengan pola siklus yang direncanakan dengan 6 batch ZAL berisi masing-masing 1,67 ton, membutuhkan waktu 44 jam mampu mengolah limbah amonia seban 50.000 L dengan biaya yang dibutuhkan 6.376.840 rupiah.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hugeng
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Susana
Abstrak :
ABSTRAK
Alumina, A1203 banyak digunakan dalam penanganan masalah limbah yaitu sebagai adsorben dan telah banyak dilakukan penelitian mengenai kegunaan A1203 untuk mengadsorpsi senyawa-senyawa kimia. A1203 biasanya diperoleh dari mineral bauksit. Bahan mineral lain yang juga mengandung senyawaan aluminium adalah kaolin. Kaolin merupakan bahan mineral lempung (clay), banyak digunakan di industri kertas, industri karet, industri keramik dan lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh A1203 dari bahan baku kaolin dan kemudian digunakan untuk mengadsorpsi ion Cu2+ dalam larutan Cu amoniakal dan ion H2F04.

Proses yang digunakan untuk memperoleh A1203 dan kaolin adalah proses asam dan asam yang digunakan adalah HC1. Kaolin direfluks selama 2 jam, filtratnya kemudian dipisahkan dari pengotor lalu dijenuhkan sampai terbentuk kristal PlC131 Kristal mi setelah direkristalisasi kemudian dikalsinasi pada suhu 600 0 C dan 900°C dan didapatkan A1203 dengan struktur kristal yang berbeda.

A1203 pada pemanasan 600°C berbentuk amorf sedangkan A1203 pada pemanasan 900°C terdiri dari η-Al203 keduanya mampu mengadsorpsi ion Cu 2+ dalam larutan Cu amoniakal dan ion H 2PO 4 . dsorpsi maksimum Al203 600°C untuk ion Cu 2 terjadi pada pH 11 sebesar 68,94 7. dan 12O3 900 0 E pada pH 7 sebesar 76,47 7.. Sedangkan untuk ion H 2PO 4 , adsorpsi maksimum Al2O3 600°C berada pada pH 3 sebesar 99,2 7. dan 70,8 7. dengan Al 2 O 3 900°C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Sehat Abdi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen di laboratorium untuk pembuatan dan karakterisasi karbon aktif dari batubara Riau sebagai adsorben. Dari pembuatan dan karakterisasi yang dilakukan terhadap karbon aktif dari batubara Riau diperoleh metode pembuatan dan hasil karakteristik karbon aktif dari batubara yang terbaik. Pembuatan karbon aktif dari batubara dilakukan melalui proses persiapan bahan dasar, proses karbonisasi dan proses aktivasi. Persiapan bahan dasar dilakukan dengan melakukan penggerusan dan screening, pencucian dan pengeringan batubara. Proses karbonisasi batubara dilakukan pada temperatur 900oC selama 60 menit dan mengalirkan gas nitrogen (N2) sebagai gas inert sebesar 80 ml/menit. Sedangkan proses aktivasi dilakukan dengan metode aktivasi fisika pada temperatur 950oC dengan lama aktivasi 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit dan 180 menit dengan mengalirkan gas karbondioksida (CO2) sebagai activating agent sebesar 80 ml/menit. Karakterisasi terhadap karbon aktif dari batubara seperti luas area permukaan dilakukan dengan menggunakan metode BET, iodine number dengan menggunakan metode titrasi iodometri, metilen biru dengan menggunakan spektrofotometri UV-Visible, kapasitas dan laju adsorpsi dengan menggunakan alat uji adsorpsi kinetik. Dari hasil pembuatan dan karakterisasi diketahui bahwa burn off, luas area permukaan, iodine number, metilen biru, kapasitas dan laju adsorpsi karbon aktif dari batubara Riau dipengaruhi oleh lama aktivasi. Burn off terbesar adalah 47,75%, luas area permukaan terbesar adalah 147 m2/g, iodine number terbesar adalah 109 mg/g, metilen biru terbesar adalah 0,60 mg/g, kapasitas dan laju adsorpsi terbesar adalah 48,3 mg/g dan 0,0134 mg/g.s. Hasil burn off dan karakterisasi terbesar terdapat pada karbon aktif dengan lama aktivasi 180 menit.
This study was done experimentally at laboratory to prepare and characterize the activated carbon from Riau?s coal as adsorbent. From the activated carbon preparation and characterization that carried out towards activated carbon from coal discovered preparation method and the result of activated carbon characterization from the best. The activated carbon preparation of coal performed by pre-processing of elementry substance, carbonization and activation process. The preparation of elementery substance had done by crushing and screening, washing and coal drying. The carbonization of coal treated at temperature of 900oC during 60 minutes by flowing nitrogen (N2) as inert gas with capacity 80 ml/minute. In other hand the activation process was conducted by physic activation method at 950oC by interval long of process 60 minutes, 90 minutes, 120 minutes, 150 minutes, and 180 minutes by flowing carbondioksid (CO2) as activating agent with 80 ml/minutes. The method that used for activated carbon characterization of coal such as square of surface area wide by using BET method, for iodine number by using iodometry titration method, methyline blue by using UV-Visible spektrofotometri, rate and capacity adsorption by using of kinetic adsorption instrument. From the yield of preparation and characterization known that burn off, surface area wide, iodine number, methyline blue, rate and capacity adsorption affected by interval long activation process. Foundthe biggest burn off data was 47,75%, for the biggest surface area wide was 109 mg/g, the biggest iodine number was 109 mg/g, the biggest methyline blue was 0,60 mg/g, the biggest rate and capacity adsorption were 275 mg/g and 0,0134 mg/s. The biggest result burn off and characterization of activated carbon was found by long period of 180 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miko Satria
Abstrak :
Dibanding bahan bakar fosil, pemakaian hidrogen sebagai bahan bakar jauh lebih efektif dalam energy pembakaran hampir 3 kali lipat Keunggulan lain dari hidrogen adalah jumlahnya di alam ini sangat melimpah, 93 % dari seluruh atom yang ada di jagat raya ini adalah hidrogen. Tiga perempat dari massa jagat raya ini adalah hidrogen. Walaupun memiliki banyak keunggulan, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar juga memiliki kekurangan yaitu dalam hal penyimpanannya, hidrogen dalam suhu kamar dan tekanan atmosfir berbentuk fase gas sehingga memiliki rasio energi yang sangat rendah terhadap volumenya jika disimpan dalam bentuk gas. Penelitian berkaitan dengan metode dan material untuk menyimpan Hidrogen terus dilakukan, dengan hasil sejauh ini adalah kesimpulan bahwa penyimpanan hidrogen memakai prinsip adsorpsi dengan karbon aktif berbentuk granular sebagai adsorben sangat menjanjikan karena bisa menurunkan tekanan dalam tangki dengan kapasitas penyimpanan yang relatif sama. untuk meningkatkan daya adsorspsi dari karbon aktif dapat dilakukan dengan menjadikan partikelnya berukuran nano sehingga akan lebih banyak memiliki mikropori. Dari data hasil eksperimen diketahui kapasitas adsorpsi tempurung kelapa dalam bentuk granular pada suhu -5°C sebesar 0.004214 kg/kg adsorben, untuk suhu 25°C sebesar 0.003428 kg/kg adsorben. Untuk tempurung kelapa hasil mechanical ball miling diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan bentuk granular yaitu sebesar 0.004187 kg/kg adsorben pada suhu -5°C dan sebesar 0.003694 kg/kg adsorben pada suhu 25°C. hal ini dikarenakan jumlah total volume pori dari karbon aktif tempurung kelapa hasil mechanical ball miling relative sama dengan karbon aktif granular, walaupun dari segi luas permukaan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Peningkatan kapasitas adsorpsi yang cukup siknifikan didapat pada karbon aktif tempurung kelapa yang telah dibentuk menjadi pellet dan mengalami reaktifasi secara kimia dengan menggunakan KOH pada suhu 700°C selama 1 jam yaitu sebesar 0.019434 kg/kg adsorben pada suhu -5°C dan sebesar 0.018756 kg/kg adsorben pada suhu 25°C. ......Compared to fossil fuels, use of hydrogen as a fuel is much more effective at burning energy is almost three times as Another advantage is the amount of hydrogen is very abundant in nature, 93% of all the atoms in the universe are hydrogen. Three quarters of the mass of the universe are hydrogen. Although it has many advantages, the use of hydrogen as a fuel also has the disadvantage that in terms of storage, hydrogen at room temperature and atmospheric pressure so that the shape of the gas phase has a very low energy ratio of the volume if stored in gaseous form. Research related to methods and materials for storing hydrogen is ongoing, with results so far is the conclusion that the principle of hydrogen storage by adsorption in the form of granular activated carbon as adsorbent is very promising because it can decrease the pressure in the tank with a storage capacity of the same relative. to enhance adsorspsi of activated carbon can be done by making nano-sized particles that would have more micropore. From the results of experimental data known to the adsorption capacity of coconut shell in granular form at a temperature of -5°C of 0.004214 kg / kg adsorbent, at temperature of 25°C at 0.003428 kg / kg adsorbent. For the coconut shell mechanical ball miling results obtained with the results are not much different from the granular form that is equal to 0.004187 kg / kg adsorbent at a temperature of -5°C and amounted to 0.003694 kg / kg adsorbent at 25°C. this is because the total pore volume of activated carbon coconut shell with the results of mechanical ball miling is relatively similar to granular activated carbon, although in terms of surface area decreased significantly. The increase is quite significant adsorption capacity obtained on activated carbon coconut shell which has been formed into pellets and had reactivation of chemically using KOH at a temperature of 700°C for 1 hour is equal to 0.019434 kg / kg adsorbent at a temperature of -5°C and amounted to 0.018756 kg / kg adsorbent at 25°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29921
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Harumi Kusumawati
Abstrak :
ABSTRAK
Abu terbang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara di PLTU. Abu terbang biasanya digunakan sebagai campuran semen ataupun bahan dasar pembuatan beton. Kandungan oksida Si02 sebesar 57,44 % dan Al203 sebesar 28,28 % dalam abu terbang menyebabkan material tersebut memiliki potensi mirip zeolit. Zeolit dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas tanah. Abu terbang memiliki potensi mirip zeolit, diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanah. Dalam penelitian yang dilakukan, diuji daya adsorpsi dan desorpsi abu terbang saja, abu terbang yang sudah mendapat perlakuan zeolitisasi, tanah saja dan campuran abu terbang hasil perlakuan zeolitisasi dengan tanah terhadap ion K, NH, dan PO43 dengan metode kolom.

Sebelum dilakukan uji adsorpsi, aba terbang dizeolitisasi dengan dua cara, yaitu cara pertama mereaksikan abu terbang dengan larutan NaOH 3 N yang diharapkan dapat mengadsorpsi kation. Kedua dengan mereaksikan abu terbang dengan amonium dihidrogen fosfat pada suhu 230'C yang diharapkan dapat mengadsorpsi anion.

Dalam uji adsorpsi masing-masing material abu terbang hasil zeolitisasi, digunakan metode kolom, dengan berat material 5 gram untuk masing-masing kolom. Hasil yang diperoleh adalah adsorpsi maksimum untuk material hasil zeolitisasi refluks (ZSR) untuk ion IC sebesar 20,92 mek / 100 grain, dan untuk ion N}i sebesar 17,48 mek / 100 gram. Uji adsorpsi juga dilakukan terhadap tanah, yang menghasilkan adsorpsi maksimum sebesar 0,64 mek / 100 gram untuk ion IC dan 0 mek / 100 gram untuk ion NTTLIt Sedangkan campuran tanah dan ZSR (1 1) menghasilkan daya adsorpsi sebesar 19,90 mek / 100 gram untuk IC dan 16,34 mek /100 gram untuk NH, sehinga dapat dikatakan efisiensi tanah meningkat dengan penambahan ZSR.

Abu terbang (tanpa perlakuan zeolitisasi) memiliki daya adsorpsi terhadap PO43 sebesar 0,94 mek / 100 gram, sedangkan abu terbang yang dizeolitisasi dengan cara fosfatasi (ZSF) tidak dapat mengadsorpsi anion fosfat. Uji adsorpsi PO43 yang dilakukan terhadap tanah menghasilkan daya adsorpsi sebesar 2,60 mek / 100 gram.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Indratama
Abstrak :
Dehumidifikasi merupakan salah satu proses yang sangat panting dan sering digunakan dalam dunia industri. Dimana dalam proses dehiunidifikasi selalu mempertimbangkan faktor material adsorbennya. Selama ini material adsorben pada proses dehumidifikasi masih banyak menggunakan silica gel dan lithium chloride yang harganya cukup mahal, padahal masih terdapat material lainnya yang disinyalir memiliki kemampuan hampir sama dengan silica gel dan lithium chloride yang harganya jauh lebih murah, salah satunya adalah zneolit alam Lampung jenis klinoptilolit. Dalam penelitian ini ingin diketahui seberapa besar kemampuan zeolit jenis ini dalam menyerap uap air pada kondisi udara tertentu. Diperkirakan bahwa zeolit jenis ini dapat dijadikan sebagai Salah satu alternatif bahah adsorben, hal ini didasarkan pada struktur materialnya yang berongga-rongga sehingga memungkinkan uap air masuk dan mengisi rongga-rongga tersebut. Penelitian dilakukan dengan melihat seberapa besar perpindahan massa uap air dari udara sistem ke zeolit hingga tercapai kesetimbangan diantara keduanya. Dengan mengetahui perpindahan massa uap air tersebut nantinya bisa diketahui hubungan equilibrium moisture content (EMC) dengan relative humidity (RH) yang merupakan salah satu parameter yang menentukan apakah suatu material bisa digunakan sebagai bahan adsorben. Dari basil eksperimen didapat gralik hubungan antara EMC dengan RH yang ternyata zeolit jenis ini memiliki kecenderungan sebagai bahan adsorben dimana pada grafik tersebut terlihat kecenderungan EMC naik seiring dengan bertambahnya RH. Jika diamati dengan seksama grafik yang terbentuk terbagi menjadi 3 bagian penyerapan yaitu bagian landai (pada RH 38,6 % hingga 44,5 %) yang berarti besarnya uap air yang diserap kecil, curam (pada RH 47,5 % hingga 56,39 %) yang berarti banyak uap air yang diserap dan sangat landai (pada RH 60,3 % hingga 66,80 %) yang berarti hampir tidak ada uap air yang diserap. ......Dehumidification is one of the important process in which used in industry. In its process always consider the adsorbent materialis factor. Sofar. the material adsorbent which used in dehulnidyication process are silica gel and lithium chloride that its price is expensive, whereas in reality, there are a lot of materials that have some ability and the price is cheaper than silica gel and lithium chloride. One of the material is clinoptilolite zeolite from Lampung, Indonesia. In this research is conducted the ability of this zeolite to adsorb moisture from the air in each condition. lt is assumed that this zeoliIe can be used as one of the alternative adsorbent material because it has porous structure in which possibly moisture can fill the porous. The research is performed by noticing how much the mass transfer ofrnotlsture from the air to the zeoiite until the equilibrium is achieved each other. if we know the mass transfer of moisture, we can get the relation between equilibrium moisture content (EMC) versus relative humidity (RH) which can used as one parameter to confirm that material can used as adsorbent material. One ofthe result from this experiment is curve between EMC versus RH. The curve shows that this zeolite has tendency as adsorbent material that the EMC increase with increasingly of RH. The curve is divided three adsorbent's area. There are smooth slope area (RH 38,6 % - 44,5 %) that shows the adsorption process is small, steep slope area (RH 4 7,5 % - 56,89 %) that shows the adsorption process is higher than bethre and very smooth slope area that shows there is almost nothing absorption process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Banyak proses yang telah diterapkan pada dunia industri dalam mengubah ukuran partikel, dari partikel kecil menjadi partikel besar, antara Iain dalam bentuk pellet, ekstruksi atau granular. Bentuk pellel memlliki kelebihan dari bentuk ekstruksi maupun granular yaitu Iebih kuat dan rapat, namun dari segi proses adsorbsi, proses pellet (binder, tekanan dan kaisinasi) justru mengurangi luas permukaan dan volume mikropori, yang menyebabkan pembatasan difusi sehingga kapasitas adsorbsi berl-
Dalam penelitian ini sebagai adsorben digunakan zeolit alam, mengingat potensi zeolit alam Indonesia yang besar dan ldelum dimanfaatkan secara maksimal. Zeolit yang digunakan adalah zeolit Lampung (ienis Clinoptiiolite) dan zeolit Malang (ienis Mordenile). Untuk memperbaiki kemampuan adsorbsinya, zeolit alam Indonesia ini lebih dahulu dimodilikasi clengan pertukaran kation. Zeolit Lampung direfluks pada suhu 100 “C dalam larutan CaCI2 SM selama 1x4 jam (selanjutnya disebul ZLT) dan zeolit Malang dlrefluks pada suhu 100 °C dalam larutan NaCl 3M selama 3x4 jam (selanjutnya disebul ZMT). Setelah dimodilikasi, ZLT dan ZMT dipelletkan, menggunakan air sebagai binder dan kalsinasi pada suhu 140 °C.

Penyisipan kation Ca” pada bukaan pori saluran cincin-8 dan cincin-10 dalam stmktur rangka Clinoptiioiite (ZLT), akan memperlukarkan dua kation lain yang bervalensi salu, sehingga saluran-saluran dalam struktur rangkanya lebih terbuka. Namun posisi kation Ca” pada bukaan pori cincin-8 dan cincin-10 tersebut menyebabkan mengecilnya ukuran bukaan pori, sehingga tidak memungkinkan masuknya molekul H20 ke dalam mikropori. Hal ilu kemungkinan menyebabkan terjadinya penurunan luas perrnukaan eksternal ZLT. Karena zeolit Lampung juga mengandung mineral Mordenite sebesar 31%vvt.['°' penyisipan kation Ca” juga menyebabkan berkurangnya kation-kation bervalensi satu, sehingga bukaan pori cincin-12 Iebih terbuka. Dengan ukuran tersebut, binder dengan mudah daot masuk ke dalam pori. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan luas mikropon ZLT.

Penyisipan kation Na* pada bukaan pori cincin-8 dan cincin-12 dalam struktur rangka mineral Mordenite (ZMT), selain meningkalkan luas perrnukaan totalnya juga menyebabkan terlulupnya sebagian bukaan porinya. Namun bukaan pori saluran cincin-12, masih cukup besar (sekitar 4.0 A°), sehingga memungkinkan sebagian besar binder yang ditambahkan hanya masuk ke dalam pori zeolit, sehingga luas mikropori menurun.

Karena ZLT memiliki luas permukaan eksternal yang lebih besar dan dugaan lebih banyak binder berada di permukaan ZLT danpada di permukaan ZMT, maka partikel-partikel ZLT lebih menggumpal saat dioetak. Keberhasilan pencetakan ini menyebabkan porositasnya mendrun (diameter pori mengecil). Sebaliknya untuk ZMT, partikel-partikelnya menjadi kurang menggumpal saat dicetak sehingga tekanan yang diaplikasikan menjadi kurang efektif, diameter porinya cenderung tetap.

Pellet ZLT memiliki kekuatan crushing yang lebih besar (posisi horizontal = 67.29 kg, posisi vertikal = 11.66 kg) daripada pellet ZMT {posisi horizontal = 54.58 kg, posisi vertikal = 3.45 kg), karena untuk komposisl binder yang sama, partikel-partikel ZLT yang berhasll direkatkan lebih banyak daripada partikel-partikel ZMT.

Pellet ZLT memiliki kapasitas adsorbsi yang lebih rendah (4.21E-05 g H20/g sampel) daripada pellet ZMT (1_05E-O4 g H20/g sampel). Hal ini karena pellet ZMT: a. memiliki luas permukaan total yang lebih besar, sehingga rnemungkinkan banyaknya tempat-tempat terjadinya adsorbsi_‘2'°'°°‘2' b. memiliki kadar Mordenite yang lebih tinggi dari zeolit Lampung, semakin banyak mineral Mordenite dalam suatu zeolit, semakin banyak saluran-saluran dan rongga dengan ukuran bukaan pori (6.5 x 7,0 A°) yang memungkinkan tertangkapnya rnolekul-molekul uap air.

Namun pellet ZLT dengan komposisi binder 25%. memiliki daya tahan yang paling balk dibandingkan bentuk granularnya maupun ZMT dan zeolit sintetis, karena memiliki bentuk yang lebih besar dan rapat sehingga lebih mampu menahan kondisi alctivasi dan regenerasi.'“"°]

Dari hasil ujl adsorbsi pertama dan kedua, zeolit Linde type A tetap memilki kapasitas adsorbsi dan bentuk (tidak Iuruhfberdebu) yang lebih baik daripada ZLT dan ZMT. Padahal zeolit sintetis ini memiliki luas pemiukaan total dan volume mikropori yang lebih rendah daripada ZLT maupun ZMT. Hal ini kemungkinan karena zeolit sintetis itu : a. memiliki aktivitas yang lebih balk terhadap komponen- kopmponen yang diadsorbnya b. memiliki bukaan pori yang cocok untuk dilalui molekul H20 c. tidak mengandung mineral-mineral jenis lain yang bersifat mengurangi kemampuan adsorbsinya. ZMT meniiliki bukaan pori yang mirip dengan zeolit Linde type A, tetapi mengandung mineral-mineral lain seperti Clirgoptilofite. Epistilbite dan Stilbitefml Demikian pula zeolit Lampung mengandung Heulandlte dan Stilbite_l‘°1 Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut, guna memperbaiki modilikasi zeolit, pemilihan binder, tekanan dan kalsinasi serla bentuk dan ukuran pellet.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>