Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meilinna
Abstrak :
Penderita skizofrenia yang tidak patuh pada pengobatan akan memiliki risiko kekambuhan yang lebih tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2018, penderita skizofrenia yang meminum obat secara rutin hanya sebesar 48,9%. Salah satu penyebab penderita skizofrenia tidak rutin meminum obat adalah tidak berobat rutin. Di Provinsi DKI Jakarta angka penderita skizofrenia tertinggi terdapat pada Kota Administrasi Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kepatuhan berobat pasien skizofrenia di Puskesmas berdasarkan karakteristik pasien dan pendamping berobat. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan menggunakan data sekunder dari Laporan Penemuan dan Pemantauan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berat. Sampel dalam penelitian ini adalah 474 pasien skizofrenia yang berobat selama 1 tahun atau lebih di Puskesmas wilayah kerja Kota Adminstrasi Jakarta Timur tahun 2018 dan memiliki data lengkap. Hasil dari penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang patuh berobat sebanyak 303 responden (63,9%), usia ≤40 tahun (62,7%), jenis kelamin laki-laki (62,4%), tingkat pendidikan tinggi (59,9%), status pekerjaan pasien skizofrenia yang tidak bekerja (82,5%), lama sakit ≤ 10 tahun (74,9%), pasien skizofrenia yang memiliki pendamping untuk berobat (58,6%). Menurut hasil bivariat bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan berobat berdasarkan usia (PR=1,046; CI=0,907-1,205), jenis kelamin (PR=1,061; CI=0,925-1,216), tingkat pendidikan (PR=1,006; CI=0,876-1,155), status pekerjaan (PR=1,139; CI=0,973-1,333), dan lama sakit (PR=0,919; CI=0,793-1.064) secara statistik dan ada perbedaan kepatuhan berobat berdasarkan pendamping berobat (PR=0,854; CI=0,748-0,976). Oleh karena itu, penyebab dari ketidak patuhan berobat pada pasien skizofrenia penting diketahui sebagai upaya peningkatan pengobatan secara rutin.
Schizophrenic patients don't adherence to treatment will have a higher risk of recurrence. According to the results of Riskesdas 2018, Schizophrenic patients who take medication regularly are only 48.9%. One of the causes of schizophrenia who don't take medication regularly is inadherence to treatment. In DKI Jakarta Province the highest number of schizophrenic patients is in East Jakarta Administrative City. The purpose of this study was to determine the differences in adherence to treatment of schizophrenic patients at the helath centers based on the characteristics of patients and companion for treatment . This study uses a cross sectional approach and uses secondary data from the Report on the Discovery and Monitoring of People with severe Mental Disorders (ODGJ). The sample in this study were 474 schizophrenic patients who were treated for 1 year or more at the Public Health Center in the East Jakarta City working area in 2018 and had complete data. The results of this study were 303 patients (63.9%), age ≤40 years (62.7%), male sex (62.4%), high education level (59.9 %), occupational status of schizophrenic patients who did not work (82.5%), duration of illness ≤ 10 years (74.9%), schizophrenic patients who had a companion for treatment (58.6%). According to bivariate results that there was no difference in adherence to treatment based on age (PR = 1.046; CI = 0.907-1.205), gender (PR = 1.061; CI = 0.925-1.216), level of education (PR = 1.006; CI = 0.876-1.155) , employment status (PR = 1,139; CI = 0,9731,333), and duration of illness (PR = 0,919; CI = 0,793-1,064) statistically and there were differences in adherence to treatment based on companion for treatment (PR = 0,854; CI = 0,748-0,976) . Therefore, the cause of inadherence to treatment in schizophrenic patients is important to know so that to improve treatment routinely.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Zhafirah Rahmita
Abstrak :
Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sudah resisten terhadap obat lini pertama. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena penularannya sangat cepat dan morbiditasnya cukup tinggi. Banyaknya obat yang digunakan dalam pengobatan TB RO menyebabkan kemungkinan munculnya reaksi obat tidak diinginkan (ROTD). ROTD dapat menjadi salah satu faktor penyebab ketidakpatuhan pasien dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan TB RO. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan data dari rekam medis pasien di RS UI periode 1 April 2022–28 Februari 2023. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Dari 65 pasien ditemukan pasien yang mengalami ROTD sebanyak 62 pasien yang didominasi oleh pasien laki-laki, usia produktif, tidak memiliki penyakit penyerta, serta pasien yang menggunakan paduan pengobatan jangka panjang. Hasil Uji Chi Square untuk ROTD dengan kepatuhan menunjukkan nilai p=0.373 (p>0.05) dan untuk ROTD dengan hasil pengobatan didapatkan nilai p=0.120 (p>0.05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia. ......Drug Resistant Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is resistant to the first-line drugs. This disease is still a health problem worldwide because of its fast transmission and high morbidity rate. The large number of drugs used to treat Drug Resistant Tuberculosis causes the possibility of Adverse Drug Reactions (ADRs). ADRs can be one of the factors causing patient non-compliance and can ultimately affect treatment outcomes. This study aimed to analyze the relationship between ADRs with adherence and treatment results of Drug Resistant Tuberculosis. The research design used was cross sectional with medical record data of Drug Resistant Tuberculosis patients at University Indonesia Hospital from April 1, 2022, until February 28, 2023. Data analysis used the Chi Square test. From 65 patients, 62 patients with ADRs were found, dominated by male patients, adult patients with no comorbidities, and patients who used long-term combination medication. The results of the Chi Square Test ADRs with adherence showed a value of p=0.373 (p>0.05) and for ROTD with treatment results obtained p=0.120 (p>0.05). From this study, it can be concluded that there is no relationship between ADRs with Adherence and Treatment Result of Drug Resistant Tuberculosis Patients at University of Indonesia Hospital.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library