Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gieshania Pitaloka Gumilang
"Penelitian ini berfokus pada proses adaptasi antarbudaya slow tourist di Bali. Dengan menggunakan framework integrasi budaya oleh Anantamongkolkul et al (2019), penelitian ini melihat adaptasi sebagai konsekuensi dari proses akulturasi. Dengan menggunakan paradigma interpretif, penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan makna slow tourism dan slow tourist bagi para pelakunya di Bali, serta bagaimana proses akulturasi berjalan bagi slow tourist agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budaya masyarakat Bali. Studi kualitatif deskriptif ini pun dilakukan terhadap pelancong yang telah menghabiskan waktu yang panjang di Bali, yang mencari pengalaman kehidupan lokal, terlibat, serta berinteraksi dengan masyarakat, budaya, dan komunitas lokal. Metode wawancara mendalam pun dilakukan terhadap lima informan muda yang mewakili tiga negara Barat (Prancis, Spanyol, dan Belanda). Penelitian ini menemukan bahwa slow tourist memaknai perjalanan mereka sebagai perjalanan jangka panjang yang melibatkan keterlibatan tinggi dalam budaya dan masyarakat lokal, berbeda dengan perjalanan wisata mainstream pada umumnya. Kemudian, penelitian mengidentifikasi strategi integrasi budaya oleh para slow tourist dalam beradaptasi yang dibagi menjadi empat tahap, mulai dari tahap penyesuaian setibanya di destinasi tujuan dengan orientasi pencarian pengalaman hingga pembentukan destinasi tujuan sebagai rumah kedua dengan orientasi pembangunan kehidupan. Terakhir, penelitian ini pun menentukan faktor-faktor pendukung adaptasi slow tourist di Bali.

This research focuses on the process of intercultural adaptation of slow tourists in Bali. Using the cultural integration framework by Anantamongkolkul et al (2019), this study sees adaptation as a consequence of the acculturation process. By using an interpretive paradigm, this study aims to understand and describe the meaning of slow tourism and slow tourist in Bali, as well as how the acculturation process occurs so that they can adapt to the environment and culture of the Balinese people. This descriptive qualitative study was conducted on travelers who have/had spent a long time in Bali, who seek to experience local life, engage, and interact with local people, culture, and communities. In-depth interviews were conducted with five young informants representing three Western countries (France, Spain, and the Netherlands). This study found that slow tourists interpret their trips as long-term travel that includes high involvement in local culture and society, in contrast to mainstream tourism in general. Then, the research identified cultural integration strategies by slow tourists, which are divided into four stages, starting from the adjustment stage upon arrival at the destination (with the orientation to travel) to the establishment of the destination as a second home (with the orientation to build a life). Finally, this study also determines the factors that support the adaptation of slow tourists in Bali.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
El Chris Natalia
"ABSTRAK

Tesis ini membahas tentang orang-orang Korea Selatan yang melakukan adaptasi antarbudaya di Indonesia melalui akomodasi komunikasi terhadap orang-orang Indonesia. Orang-orang Korea Selatan menghadapi budaya yang berbeda ketika di Indonesia dan mengharuskan mereka beradaptasi dengan budaya dan orang-orang Indonesia. Budaya yang berbeda bisa jadi memicu terjadinya masalah. Akomodasi komunikasi menjadi suatu aspek pendukung bagi orang-orang Korea Selatan untuk beradaptasi. Tesis ini berfokus untuk menjelaskan bagaimana sikap dan penggunaan bahasa orang-orang Korea Selatan dalam melakukan akomodasi komunikasi dengan orang-orang Indonesia dan alasan mereka dalam bersikap dan menggunakan bahasa tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologi dengan menggunakan Teori Akomodasi Komunikasi.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kesamaan karakteristik pada orang-orang Korea Selatan cenderung menjadikan mereka berperilaku sama ketika berakomodasi komunikasi untuk beradaptasi. Orang-orang Korea Selatan tetap mempertahankan dan memperlihatkan identitas budaya mereka sebagai orang Korea Selatan saat beradaptasi. Jumlah banyaknya orang-orang Korea Selatan ketika bersama orang-orang Indonesia menentukan apakah mereka akan berkonvergensi atau berdivergensi. Ketika jumlah mereka lebih banyak dibandingkan orang Indonesia, mereka cenderung melakukan divergensi, sebaliknya ketika jumlah mereka lebih sedikit, maka mereka cenderung melakukan konvergensi. Semakin lama orang-orang Korea Selatan tinggal di Indonesia, maka mereka lebih sering melakukan konvergensi terhadap orangorang dan budaya Indonesia. budaya kolektivisme orang-orang Korea Selatan yang ‘berkelompok’ membuat mereka sedikit susah untuk melakukan konvergensi dan beradaptasi dengan lebih terbuka terhadap orang-orang Indonesia


ABSTRAK

This thesis studies about South Korean people who do intercultural adaptation in Indonesia through communication accomodation toward Indonesian people. South Korean people face different cultures in Indonesia and they have to adapt with Indonesian people and culture. Different cultures can trigger problems. Communication Accomodation is an supporting aspect for South Korean people to adapt. This thesis focuses on explaining the attitude and the use languange of South Korean people and their reason in doing communication adaptation with Indonesian people. This reasearch is qualitative research using phenomonelogy approach with Communication Accomodation Theory.

The result of this research is similar characteristic of South Korean people tend to make them do the same attitude in doing communication accomodation to adapt. They keep maintaining and showing their cultural identity as South Korean people when they do the adaptation. The number of South Korean people when they are with Indonesian people determines whether they will do convergence or divergence. When their number is lesser than Indonesian people, they will diverge. On contrary, when their number is bigger than Indonesian people, they will converge. The longer time they stay in Indonesia, the more they converge toward Indonesian people and its culture. The collectivism culture of Korean people in “grouping” make them a bit hard to do wider convergence and adaptation toward Indonesian people.

"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Nur Raudha
"Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil yang semakin berkurang, Jepang mulai aktif merekrut lulusan baru dari universitas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Untuk menarik perhatian lulusan baru Indonesia, perusahaan Jepang bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia dalam memberikan pelatihan bahasa Jepang secara gratis sebagai bekal untuk bekerja di Jepang. Penelitian ini mengkaji migrasi lulusan baru Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI) dan Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika (DIKE) Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam program pelatihan bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan wawancara mendalam terhadap lima peserta program pelatihan bahasa Jepang di bidang teknologi informasi Universitas Gadjah Mada yang saat ini bekerja di Jepang. Teori jaringan dan teori penyebab kumulatif digunakan untuk menganalisis motivasi peserta program pelatihan bahasa Jepang di bidang teknologi informasi Universitas Gadjah Mada dalam mengambil keputusan migrasi ke Jepang. Implikasi strategi adaptasi di lingkungan baru terhadap keputusan peserta program pelatihan bahasa Jepang di bidang teknologi informasi Universitas Gadjah Mada untuk menetap di Jepang dikaji menggunakan teori adaptasi antarbudaya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa motivasi migrasi peserta program pelatihan bahasa Jepang di bidang teknologi informasi Universitas Gadjah Mada ke Jepang didorong oleh adanya perluasan jaringan melalui kesempatan yang didapatkan saat mengikuti program pelatihan bahasa Jepang. Program pelatihan bahasa Jepang menjadi katalisator dalam memengaruhi dan membentuk keputusan migrasi. Migrasi ke Jepang digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan lainnya. Reunifikasi keluarga dan pertimbangan rumah tangga menjadi alasan untuk kembali ke Indonesia. Rasa keingintahuan yang tinggi dan keterikatan emosional dengan Jepang menjadi alasan untuk menetap di Jepang lebih lama

In order to meet the decreasing need for skilled labor, Japan has begun actively recruiting fresh graduates from universities in Southeast Asia, including Indonesia. To attract the attention of Indonesian fresh graduates, Japanese companies are collaborating with Indonesian universities to provide free Japanese language training as a preparation for working in Japan. This research examines the migration of fresh graduates from Department of Electrical and Information Engineering (DTETI) and Department of Computer Science and Electronis (DIKE) Universitas Gadjah Mada who have participated in Japanese language training program. This research uses a qualitative approach, using in-depth interview with five participants of Japanese language training program in the field of information technology Universitas Gadjah Mada who are currently working in Japan. Network theory and cumulative causation theory were used to analyze the motivation of the participants of Japanese language training program in information technology at Gadjah Mada University in making migration decisions to Japan. The implications of adaptation strategies in the new environment on the decision of participants of Japanese language training program in information technology at Gadjah Mada University to settle in Japan were examined using cross-cultural adaptation theory. The research findings show that the motivation for migration of participants in Japanese language training program in the field of information technology at Gadjah Mada University to Japan is driven by the expansion of networks through opportunities obtained while participating in Japanese language training program. The Japanese language training program became a catalyst in influencing and shaping migration decisions. Migration to Japan is used as a stepping stone to achieve other goals. Family reunification and household considerations are reasons to return to Indonesia. High curiosity and emotional attachment to Japan are reasons to stay in Japan longer."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library