Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Anggraini
"Pertengahan tahun 90-an, muncul sebuah istilah yang kemudian ramai dibicarakan, yaitu metroseksual. Metroseksual didefinisikan sebagai suatu gaya hidup, memiliki kecenderungan narsistik, yaitu pria yang sangat perhatian dengan penampilannya (penampilan dandy) (Kompas, 2003). Fenomena ini dilatarbelakangi oleh suksesnya gerakan feminis pada abad 20 yang menyuarakan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, sehingga terjadi pergeseran paradigma mengenai berbagai aktifitas yang dahulunya dikategorikan bersifat feminin, kini dilakukan oleh kaum pria. Salah satu aktifitas yang dimaksud ialah mengikuti kontes atau pageant. Salah satu kontes yang terdapat di Indonesia ialah pemilihan AbangNone Jakarta.
Fenomena yang menarik dalam pemilihan ini ialah ternyata terdapat individu-individu yang mengikuti pemilihan ini lebih dari satu kali, walaupun mereka sudah berhasil melewati seleksi awal dan menjadi finalis di tingkat wilayah. Bahkan ada yang mencoba mengikuti pemilihan ini sampai dengan empat kali, agar dapat lolos ke tingkat propinsi. Terdapat beberapa individu yang memiliki ketidakpuasan atas hasil penjurian dimana mereka merasa lebih pantas mendapatkan gelar tersebut.
Reaksi marah terhadap kegagalan merupakan salah satu ciri dari individu yang narciss (Rhodewalt dan Morf, 1998). Rhodewalt dan Morf (1998) menemukan bahwa individu yang mendapatkan skor tinggi pada Narcissistic Personality Inventory memiliki kecenderungan untuk mengatribusikan keberhasilan dengan kemampuan mereka sehingga akan timbul reaksi marah apabila mengalami kegagalan. Self esteem yang dimiliki individu dengan gangguan narsistik sangat rapuh, sehingga mereka dipenuhi pemikiran mengenai performa mereka atau bagaimana mereka dinilai oleh orang lain, dan merespon kritikan, dengan perasaan marah dan malu.
Millon (1994) mengemukakan sebuah konsep mengenai gaya kepribadian, yaitu gaya kepribadian narsisistik (narcissistic style personality). Mereka yang termasuk di dalamnya ialah individu dengan self-esteem tinggi, yang terlihat sangat percaya diri, merasa bahwa diri mereka spesial dan luar biasa, atau bahkan merasa ditakdirkan untuk menjadi orang hebat. Mereka memiliki pandangan yang hebat mengenai diri sendiri, seperti menjadi seorang pahlawan, atau ahli, dan menyadari ambisi-ambisinya untuk mencapai tujuan. Mereka memiliki cita-cita yang tinggi dan menikmati usaha mencapai kesuksesan. Millon (1994) menjabarkan sembilan karakteristik dari gaya kepribadian narsisistik, sebagai varian normal dari narsisisme.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman umum serta metode observasi sebagai penunjang. Tiga orang subjek dalam penelitian ini merupakan finalis abang yang pemah lolos menjadi finalis abang tingkat walikotamadya lebih dari satu kali.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya karakteristik gaya kepribadian narsisistik pada subjek yang merupakan finalis abang Jakarta yang mengikuti pemilihan ini lebih dari satu kali."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Chaer, 1942-
Depok: Masup Jakarta, 2017
959.822 ABD t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gadi Rusnanti Faizahlaili
"Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidaksertaan WUS (non akseptor) dalam KB di kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat tahun 2009. Penelitian yang menggunakan desain studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidaksertaan WUS (non akseptor) dalam KB di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat tahun 2009. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kebon Kacang Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Sampel adalah wanita usia subur yang sudah menikah sebanyak 120 responden yang dipilih dengan metode cluster random sampling.
Hasil penelitian ini menemukan non akseptor sebanyak 35,8%. Faktorfaktor yang berhubungan dengan ketidaksertaan (non akseptor) dalam KB (p<0,05) adalah pekerjaan WUS, dukungan suami, dukungan keluarga dan dukungan teman sebaya. Untuk meningkatkan jumlah akseptor KB maka BKKBN perlu membuat kebijakan agar di setiap perkantoran atau instansi diadakan tempat pelayanan KB. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta agar memberikan penyuluhan tentang KB tidak hanya kepada WUS saja tetapi juga kepada suami dan keluarga WUS. Meningkatkan kualitas penyuluhan mengenai Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kesehatan Reproduksi (KesPro) serta Keluarga Berencana (KB) kepada remaja yang belum menikah dan ibu yang memiliki anak lebih dari dua orang.

This scripsi tells us about the factors of correlate with non acceptor of WUS in KB in Kecamatan Tanah Abang of Center Jakarta 2009. The research using desain of study cross sectional aim to know the factors of correlate with non acceptor of WUS in KB in subdistrict Tanah Abang of Center Jakarta 2009. This research location is conducted in Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang of Center Jakarta. Sampel is WUS has marry as much 120 responden selected with the method of cluster random sampling.
Result of this research find the non acceptor as much 35,8%. The factors of correlate with non acceptor in KB (p<0,05) is work of WUS, husband support, support of family and friend support. To increase acceptor KB, BKKBN must make the policy in each office or institution by place of service KB. BKKB of DKI Jakarta so that giving counseling about KB do not only to WUS but also to husband and family WUS. Beside that, increase the quality of counseling moters and child health, health of reproduce and also Keluarga Berencana to adolescent which not yet married and mother owning child more than two people."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library