Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rangga Ugahari
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, kebutuhan manusia terhadap komunikasi tidak hanya suara saja, tetapi juga manusia membutuhkan komunikasi data seperti gambar maupun video dengan menggunakan peralatan wireless sehingga memiliki mobilitas yang tinggi. Salah satu teknologi wireless yang saat ini sedang berkembang dan dapat memenuhi kriteria tersebut adalah mobile WiMAX dengan standard IEEE 802.16e. Agar teknologi mobile WiMAX ini dapat diaplikasikan dengan baik, maka kebutuhan akan selektifitas dan kendali yang baik terhadap tingkatan sinyal keluaran menjadi masalah yang sangat mendasar dalam perencanaan system komunikasi. Oleh karena itu, maka digunakan Automatic Gain Control (AGC) untuk mengurangi variasi amplitudo yang terjadi pada sinyal keluaran yang dapat menyebabkan hilangnya informasi atau juga penurunan performa sistem. Dalam skripsi ini dibahas mengenai perancangan rangkaian automatic gain control (AGC) yang terdiri dari beberapa bagian rangkaian yaitu variable gain amplifier (VGA) yang berfungsi sebagai rangkaian yang penguatannya akan dikendalikan, detector berfungsi sebagai pendeteksi dari sinyal keluaran yang kemudian akan dibandingkan dengan sinyal acuan (sinyal yang diharapkan), integrator yang berfungsi sebagai low pass filter dan juga sebagai pembanding sinyal dari detector dengan sinyal acuan yang keluarannya merupakan sinyal kendali yang akan mengendalikan gain pada VGA. Rangkaian AGC hasil rancangan sudah dapat memenuhi parameter - parameter rancangan yang diinginkan. Rangkaian AGC dapat berfungsi dengan baik pada intermediate frequency 100 MHz. Jangkauan daya input yang masih dapat dikendalikan untuk menghasilkan output sebesar 5,217 dBm adalah dari -100 dBm sampai 35 dBm. Gain maksimum yang dapat dihasilkan oleh rangkaian AGC hasil rancangan adalah sebesar 106,125 dB. Impedance matching dirancang agar memiliki nilai 50 ohm dan dihasilkan nilai input matching (50,041+j0,047) ohm dan nilai output matching (50,165+j0,023) ohm. Setelah dilakukan simulasi, maka didapatkan hasil bahwa rangkaian automatic gain control yang dirancangan sudah dapat memenuhi tujuan dari parameter - parameter yang akan dicapai.
Along with the development of telecommunication technology, people need to communicate with others not only voice but also the data communications such as pictures and video using wireless devices, so have a high mobility. One of the wireless technologies that is currently being developed and can meet the above criteria is the mobile WiMAX standard IEEE 802.16e. For the purpose mobile WiMAX technology can be well applied, the need of selectivity for control the output signal level is become a very fundamental problem in communication systems. Therefore, the use of Automatic Gain Control (AGC) to reduce the amplitude variations that occur on output signal that can cause loss of information or a decrease in system performance. In this thesis, explain about designing automatic gain control (AGC) circuit, which consists of several parts, that is variable gain amplifier (VGA) circuit, which functions as a gain controllable circuit, detector to detect the signal from the output, then the signal will be compared with the signal reference (the signal is expected), the integrator works as low pass filter and also as a comparison signal from the detector with the reference signal which the output of the integrator is a control signal that controls the gain in the VGA circuit. The result of AGC circuit design is already met the requirement parameters. AGC circuit can work at100 MHz intermediate frequency. Range of input power that can still be controlled to produce the output of 5.217 is from -100 dBm to 35 dBm. Maximum gain that can be generated by AGC circuit is 106,125 dB. Impedance matching is designed to have a value of 50 ohm input and the resulting value of input matching is (50,041 + j0.047) ohm and output matching (50,165 + j0.023) ohm. After the simulation, the results obtained that the design of automatic gain control can already meet the goal of desire parameters.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51387
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Fontes Romario
Abstrak :
PT. PLN (Persero) Unit Induk Pusat Pengatur Beban merupakan core bisnis utama dari PLN di wilayah Pulau Jawa, Madura, Bali sehingga memiliki peran utama dalam mengoperasikan sistem kelistrikan Jawa-Madura-Bali. Pengendalian sistem operasi tenaga listrik mengacu pada Peraturan Mentri ESDM Nomor 3 Tahun 2007 mengenai kehandalan sistem dapat dipertahankan pada tingkat tertentu demi memberikan pasokan listrik ke pelanggan dengan kualitas yang memuaskan tanpa ada energi yang tidak tersalurkan, untuk itu diperlukan sebuah tindakaan dimana tegangan dan frekuensi diharapkan stabil dalam pengoperasian, dengan melaksanakan prinsip pengendalian operasi Sistem Jawa-Bali (SJB) yaitu ekonomis, andal, dan berkualitas. Untuk mencapai pengoperasian sistem tenaga listrik yang ekonomis, andal, berkualitas dibutuhkan sumber daya manusia dan juga penggunaan perangkat teknologi yang berkualitas. Salah satu contoh perangkat teknologi yang digunakan adalah Automatic Generation Control (AGC). Dalam prinsip kerja system AGC, semua pembangkit yang terhubung dengan sistem kelistrikan Jawa,Madura, Bali akan merespon frekuensi sistem yang ada di Java Control Center (JCC), sehingga akan ada penyesuaian nilai daya output dari pembangkit untuk menormalkan sistem frekuensi, selain itu pembangkit yang beroperasi secara AGC mampu mengikuti perubahan pembebanan yang sesuai dengan perubahan fluktuasi frekuensi secara temporary. Selain itu, karakteristik PLTA yang memiliki nilai ramp rate tinggi, dimana pembangkit PLTA mampu untuk bekerja untuk menaikkan atau menurunkan energi yang dihasilkan pembangkit dengan cepat sesuai dengan respon frekuensi jaringan listrik Jawa Bali. Sedangkan untuk debit waduk PLTA tesebut bisa dioptimalkan agar tidak terlalu banyak digunakan, sehingga bisa dipakai secara kontiniu untuk pengoperasian dihari selanjutnya. .....PT. PLN (Persero) Main Unit Load Control Center is the main core business of PLN in the areas of Java, Madura, Bali so that it has a major role in operating the Java-Madura-Bali electricity system. Control of the electric power operating system refers to the Minister of Energy and Mineral Resources Regulation No. 3 of 2007 concerning system reliability, which can be maintained at a certain level in order to provide electricity supply to customers with satisfactory quality without any energy being channeled, for that we need an action where the voltage and frequency are expected to be stable. in operation, by implementing the principles of controlling the operation of the Java-Bali System, namely economical, reliable, and quality. To achieve the operation of an economical, reliable, quality electric power system, human resources are needed as well as the use of quality technological devices. One example of the technology used is Automatic Generation Control (AGC). In the working principle of the AGC system, all power plants connected to the Java, Madura, Bali electrical system will respond to the system frequency in the Java Control Center, so that there will be an adjustment of the output power value of the generator to normalize the frequency system. In addition, generator that operate AGC are able to keep up with changes in frequency fluctuations temporary. In addition, the characteristics of hydropower have a high ramp rate value, where the hydropower plant is able to work to increase or decrease the energy produced quickly according to the frequency response of the Java-Bali electricity network. Meanwhile, the hydropower reservoir discharge can be optimized so that it is not used too much, so that it can be used continuously for operation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bilkis Mukhlisoti
Abstrak :
Meningkatnya penetrasi Energi Baru Terbarukan Intermittent akan berpotensi mengganggu kestabilan sistem, terutama pengaturan frekuensi sistem. Hal tersebut dikarenakan sifat karakteristik unik yaitu intermittency daya, variability output, dan reduksi inersia. Sistem pengaturan frekuensi sekunder, Automatic Generator Control, yang terinstall pada sistem kelistrikan Jawa Madura Bali membutuhkan sebuah pengembangan design sebagai langkah mitigasi respon frekuensi terhadap fenomena EBT Intermittent. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan perbaikan sistem AGC dengan merancang design kontrol baru yaitu Proportional Integral Derivative dan menambahkan faktor EBT Intermittent dalam simulasi. Hal tersebut memberikan hasil peningkatan kinerja dinamis AGC sehingga diperoleh peningkatan kecepatan respon sistem menuju frekuensi nominal yaitu sebesar 9.504 detik lebih cepat dan meredam undershoot sebesar 0.72 Hz dari pada menggunakan design kontrol eksisting. Peningkatan kinerja dinamis AGC tersebut sangat penting untuk mendapatkan manajemen energi sistem Kelistrikan JAMALI yang sesuai dengan kriteria operasi, yaitu andal, mutu dan ekonomis. ......The increasing penetration of Variable Renewable Energy (VRE) sources has the potential to disrupt system stability, especially in frequency control systems. This is caused by the unique characteristics, namely the inability of the generator to produce power continuously (intermittent), variations in the output power of the generator on different time scales based on the energy source (variability), and a decrease in system inertia. The existing Automatic Generator Control (AGC) secondary frequency control system installed on the Java Madura Bali electrical system requires design development as a frequency response mitigation measure for the VRE phenomenon. This research proposes an AGC using a Proportional Integral Derivative control design with the addition of VRE factor. This approach results in improved dynamic performance of AGC leading to faster system response towards the nominal frequency by 9.504 seconds and an increased undershoot of 0.72 Hz compared to using the existing control design. Enhancing the dynamic performance of AGC is crucial to achieve effective energy management in the Java Madura Bali power system system in accordance with the operational criteria of reliability, quality and economy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Fauzi
Abstrak :
Rangkaian RF penerima tersusun atas beberapa tingkat-tingkat proses, yaitu LNA, filter bandpass, mixer, AGC, dan PLL. Dalam penelitian ini dirancang rangkaian low noise amplifier (LNA) dan automatic gain control (AGC). Perancangan LNA dan AGC untuk m-WiMAX dilakukan dengan Advance Design System (ADS) 2009 update 1. LNA yang dirancang menggunakan current-reused karena memberikan keuntungan antara lain konsumsi daya rendah, isolasi dan noise figure yang baik. Sedangkan untuk AGC dengan menggunakan gilbert cell karena dapat menjaga bandwidth loop AGC lebih stabil dibandingan dengan tipe linear. Pada LNA yang dirancang diperoleh gain diperoleh sebesar 20,136dB, NF diperoleh sebesar 0,259dB, VSWR diperoleh sebesar 1,048, Stabilitas sebesar 1,21. Untuk IP3 yang terdiri atas berbagai bentuk diperoleh upper IIP3 diperoleh sebesar 5,469dBm, upper OIP3 diperoleh sebesar 22,819dBm, lower IIP3 diperoleh sebesar 4,613dBm, dan lower OIP3 diperoleh sebesar 21,963dBm. Selanjutnya, Sensitivitas daya diperoleh -115,201dBm dengan daya output LNA - 97,851dBm. Parameter pada AGC diperoleh Gain maksimum diperoleh sebesar 103,940dB, VSWR diperoleh sebesar 1,117. Evaluasi output AGC yang terjadi mengalami kenaikan dalam gain pada titik puncak hingga 26.693dBm pada 10ns sebelum menurun menjadi daya output sebesar 5.217dBm pada kestabilan daya output setelah 40ns dan selanjutnya dihasilkan daya output dalam keadaan linear dan stabil. Evaluasi tegangan kendali dari AGC dimana terjadi kenaikan tegangan hingga diperoleh tegangan sebesar 2.583e-9volt pada 40ns dan selanjutnya akan dihasilkan dalam tegangan kendali yang linear dan stabil. Evaluasi tegangan acuan yang digunakan untuk menghasilkan daya output sebesar 5,217 dBm adalah 0,577 Volt.
RF receiver circuit is composed of several levels of the process, ie LNA, bandpass filter, mixer, AGC, and PLL. In this research designed a series of low noise amplifier (LNA) and automatic gain control (AGC). Design of LNA and AGC for the m-WiMAX done by Advance Design System (ADS) 2009 Update 1. LNA designed using a current-reused because they offer advantages such as low power consumption, isolation and a good noise figure. While for AGC using Gilbert cell because it can maintain more stable AGC loop bandwidth compared with the linear type. In the LNA gain is found it is obtained at 20.136 dB, NF is obtained at 0.259 dB, VSWR is obtained at 1.048, Stability of 1.21. For IP3 which consists of various forms of acquired upper dBm IIP3 obtained at 5.469, upper dBm OIP3 is obtained at 22.819, the lower was obtained at 4.613 dBm IIP3, and lower at 21.963 dBm OIP3 obtained. Furthermore, the power sensitivity obtained -115.201 dBm -97.851 dBm output power LNA. AGC parameters obtained at the maximum gain obtained is 103.940 dB, VSWR obtained is 1.117. Evaluation of the AGC output occurs an increase in gain on cusp until 26.693dBm at 10ns before declining to the power output of 5.217dBm on the stability of output power after 40ns and subsequently resulted in a state of linear output power and stable. Evaluation of the AGC control voltage where the voltage increases until the voltage obtained by 2.583e-9volt at 40ns and thereafter will be generated in the control voltage is linear and stable. Evaluation of the reference voltage used to generate the output power of 5.217 dBm is 0.577 Volt.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27581
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Ahmad
Abstrak :
Pertumbuhan perekonomian di Indonesia dan dunia menyebabkan perusahaan harus melakukan ekspansi bisnis mereka untuk bisa bertahan. Salah satu bentuk ekpansi bisnis ini adalah dengan melakukan penambahan kapasitas produksi dari produk mereka. Namun penambahan kapasitas produksi ini tidak dapat begitu saja dilakukan, karena dengan adanya penambahan kapasitas produksi dari suatu produk, maka akan dapat merubah keadaan operasional perusahaan dan tentunya keuntungan dari produk tersebut. Oleh sebab itu lebih lanjutnya diperlukan suatu studi kelayakan untuk menilai layak atau tidak nya investasi dari penambahan kapasitas produksi ini dilakukan. PT. UTPE, salah satu perusahaan manufaktur alat berat pendukung berencana akan melakukan ekspansi kapasitas produksi pada unit DV/TV mereka. Aspek studi kelayakan yang digunakan dalam menganalisa penambahan kapasitas produksi ini adalah: aspek pemasaran, aspek proses dan produk, aspek teknis operasional, aspek keuangan dan aspek lingkungan. Penilaian kelayakan penambahan kapasitas produksi ini dimulai dari alasan mengapa PT. UTPE memilih unit DV/TV sebagai produk yang akan diperbesar kapasitas produksinya, dengan melihat riset pasar dan permintaan sebagai penentunya. Kemudian adalah menilai kemampuan perusahaan dalam menjalankan penambahan kapasitas produksi ini, penilaian ini menilik aspek proses-produk dan aspek operasional perusahaan sebagai acuan. Apakah proses dan produk unit DV/TV saat ini sudah bisa memenuhi spesifikasi yang diinginkan konsumen atau belum (dengan melihat perhitungan kebutuhan mesin dan rasio (rework,repair, reject) dan bagaimana kondisi operasional perusahaan dalam menjalankan penambahan kapasitas produksi ini dengan menggunakan perhitungan man hour dan line balancing. Aspek keuangan akan menilai layak atau tidaknya penambahan kapasitas produksi ini dari perbedaan keuntungan yang dihasilkan dan berdasarkan rasio penilaian investasi (NPV, IRR, PI, PP, dll). Yang terakhir adalah dampak yang dihasilkan dari penambahan kapasitas produksi ini terhadap lingkungan, karena dengan adanya penambahan kapasitas produksi maka akan menghasilkan polutan-polutan yang lebih tinggi dari yang sebelumnya, oleh sebab itu pada aspek ini dinilai apakah kadar dari polutan (waste) tersebut masih layak terhadap lingkungan atau tidak berdasarkan penilaian AGC (Astra Green Company). ......Indonesia and the world economics growth has pushed the company to expand their business as a way to survived. One example of expanding their business is to increase the production capacity if their product. But is not that simple to increase the production capacity, the company must face many consequences, they have to change their operational condition and of course the profit from sold product is also changes. Furthermore, this is the main reason why we need feasibility study to judge whether the investment in increasing the production capacity is feasible or unfeasible to be done. PT. UTPE is one of supporting heavy equipment manufacturer, had planned to expand its production capacity at DV/TV type. The feasibility study aspects that used to analyze this increasing production capacity are: marketing aspect, process and product aspect, operational aspect, financial aspect and environmental aspect. Judging this investment is feasible or not starts from the reason why PT. UTPE choose DV/TV as their target investment product, based on market research and demand of this product as a key to find out the truth. After that we judge the company capabilities in carry out the investment based on product-process aspect and operational aspect. Is the DV/TV type product and its processing is already fulfilled the customer specification (using machine requirement calculation and rework, repair, reject ratio of the product) and how the company operational capability condition in performing the investment using the man hour and line balancing calculation. Financial aspect will judge the feasibility of the investment by its profit shifting and investment valuing ratio (NPV, IRR, PI, PP, etc). And the last is to find out the wastes that were resulted by this increasing production capacity investment. In term of production capacity increasing the wastes were also increasing, is the amount of wastes are still in acceptable level for environment or not based on AGC (Astra Green Company) assessment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50291
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library