Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pahala Batara P.P.
Abstrak :
ABSTRAK
Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual adalah bagian yang penting dalam pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di semua negara. Banyak hal yang membuktikan bahwa dengan adanya perlindungan yang balk terhadap hak kekayaan intelektual dari negara maka industri perangkat lunak dapat berkembang dengan baik. Hal ini dapat terlihat di dalam pengurangan angka pengangguran dan peningkatan kekayaan negara yang didapat dari sektor pajak. Walaupun demikian tidak banyak negara yang telah memberìkan perlindungan yang memadai kepada industri ini. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain oleh kegagalan banyak negara lain untuk mensosiaiisasi dan menegakan peraturan perundang-undangan untuk dipatuhi oleh segenap pelaku bisnis di wilayahnya. Walaupun perlindingan atas HAKI secara jelas memberikan banyak keuntungan kepada perekonomian suatu bangsa.

Proteksi terhadap perangkat lunak adalah lebib penting untuk negara-negara berkembang karena industri perangkat lunak adalah salah satu bidang dimana pemain Iokal dapat bersaing dengan pemain luar. Industri perangkat lunak tidak memerlukan akuisisi modal kerja yang besar dari luar negeri. Bahkan sering kali pengusaha lokal dapat lebìh mengetahui kebutuhan pasar lebih baik daripada pemain asing. Walaupun demikian tanpa adanya perlindungan yang memadai terhadap hak kekayaan intelektual, pemain lokal akan menemukan bahwa produk mereka dibajak dan mengurangi insentif bagi mereka untuk terus berkreasi.

Perusahaan dalam karya akhir ini adalah suatu perusahaan yang terlibat di dalam industri keamanan perangkat lunak. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sering dengan semakin luasnya penggunaan perangkat lunak sebagai alat pembantu dalam berbagai kelancaran proses usaha maka semakin sering pula terjadi pencurian terhadap kekayaan intelektual ini. Industri keamanan perangkat lunak berkembang dan berusaha menjawab tantangan tersebut. Namun seperti juga industri perangkat Iunak adalah industri yang masuk kepada industri teknologi dengan segala kesulitan penilaiannya maka demikian juga dengan industri keamanan perangkat lunak tersebut. Industri ini menggunakan teknologi paling baru yang ada dan sering kali juga belum pasti nilai ekonomisnya. Pemain di dalam industri ini dapat dikatakan banyak tetapi dengan produk maupun solusi yang sangat bervariasi dan menawarkan solusi dengan berbagai macam teknologi yang sering kali belum pernah di uji coba.

Indonesia menurut data yang ada adalah salah satu negara dengan tingkat pencurian hak kekayaan intelektuai khususnya perarigkat lunak yang paling tinggi di dunia. Walaupun industri perangkat lunak di Indonesia sangat sulit untuk diprediksi namun dengan kondisi tersebut di atas seyogyanya industri ini memberi angka penjualan yang baik di Indonesia. Penelitian ini mencoba menganalisa lingkungan jauh teknologi, industri, internal dan segmen konsumen produk kunci perangkat keras perusahaan dengan harapan dapat menentukan kebijakan operasional dan pilihan jenis produk yang tepat untuk segmen bisnis kunci perangkat keras di PT. ACP

Hasil-hasi! yang diharapkan dari penelitian ini akan menjadi masukan bagi perusahaan untuk memperbaiki kebijakan-kebijakan operasi intemalnya berkenaan dengan pasar dan jenis produk tersebut di segmen bisnis ini. ;ABSTRAK
Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual adalah bagian yang penting dalam pada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di semua negara. Banyak hal yang membuktikan bahwa dengan adanya perlindungan yang balk terhadap hak kekayaan intelektual dari negara maka industri perangkat lunak dapat berkembang dengan baik. Hal ini dapat terlihat di dalam pengurangan angka pengangguran dan peningkatan kekayaan negara yang didapat dari sektor pajak. Walaupun demikian tidak banyak negara yang telah memberìkan perlindungan yang memadai kepada industri ini. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain oleh kegagalan banyak negara lain untuk mensosiaiisasi dan menegakan peraturan perundang-undangan untuk dipatuhi oleh segenap pelaku bisnis di wilayahnya. Walaupun perlindingan atas HAKI secara jelas memberikan banyak keuntungan kepada perekonomian suatu bangsa.

Proteksi terhadap perangkat lunak adalah lebib penting untuk negara-negara berkembang karena industri perangkat lunak adalah salah satu bidang dimana pemain Iokal dapat bersaing dengan pemain luar. Industri perangkat lunak tidak memerlukan akuisisi modal kerja yang besar dari luar negeri. Bahkan sering kali pengusaha lokal dapat lebìh mengetahui kebutuhan pasar lebih baik daripada pemain asing. Walaupun demikian tanpa adanya perlindungan yang memadai terhadap hak kekayaan intelektual, pemain lokal akan menemukan bahwa produk mereka dibajak dan mengurangi insentif bagi mereka untuk terus berkreasi.

Perusahaan dalam karya akhir ini adalah suatu perusahaan yang terlibat di dalam industri keamanan perangkat lunak. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sering dengan semakin luasnya penggunaan perangkat lunak sebagai alat pembantu dalam berbagai kelancaran proses usaha maka semakin sering pula terjadi pencurian terhadap kekayaan intelektual ini. Industri keamanan perangkat lunak berkembang dan berusaha menjawab tantangan tersebut. Namun seperti juga industri perangkat Iunak adalah industri yang masuk kepada industri teknologi dengan segala kesulitan penilaiannya maka demikian juga dengan industri keamanan perangkat lunak tersebut. Industri ini menggunakan teknologi paling baru yang ada dan sering kali juga belum pasti nilai ekonomisnya. Pemain di dalam industri ini dapat dikatakan banyak tetapi dengan produk maupun solusi yang sangat bervariasi dan menawarkan solusi dengan berbagai macam teknologi yang sering kali belum pernah di uji coba.

Indonesia menurut data yang ada adalah salah satu negara dengan tingkat pencurian hak kekayaan intelektuai khususnya perarigkat lunak yang paling tinggi di dunia. Walaupun industri perangkat lunak di Indonesia sangat sulit untuk diprediksi namun dengan kondisi tersebut di atas seyogyanya industri ini memberi angka penjualan yang baik di Indonesia. Penelitian ini mencoba menganalisa lingkungan jauh teknologi, industri, internal dan segmen konsumen produk kunci perangkat keras perusahaan dengan harapan dapat menentukan kebijakan operasional dan pilihan jenis produk yang tepat untuk segmen bisnis kunci perangkat keras di PT. ACP

Hasil-hasi! yang diharapkan dari penelitian ini akan menjadi masukan bagi perusahaan untuk memperbaiki kebijakan-kebijakan operasi intemalnya berkenaan dengan pasar dan jenis produk tersebut di segmen bisnis ini.
2002
T1145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Amalina
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut dengan insidens terbesar oleh karena itu dilakukan penelitian pencegahan karies. Tujuan : Menganalisis efektifitas gel kompleks CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorph Calcium Phosphate) + EEP terhadap remineralisasi email. Metode: Spesimen email terdemineralisasi diberi perlakuan gel kompleks CPP-ACP + EEP konsentrasi 2, 4, dan 6%. Selanjutnya diuji kekerasan mikro menggunakan vickers microhardness tester, uji struktur mikro dan konsentrasi kalsium dan fosfor permukaan email menggunakan SEM+EDX. Hasil dan Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan dan tidak terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan. Gel kompleks CPP-ACP +EEP tidak dapat meningkatkan remineralisasi email.
ABSTRACT Background : Dental caries is the highest incidence oral disease the world, in order to reduce it we must focus in prevention activity research. Aim: To analyze the effectivity of CPP-ACP (Casein Phosphopeptide-Amorph Calcium Phosphate) Complex + Ethanolic Propolis Extract Gel to Enamel Remineralization. Methods: CPP-ACP Complex + EPE with concentration 2, 4 and 6% gel were given to demineralyzed enamel slabs. The enamel surface microhardness were examined using vickers microhardness tester, enamel microstructure and calcium fosfor concentration were evaluated using SEM+EDX. Result and Summary: No significant difference between groups and no significant difference before and after gel application.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Akib
Abstrak :
SIK modifikasi resin dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH kritis rongga mulut 5,5 yang dapat dicegah dengan pemberian ion kalsium dan fosfat. Ion tersebut bersumber dari CPP ACP. Pengaplikasian CPP ACP pada SIK modifikasi resin diketahui mampu mencegah terjadinya penurunan kekerasan permukaan SIK modifikasi resin. Saat ini telah ada penggabungan propolis pada CPP ACP yang bertujuan untuk meningkatkan sifat antibakteri tetapi diketahui penambahan propolis mengurangi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari CPP ACP sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya dalam melindungi SIK modifikasi resin dari penurunan kekerasan permukaan. Namun belum diketahui efek pengaplikasian CPP ACP yang ditambahkan propolis terhadap kekerasan permukaan SIK modifikasi resin. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh aplikasi pasta CPP ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan semen ionomer kaca modifikasi resin. Metode: Tiga puluh spesimen semen ionomer kaca modifikasi resin berbentuk silinder berukuran 6 x 3 mm, di polimerisasi menggunakan LED curing unit irradiansi 700 mW/cm2, selama 20 detik kemudian disimpan selama 1 hari kering dalam inkubator. Spesimen diuji kekerasan awalnnya dengan Knoop Hardness Tester (50 g selama 15 detik) dengan penjejasan 5 kali di 5 lokasi permukaan yang berbeda kemudian diambil nilai rata-ratanya untuk mempresentasikan permukaan spesimen. Spesimen dibagi menjadi tiga kelompok yaitu spesimen tanpa dan dengan pengolesan CPP ACP yang didiamkan 30 menit dan dengan pengolesan CPP ACP propolis yang didiamkan 30 menit. Seluruh spesimen direndam dalam larutan asam laktat pH 5,5 selama 24 jam dan diuji nilai kekerasan permukaan akhirnya. Data dianalisis menunggunakan uji statistik Kruskal Wallis dan uji Post Hoc Mann Whittney. Hasil: hasil menunjukkan bahwa kekerasan awal seluruh spesimen adalah 30,68, 0,03 dan setelah diberi perlakuan kelompok A menjadi 24,96, 0,07, kelompok B menjadi 27,9, 0,01 dan kelompok C menjadi 26.5, 0,03. Pengaplikasian CPP ACP propolis pada SIK modifikasi resin menyebabkan penurunan kekerasan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan yang hanya diaplikasikan CPP ACP.
The surface hardness of Resin modified glass ionomer cement can be decrease at the critical pH of the oral cavity 5.5 which can be prevented by giving calcium and phosphate ions. These ions can be sourced from CPP ACP. Aplication CPP ACP is known to be able to prevent a decrease in the surface hardness of resin modified glass ionomer cement. Now there has been the addition of propolis to CPP ACP which functions as an antibacterial but it is known the further addition of propolis reduces ion calcium and phosphate release from CPP ACP which influences its capability in protecting RMGIC from further reduction of surface hardnes. However, the effect of CPP ACP application that added propolis is not yet known on resin modified glass ionomer cement. Objective: this study aims to compare the effect of CPP ACP paste application with it and without a combination of propolis against the surface hardness of glass ionomer cement modified resin. Methods: thirty specimens of Resin Modified Glass Ionomer Cement in cylindrical shape (6 x 3 mm), 1 day dray storage in the incubator and the specimen are polymerized for 20 seconds using a 700 mW/cm irradiance LED curing unit. The initial specimens were tested for hardness with Knoop Hardness Tester (50 g for 15 seconds) with 5 times of crushing in 5 different surface locations then the average value was taken to present the specimen surface. The specimens were divided into three groups: without CPP ACP application, CPP ACP and CPP ACP Propolis application which were allowed to stand for 30 minutes. All specimens were immersed in lactic acid pH 5.5 for 24 hours and tested for final surface hardness values. Data obtained analyzed using Kruskal Wallis dan Mann Whittney. Results: the test showed that the initial hardness of all specimens were 30,68, 0,03 and after treatment group A becomes 24,96, 0,07, group B becomes 27,9, 0,01 and group C becomes 26.5, 0,03. There was a decrease surface hardness of the resin modified glass ionomer cement before and after immersion at all groups. The initial hardness of all specimens were 30,68, 0,03 and after treatment group A becomes 24,96, 0,07, group B becomes 27,9, 0,01 and group C becomes 26.5, 0,03. The application of CPP ACP propolis to RMGIC caused.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesica Uli Giovani
Abstrak :
Semen Ionomer Kaca (SIK) konvensional dapat mengalami penurunan kekerasan permukaan pada pH 5,5 sehingga membutuhkan pemberian ion kalsium dan fosfat yang dapat ditemukan pada CPP-ACP untuk mencegah penurunan kekerasan. Penelitian terhadap CPP-ACP tengah dilakukan dengan penambahan propolis yang ditujukan untuk menambah sifat antimikroba. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa penambahan propolis pada CPP-ACP menyebabkan ion kalsium dan fosfat yang dilepaskan berkurang sehingga mungkin memengaruhi kemampuannya dalam mencegah penurunan kekerasan SIK konvensional. Namun belum diketahui efek CPP-ACP apabila ditambahkan propolis pada SIK konvensional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh CPP-ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan SIK konvensional. Metode: Tiga puluh spesimen SIK konvensional berbentuk silinder dengan diameter 6mm dan tebal 3 mm dibuat dan diletakkan dalam inkubator selama 24 jam. Spesimen lalu dilakukan pengujian kekerasan awal menggunakan Vickers Micro Hardness Tester dengan indenter Knoop, setiap spesimen diberikan indentasi dengan beban 50 g selama 15 detik sebanyak 5 kali diposisi berbeda pada permukaan dan diambil rata-rata untuk merepresentasikan seluruh permukaannya. Spesimen kemudian dibagi menjadi tiga kelompok (masing-masing 10 spesimen), yaitu yang tanpa diaplikasikan CPP-ACP, yang diaplikasikan CPP-ACP, dan yang diaplikasikan CPP-ACP propolis. Spesimen yang diaplikasikan CPP-ACP atau CPP-ACP propolis didiamkan selama 30 menit di dalam inkubator. Spesimen kemudian direndam dalam asam laktat pH 5,5 selama 24 jam lalu diuji kekerasan akhirnya. Hasil: Kekerasan awal didapat sebesar 74,51±1,82KHNdan setelah perendaman pada kelompok tanpa diaplikasikan CPP-ACP menjadi 40,82±0,71KHN, kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP menjadi 57,94±1,40KHN dan kelompok yang diaplikasikan CPP-ACP propolis menjadi 52,01±1,23KHN. Terdapat penurunan bermakna (p<0,05) antara kekerasan sebelum dan setelah perendaman di semua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada kekerasan antar kelompok dengan uji One-way ANOVA dan post hoc Tamhane. Kesimpulan: Pengaplikasian CPP-ACP dengan kombinasi propolis pada SIK konvensional menyebabkan penurunan kekerasan permukaan lebih besar dibandingkan dengan yang hanya CPP-ACP.
Conventional glass ionomer cement (GIC) can be decreased in surface hardness at critical pH (5,5) so calcium and phosphate ions, which can be found in CPP-ACP, are needed to prevent it. Research about CPP-ACP were being developed by adding propolis to increase antimicrobial properties. However, study before stated that the addition of propolis into CPP-ACP could be decreasing ions release so probably decreasing its ability to prevent conventional GICs surface hardness reduction. But the effect of CPP-ACP if were added with propolis toward conventional GIC not yet known. Aims: This study aims to compare the effect of CPP-ACP with and without propolis on conventional GICs surface hardness. Methods: Thirty specimens of conventional GIC, 6mm in diameter and 3 mm in thick were prepared and saved in incubator for 24 hours. Specimens initial surface hardness were measured by Vickers Micro Hardness Tester with Knoop indenter. Each specimen was indented using 50 g weigh in 15 seconds for five times on different spot to represent all the surface hardness of the specimen and the mean value was calculated. Specimens then divided into three groups (each group contain 10 specimens), which were without CPP-ACP, applicated with CPP-ACP and applicated with CPP-ACP propolis. CPP-ACP or CPP-ACP propolis were applicated to conventional GIC and kept for 30 minutes in incubator. After that, specimens were immersed in lactic acid pH 5,5 for 24 hours and the final surface hardness were tested. The surface hardness values then were analyzed using One Way Anova and Post Hoc Tamhane test. Result: Initial surface hardness value was 74,51±1,82KHN, and decreased after immersion. The final surface hardness value become 40,82±0, 71KHN on without CPP-ACP group, 57,94±1, 40KHN on with CPP-ACP group, and 52,01±1, 23KHN on with CPP-ACP propolis group. There were statistically significant (p<0.05) in specimens hardness reduction between before and after immersion in all groups and in hardness differences between groups after immersion. Conclusion: Application of CPP-ACP combined with propolis on conventional GIC caused greater surface hardness reduction compared to CPP-ACP without propolis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Anggraeny
Abstrak :
Semen ionomer kaca (SIK) pit and fissure sealantsdapat mengalamipenurunan kekerasan permukaan ketika terpapar kondisi pH kritis (5.5). Hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian ion kalsium fosfat yang dapat ditemukan pada CPP-ACP. Saat ini, CPP-ACP dapat dikombinasikan dengan propolis yang bertujuan untuk meningkatkansifat antibakteri, tetapi penambahanpropolis diketahui mengurangi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari CPP-ACP. Akan tetapi, belum diketahui efek pengaplikasian CPP-ACPyang dikombinasikan denganpropolis terhadap kekerasan permukaan SIK pit and fissuresealants. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh aplikasi CPP-ACP dengan dan tanpa kombinasi propolis terhadap kekerasan permukaan SIKpit and fissure sealantssetelah perendaman dalam asam laktat pH 5.5. Metode:Tiga puluh spesimenSIK pit and fissure sealantsdibuat dalam bentuk silinder dengan diameter 6 mm dan tinggi 3 mm, kemudian dibiarkan dalam inkubator selama 24 jam. Spesimen diuji kekerasan permukaan awalnya, lalu spesimen dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tanpa CPP-ACP,diaplikasikan CPP-ACP, dan diaplikasikan CPP-ACP propolis. Spesimen yang diaplikasikanCPP-ACP atau CPP-ACP propolis didiamkan selama 30 menit di dalam inkubator. Masing-masing spesimen direndam dalam asam laktat pH 5.5 selama 24 jam. Setelah itu, dilakukankembali uji kekerasan permukaan akhir. Uji kekerasan permukaan dilakukan dengan menggunakan Vickers Hardness Tester dengan indenter Knoopyang dijejaskan dengan beban 50g selama 15 detik 5 kali di 5 lokasi yang berbeda pada permukaan spesimen, kemudiandiambil nilai rata-ratanya untuk merepresentasikan seluruh permukaan spesimen. Data dianalisa menggunakan One-Way ANOVAdan Post Hoc Bonferroni. Hasil: Kekerasan awal seluruh spesimenadalah84.87±0.85 KHN dan setelah diberi perlakuan, kekerasan permukaankelompok spesimen yang tanpa CPP-ACP menjadi 37.56±0.70 KHN, spesimen diaplikasikan CPP-ACP menjadi 72.32±0.69 KHN, dan spesimen diaplikasikan CPP-ACP propolis menjadi 55.12±1.30 KHN. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan kekerasan permukaan yangbermakna (p<0.05) pada kekerasan permukaan sebelum dan setelah perendaman pada setiap kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) pada kekerasan permukaan antar kelompok. Kesimpulan: Pengaplikasian CPP-ACP propolis pada SIK pit and fissure sealantsmenyebabkan penurunan kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan yang hanya diaplikasikan CPP-ACP.
Glass ionomer cement (GIC) pit and fissure sealants may have decreasedthesurface hardnessat critical pH (5.5)conditionand can beprevented by giving calcium phosphate ionswhich werefound in CPP-ACP.Recently, CPP-ACP can be combined with propolis which aims to improve antibacterial properties, butprevious study showed that the addition of propolis canreduce the release of calcium and phosphate ions from CPP-ACP. However, the effect of CPP-ACP propolis is not yet known on the surface hardness of GIC pit and fissure sealants. Objectives: To comparethe effect of CPP ACP paste with and without propolis towards surface hardness of GIC pit and fissure sealants when immersed in lactic acid pH 5.5. Methods: A total of 30 cylindrical specimens of GIC pit and fissure sealants were set in incubator for 24hours. Initial surface hardness value of each specimen was measured, then specimens weredivided into three groups; without CPP-ACP, applied with CPP-ACP, and applied with CPP-ACP propolis. Specimens applied with CPP-ACP or CPP-ACP propolis werekeptfor30minutes in the incubator. Specimens were immersed in lactic acid pH 5.5 for 24 hours and their surface hardness were re-measured. Surface hardnesswere determined using Vickers hardness Tester with Knoopindenter with 50 g weight for 15 seconds 5 timesondifferent points and the mean value were measured to represent the entire surface of specimen. Statistical analysis of the results was then performed usingOne Way ANOVA and Post Hoc BonferroniTest. Results: Initial surface hardness of all specimens resulted in 84.87±0.85KHN.After immersion, specimens without CPP-ACP resulted in 37.56±0.70 KHN, specimensappliedwith CPP-ACPresulted in 72.32±0.69 KHN, and specimensappliedwith CPP-ACP propolisresulted in 55.12±1.30 KHN. The results showed significantdecrease in surface hardness (p<0.05) before and after immersionin each group and there were significant differences (p<0.05) on surface hardness betweengroups. Conclusions:Application of CPP-ACP propolis towards GIC pit and fissure sealants caused greater reduction in surface hardness compared with application of CPP-ACP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Setijono
Abstrak :
Latar Belakang : Penggunaan CPP-ACP secara kombinasi bersamaan dengan agen antibakterial propolis masih belum banyak diteliti dan dikembangkan. Tujuan : Membandingkan efikasi penggunaan CPP-ACP yang mengandung propolis dan tanpa propolis terhadap jumlah Streptococcus mutans pada anak usia 7-9 tahun. Metode : Subjek penelitian adalah 32 anak yang dibagi menjadi dua kelompok. Kedua kelompok melakukan pengambilan data awal (baseline) pada variabel jumlah S. mutans dan indeks plak, kemudian dilakukan pengolesan pasta tiap hari selama 4 minggu, dan dilakukan pengambilan data akhir setelahnya. Hasil : Terdapat penurunan bermakna pada jumlah S. mutans dan indeks plak dari masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05). Namun tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara penurunan jumlah Streptococcus mutans dan indeks plak dari kedua kelompok yang dibandingkan. Kesimpulan : CPP-ACP yang mengandung propolis tidak terbukti lebih baik dari CPP-ACP tanpa propolis dalam penurunan jumlah Streptococcus mutans, namun berpotensi untuk dijadikan alternatif sebagai agen remineralisasi gigi. ...... Background : The use of CPP-ACP in combination with antibacterial agent propolis still hasnt been researched and developed much yet. Objective : To know the difference in Streptococcus mutans count on subjects teeth, before and after applied with CPP-ACP with and without propolis. Methods : The subject of the experiment are 32 grade school children aged 7-9 which divided into 2 groups, would have their baseline data taken on Streptococcus mutans count and plaque index, have their teeth applied with both CPP-ACP paste, with and without propolis for 4 weeks, then would have their data taken again. Results : After 4 weeks, there is a significant decrease in Streptococcus mutans count and plaque index for both groups (p<0.05). However, there is no significant difference in the decrease between the two groups. Conclusion : CPP-ACP with propolis is not proven to be better than CPP-ACP alone in terms of reducing Streptococcus mutans count on children aged 7-9 years old, but it could be used as an alternative remineralizing agent.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Plant quality improvement, as a source of oil, was one of the objective of oil palm plant breeding program, such as genetic engineering. Palmitoyl-ACP thioesterase (PAT) gene was an enzyme code, which influenced the synthesis of palmitic acid, where its existence was unexpected in crude palm oil (CPO), due to its negative impact on human health. The first step in genetic engineering was isolating the gene which related to the plant's negative trait. The gene silencing phase was expected to avoid the expression of gene PAT, to reduce the proportion of palmitic acid as well as increasing the content of oleic acid, which was expected to present in CPO. The aim of the research was to identify nucleoride sequence of the PAT gene of the oil palm. The procedure of the research included, extraction the DNA from leaves, gene isolation through specific primer design and amplification, cloning the PAT gene including ligation and transformation, a series of confirmation and verification, and PAT gene sequencing. The result showed that 2 fragments of DN A had been isolated by using 2 different pair of primers, they was PAT I and PAT II fragment. PAT I gene fragment was amplified by using PAT II and PAT TF primers. Recombinant plasmid carrying PAT I gene fragment had been produced through cloning, ligation and transformation inside the strain of DH5a Escherichia coli. The targeted fragment inside the plasmid then was sequence and producing 1,063 bp fragment. 750 bp length PAT II gene, was amplified by PAT U and PAT UR primer.
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Hasnamudhia
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah karies gigi. Penggabungan antara lilin propolis, yang mempunyai sifat antibakteri, dan CPP-ACP, yang merupakan agen remineralisasi, sebagai bahan aktif di dalam medium permen karet CPP-ACP-Propolis merupakan suatu keuntungan dan inovasi baru dalam upaya pencegahan karies.

Tujuan: Menganalisis kerja dari CPP-ACP dan lilin propolis jika digabungkan dalam satu formulasi permen karet, dilihat dari kadar ion kalsium dan ion fosfat yang dilepas CPP-ACP dan penekanan massa biofilm S.mutans oleh lilin propolis, terhadap saliva subjek karies. Metode: Dilakukan simulasi pengunyahan lima konsentrasi permen karet (0%propolis, 0%CPP-ACP; 0%propolis + CPP-ACP; 2%propolis + CPP-ACP; 4%propolis + CPP-ACP; 6%propolis + CPP-ACP) secara in vitro pada 25 sampel saliva subjek karies kemudian diuji menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer untuk melihat kadar ion kalsium, Ultraviolet-Visible Spectrophotometer untuk melihat kadar ion fosfat, serta uji crystal violet untuk menganalisis penurunan massa biofilm.

Hasil: Terdapat peningkatan kadar kalsium yang signifikan pada saliva + eluen permen karet dibandingkan dengan kontrol saliva, dengan tingkat pelepasan kalsium tertinggi dari permen karet CPP-ACP + 2% propolis. Terdapat peningkatan kadar fosfat yang tidak signifikan antara kontrol saliva dan saliva+eluen permen karet. Terjadi penurunan massa biofilm S.mutans yang signifikan antara kontrol saliva dan saliva+eluen permen karet, dengan penurunan terbanyak oleh konsentrasi permen karet CPP-ACP dan CPP-ACP+6%propolis. Simpulan: Simulasi pengunyahan permen karet CPP-ACP-Propolis menghasilkan peningkatan kadar ion kalsium dan ion fosfat, serta penurunan massa biofilm S.mutans pada saliva subjek karies.
Background: The most frequent oral disease found in Indonesia is caries. The combination of propolis wax, which is an antibacterial agent, and CPP-ACP, which is a remineralization agent, as the active compounds in chewing gum is an advantage and a new innovation in caries prevention. Aim: To analyze the effect of CPP-APP and propolis wax if both are combined in a chewing gum formulation, observed from the calcium and phosphate ion level released by CPPACP and the emphasis of S.mutans biofilm mass by propolis wax, towards cariesactive subjects’ saliva.

Methods: Chewing simulation being done in vitro to 25 caries-active subjects’ saliva sample using five concentrations of chewing gums (0%propolis,0%CPP-ACP; 0%propolis+CPP-ACP; 2%propolis+CPP-ACP; 4%propolis+CPP-ACP; 6%propolis+CPP-ACP), then being tested using Atomic Absorption Spectrophotometer to analyze calcium ion level, Ultraviolet-Visible Spectrophotometer to analyze phosphate ion level, and biofilm assay using crystal violet to analyze the decline in biofilm mass.

Results: After chewing simulation, calcium ion level on saliva+gum eluent have increased significantly compared to saliva control, with the highest calcium level released by CPP-ACP +2%propolis chewing gum. There is insignificant phosphate level change between saliva control and saliva + gum eluent. There is also significant decline of S.mutans biofilm mass in the saliva + gum eluent, most decline by CPP-ACP chewing gum and CPP-ACP+6%propolis. Conclusion: CPP-ACP-Propolis chewing simulation generate the increase of calcium and phosphate ion level and the decline in S.mutans biofilm mass of caries-active subjects’ saliva
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sulistyani
Abstrak :
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2005, menunjukkan bahwa 62,4% penduduk Indonesia mengalami gangguan aktivitas selama 3,86 hari dalam satu tahun, akibat karies gigi. Karies gigi adalah penyakit jaringan keras yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara proses demineralisasi di dalam rongga mulut. Berdasarkan permasalahan yang terjadi setiap tahun tersebut, penulis membuat sebuah produk yang dapat mencegah demineralisasi gigi yang merupakan faktor utama terjadinya karies gigi. Di era perkembangan teknologi medis yang semakin pesat, pencegahan suatu penyakit menjadi prioritas dibandingkan mengobati. Berdasarkan fakta tersebut, penulis membuat desain produk efektif dengan menggabungkan manfaat dari CPP-ACP dan propolis dalam bentuk gel (tooth gel). Dalam penelitian ini, penulis memilih jenis propolis yaitu Extract Ethanol Propolis (EEP) agar dapat berikatan dengan gel berbasis fase air. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi EEP. Konsentrasi EEP divariasikan menjadi 4 jenis konsentrasi yaitu 0%, 2%, 4% dan 6%. Efektivitas gel dilihat dengan melakukan beberapa pengujian seperti uji organoleptik, stabilitas pH, solubilitas tooth gel, antibakteri dan pemindaian Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil uji secara kualitatif yaitu seluruh variasi tooth gel memiliki warna dan tekstur . Selanjutnya, solubilitas tooth gel dengan konsentrasi 2% EEP dan CPP-ACP tidak menghasilkan endapan sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi zat aktif dan gel bersifat stabil. Tooth gel CPP-ACP dan EEP berada dalam pH 7 sesuai dengan pH rongga mulut. Berdasarkan hasil pengujian in vitro, tooth gel dengan konsentrasi CPP-ACP dan EEP pada konsentrasi 6% terbukti paling baik menginhibisi aktivitas Streptococcus mutans, yaitu mencapai 73,7% lebih efektif relatif terhadap kontrol negatif. Namun, tooth gel yang mengandung CPP-ACP dan 2% EEP memiliki barisan pola prisma yang baik, halus dan rata saat diidentifikasi SEM, yang secara kualitatif terbukti dapat mencegah demineralisasi gigi walaupun hasil inhibisi bakteri S. mutanS tidak sebaik 6% EEP.
Nasional Sosial Ekonomi Survey (SUSENAS) in 2005, shows that 62.4% Indonesiana population experience trouble for 3,86 days per year, due to dental caries. Dental caries is a hard tissue disease caused by imbalance between demineralization and remineralization process in oral cavity. Based on the problem that happens every year, the authors make a product that can prevent tooth demineralization which is a major factor in dental caries. In the era of the development of medical technologies, prevention is better than healing. In this study, the writer chooses kind of propolis such as Extract Ethanol Propolis (EEP) so it can bind with the gel base in water phase. Based on this fact, the author wants to make an effective product design by combining CPP-ACP and EEP in the form of gel (tooth gel). Gel CPP-ACP will be in a condition of pH 7. Independent variabel in this study is the EEP concentration. There will be four variations of concentrations such as 0%, 2%, 4% and 6%. Efectiviy of tooth gel is analysed by using some analysis such as organoleptic, pH stability, tooth gel solubility, antimicrobial and Scanning Electron Microscopy (SEM). The qualitative test result show that entire tooth gel variations have good texture and color as the expectation of this study. Furthermore, the solubility of tooth gel with a combination of CPP-ACP and EEP 2% do not produce sediment so the stability is accepted. The result of in vitro test of tooth gel showed that the concentration of CPP-ACP and EEP 6% prove their capabilities to inhibit S. mutans, which reached 73.7% more effective relative to negative control. Tooth gel containing CPP-ACP and EEP 2% has a good prism pattern and uniform pores that is smooth when identified by SEM, which qualitatively proved that the prevention of demineralization on dentin is good although the result of inhibition of S. mutans is not as good as 6% EEP.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ayu Nadia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pasta CPP-ACP terhadap kekerasan permukaan semen ionomer kaca saat perendaman dalam jus jeruk kemasan. Delapan belas spesimen semen ionomer kaca Fuji IX dibagi ke dalam tiga kelompok; tanpa CPP-ACP Kelompok A, dioleskan CPP-ACP selama 3 menit Kelompok B, dan dioleskan CPP-ACP selama 30 menit Kelompok C. Spesimen direndam dalam jus jeruk kemasan dan diuji kekerasannya menggunakan Vickers Hardness Tester. Data dianalisa menggunakan One-Way ANOVA.
This study aims to identify the effect of CPP ACP paste towards surface hardness of glass ionomer cement when immersed in orange juice. Eighteen specimens of Fuji IX Glass Ionomer Cement were divided into three groups without CPP ACP Group A, applied with CPP ACP for 3 minutes Group B, and applied with CPP ACP for 30 minutes Group C. Specimens were immersed in orange juice and tested for surface hardness using Vickers Hardness Tester. Data were analyzed using One Way ANOVA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>