Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Kevin Tadeus
"Latar Belakang Adverse childhood experience (ACE), termasuk kekerasan, pengabaian, dan disfungsi rumah tangga, secara signifikan memengaruhi hasil psikologis dan perilaku jangka panjang, seperti agresivitas. Mengidentifikasi agresi di dalam penjara, terutama di antara narapidana berisiko sedang, sangat penting untuk memastikan keselamatan, penempatan risiko, dan mencegah residivisme. Penelitian ini mengkaji korelasi antara ACE dan agresivitas pada populasi narapidana berisiko sedang. Metode Penelitian cross-sectional dilakukan menggunakan WHO ACE-IQ untuk mengukur variabel ACE dan Buss-Perry Aggression Questionnaire untuk mengukur variabel agresivitas pada 121 narapidana berisiko sedang di Nusa Kambangan, yang dianalisis menggunakan SPSS. Hasil Setidaknya satu ACE dilaporkan oleh 90,9% narapidana; 40,6% memiliki empat atau lebih ACE. Kekerasan kolektif (67,8%) adalah ACE yang paling umum. Rata-rata agresivitas pada narapidana adalah 76,31 (73,18 – 79,45). Setiap dimensi agresivitas pada narapidana tergolong tingkat sedang. Korelasi signifikan ditemukan antara skor total BPAQ dan jumlah ACE, kekerasan emosional, kekerasan fisik, kekerasan seksual dengan kontak, dan kekerasan kolektif. Lebih banyak ACE secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan agresi secara keseluruhan dan dimensinya: agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Kesimpulan ACE sangat prevalen ditemukan pada narapidana Nusa Kambangan. Di sisi lain, agresivitas yang dimiliki adalah dalam tingkat sedang. Adanya ACE dengan jumlah atau jenis tertentu secara signifikan berkorelasi dengan agresivitas total seorang narapidana. Skrining ACE dan agresivitas perlu dipertimbangkan pada narapidana.

Introduction
Adverse childhood experience (ACE), including abuse, neglect, and household dysfunction,
significantly influence long-term psychological and behavioral outcomes, for instance,
aggressiveness. Identifying aggression in prisons, particularly among medium-risk inmates, is
crucial to ensure safety, risk placement, and prevent recidivism. This study examines the
correlation between ACE and aggressiveness in a medium-risk prison population.
Method
A cross-sectional study was conducted using the WHO ACE-IQ to measure ACE and Buss-
Perry Aggression Questionnaire to measure aggression among 121 medium-risk inmates in
Nusakambangan, analyzed using SPSS.
Results
At least one ACE was reported by 90.9% of inmates; 40.6% had four or more ACEs.
Collective violence (67.8%) was the most prevalent ACE. The average aggressiveness among
inmates is 76.31 (73.18 – 79.45). Each dimension of aggressiveness among inmates is
categorized at a moderate level. Significant correlations were found between the total BPAQ
score and the number of ACEs, emotional abuse, physical abuse, contact sexual abuse, and
collective violence. More ACEs were significantly associated with increased overall
aggression and its dimensions: physical aggression, verbal aggression, anger, and hostility.
Conclusion
ACE is highly prevalent among prisoners at Nusa Kambangan. On the other hand, their level
of aggression is moderate. Possessing a specific amount or type of ACE is significantly
correlated with an inmate's overall aggression level. Screening for ACE and aggression
should be considered for inmates.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Stephen Rinandy
"Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat. Tanaman obat tersebut dapat dimanfaatkan di dalam bidang kesehatan. Pemanfaatan tanaman obat tersebut salah satunya adalah sebagai pengobatan penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit mendunia yang jumlah penderitanya meningkat sejak tahun 1980 hingga sekarang. Hipertensi merupakan penyakit pada pembuluh darah yang dapat memicu risiko faktor penyakit lain seperti stroke, gagal ginjal, kebutaan, kebocoran pembuluh darah, dan penurunan fungsi kognitif. Terapi melalui mekanisme penghambatan ACE bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat mengurangi morbiditas, mengurangi kematian akibat gagal jantung, dan menghambat keparahan diabetes nefropati. Pada penelitian ini, pengujian dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah untuk menentukan efek penghambatan aktivitas ACE dari beberapa tanaman obat di Indonesia. Pengukuran efek penghambatan aktivitas ACE dilakukan dengan menggunakan substrat hipuril-histidil-leusin (HHL) dengan metode secara in vitro. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak biji Sesamum indicum L. memberikan nilai penghambatan ACE terbesar dengan nilai IC50 sebesar 30,44 µg/mL, namun penghambatannya lebih rendah dibandingkan dengan standar kaptopril (IC50 13,69 µg/mL). Hasil uji penapisan fitokimia dari ekstrak biji Sesamum indicum L. mengandung senyawa golongan alkaloid, glikosida, dan terpenoid. Berdasarkan penelitian ini, ekstrak biji Sesamum indicum L. memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai inhibitor ACE untuk menemukan senyawa aktif biologi yang berperan dari ekstrak tersebut.

Indonesia is a country that has many medicinal plants which can be used as hypertension medicine. Hypertension cases has been increasing since 1980. Hypertension as a blood vascular disease can give another risk factors of diseases like stroke, kidney failure, blindness, rupture of blood vessel, and cognitive impairment. A therapy with ACE inhibition mechanism is a useful therapy to decrease blood pressure and gives another benefits to reduce morbidity, mortality by heart failure, and inhibit the progresiveness of diabetic nephropathy. One source of ACE inhibitors can be obtained from plants. In this research, the test is based on a scientific approach to determine inhibition activity effect of ACE from several medicinal plants in Indonesia. The measurement of the inhibition activity effect of ACE is done by using hippuryl-L-histidyl-L-leucine (HHL) as the substrate with in vitro method. The test results showed the inhibition activity effect of ACE from Sesamum indicum L. seed extract gives the largest value of ACE inhibition with IC50 values ​​of 30.44 µg/mL, but the inhibition value is lower than captopril as standard (IC50 13.69 µg/mL). The result of phytochemical screening in Sesamum indicum L. seed extract contains alkaloids, glycosides, and terpenoids.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmainah Nurmainah
"Persistensi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi sangat
diperlukan mengingat hasil utama terapi hipertensi adalah mencegah keja-
dian penyakit kardiovaskular seperti infark miokard, dan stroke yang beru-
jung pada kematian. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jenis ter-
api dan jenis obat antihipertensi terhadap persistensi. Penelitian ini meng-
gunakan desain studi kohort retrospektif dan menggunakan sumber data
sekunder pasien hipertensi rawat jalan peserta asuransi kesehatan PT
Askes di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode pengukuran per-
sistensi adalah metode the gaps between refill dengan tenggang waktu
pengambilan obat selama 30 hari. Data dianalisis menggunakan uji kai
kuadrat, Kaplan-Meier, dan Cox regression. Jumlah subjek yang ikut dalam
penelitian ini adalah 304 pasien hipertensi yang menggunakan obat anti-
hipertensi pertama kali (tanggal indeks diagnosis 1 Juli 2007 hingga 31
Desember 2008). Setelah pengamatan 4,5 tahun, hampir separuh subjek
yang mendapat monoterapi (57,6%) dan kombinasi terapi (53,8%) tidak
persisten menggunakan obat antihipertensi. Ketidakpersistenan penggu-
naan obat antihipertensi lebih besar pada kelompok monoterapi daripada
kelompok kombinasi, tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan (RR = 0,94;
95% CI = 0,73 _ 1,21). Penggunakan diuretik (85,7%) dan kombinasi obat
diuretik + ACE inhibitor (84,6%) cenderung tidak persisten dibandingkan
subjek yang menggunakan ACE inhibitor (58,4%). Perbedaan ini bermak-
na secara statistik (RR = 1,47; 95% CI = 1,05 _ 2,01 dan RR = 1,45; 95%
CI = 1,10 _ 1,91). Persistensi dipengaruhi oleh jenis obat antihipertensi
yang digunakan, yaitu ACE inhibitor.
Persistence of the use of antihypertensive drugs in hypertensive patients
greatly needed. Considering the primary outcome of treatment for hyper-
tension is to reduce or prevent the occurrence of cardiovascular events
such as myocardial infarction, stroke resulting in the risk of death. This
Persistensi Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien
Hipertensi Rawat Jalan
Persistence of Antihypertensive Drugs among Outpatient with
Hypertension
Nurmainah* Ahmad Fudholi** Iwan Dwiprahasto***
study aims to determine whether persistence is influenced by the type of
treatment or type of antihypertensive drugs. This study was designed with
retrospective cohort study using database of prescribing claimed of subjects
under health insurance (PT Askes) in Panembahan Senopati hospitals us-
ing antihypertensive drugs. Persistency measurement method used is the
method of the gaps between refilling. The grace period taking the drug for
30 days. Further data were analyzed using the chi square test,
Kaplan_Meier, and Cox regression. This cohort study involving 304 patients
using antihypertensive medications first (index diagnosis 1 July 2007 until
31 December 2008). After observation for 4,5 years found almost half of the
subjects receive monotherapy (57,6%) or combination therapy (53,8%) are
not persistent in the use of antihypertensive medications. Not persistent
greater in the monotherapy compare to combination therapy group.
However, this difference did not reach significance (RR = 0,94; CI 95% =
0,73 _ 1,21). Subject were using a diuretic (85,7%) and ACE inhibitor + di-
uretic combination (84,6%) tends not to be persistent compare to subject
using ACE inhibitors (58,4%). This difference was statistically significant
(RR = 1,47; CI 95% = 1,05 _ 2,01 and RR = 1,45; CI 95% = 1,10 _ 1,91).
Overall, persistence is influenced by the type antihypertensive drugs used,
the ACE inhibitors."
Universitas Tanjungpura Pontianak, Fakultas Kedokteran, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Irma
"Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACEi) merupakan salah satu obat pilihan dalam terapi hipertensi. Fraksi etil asetat ekstrak etanol tanaman Suruhan (Peperomia pellucida L.) secara in-vitro memiliki aktivitas penghambat ACE.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengklipan arteri ginjal dalam meningkatkan tekanan darah dengan menggunakan klip yang telah dimodifikasi dan mengetahui aktivitas penghambat ACE fraksi etil asetat ekstrak etanol tanaman tersebut secara in vivo.
Metode penelitian yang dilakukan adalah induksi tikus hipertensi dengan penjepitan salah satu arteri ginjal (2K1C) yang menggunakan klip modifikasi. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan metode tail-cuff, sedangkan pengukuran kadar angiotensin II dan renin menggunakan Elisa microplate reader.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode 2K1C selama 6 minggu dengan menggunakan klip modifikasi dapat meningkatkan tekanan darah > 150/100 mmHg, kadari angiotensin II dan renin dalam plasma. Pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol tanaman tersebut dengan dosis 25, 50 dan 100 mg/kg/hari secara per oral selama 2 minggu pada tikus 2K1C dapat menurunkan tekanan darah, konsentrasi angiotensin II dan renin dalam plasma. Fraksi etil asetat tanaman suruhan dosis 50 mg/kg BB merupakan kelompok dosis yang paling efektif dalam penghambatan ACE karena aktivitasnya mendekati aktivitas penghambatan ACE kaptopril sebagai kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat tanaman Suruhan (P. pellucida L.) dosis 50 mg/kg bb efektif sebagai penghambat ACE."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T43383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Pahlawati Aziza
"ABSTRAK
Tahap awal penelitian dimulai dari pembuatan Katalis Na-ACE dari cangkang telur ayam yang diaktivasi dengan cara kalsinasi dalam suhu 950oC dan menghasilkan bubuk putih yang merupakan ACE (Activated Chicken Eggshell). ACE diimpregnasi logam Na dengan menggunakan prekursor NaOH 3% sehingga menghasilkan Na-ACE yang memiliki kebasaan lebih besar dibandingkan dengan ACE. ACE dan Na-ACE dikarakterisasi menggunakan FTIR, EDAX dan XRD serta uji kebasaan dengan metode titrasi. Na-ACE yang telah berhasil disintesis digunakan untuk sintesis chalcone yang merupakan intermediet senyawa pirazolin. Senyawa chalcone disintesis melalui mekanisme reaksi kondensasi aldol silang dengan menggunakan starting material 2-Hidroksi Asetofenon dan 2-Hidroksi Benzaldehid yang menghasilkan rendemen terbesar yaitu 84.03% pada kondisi optimum pada Suhu 60oC, selama 3 Jam dengan katalis 15%. Senyawa chalcone hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, UV-VIS dan LCMS. Sintesis senyawa pirazolin menggunakan senyawa chalcone hasil sintesis sebelumnya dengan hidrazin hidrat dengan perbandingan 1 : 4 yang akan menghasilkan rendemen terbesar pada kondisi optimum 4 jam reaksi, suhu 80oC dan 20% katalis dengan rendemen sebesar 62,98%. Senyawa pirazolin hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, UV-VIS, dan LCMS. Senyawa chalcone dan pirazolin diuji antioksidan menggunakan DPPH dan didapatkan % inhibisi chalcone sekitar 41% pada konsentrasi chalcone sebesar 1000 ppm sedangkan % inhibisi pada pirazolin sebesar 84% pada konsentrasi pirazolin sebesar 125 ppm.

ABSTRACT
This Research was generated with the synthesis of catalyst Na-ACE from chicken egg shells, activated calcination in temperature of 950oC and will produced a white powder of ACE (Activated Chicken Eggshell). ACE was impregnated by Na metal using NaOH 3% solution as a precursor to produce Na-ACE which has a higher basicity than ACE. ACE and Na-ACE catalyst were characterized by FTIR, XRD and EDAX and for the bacisity test, titration method was used. The catalys of Na-ACE were used for synthesizing chalcone compound as intermediet material of pirazoline synthesis.Chalcone compound was synthesized through cross aldol condensation by reacting two starting materials, 2-hidroksi asetofenon, 2-hidroksi benzaldehid yield of 84,03% at the optimum condition 60oC, 3 hours and 15% catalys weight.this synthesized chalcone compound were characterized using FTIR, UV-VIS, and LCMS. The next step was synthesis pirazoline compound using chalcone and hidrazin hidrat with ratio of 1:4 and produced the greatest yield (62,98%) in the optimum conditionwhich are 4 hours reaction time, temperature of 80oC and 20% catalys weight. Pirazoline compound were characterized using FTIR, UV-VIS, and LCMS. Finally, both of chalcone and pirazoline compound were antioxidant tested using DPPH and resulted around 41% of inhibition of 1000 ppm for chalcone, and 84% inhibition of 125 ppm for pirazoline."
2017
S69955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsya Lidya Mayori
"Perselisihan dan pertengkaran menjadi penyebab terbanyak perceraian pasangan di Indonesia. Penyebab ini tidak lepas dari komunikasi tidak lancar yang dapat disebabkan oleh Adverse Childhood Experience (ACE). Salah satu upaya yang dapat mengatasi dampak tersebut dan meningkatkan relationship satisfaction adalah melalui dyadic coping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran dyadic coping dalam menjelaskan hubungan ACE terhadap relationship satisfaction. Partisipan penelitian ini adalah 260 dewasa muda terdiri atas 204 perempuan dan 57 laki-laki yang sudah menikah dan menetap di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adverse Childhood Experience-Questionnaire, Dyadic Coping Inventory dan Relationship Assessment Scale. Hasil penelitian menemukan bahwa dyadic coping dapat memediasi secara parsial dampak negatif ACE terhadap kepuasan hubungan pasangan yang menikah. Dimensi dyadic coping seperti supportive DC, negative DC, dan common DC juga ditemukan dapat memediasi secara parsial dampak ACE terhadap relationship satisfaction.

Persistent conflicts and arguments are the leading causes of divorce in Indonesia. These disputes often result from poor communication, which can be linked to adverse childhood experiences (ACE). One effective approach to mitigate these impacts and enhance relationship satisfaction is through dyadic coping. This study aims to examine the mediating role of dyadic coping in the relationship between ACE and relationship satisfaction. The participants were 260 married young adults which consist of 207 women and 57 men residing in Jabodetabek. The measurement tools used were the Adverse Childhood Experience-Questionnaire, Dyadic Coping Inventory, and Relationship Assessment Scale. The results found that dyadic coping can partially mediate the negative impact of ACE on relationship satisfaction among married couples. Dyadic coping dimensions such as supportive DC, negative DC, and common DC has been found significant and can also partially mediate the relationship between ACE and relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimson Muara Jaya
"Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Salah satu terapi hipertensi adalah dengan menggunakan obat yang berfungsi sebagai penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Tanaman Kemangi (Ocimum americamum L) memiliki aktivitas penghambatan angiotensin converting enzyme (ACE) yang dapat digunakan sebagai obat bahan alam untuk penyakit hipertensi.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan fraksi teraktif ekstrak etanol 80% dari daun kemangi yang memiliki efek penghambatan aktivitas ACE dan menentukan kandungan kimia dan total flavonoid fraksi teraktif ekstrak etanol 80% dari daun kemangi.
Penelitian dilakukan dengan metode chusman and cheung dengan menggunakan substrat Hipuril-L-Histidil-L-Leusin (HHL) dan metode pengukuran spektrofotometri. Fraksi teraktif yang didapatkan adalah fraksi diklormetan dengan nilai IC50 sebesar 4.274 ug/mL.
Hasil identifikasi senyawa kimia dari fraksi ini adalah alkaloid, saponiin, flavonoid, tannin, fenol, antrakuinon dan terpen dengan kandungan total flavonoidnya adalah sebesar 84,15 mgQE/g. Berdasarkan hasil yang diperoleh daun kemangi memiliki efek penghambatan aktifitas ACE sehingga dapat digunakan sebagai obat antihipertensi.

Hypertension is a condition of the increasing blood pressure above normal. One of hypertension therapy is the used of drugs as Angiotensin Converting Enzyme inhibitors (ACEi). Basil leaves (Ocimum americamum L) has inhibitory activity of angiotensin converting enzyme (ACE) which can be used as a natural medicine for hypertension.
The purpose of this study was to determine the most active fraction of basil leaves that has ACE inhibitory activity and the phytochemical constituents and total flavonoid content from the fractions.
The test is using Cushman and cheung methods, substrate of Hipuril-L-Histidil-L-Leucine (HHL) and spectrophotometric measurement. The most active fraction is diclormethan with IC50 value : 4.274 ug / mL.
The phytochemical compounds of this fraction are alkaloids, saponiin, flavonoids, tannins, phenols, anthraquinone and terpenes with total flavonoid content 84.15 mgQE/g. Based on the results basil has effects of Angiotensin Converting Enzym Inhibition so it can be used as an antihypertensive drug."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S57825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Kurniawan
"Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth. ) merupakan tanaman dari suku Piperaceae yang telah diteliti memiliki banyak khasiat farmakologi salah satunya antihipertensi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa fraksi diklorometana dan fraksi etil asetat herba suruhan dapat menghambat aktivitas Angiotensin Converting Enzyme (ACE).
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa dari fraksi etil asetat dengan aktivitas penghambatan terhadap ACE secara in vitro menggunakan metode Cushman dan Cheung (1971). Isolasi senyawa murni dilakukan dengan metode teknik kromatografi kolom. Uji penghambatan enzim menunjukkan nilai IC50 fraksi diklorometana, fraksi etil asetat, isolat 1, isolat 2, dan kaptopril adalah masing-masing sebesar 3,59 μg/mL, 3,125 μg/mL, 20,76 μg/mL, 7,72 μg/mL, dan 3,44 μg/mL. Uji kinetik ACE terhadap senyawa isolat 2 menunjukkan jenis penghambatan kompetitif terhadap substrat HHL pada situs aktif.
Hasil elusidasi struktur senyawa isolat menggunakan spektroskopi UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, dan 2D-NMR menunjukan bahwa isolat 1 adalah senyawa di-(1,2 etena, 2 asetat-eter) dan isolat 2 adalah senyawa golongan flavonoid kuersetin (3?,4?, dihidroksi-3-5-dimetoksiflavon-7-O-β-ramnosa). Hasil penelitian menunjukan bahwa herba suruhan (Peperomia pellucida) cukup baik digunakan sebagai salah satu obat tradisional antihipertensi.

Peperomia pellucida (L.) Kunth. (Piperaceae) is empirically used in traditional medicine as a treatment for various disease such as in the treatment of antihypertensive. Previous research reported that the dicholoromethane and ethyl acetate fraction of P. pelucida was active fraction to inhibit angiotensin converting enzyme (ACE).
This research's aim is to isolate and identicate compound of ethyl acetate fraction of P. pelucida with ACE inhibitory activity in vitro by Cushman and Cheung (1971) methods. The isolation was conducted through the chromatographyc technique and elucidation structures by spectroscophyc : UV, mass spectrometry (LC-MS), infra red (IR), 1H-NMR, 13C-NMR and 2D-NMR.
The research found two compounds are di-(1,2 ethena, 2 acetate-ether) (isolate 1) and 3?,4?, dihydroxy-3-5-dimetoxiflavon-7-O-β-rhamnoside of flavonoid quercetin group (isolate 2). In vitro assay showed IC50 values of captoprile, dicholoromethane fraction, ethyl acetate fraction, isolate 1, and isolate 2 are 3,59 μg/mL, 3,125 μg/mL, 3,44 μg/mL, IC50 20,76, and 7,72 μg/mL respectively. Kinetic determinations suggested that isolate 2 inhibit the enzyme activity by competing with the substrate for the active site. The results showed that the P. pelucida herb is good to use as a folk medicinal as antihypertensive."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catty Amalia Yaricsha
"Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyakit kardiovaskular. Obat hipertensi yang banyak dikembangkan saat ini, salah satunya adalah dengan menghambat aktivitas ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Penghambatan aktivitas ACE diketahui dapat menurunkan efek vasokonstriksi dan juga mengurangi degradasi bradikinin (vasodilator) karena dapat membentuk NO (Nitrit Oksida). Aktivitas NO dapat terganggu dengan adanya radikal bebas dan dapat menyebabkan vasokonstriksi, sehingga diperlukan antioksidan untuk mengatasinya.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian penghambatan aktivitas ACE secara in vitro dari ekstrak etanol 70% herba selada air menggunakan ACE kit-WST serta menguji kapasitas antioksidan dengan metode FRAP, kadar fenolik total, dan kadar flavonoid total dari fraksi n-heksan, etil asetata, dan n-butanol.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba selada air memiliki aktivitas penghambatan ACE dengan IC50 sebesar 19,05 µg/mL. Nilai EC50 antioksidan fraksi n-heksan, etil asetata, dan n-butanol berturut-turut adalah 44,354 µg/mL, 18,816 µg/mL, dan 87,041 µg/mL. Fraksi n-butanol memiliki kadar fenolik total terbesar dengan nilai 15,798 mg GAE/g ekstrak, sedangkan kadar flavonoid terbesar terdapat pada fraksi etil asetat yaitu 82,847 mg QE/g ekstrak.

Hipertension is one the key risk factors of cardiovascular disease. Treatment of hypertension is currently being developed, one of the mecanism is inhibition of ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Inhibition of ACE activity can decrease vasoconstriction and also decrease degradation of bradykinin (vasodilator) which is important for NO (Nitric Oxide) activation. Activity of NO can interfere by free radical and can cause vasoconstriction effect, so antioxidants are needed to overcome it.
This research was aimed to test of in vitro the inhibitory activity of ACE from watercress herb ethanol extract using ACE kit-WST and antioxidant capacity using FRAP assay, total phenolic compound, and total flavonoid from n-heksane, ethyl acetate, dan n-buthanol fractions.
The result showed that watercress herb extract had ACE inhibitory activity with IC50 value 19,05 μg/mL. Antioxidant EC50 value of n-hexane, ethyl acetate, and n-buthanol fractions were 44,354 µg/mL; 18,816 µg/mL; and 87,041 µg/mL successively. n-butanol fraction showed the highest score of total phenolic compound in amount of 15,798 mg GAE/g extract and ethyl acetat fraction showed the highest score of total flavanoid compound in amount of 82,847 mg QE/g extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Lasboi
"Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak terjadi. Penurunan resistensi perifer oleh vasodilator memiliki peranan dalam menurunkan tekanan darah. Inhibitor angiotensin I-converting enzyme (ACE) selain dapat menurunkan efek vasokonstriksi juga mengurangi degradasi bradikinin yang berperan dalam pembentukan vasodilator kuat NO (nitrat oksida). Pencegahan penurunan aktivitas NO oleh radikal bebas dapat mendukung efek vasodilatasi NO. Daun kersen (Muntingia calabura L.) ditemukan memiliki efek hipotensi melalui jalur NO. Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara in vitro penghambatan aktivitas ACE dari ekstrak etanol 96% daun kersen menggunakan ACE kit-WST dan menguji kapasitas antioksidan dengan metode FRAP, senyawa fenolik total, dan flavonoid total dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan n-butanol. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak etanol memiliki aktivitas penghambatan ACE dengan IC50 sebesar 1,25 μg/mL. Nilai EC50 antioksidan fraksi n-heksana, etil asetat, dan n-butanol adalah 7,47 μg/mL, 1,84 μg/mL, dan 5,02 μg/mL, secara berturut-turut. Fraksi etil asetat merupakan fraksi dengan nilai kapasitas antioksidan, senyawa fenolik total, dan flavonoid total tertinggi. Senyawa fenolik total dan flavonoid total memiliki korelasi terhadap EC50 antioksidan (r=-0,967 dan r=-0,908) tidak signifikan (p>0,05). Ekstrak etanol daun kersen memiliki aktivitas penghambatan ACE dan fraksi kaya senyawa fenolik dan flavonoid memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi.

Hypertension is one of the most common chronic diseases. Peripheral resistance reduction by vasodilator has big role in reducing the blood pressure. Angiotensin I-converting enzyme(ACE) inhibitors minimize the degradation of bradykinin which is important for NO(nitric oxide) activation. Prevention of reduction activity of NO by free radical will support the vasodilation effect. Jamfruit leaf (Muntingia calabura L.) was reported to have excellent hypotensive effect and antioxidant activity. This research was aimed to test in manner of in vitro the inhibitory activity of ACE from jamfruit leaves ethanol extract using ACE kit-WST and antioxidant activity using FRAP assay, total phenolic compound, and total flavonoid from n-hexane, ethyl acetate, and n-butanol fractions. The result showed that Jamfruit leaf extract had ACE inhibitory activity with IC50 value was 1.25μg/mL. Antioxidant EC50 value of n-hexane, ethyl acetate, and n-butanol fractions were 7.47 μg/mL, 1.84 μg/mL, and 5.02 μg/mL successively. Ethyl acetate fraction was fraction with highest antioxidant activity, total phenolic compound and total flavonoid. Total phenolic compound and total flavonoid values had correlation with EC50 antioxidant (r=-0,967 and r=-0,908) with no significancy (p>0,05). Ethanol extract of jamfruit leaves had ACE inhibitory activity and its phenolic and flavonoid-rich fraction had higher antioxidant activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>