Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aziz Fahrudin
"Latar Belakang: Kanker serviks menduduki peringkat ke tiga di seluruh dunia sebagaipenyebab kematian perempuan dan merupakan penyebab kematian utama perempuan dinegara berkembang. Diperlukan evaluasi kesintasan berkala yang secara tidak langsungmenjadi cermin tatalaksana.
Tujuan: Mengetahui kesintasan pasien kanker serviks di RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap data rekammedis pasien kanker serviks pada tahun 2012-2014 dengan metode total populationsampling. Analisis data dilakukan menggunakan kurva Kaplan Meier, uji Log Rank dan Regresi Cox untuk mencari kemaknaan hubungan antarvariabel.
Hasil: Terdapat 1.303 subjek penelitian dengan angka kesintasan kanker serviks hingga tahun ke-5 sebesar 76%, 66%, 60%, 43% dan 36% dengan median kesintasan sebesar 1355 hari secara keseluruhan. Terdapat perbedaan hazard bermakna pada variabel stadium kanker (p<0,001). Analisis regresi cox menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kesintasan adalah stadium kanker.
Kesimpulan: Kesintasan 5 tahun kanker serviks di RSCM tahun 2012-2014 sebesar 36%.

Background: Cervical cancer is ranked third as female cause of death worldwide and isthe leading cause of death of women in developing countries. A periodic survivalevaluation is required that implies the treatment implicitly.
Objective: To know the survival rate of cervical cancer patients at CiptoMangunkusumo Hospital.
Methods: This retrospective cohort study used medical records data of cervical cancerpatients in 2012- 2014 using total population sampling method. Data analysis was doneusing Kaplan Meier curve, Rank Log test and Cox Regression to find the associationbetween variables.
Results: There were 1.303 subjects with overall kesintasan rates of cervical cancer up tothe fifth year of 76, 66, 60, 43 dan 36 with a median survival 1355 days. There were significant hazard differences in cancer stage variables (p <0.001). Cox regression analysis showed that factors affecting survival were cancer stage.
Conclusion: The 5-year kesintasan rate of cervical cancer at Cipto Mangunkusumo hospital in 2012-2014 is 36%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Made Parulian
"Pendahuluan dan tujuan: Kanker kandung kemih ditandai dengan tingkat rekurensi dan progresivitas yang tinggi. E-cadherin berfungsi sebagai salah satu molekul terpenting yang mengambil bagian dalam aderensi sel-sel epitel, menunjukkan penghambatan perkembangan sel tumor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi E-cadherin dengan progresivitas kanker kandung kemih selama 3 tahun.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang melibatkan pasien kanker kandung kemih di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Diagnosis kanker kandung kemih dikonfirmasi oleh pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia antara 2011-2018, dengan penilaian dan stadium ditentukan oleh ahli uropatolog dan urolog onkologi. E-cadherin diperiksa melalui pemeriksaan imunohistokimia pada saat diagnosis. Data demografi, invasi jaringan otot, stadium klinis, derajat, metastasis, multifokal, dan kekambuhan diperoleh dari rekam medis dan laporan patologis. Hubungan ekspresi E-cadherin dengan invasi otot dan kanker kandung kemih invasi non-muskuler dievaluasi dan dianalisis secara statistik. Data kelangsungan hidup pasien ditindaklanjuti melalui komunikasi telepon.
Hasil: Empat puluh pasien kanker kandung kemih dengan usia rata-rata 60,05 ± 10,3 tahun menjadi subyek penelitian. Sebagian besar subjek memiliki ekspresi E-cadherin yang tinggi (85%), invasi otot (65%), derajat tinggi (65%), tanpa metastasis (87,5%), multifokal (65%), tanpa rekurensi (62,5%). Ekspresi E-cadherin yang lebih rendah diasosiasikan dengan stadium klinis kanker kandung kemih yang lebih tinggi (p <0,02) dan metastasis (p <0,001). Pasien dengan ekspresi E-cadherin rendah menunjukkan kelangsungan hidup kumulatif yang lebih buruk daripada yang tinggi (rata-rata 32 bulan vs 25 bulan, p = 0,13).
Kesimpulan: Kadar E-cadherin yang rendah dikaitkan dengan risiko invasi otot yang lebih tinggi, stadium klinis, derajat histologis, dan risiko metastasis. Sementara itu, pasien dengan tingkat E-cadherin yang tinggi menunjukkan tingkat kelangsungan hidup tiga tahun yang lebih baik.

Introduction: Bladder cancer is characterized with high recurrence and progressivity. E-cadherin serves as one of the most important molecules partaking in the epithelial cells cell-to-cell adherence, suggested to inhibit tumor cells progression. This study aims to investigate the association between the E-cadherin expressions with bladder cancer progressiveness in 3 years.
Methods: This study was a retrospective cohort study involving bladder cancer patients in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Diagnosis of bladder cancers confirmed by histopathological and immunohistochemistry examination between 2011–2018, with both grading and staging determined by uropathologists and uro-oncologists. E-cadherin was examined through immunohistochemistry examination at the time of diagnosis. Data on demography, muscle invasion, clinical staging, grade, metastasis, multifocality, and recurrence were obtained from medical records and pathology reports. The association of E-cadherin expression to muscle invasion and non-muscle invasion bladder cancer was evaluated and statistically analyzed. Patients survival data were followed up by phone.
Results: Forty bladder cancer patients with mean age of 60.05 ± 10.3 years were included. Most subjects had high E-cadherin expression (85%), muscle invasion (65%), high grade (65%), no metastasis (87.5%), multifocality (65%), no recurrence (62.5%). Lower expression of E-cadherin was associated with higher clinical stage (p <0.02) and metastasis (p <0.001). Patients with low E-cadherin expression showed worse cumulative survival than the high one (mean 32 months vs 25 months, p = 0.13).
Conclusion: Low level of E-cadherin was associated with higher risk in muscle invasion, clinical staging, histological grade and risk of metastasis. Meanwhile, patients with high level of E-cadherin showed better three-year survival rate
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Famila Takhwifa
"Tumor otak merupakan jenis tumor yang sangat sulit ditangani dan menyebabkan mortalitas serta morbiditas yang berat. Saat ini, kombinasi radioterapi, kemoterapi (temozolomid dan agen lainnya), serta kortikosteroid menjadi terapi utama untuk berbagai jenis tumor, termasuk tumor otak. Walaupun demikian, data menunjukkan bahwa kombinasi terapi tersebut tidak memberikan perbaikan pada kondisi klinis pasien. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan pencarian senyawa baru atau repurposing terapi yang sudah ada yang dapat memperbaiki prognosis pasien tumor otak. Metformin, suatu agen antidiabetes yang telah dikenal, belakangan ini banyak diteliti potensinya sebagai antineoplasma. Metformin berperan memberi efek apoptosis, autofagi, dan antiproliferasi melalui jalur p53 dengan aktivasi adenosine 5’-monophosphate (AMP)-activated protein kinase (AMPK). Review article ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan studi terkini mengenai efek metformin pada pasien tumor otak melalui tinjauan klinisnya. Penelusuran literatur dilakukan dengan sistematis pada pangkalan data PubMed, ScienceDirect, dan SpringerLink yang diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Manfaat klinis obat dinilai melalui Overall Survival (OS) dan Progression Free Survival (PFS) pasien tumor otak. Studi juga menunjukkan efek sinergis kombinasi metformin dengan temozolomid, tetapi tidak dengan kortikosteroid. Melalui kombinasi dengan temozolomid yang diberikan pasca radioterapi, potensi antineoplasma menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, efikasi dan keamanan metformin perlu diuji klinis lebih lanjut pada populasi yang lebih luas.

 


Brain tumors are a type of tumor that is very difficult to handle and causes severe mortality and morbidity. Currently, the combination of radiotherapy and chemotherapy (temozolomide and other agents), as well as corticosteroids become the primary therapy for various types of tumors, including brain tumors. However, data indicating that the combination of therapy does not provide improvement in the patient's clinical condition. This leads to the need for a new compound search or repurposing existing therapies that can improve the prognosis of brain tumor patients. Metformin, a known antidiabetic agent, has recently been examined by its potential as a antineoplastic. Metformin is responsible for the effects of apoptosis, autophagy, and antiproliferative via the p53 line with adenosine 5’-monophosphate (AMP)-activated protein kinase (AMPK) activation. This article review aims to examine the recent study developments on the effects of metformin in brain tumor patients through its clinical reviews. The literature search is systematically performed on the PubMed, ScienceDirect, and SpringerLink selected based on the defined inclusion and exclusion criteria. The clinical benefits of the drug are assessed through Overall Survival (OS) and Progression Free Survival (PFS) brain tumor patients. Studies have also demonstrated a synergistic effect of metformin combinations with temozolomide, but not with corticosteroids. Through a combination with temozolomide given post radioterapy, the potential of antineoplastic results in better survival. Nonetheless, the efficacy and safety of metformin need further clinical testing in the wider population.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library