Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Kurniawan
Abstrak :
Kanker paru merupakan kanker yang paling banyak ditemukan dan paling mematikan di dunia. Penentuan stadium kanker paru umumnya dilakukan oleh dokter radiologi dengan melihat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) mediastinal. KGB mediastinal cukup sulit dideteksi secara visual dikarenakan memiliki kontras yang rendah  terhadap jaringan di sekitarnya, ukuran dan bentuknya yang bervariasi, serta tersebar di berbagai lokasi. Oleh karena itu, akhir – akhir ini dikembangkan sistem computer-aided detection (CADe) sebagai alat bantu bagi dokter radiologi untuk mendeteksi KGB mediastinal secara otomatis. Metode terbaik saat ini dalam sistem CADe KGB mediastinal tersebut menggunakan 2D convolutional neural network (CNN) yang diterapkan dari 3 sudut pandang (axial, coronal, sagittal). Namun, sifat 3D dari KGB mediastinal dihipotesakan akan lebih terwakili jika menggunakan 3D CNN. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan 3D CNN yang kemudian diubah menjadi 3D fully convolutional network (FCN)  untuk mendeteksi kandidat KGB mediastinal di dalam suatu tumpukkan citra CT. Kandidat KGB mediastinal tersebut kemudian dianalisa untuk mengurangi false positive (FP) menggunakan 3 metode, yaitu perhitungan mean HU, deteksi kontur menyerupai lingkaran, dan klasifikasi menggunakan 3D CNN. Performa terbaik dari sistem CADe KGB mediastinal ini diperoleh ketika menggunakan 3D CNN dalam tahap pengurangan FP dengan sensitivitas 77% dan 12 FP/pasien.
Lung cancer is the most common and the deadliest cancer in the world. Lung cancer staging usually was done by radiologist by detecting mediastinal lymph node (LN) enlargement. Mediastinal LN is difficult to be detected visually due to its low contrast to the surrounding tissues, various size and shape, and sparse location. Therefore, computer-aided detection (CADe) system has been developed as a tool for radiologist to detect medistinal LN automatically. The state of the art mediastinal LN CADe system used 2D convolutional neural network (CNN) from 3 planar views (axial, coronal, sagittal). However, the 3D features of mediastinal LN are hypothesized to be more reprenseted if 3D CNN is used. Therefore, in this experiment we used 3D CNN which is converted to 3D fully convolutional network (FCN) to detect mediastinal LN candidate in a stack of CT images. Then, the mediastinal LN candidates were analyzed using 3 methods to reduce the false positive (FP), which are the calculation of the mean HU, the blob detection, and the classification using 3D CNN. The best performance of this CADe system was achieved when the 3D CNN was used in the FP reduction stage which has 77% of sensitivity and 12 FP/ patient.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Riyanto
Abstrak :
Banjir di perkotaan merupakan bencana yang signifikan karena banyaknya penduduk yang terkena dampaknya. Dalam kebanyakan kasus, banjir terjadi bersamaan dengan hujan lebat, sehingga jika diamati dari satelit yang menggunakan sensor optik, daerah tersebut tertutup awan. Penelitan ini mengusulkan framework baru untuk klasifikasi banjir daerah perkotaan menggunakan sensor satelit penginderaan jauh Synthetic Aperture Radar (SAR) yang mempunyai kemampuan menembus awan. Framework ini dikembangkan untuk mengklasifikasi daerah banjir dengan mempertahankan variasi temporalnya. Studi kasus yang digunakan adalah wilayah Jakarta menggunakan metode 3D CNN multi-sensor pada data Sentinel-1 (S-1) multi-temporal dan curah hujan rata-rata Climate Hazard Infrared Precipitation Sensor (CHIRPS). Data terdiri atas 24 scene S-1 dengan polarisasi ganda VV dan VH antara bulan Maret 2019-Februari 2020 yang terdiri dari 20 citra co-polarized dan cross-polarized yang terdiri dari 2 citra co-event, 18 citra pre-event, dan 4 citra post-event sebagai testing data dan data curah hujan dari CHIRPS. Training dilakukan dengan menggunakan hyperparameter 150 epoch, batch size sebesar 100, learning rate sebesar 0,001 dan komposisi data set training/testing digunakan 80/20. Hasil pengujian 3D CNN memberikan rata-rata overall accuracy sebesar 70,3% dengan waktu pemrosesan 113 detik untuk setiap epoch. Dengan hasil tersebut metode 3D CNN diharapkan mampu membantu mengestimasi luas area banjir yang akurat dan mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami banjir dalam rangka deteksi dini/pencegahan banjir kota-kota lain di masa mendatang. ......Urban flooding is a significant catastrophe due to its widespread impact on the population. Typically, floods occur concurrently with heavy rainfall, rendering the affected area obscured by clouds when observed through optical sensors on satellites. To address this issue, a novel approach is proposed in this study, aiming to classify flooded urban areas using a remote sensing synthetic aperture radar (SAR) sensor on a satellite. Unlike optical sensors, SAR has the ability to penetrate clouds. The framework was developed by employing the 3D Convolutional Neural Network (CNN) method to preserve the temporal variability, which processed multi-temporal SAR data from Sentinel-1 (S-1) and average rainfall data from the Climate Hazards Infrared Precipitation Sensor (CHIRPS). The dataset used in this research comprised 24 S-1 scenes with Dual VV and VH polarization, covering the period between March 2019 and February 2020 divided into 2 co-event images, 18 pre-event images, and 4 post-event images, along with rainfall data from CHIRPS. The training phase employed hyperparameters of 150 epochs, batch size of 100, and learning rate at 0,001, with training/testing data split of 80/20. The 3D CNN achieved an average overall accuracy of 70.3%, with maximum accuracy at 71,4% and each epoch taking 113 seconds on average to process. These results demonstrate the potential of the 3D CNN method to accurately estimate the extent of flooding and identify areas at risk of flooding, thereby aiding early detection and flood prevention efforts in other cities in the future.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Raja
Abstrak :
Klasifikasi aksi multi-objek berdasarkan video RGB aerial merupakan tantangan kompleks yang dapat berguna untuk pengembangan sistem keamanan. Terdapat dua pendekatan jaringan saraf tiruan yang umum digunakan dalam sistem pengenal berbasis kerangka, Convolutional Neural Network (CNN) dan Graph Convolutional Network (GCN). Pendekatan CNN lebih efektif dalam mempelajari fitur spatio-temporal, lebih kuat terhadap noise dalam estimasi pose, dan dapat menangani skenario multi-objek dengan komputasi yang lebih ringan. Penelitian ini meliputi pengembangan pengenal aksi manusia dengan pendeteksi spatio-temporal berbasis kerangka menggunakan pendekatan 3D Convolutional Neural Network (3D-CNN). Pendeteksi spatio-temporal memungkinkan sistem untuk mengenali tiap-tiap aksi yang simultan dilakukan oleh multi-objek dalam satu rekaman video. Percobaan dilakukan menggunakan sejumlah pre-trained dataset dan menggunakan dataset video RGB aerial primer yang dilatih terhadap model pengenal aksi berbasis video frontal, dengan menerapkan metode transfer learning. Proses tranfer learning dilakukan dengan dataset khusus untuk menghasilkan model pelatihan yang memiliki akurasi tinggi. Pelatihan memberi keluaran berupa model jaringan saraf tiruan dengan nilai akurasinya. Pengujian dilakukan menggunakan data video untuk mengetahui ketepatan model. Dari model yang diperoleh, akan dilakukan analisis terhadap keberhasilan dan keakuratan metode dalam mengenali aksi manusia. ......Multi-object action recognition based on aerial RGB video is a complex challenge that can be useful for security system development. There are two commonly used artificial neural network approaches in skeleton-based recognition systems, Convolutional Neural Network (CNN) and Graph Convolutional Network (GCN). CNN approach is more effective in learning spatio-temporal features, more robust to noise in pose estimation, and can handle multi-object scenarios with lighter computation. This research involves developing a human action recognition with skeleton-based spatio-temporal detection using a 3D Convolutional Neural Network (3D-CNN) approach. Spatio-temporal detection allows the system to recognize each simultaneous action performed by multiple objects in a single video footage. Experiments were conducted using a number of pre-trained datasets and using a primary aerial RGB video dataset trained on a frontal video-based action recognition model, by applying the transfer learning method. The transfer learning process is performed with a specific dataset to produce a high-accuracy training model. The training outputs an artificial neural network model with its accuracy value. Testing is done using video data to determine the accuracy of the model. From the model obtained, the success and accuracy of the method in recognizing human actions will be analyzed.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library