Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Sofyan
Abstrak :
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengisyaratkan bahwa Pembangunan Nasional dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat diharapkan dapat berperan sebagai mitra Pemerintah, bahkan menjadi pelaku utama pembangunan. Pada umumnya, masyarakat pedesaan relatif lebih mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Masyarakat kota bersifat heterogen, individualis dan hubungan antara sesamanya kurang terjalin secara akrab. Keadaan itu antara lain disebabkan tantangan kehidupan kota yang keras. Hampir tak ada kesempatan yang luang bagi orang kota, penuh dengan kesibukan dan selalu kelihatan seperti kekurangan waktu. Sehingga, untuk mengajak masyarakat kota bermusyawarah, bergotong-royong, kerja bakti, ronda malam dan lain sebagainya, tidaklah mudah. Disamping itu, masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Oleh karena itu, tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk mengetahui seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkotaan. Dalam negara berkembang, posisi pemerintah sangat dominan dalam pelaksanaan pembangunan. Agar masyarakat dapat berperan serta dalam pembangunan, Pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan menciptakan suasana yang kondusif. Untuk dapat memberikan masukan dan langkah kebijaksanaan yang perlu ditempuh, penulis melakukan penelitian terhadap pelaksanaan P3KT di Kabupaten Bekasi. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Analisis dilakukan dalam bentuk kualitatif. Namun demikian, akan dikemukakan data kuantitatif dalam bentuk tabel sebagai hasil pengolahan data yang berasal dari teknik kuesioner. Hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa pelaksanaan P3KT pada umumnya dapat dikatakan berjalan lancar. Target fisik dan target fungsional dapat dicapai dan masyarakat telah menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut. Sayangnya, partisipasi masyarakat masih rendah, sungguhpun kondisi maupun potensi masyarakat memungkinkan untuk turut berpartisipasi. Oleh karena itu, perlu diambil langkah kebijaksanaan dengan mengemukakan pertimbangan dan saran antara lain dengan memberikan peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi melalui berbagai kebijaksanaan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Adlan Saputra
Abstrak :
Skripsi ini membahas upaya PKBM Kampung Cerdas Indonesia selaku pelaku perubahan meningkatkan partisipasi dalam program pengembangan masyarakat Kelurahan Curug, Cimanggis, Depok. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. PKBM Kampung Cerdas Indonesia merupakan sebuah komunitas sosial yang bergerak di bidang pendampingan pendidikan yang bertujuan untuk memberikan akses kepada anak-anak di kampung terhadap fasilitas pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk memunculkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya-upaya terencanadan sistematis.
The focus of this study is the effort of PKBM Kampung Cerdas Indonesia in order to increasing participation of Kelurahan Curug rsquo s community within community development program. This research is qualitative descriptive interpretive and the data were collected by means of depth interview. PKBM Kampung Cerdas Indonesia is a social community which concern in children education. The purpose of this community is to give accesses to the children in the village toward education facilities. The result of this research shows that systematic and planned efforts are needed to bring up community participation.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sutisna Sulaeman
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2016
614 END p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tambunan, Toman Sony
Abstrak :
ABSTRAK
Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya pengembangan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. Kemandirian masyarakat merupakan suatu keadaan yang dimiliki oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan dalam berpikir, membuat keputusan dan bertindak dengan tepat guna tercapainya penyeleesaian berbagai masalah yang dihadapi melalui pemanfaatan atau memberdayakan kemampuan yang dimiliki. Kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya adalah: Pertama, Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat. Kedua, Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan. Ketiga, Pengelolaan kegiatan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Keempat, Pengelolaan kegiatan lembaga kemasyarakatan. Kelima, Pengelolaan kegiatan ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat. Keenam, Penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana serta kejadian luar biasa lainnya. Praktik pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi yang disajikan dalam tulisan ini adalah: Pertama, Pemsyarakatan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Kedua, Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP). Ketiga, Usaha Berbasis Kelompok (UBK). Keempat, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K). Kelima, Modal Usaha Bergulir Remaja (MUBR).
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 46 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Hamzan
Abstrak :
ABSTRAK
Martin (1990: 165-166) mengatakan, masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang hidup "diatas" tanah terpecah belah. Hal ini terjadi karena lahirnya banyak penguasa feodal yang memberikan perlindungan atas faktor produksi terutama tanah kepada para petani.

Inti sistem feodal adalah muatan dua hubungan pribadi yaitu antara raja dengan tuan-tuan tanah dan antara tuan-tuan tanah dengan para petani. Sehingga dapat dikatakan, ciri utama sistem feodal adalah adanya penyerahan diri seseorang ketangan orang lain sekedar untuk memperoleh perlindungan dan pemeliharaan. Hubungan tersebut berupa hubungan tuan dengan petani sebagai hamba. Bentuk ikatan-ikatan dari rangkaian sistem feodal ini bersifat pribadi, khas dan tersebar. Sehingga ada perbedaan sistem feudal diberbagai negara.

Selanjutnya, Maquet dalam Balandier (1986:124-125) mengatakan, feodalitas bukanlah sebuah cara produksi, tetapi adalah sebuah rezim politik, suatu cara untuk mendefenisikan peran mereka yang memerintah dan yang diperintah. Janji ikatan spesifiknya berupa ikatan antar personal. Selanjutnya dijelaskan, bahwa pranata feudal itu disusun antara dua orang yang tidak setara, dalam suatu hubungan politik, atas landasan berlindung di satu pihak, serta kesetiaan dan pelayanan di pihak lain. Hubungan tersebut mengkaitkan sang dipertuan dengan vasal dengan pola klien (dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi dalam stratifikasi tersebut).

Dalam penelitian sosial, Martin (1990:7) mengatakan bahwa sejumlah kebutuhan atau keperluan atau prasarat harus dipenuhi kalau suatu sistem sosial ingin tetap hidup. Dalam kajiannya mengenai sosiologi kekuasaan, Martin menjelaskan suatu teori sistem fungsional sebagai berikut: bahwa untuk menjelaskan suatu sistem harus menjelaskan hubungan kesaling tergantungan antara subsistem. Dia mengkategorikan atas empat subsistem untuk memenuhi kebutuhan suatu sistem sosial, yaitu: Perekonomian untuk menjembatani kebutuhan penyesuaian, yakni untuk memenuhi sumber-sumber yang diperlukan lingkungan sistem, kemudian subsistem politik yang berfungsi sebagai sarana pencapaian tujuan, dan sosialisasi (melalui keluarga dan sistem pendidikan) yang berfungsi sebagai sarana pemeliharaan pola-pola, serta kebudayaan (termasuk agama) yang berfungsi sebagai sarana integrasi, baca Martin (1990:7).

Selanjutnya dikatakan, setiap subsistem masih terbagi lagi atas subsistem yang lebih kecil dan begitu seterusnya.

Relevansi penggunaan teori fungsional ini, oleh Johnson (1986:100) mengatakan, bahwa secara praktis setiap pola perilaku yang sesuai atau menyimpang, setiap kebiasaan atau norma, setiap keputusan kebijaksanaan yang besar, setiap nilai budaya, dapat dianalisa dengan istilah-istilah atau kerangka fungsional.

Dalam tesis ini ditekankan melihat hubungan antara moralitas dan kekuasan dalam suatu sistem sosial. Singkatnya mencoba melihat bagaimana hubungan fungsional antara kedua subsitem ini sehingga suatu sistem sosial dalam pola feodal bisa hidup.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Amrad Amarala
Abstrak :
ABSTRAK
Peran serta Perusahaan Swasta Dalam Pengembangan Masyarakat Desa di dalam tesis ini, merupakan suatu studi kasus Pengembangan Masyarakat Desa yang diterapkan oleh ARCO Indonesia di desa Pagerungan Besar.Dimana ARCO sebagai suatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang pencaharian rainyak dan gas, ikut berusaha mengembangkan masyarakat yang sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan. Penelitian peran serta perusahaan swasta dalam hal ini ARCO Indonesia, diteliti dari segala macam aspek yang ada, begitu juga dengan pengembangan masyarakat desa Pagerungan Besar. Penelitian yang dilakukan ini bersifat eksploratif, yakni menganalisa data-data yang memperlihatkan peran serta dan pengembangan masyarakat yang ada, dan melihat juga hubungan variabel - variabel, antara peran serta ARCO Indonesia dengan pengembangan masyarakat dari sudut pandang pendidikan, agama, kesehatan dan ekonomi.

Penelitian peran serta ARCO Indonesia dibatasi hanya pada sebagian kecil saja dari bantuannya baik moril maupun materiel, berupa beberapa sarana penunjang terutama dalam bidanng pendidikan, agama, kesehatan serta ekonomi.

Demikian pula penelitian yang dilakukan terhadap adanya pengembangan masyarakat di desa Pagerungan Besar yang berkisar hanya di bidang-bidang tersebut di atas sehingga dapat jelas dilihat berbagai sifat, jenis dan hubungan antar bvariabel yang dapat saling membantu dalam rangka memahami berbagai gejala sosial dalam masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa walaupun ada perbedaan yang menyolok antara kedua kelompok yang diteliti, ternyata dengan terdapatnya hubungan-hubungan variabel yang ada diantara keduanya, maka peran serta perusahaan swasta dan pengembangan masyarakat dapat mendukung program yang telah direncanakan semula sehingga lebih efektif dan efisien.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suady Husin
Abstrak :
ABSTRAK
Nias, adalah nama pulau atau daerah yang terletak disebelah barat pulau Sumatera. Daerah ini merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam propinsi sumatera Utara. Masyarakat di daerah itu sebagian besar hidup sebagai petani.

Daerah Nias, mulanya merupakan daerah yang banyak menghasilkan dan mengeksport kopra. Karet. Beras, biji pala, kopi dan babi ke luar daerah. Ajab tetapi menjelang tahun 1960 an dan sampai sekarang, hasil-hasil itu terus mengalami penurunan. Bahkan beras yang merupakan kebutuhan pokok penduduk, sebagian harus dibantu dengan didatangkan dari luar daerah. Keadaan ini selalu ditimpahkan kesalahan pada sistem kehidupan sosial masyarakatnya, dianggap statis, tidak berkembang, tidak dapat menyesuaikan diri, kolot dan sebagainya.

Akan tetapi mereka sering tidak memahami bahwa perubahan kehidupan sosial masyarakat, juga dapat menjadi penyebab menurnnya hasil produksi pertanian. Misalnya meningkatnya tuntutan terhadap kesejahteraan sosial masyarakat dapat mempengaruhi pola tingkah laku dalam menggunakan sumberdaya alam. Timbulnya upaya dengan maksud menaikkan daya dukung lingkungan, tetapi sering terjadi sebaliknya yakni menurunnya daya dukung lingkungan. Yang pada gilirannya membawa dampak pada sistem lain, dan diantaranya menurunnya hasil produksi pertanian.

Bertitik tolak dari pemikiran itu kami mencoba mengadakan penelitian pada dinamika kehidupan sosial masyarakat Nias dalam kaitannya dengan keserasian ekosistem. Yang meniadi masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Sejauh mana dan faktor apa yang mendorong terjadinya perkembangan/Perubahan pada sistem kehidupan sosial masyarakat ; (2) bagaimana fungsi perubahan terhadap ekosistem.

Penelitian bertujuan : (a) untuk dapat mengidentifikasi dipertimbangkan untuk mengadakan proyeksi terhadap pola-pola kehidupan masa mendatang serta (b) dapat mengetahui kemungkinan kebijaksanaan dan mekanisme pengendalian sosial untuk membatasi gangguan terhadap ekosistem yang sebaik? baiknya.

Adapun vaniabel yang diteliti yaitu perkembangan sistem pencaharian hidup, mulai dari stadium antropòsere I sampai dengan stadium antroposere V. Dengan indikator : faktor yang mendorong mereka melakukan dan tidak melakukan sistem pencaharian itu ; bagaimana dampak sistem pencaharian itu terhadap unsur ekosistem ( lingkungan alam ); bagaimana keadaan hasil yang diperoleh dengan keadaan lìngkungan itu ? Penelitian ini dilakukan di daerah Nias, dengan ernpat kecamatan sebagai sampel lokasi, setiap kecamatan itu ditetapkan empatdesa/kelurahan yang menjadi sampel lokasi. Sampel lokasi ditentukan secara stratifeld sampling berdasarkan purposive sample. Setiap desa/kelurahan sampel lokasi ditetapkan dua orang informan puposive sample. Sedangkan responder, ditetapkan sebanyak 100 orang yang diambil dari setiap sampel lokasi yang jumlahnya didasarkan Pada Perentase. jumlah rumah tangga yang terdapat pada Masing-masing kecamatan dan desa/kelurahan sampel lokasi itu.

Data diperoleh dengan cara ; Wawancara dengan para informan angket utuk dijawab oleh para responden, pengamatan lapangan dan menelaah bahan?bahan bacaan yang berkaitan dengan penelitian.

Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan secara ringkas sebagai berikut :

(1) Dinamika yang terjadi dalam sistem kehidupan sosial masyarakat Nias dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, pada saat ini telah berada dan beradaptasi dengan semakin terkosentrasi pada sitem pencaharian agraris ( tingkat kehidupan manusia pada stadium antroposere IV ).

(2) Adaptasi yang dilakukan pada setiap tahap stadium kehidupan itu ( stadiurn antroposere I, II dan III ), walaupun telah berada pada sistem pencaharian agraris, selalu meniadi penyebab dan menyebabkan rnenurunnya kualitas lìngkungan hidup alam. Seperti menjadi langkanya berbagai jenis Flora dan fauna, menyempitnya areal hutan, rusaknya ekosistem pantai dan sebagainya.

(3) Si Dinamika kehidupan sosial masyarakat Nias yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup alam Terutama seperti semakin tingginya pertumbuhan penduduk, semakin menyebarnya kemiskinan dan ketidak tahuan, integrasi budaya dan luar. Sehingga hal ini mempengaruhi sistem interaksi masyarakat itu terhadap lingkungan hidup alam. Misalnya sikap penggunaan sumberdaya alam yang tak bijaksana, intensif dan ekstensifnya penggunaan sumberdaya alam dan sebagainya. Keadaan ini membawa dampak pada sistem lain, diantaranya menurunnya hasi produksi pertanian.


ABSTRACT
Nias is an island in the area of west Sumatera. This districts is part of the province of north Sumatera. Most of it population are farmers and fisherman. Initially, Nias products and exports are copra, rubber, rice, nutmeg, coffee and pigs. As of 1960, results of said products decrease. Rice, as a primary need, must be imported.

Thus may be caused by the system of its social life which is not developing and unable to cope with the present situation. Thus resulting in the decrease of the agricultural product. Based On this reality, we are trying to make a re.1m12 reserach on the social life of the Nias community, connected to the dynamics of the adapted interrelated ecosystem. The question in this research are : (1) What factors are connected to development of the social life of the community? (2) what is the impact of the development on the ecosystem? the purpose of this research are : (a) to identyfy the social life of the Nias community ; factors that must be considered for the projections of its life design and (b) the possibility of common social mechanisme to overcame disturbances on the ecosystem.

The variable to research is the system of their means of living, starting from stadium antroposere I till stadium antroposere V. An indicator : system to perform the means of living ; how the impact works regarding the ecosystem ( natural environment ) ; and what is the result of the persent natural enveronment ?

A reserach was made in the Nias area, with fours districts ( kecamatan ) as an example, and each district was chosen as four country/district ( desa/kelurahan ) as location example. Then the location was each village/village head was drawn up by two infromants. While a respondent was drawn up 100 persons based on its total percentage of hauses at each district and village.

Data werw gathered from ; interviews with informants, circulation of questionnaires, observation on the spot an recing materials connected to this research.

Conclution of this research :

(1) The dynamics accured on the system of the social life of Nias community in fulfilling the needs of life adapted to agriculture ( human life on stadium antroposere IV ).

(2) Adapted at each stadium of living ( stadium antroposere I, II, and III ). Although a system on agriculture was reached always causing a decrease in the quality of natural environment. For instances flora and fauna, forest, sea coastr, etc.

(3) Social life of Nias community which its decrease in the quality of the environment of nature. Mostly, the increase of its population, poverty and ignorance of cultural integration from outside. Such effecting the interaction system on the people towartds the natural environment. Such as benefinting from natural sources, and the like, also an un avourable impact on other systems, like the decrease in the result of agriculture.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heribertus Ompusunggu
Abstrak :
Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan destinasi wisata yang direncanakan oleh Pemerintah didaftarkan pada UNESCO di tahun 2015, sebagai heritage atau warisan budaya. Namun permasalahan kemacetan lalu lintas, gangguan keamanan dan tidak tertibnya pedagang kaki lima akan menjadi hambatan dalam rencana tersebut. Sehingga diperlukan fungsi kepolisian dengan mengedepankan kemitraan dengan masyarakat di Kawasan Kota Tua dalam penanggulangan terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi. Pertanyaan tesis ini adalah: bagaimana Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua Jakarta, kendala-kendala yang dihadapi dan Pemolisian yang ideal yang dapat diterapkan di Kawasan Kota Tua Jakarta. Teori dan Konsep yang digunakan pada tesis ini adalah, polisi, pemolisian, masyarakat atau komuniti, pariwisata, perkotaan, manajemen, Polsek dan Polsubsektor dan Analisis SWOT. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berfokus pada etnografi, sementara metode penulisannya penulis cenderung ke deskriptif analisis. Temuan penelitian menyebutkan Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua Fatahilah dilaksanakan dengan melalui beberapa proses manajemen yakni perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan. Kegiatan yang dilakukan adalah pengaturan, penjagaan, dan patroli. Kendalakendala yang dihadapi dari segi internal, adalah kemampuan Polsubsektor Pinangsia masih terbatas hal ini dilihat dari segi sumberdaya manusia secara kuantitas baik kualitas (khususnya tidak ada polisi pariwisata), sarana dan prasarana serta anggaran. Sementara kendala dari segi Eksternal adalah kurang maksimalnya kerjasama dengan pihak Sat Pol PP, Satpam Museum, PKL, Parkiran dan Linmas dalam hal keterpaduan, kurang maksimalnya alat pendukung pengamanan di wilayah kawasan Kota Tua, misalnya pagar dan CCTV. Model Pemolisian yang ideal dengan melihat keterbatasan organisasi, bagi Polsubsektor Pinangsia adalah pemolisian modern yang proaktif dalam menyelesaikan masalah dengan memfokuskan pelayanan dan pengayoman terhadap pariwisata perkotaan. Kesimpulan, Pemolisian Polsubsektor Pinangsia di Kawasan Kota Tua Jakarta sudah dilaksanakan melalui peran petugas Polsubsektor Pinangsia yang memiliki kecenderungan menekankan peran para petugas kepolisiannya pada tindakan-tindakan kepolisian secara persuasif, preemtif dan preventif dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang bersifat individu.. Saran, seharusnya Polsubsektor Pinangsia memiliki kemampuan secara kualitas dan kuantitas untuk menjamin kenyamanan wisatawan dalam melakukan kunjungannya, dan ditunjang oleh pendukung dalam rangka penanggulangan permasalahan sosial yang membutuhkan dukungan dari Pemerintah. Kata Kunci: Pemolisian, Perkotaan dan Pariwisata. ......The Kota Tua Jakarta area is a tourist destination which was planned by the Government registered on the UNESCO in 2015, as a heritage city. But the problems of traffic congestion, security threats and not martinet vendors will be obstacles in the plan. So that the necessary police functions by promoting partnerships with the community in the Kota Tua Jakarta area in in response to the social problems that occur. The thesis question is: how policing Polsubsektor Pinangsia in the Kota Tua Jakarta area, obstacles faced and policing an ideal that can be applied in the Kota Tua Jakarta area. Theories and concepts used in this thesis is, police, policing, community or local community, tourism, urban management, police and Polsubsektor and SWOT Analysis. Methods This study used a qualitative approach focuses on ethnography, while the methods of literary writers tend to the descriptive analysis. Polsubsektor Pinangsia policing research findings mentioned in the Kota Tua Jakarta area implemented through a management process ie planning, organizing, leadership and supervision. Activities undertaken is the setting, maintenance, and patrol. Constraints faced in terms of internal, is still limited ability Polsubsektor Pinangsia this in terms of human resources in terms of quantity of good quality (in particular there is no tourism police), infrastructure and budget. While the terms of the External constraints are less maximum cooperation with the Sat Pol PP, museum guard, street vendors, parking and Linmas in terms of integrity, lack of support tools maximum security in the Kota Tua Jakarta area, such as fencing and CCTV. The ideal model of policing to see the limitations of the organization, for Polsubsektor Pinangsia modern policing is proactive in resolving problems with the service and protection focusing on urban tourism. Conclusion, policing Polsubsektor Pinangsia in the Kota Tua Jakarta area has been carried out through role Pinangsia Polsubsektor officer who has a tendency emphasizes the role of its police officers on police actions persuasively, preemptive and preventive to implement various activities are individual. Advice, should have the ability Polsubsektor Pinangsia in quality and quantity to ensure the comfort of the traveler's visit, and supported by the support in order to control social problems that require the support of the Government.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isyanto
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>