Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Spicer, John W.
London: Churchill Livingstone Elsevier, 2008
572.8 SPI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irianto
Abstrak :
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak menyerang masyarakat terutama anak-anak balita. Di Kota Cirebon penyakit ISPA selaiu menempati peringkat pertama dalam kejadian 10 penyakit terbesar, dan Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang menempati peringkat pertama. Dari segi kesehatan lingkungan, Kecamatan Lemahwungkuk juga menempati peringkat pertarma dengan kondisi lingkungan rumah yang masih banyak tidak memenuhi syarat kesehatan. Dengan keadaan seperti ini, diduga ada hubungan antara kondisi lingungan rumah penduduk yang tidak memenuhi syarat dan karakteristik balita dengan kejadian penyakit ISPA pada balita. Penelitian ini tentang hubungan faktor lingkungan rumah dan karakteristik balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional yang dilaksanakan dengan metode survei melalui wawancara dan pengukuran. Jumlah sampel sebanyak 224 sampel, sebagai unit analisis adalah balita umur 2 sld 59 bulan, sedangkan yang menjadi responder adalah ibu balita. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis. Analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat uji chi square dan uji t dan analisis multivariat regresi logistik ganda model prediksi. Hasil penelitian diperoleh gambaran 54,9% balita menderita ISPA dan 45,1% balita tidak menderita ISPA. Hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah status imunisasi, Janis lantai, ventilasi ruang keluarga, kepadatan hunian rumah, merokok di dalam rumah, suhu kamar balita dan suhu ruang keluarga. Model akhir setelah uji interaksi didapatkan variabel yang paling berpengaruh atau berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita adalah variabel merokok di dalam rumah dengan OR = 58,682, artinya balita yang tinggal di rumah dan di dalamnya ada anggota keluarga yang merokok mempunyai risiko rnendcrita penyakit 1SPA 58,7 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah tanpa ada yang merokok di dalamnya. Kemudian disusul kepadatan hunian rumah dengan OR = 25,59, artinya balita yang tinggal di rumah yang padat penghuninya mempunyai risiko menderita penyakit ISPA 25,6 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah yang tidak padat penghuninya. Sedangkan va.-label yang berinteraksi yaitu variabel merokok di dalam rumah dengan kepadatan hunian rumah. Saran bagi masyarakat agar selalu berusaha memperhatikan lingkungan rumah sehingga memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan kepada Dinas Kesehatan Kota Cirebon, disarankan agar mengoptimalkan program penyuluhan tentang bahaya merokok dan rumah sehat, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan program perbaikan sarana sanitasi dasar perumahan. ......Acute respiratory infection disease (ART) is the disease that attacks people, mainly children under the age of 5. In Cirebon ART disease is always on the first rank of the i d biggest diseases, and Lemahwungkuk is the first. From the environmental health side, Lemahwungkuk is also on the first rank for the environment of the house condition that does not fit to healthy requirements. Seeing that condition, assumed that there is connection between improper home environment and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5. This research about connection home environment factor and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5. This research used cross sectional design implemented with survey method and measured. The sample amount 224, as the analyze unit is the children age 2 to 59 months, meanwhile the respondents are their mothers. Sampling was done systematically random sampling. The data analyzes that is used chi square test and l test bivariate analyzes and the prediction model double logistic regression multyvariate analyzes. The result of this research described that 54,9 % of children under the age of 5 suffer from ART disease and 45,1 % of children under the age of 5 do not suffer from ARI disease. Bivariate analyzes result found some variables that clearly connected to ARI disease such as immunization status, the type of floor, the family room ventilation, the at home population, the at home smoking, the temperature of children's room and the temperature of family room. The final model after interaction test got significant variable or related to ARI disease on children under the age of 5 is the at home smoking variable with OR 58,682. It means the children who live at home with the smoking family member tend to suffer ARl disease 58,7 times, compared to the children who live at home with no smoker in it. Then it is followed the at home population with OR = 25,59, it means that the children under the age of 5 who live at high population home tend to suffer ART disease 25,6 times, compared the children that live at low population home. We got variables interaction are the at home smoking interacted with the at home population. The recommended for community is asked to pay attention on their house so that fulfill the health requirement. Whereas to the Cirebon City Health Department is suggested to optimize promotion program of the hazar smoke and healthy house extension, the healthy behavior improvement program and the house basic sanitary recovery program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
Abstrak :
Penuaan (aging) dikaitkan dengan sejumlah besar perubahan fungsi imunitas tubuh, terutama penurunan Cell Mediated Immunity (CMI) atau imunitas yang diperantarai sel. Kemampuan imunitas kelompok lanjut usia menurun sesuai peningkatan usia termasuk kecepatan respons imun melawan infeksi penyakit. Hal itu berarti bahwa kelompok lansia beresiko tinggi terserang penyakit seperti infeksi, kanker, jantung koroner, kelainan autoimmun atau penyakit kronik lainnya. Seluruh penyakit ini mudah terjadi pada lansia karena produksi imunoglobulin menurun. Akibatnya vaksinasi yang diberikan pada kelompok orang tua seringkali tidak efektif melawan penyakit. Orang-orang tua yang umumnya menderita kekurangan gizi makro dan mikro akan memiliki respons sistem dan fungsi imun yang rendah. Oleh karena itu, kasus malnutrisi pada lansia seharusnya memiliki perhatian khusus secara dini, termasuk pemberian vaksinasi untuk pencegahan penyakit. Penyakit infeksi yang dialami oleh lansia dapat dicegah atau diturunkan melalui upaya-upaya perbaikan gizi karena sistem imun akan meningkat. Jika fungsi imun lansia dapat ditingkatkan, maka kualitas hidup individu meningkat dan biaya pelayanan kesehatan dapat ditekan.
Low Immunity Response in the Elderly. Aging is related to a number of changes in the immunity function, mainly the reducing of Cell Mediated Immunity (CMI). The immunocompetence of elderly worsen with age including the rate of immune respons against infection. It means that older people have a high risk of getting diseases such as infection, cancer, cardiovascular, autoimmune disorder, or other chronic diseases. All of these diseases occured in elderly due to the immunoglobulin production decrease. Thus, vaccination given to elderly often might not be effective against diseases. Older people who commonly suffer from a decrease of macro and micronutrients will have a low function and response of the immune system. Therefore, malnutrition cases in elderly should have early specific attention including consideration in given vaccination for preventing diseases. Infectious diseases mostly suffered by older people can be prevented or reduced through improving nutrition efforts because the immune system will be improved. If the immune function of the elderly can be improved, the individual quality of life increases and the health cost can be suppressed.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rimarky Oemar
Abstrak :
Penyakit infeksi saluran pernafasan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan global yang sangat memerlukan penanganan khusus. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1986, morbiditas dan mortalitas infeksi saluran nafas menduduki urutan pertama, dan pada SKRT tahun 1992 dan 1995 morbiditasnya masih tetap di urutan pertama sedangkan mortalitasnya berada di urutan kedua. Hasil pelaporan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Bidang Kesehatan di Arab Saudi tahun 2000, dari jumlah kunjungan jemaah haji yang berobat ke Kloter dan BPHI 51,18% penderita infeksi saluran pernafasan, dan 35% diantaranya menderita penyakit common cold.

Upaya untuk menanggulangi masalah penyakit common cold selama ini diberikan obat anti biotika. Teknik lain yang perlu diberikan untuk dapat meningkatkan daya immunologi yaitu imboost. Untuk mengetahui apakah pemberian obat (Obat anti influenza/Imboost) dapat meningkatkan daya tahan tubuh jemaah haji Indonesia selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dilakukan penelitian ini. Studi ini menggunakan desain kohor retrospektif, yang mengevaluasi pemberian imboost dan membandingkan dengan yang tidak diberikan imboost. Jumlah sampel sebanyak 180 orang dan diobservasi selama 40 hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistematik random sampling . Hasil penelitian menunjukkan; secara umum dapat disimpulkan bahwa pemberian imboost memberikan manfaat pada jemaah haji untuk mencegah terjadinya common cold OR 0.16 kali dibandingkan yang tidak diberi imboost 95%CI (0,086-0.325). Variabel eksposure pada penelitian ini merupakan variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian sakit common cold, sedangkan variabel independen lainnya ternyata tidak signifikan.
Relation exposure Imboost to common cold for Indonesia Hajj in Saudi Arabia on 2001 M / 1421 HRespiratory infection disease in Indonesia is still a general health problem, which is needs specially handling. The results of house hold healthy survey (SKRT) in 1986, morbidity and mortality of bronchus infection disease taking the first rater and also SKRT on 1992 and 1995. The performance of Hajj in Saudi Arabia actuated every year rules by regulation No. 17, 1999, about performance especially on health arrange, including health service on hajj pilgrimage that they can do the activity of hajj authentically, easily and perfect. The report from PPIH in Saudi Arabia 2000, the sum visited to BPIH 51, 18% was respiratory infection, and 35% between them suffered common cold.

To be grow up the immunity from common cold disease, in 2001 has been trying to give the imboost. The unit of analysis is who has made the pilgrimage to Mecca in 2001. This research is cohort retrospective design and sampling method is systematic random sampling with sample of 180 people for 40 days observed. Some important results showed that only 33.3 percents of respondent have common cold, and 66.7 percents haven?t. Variables exposure is only variable significantly related with common cold disease, and interpretation of association OR= 0.16 95% CI (0.086-0.325) that imboost supplement can better protect from common cold than not. Meanwhile another independent of variables is not related to common cold.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Molita Marliana
Abstrak :
Pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial yang baik merupakan salah satu langkah penting dalam upaya pengendalian infeksi nosokomial. Saat ini belum diketahui bentuk pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial yang ideal dan dapat diterapkan di RSUD Koja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk analisa terhadap pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam kepada mereka yang menduduki posisi ketua pada organisasi pengendalian infeksi nosokomial RSUD Koja dan pembagian kuesioner pada para anggotannya yang terdiri dari 10 kepala ruangan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan telaahan terhadap dokuemen-dokumen yang berhubungan dengan pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja. Hasil penelitian menunjukan pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja masih kurang baik. Sasaran organisasi telah ditentukan tetapi belum dterjemahkan ke dalam serangkaian tujuan yang lebih dapat diterapkan. Telaahan terhadap lingkungan organisasi mengidentifikasikan beberapa faktor yang dinilai sebagai pendukung dan penghambat pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi yang ada saat ini belum tepat. Diagram organisasi, uraian tugas, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan pegorganisasian juga belum dilengkapi. Kesimpulan analisa pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial ini adalah belum dilaksanakannya pengorganisasian dengan baik. Saran yang diajukan adalah perbaikan dalam pengorganisasian, yaitu dengan menetapkan tujuan, pemanfaatan faktor-faktor peluang, mengantisipasi faktor ancaman, perbaikan dalam struktur organisasi, dan melengkapi dokumen-dokumen yang terkait dengan pengorganisasian.
Analysis the Organizing of Nosocomial Infection Control at Koja Hospital, JakartaEstablishing well organized nosocomial infection control is one of the important steps in controlling nosocomial infection. At present the ideal organizing of nosocomial infection control that can be applied at Koja Hospital is still unknown. Qualitative method is used to analyze the organizing or nosocomial infection control at Koja Hopital. Primary data was collected by interviewing all chairman in nosocomial infection control organization, distributing questioners to 9 members, and reviewing all documents related to the organizing process of the nosocomial infection control. The result shows that some basic steps in organizing have been done. The organization of nosocomial infection control has stated its goal, but has not been translated to several objectives which are more applicable. The environmental review identifies some factors that support and inhibit the organizing process. This research also shows that the organizational structure is not suitable for the organization The conclusion of the analysis is the organizing of nosocomial infection control in RSUD Koja has not been done properly. The suggestion are translate the organizational goal into some objectives organization wishes to achieve, take advantage of factors that can support the nosocomial infection control organization, anticipate factors that can inhibit the organization, change the organizational structure, and complete documents related to the organizing process of nosocomial infection control.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T 4633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambun Kadri
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis. Di Indonesia penyakit ini merupakan masalah utama kesehatan masyarakat karena kasusnya terus meningkat setiap tahunnya tetapi tidak dapat terdeteksi dengan baik karena salah satu penyebabnya adalah perilaku pencarian pengobatan yang menjadi tersangka penderita penyakit ini tidak datang ke fasilitas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian pengobatan tersangka penderita TB Paru di wilayah puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2005. Penelitian ini menggunakankan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah serta telaah dokumen. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku. Sebagai informan adalah masyarakat yang diduga tersangka penderita TB Paru yang dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan perilaku pencarian pengobatannya yaitu perilaku 1 adalah tidak melakukan tindakan apa-apa, perilaku 2 mengobati diri sendiri perilaku 3 berobat kedukun, perilaku 4 membeli obat warung, perilaku 5 berobat ke puskesmas dan perilaku 6 berobat ke dokter praktek swasta. Dari keenam perilaku ini diambil masingmasing satu informan untuk dilakukan wawancara mendalam dan delapan orang untuk dilakukan diskusi kelompok terarah, selain itu juga dilakukan wawancara mendalam kepada petugas kesehatan, pengawas menelan obat, dukun, warung obat, tokoh masyarakat, keluarga dan penderita TB Paru dan dokter praktek swasta. Karateristik informan yang dilihat adalah pengetahuan, persepsi, sikap, motivasi, dan niat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informan perilaku 1 dan 2 tidak mempunyai pengetahuan tentang TB Paru, perilaku 3 dan 4 mempunyai pengetahuan cukup baik tentang, perilaku 5 dan 6 sudah mempunyai pengetahuan yang baik terhadap penyakit TB Paru. Persepsi informan terhadap penyakit TB Pam pada perilaku 1 dan 2 kurang baik, pada perilaku 3 dan 4 cukup baik dan pada perilaku 5 dan 6 sudah baik Sikap informan terhadap penyakit TB Paru semua setuju bahwa penyakit tarsebut menular dan bisa disembuhkan bila teratur berobat ke puskesmas kecuali pada perilaku 1 dan 2 tidak setuju dengan hal tersebut. Semua informan mempunyai motivasi yang positif terhadap penyakit TB Paru kecuali perilaku 1 dan 2 yang mempunyai motivasi negatif Niat dan keinginan untuk sembuh bila menderita penyakit TB Paru semua kelompok mempunyai niat dan keinginan seperti itu kecuali sebagian kecil dari perilaku 1. Dan laporan puskesmas tahun 2005 basil penjaringan pasien tersangka TB Paru masih sangat rendah Baru mencapai 38,5% dari sasaran yang telah ditetapkan. Petugas kesehatan mempunyai pengetahuan, persepsi, sikap, motivasi dan niat yang bailk terhadap program TB Paru puskesmas demikian juga pada pengawas menelan obat dan keluarga penderita Tidak ada kerjasama puskesmas dengan tokoh masyarakat, dukun dan dokter praktek swasta dalam program penanggulangan penyakit tuberkulosis. Peneliti menyarankan kepada puskesmas Tanjung Paku untuk meningkatkan kegiatan promosi aktif program P2TB paru dan kerjasama lintas sektor dan program.
The tuberculosis is direct infection disease that caused by Mycobacterium Tuberculosis. In Indonesia this disease is the main public health problem because the case adding every year but can not good detection.. Because this case may cause by medication seeking behavior of this disease patient not coming to health facility. This research aim is to find the behavior of TB lungs patient medication seeking in Tanjung Paku primary health center Solok City West Sumatera year 2005. This research using qualitative approach by doing circumstantial interview and directional group discussion and also document analyze. Research location is done in Tanjung Paku'.primary health centre working regional. As informant is society that suspect as TB lungs patient which divided into six group based on medication seeking behavior that is behavior 1 with not doing any action, behavior 2 with curing oneself; behavior 3 of medicating to shaman, behavior 4 with buying stall medication, behavior 5 of medicating in primary health centre and behavior 6 of medicating to private doctor. From these six behaviors each one informant taken for a circumstantial interview and eight people for directional group discussion, and also done circumstantial interview to health official, medicine consumes watcher, shaman, drug store, public figure, family from TB lungs patient and private doctor. Informant characteristic seen is knowledge, perception, attitude, and intention. This research result shows that informant toward TB lungs disease in behavior 1 and 2 do not have knowledge, behavior 3 and 4 is quite good, behavior 5 and 6 is good. Informant perception toward TB lungs disease in behavior 1 and 2 is not quite good, behavior 3 and 4 is quite good, and behavior 5 and 6 is good. Informant attitude toward TB lungs disease is everyone agree that the disease contaminate and can be cured if regularly take medicine from primary health care except in behavior 1 and part of behavior 2 do not agree with it. All informants have positive motivation toward TB lungs disease except behavior 1 and 2 that has negative motivation. Intention and desire to be cured if infect by TB lungs disease is agreed by all group except part of behavior. From primary health centre report year 2005 the result of TB lungs patient screening is 30 % target exist and this still very low. Health official has good knowledge, perception, attitude, motivation, and attention toward primary health care TB lungs program and also toward medicines consumes watcher and patient family. There is no cooperation between primary health centre with public figure, shaman and private doctor in this tuberculosis disease preventative program. Researcher suggest Tanjung Paku primary health centre to increase active promotion activity of it P2TB program and cooperation across sector and program.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Putsa Dhiniansa
Abstrak :
ABSTRAK Praktek Kerja Profesi di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Periode September 2017 bertujuan untuk memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di puskesmas, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku serta wawasan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek kefarmasian di puskesmas, mempelajari strategi dan pengembangan praktek profesi apoteker, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian, serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain yang bertugas di puskesmas. Praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan dilakukan selama dua minggu dengan tugas khusus yaitu ldquo;Penyuluhan Penyakit ISPA di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan rdquo;. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mahasiwa untuk menyampaikan informasi kesehatan sebagai salah satu tugas apoteker dalampelayanan farmasi klinik dan menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan pengobatan ISPA.
Internship at Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu South Jakarta Period September 2017 aims to understand the role, duties, and responsibilities of pharmacists in the practice of pharmaceutical services in the public health center, have the knowledge, skills, professionalism, as well as insights and real experience to undertake pharmaceutical practices in the public health center, learn the strategies and development of professional practice of pharmacists, have a real picture about pharmaceutical work issues, as well as be able to communicate and interact with other health personnel who served in the public health center. Internship at Kebayoran Lama Public Health Center was conducted for two weeks with special assignment ldquo;Counseling of Acute Respiratory Infection Disease at Pasar Minggu Public Health Center South Jakarta rdquo;. The purpose of this special asignment is to develop the ability to convey health information as one of pharmacist 39;s duty in clinical pharmacy service and increase public knowledge about Acute Respiratory Infection disease and treatment.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Insanul Sabri
Abstrak :
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang memiliki angka persentase tinggi di Indonesia. ISPA juga merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien ke berbagai tingkat fasilitas kesehatan. Pemberian antibiotik terhadap pasien ISPA di Puskesmas Kecamatan Cengkareng berdasarkan himbauan dari Dinas Kesehatan haruslah berjumlah kurang dari 20% untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Atas dasar pertimbangan tersebut, dilakukan analisis untuk melihat seberapa banyak pasien ISPA yang mengunjungi Puskesmas Kecamatan Cengkareng, umur penderita ISPA, jenis obat-obatan yang diresepkan serta mencari persentase peresepan antibiotik pada penderita ISPA untuk disesuaikan dengan himbauan Dinas Kesehatan. ......Acute Respiratory Infection Disease is the disease that has a high percentage in Indonesia. That is also one of causes of patient visits to various level of health facilities. Administrations of antibiotics to patient at the Cengkareng District Health Centre based on regulatory standards must amount to less than 20 % to prevent antibiotic resistance. On the basis of these considerations, an analysis was carried out to see how many patients visited Cengkareng District Health Centre, the ages of sufferers, the types of drugs prescribed and the percentage of antibiotics prescription for patients to comply with the regulatory standards.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library