Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saktya Wijaya
"Seiring dengan terjadinya krisis yang berkepanjangan di Indonesia sejak tahun 1997 dan menguatnya nilai tukar US Dollar terhadap Rupiah, membuat usaha yang bergerak di bidang Rumah Sakit mulai menemukan kesulitan dalam hal penekanan biaya. Kesulitan yang dihadapi antara lain berupa meningkatnya biaya pengelolaan, yaitu karena meningkatnya biaya operasional dan investasi. Harga obat dan bahan habis pakai lainnya juga meningkat, yang pada akhirnya hal ini sangat berpengaruh terhadap pasien. Keadaan ini mengharuskan usaha Rumah Sakit tersebut melakukan peningkatan efisiensi di segala bidang. Agar dapat meningkatkan efisiensi, maka perlu dilakukan pengendalian dalam sistem manajemen rumah sakit. Karena rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang multi kompleks, maka unsur pengendalian menjadi sangat strategis dan sangat penting dalam penyelenggaraannya. Pengendalian sendiri dapat dilakukan berupa pengendalian intern yang dilakukan oleh Pimpinan Satuan Kerja atau Satuan Pengawas Internal, dan pengendalian eksternal yang dilakukan oleh pihak Akuntan Publik Beberapa hal yang membedakan rumah sakit dengan institusi lain adalah motivasi, pendanaan, jenis produk dan kegiatannya, dorongan untuk menyediakan pelayanan medik yang baik adalah ciri rumah sakit sedangkan dorongan untuk mendapatkan keuntungan merupakan ciri suatu usaha bisnis murni. Dengan adanya restrukturisasi Pertamina, Pertamina kembali kepada core bussiness yaitu minyak sedangkan untuk dapat melaksanakan layanan kesehatan mandiri dibentuklah perseroan terbatas (PT) oleh karena itu dibentuklah PT. RSPP. Dengan telah menjadi PT, maka PT. RSPP memerlukan suatu bagian yang bersifat independen dan memiliki kewenangan dalam melakukan pengawasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendalami sejauh mana peranan SPI di PT. RSPP dalam melaksanakan pengendalian terhadap kegiatan usaha dan memberikan informasi yang akurat dan tepat kepada manajemen puncak. Hal tersebut sangat penting bagi manajemen untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat, serta agar di dalam mengelola perusahaan dapat tercipta sistem pengendalian manajemen yang baik Dari hasil penelitian tersebut, dapat diungkapkan kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pengawasan internal dan lalu disesuaikan dengan teori yang ada sebagai saran untuk perbaikan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T24105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji nurfirman
"ABSTRAK
Pertukaran mata uang dan pergerakan nilai tukar mata uang asing, khususnya US Dollar,
sangat mempengaruhi hampir semua sisi kegiatan bisnis. Sehingga sangat penting bagi pelaku
bisnis untuk melakukan analisa dan proyeksi atas pergerakan nilai tukar dalam setiap perencanaan
dan pengambilan keputusan bisnis.
Analisis pergerakan nilai tukar dilakukan dengan menganalisa pola pergerakan nilai tukar
dan volatilitasnya dan hubungan nilai tukar dengan variabel ekonomi domestik dan suku bunga US
Dollar di pasar uang internasional. Sebagai alat analisa digunakan model ekonometrik seperti:
Regresi, ARIMA dan ARCH dan GARCH. Periode waktu yang dianalisa dalam karya akhir ¡ni
adalah Januari 1994 ? Desember 1999, khusus untuk data mingguan adalah Minggu ke-1 Januari
1996 hingga Minggu ke-4 Desember 1999.
Dalam analisa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar ditemukan adanya
perubahan struktur (structure break) sejak Agustus 1997, saat Bank Indonesia mencabut band
intervensi, karena fluktuasi gerakan nilai tukar yang sangat tinggi dibandingkan gerakan normal
sebelumnya. Volatilitas yang tinggi terlihat terutama pada gerakan mingguan sehingga harus
digunakan model ARCH dan GARCH untuk mengakomodasi volatilitas tersebut. Volatilitas yang
tinggi ini menunjukkan tingginya resiko dalam transaksi pertukaran rupiah dan US Dollar. Analisa
atas model ARIMA dan ARCH dan GARCH menunjukkan bahwa suatu model peramalan yang
handal tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan variabel nilai tukar ¡tu sendiri saja,
dibutuhkan variabel lain sebagai regressor.
Berdasarkan kajian teori diidentifikasi empat variabel ekonomi yang mempengaruhi
perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar: Perubahan jumlah uang beredar, inflasi, suku
bunga dan neraca pembayaran. Perubahan jumlah uang beredar merupakan variabel ekonomi yang
memiliki korelasi paling besar dengan perubahan nilni tukar. Sebagai mata uang lunak (soft
Currencies), setiap penambahan jumlah rupiah yang beredar hamp?r seluruhnya akarm diserap olch
perekonomian dalam negeri, karena Rupiah bukan rnerupakan cadangan internasional
(international reserves) bagi negara lain. Oleh karena itu setiap penambahan jurnlab rupiab yang
heredar, yang berarti peningkatan penawaran rupiah, akan langsung mendororig melemahnya nilai
tukar rupiah. Perubahan jumlah uang beredar sebagai variabel bebas dapat menjelaskan lebih dari
85 persen variasi perubahan nilai tukar bulanan sehingga bandai untuk dipakai sebagai model
perarnalari perubahan nilai tukar bulanan.
Analisis regresi menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup besar antara inflasi dan
perubahan niiai tukar pada bulan yang sama. Gerakan inflasi justru lebih cenderung mengikuti
gerakan perubahan nilai tukar bulan sebelumnya. Dalam hal ini inflasi terjadì karena meiemahnya
nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya semua unsur biaya dalam mata uang asing
sehingga inendorong terjadinya inflasi di balan berikutnya. Dalam jangka waktu yang lebih
panjang, triwulanan, terdapat korelasi yang cukup kuat antara inflasi dan perubahan nilai tukar,
Sementara suku bunga dan neraca pembayaran tidak memiliki korelasi yang cukup kuat dengan
perubahan nilai tukar rupiah. Model peramalan perubahan nilai tukar triwulanan yang signifikan
dan handal didapat dengan menggabungkan tiga variabel bebas: Perubahan jumlah uang beredar,
inflasi dan neraca pembayaran.
Nilai tukar rupiah juga akan dipengaruhi oleh perbandingan antara tingkat pengembalian
(rate of return) rupiah dengan tingkat pengembalian US Dollar. Sebelum Juli 1997 pada saat faktor
resiko memegang rupiah belum menjadi sangat tinggi, selisih suku bunga rupiah dan US Dollar
mendekati perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar sebagaimana yang dinyatakan dalam
teori International Fisher Effect (IFE). Namun sejak akhir 1997, tingginya voiatilitas nilai tukar
dan krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan telah meningkatkan resiko memegang rupiah
menjadi sangat tinggi. Tingginya resiko ini menyebabkan selisih suku bunga tidak mampu lagi
mendekati perubahan nilai tukar, perbedaan selisih suku bunga dan perubahan nilai tukar menjadi
sangat besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IFE dapat dipakai sebagai alat peramalan nilai
tukar jika faktor resiko dan kondisi ekonomi dan politik normal, namun jika resiko menjadi sangat
tinggi maka IFE tidak dapat dipakal sebagai alat peramalan.
"
2001
T4983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rony Mamur Bishry
"Ekonomi Amerika Serikat di awal abad 2005 ditandai dengan mcnurunnya nilai US Dollar terhadap beberapa mata uang asing terutama Euro. Disamping meningkatnya surplus perdagangan China, salah satu penyebabnya adalah defisit perdagangan internasional dan defisit anggaran pemerintah. Defisit ini banyak dibiayai oleh investasi keuangan asing. Pertanyaannya: apakah US Dollar akan kehilangan dominasi iniecrnasional? Meskipun ada kecenderungan ini, seakan pemerinlah Amerika Serikat tidak begtu memberi perhatian dan tidak berusaha meningkatkan nilai US Dollar
Ekonomi AS juga harus menanggung beban meningkatnya biaya kesehatan masyarakat sehingga ingin restrukturisasi sistim social security. MasaIah lainnya adalah isu pengangguran karena penciptaan lapangan kerja tidak secepat yang diharapkan. Program penurunan pajak juga memberi beban terhadap ekonomi. Selain pemecahan masalah ekonomi tersebut, jika ingin meningkatkan nilai US Dollar Amerika Serikat perlu meningkaikan tahungan nasionalnya sehingga defisit dan hutang tidak hanya dibiayai oleh investasi asing.
"
2005
JSAM-X-1-JanJun2005-45
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suradi Tanadi
"Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengidentifikasi variabel makro yang mempengaruhi return saham yang tergantung dalam indeks LQ45 maupun yang mempengaruhi indeks LQ45 itu sendiri. Periode pengamatan adalah Januari 1998 sampai dengan Desember 2002. Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang secara kontiniu masuk dalam perhitungan indeks LQ45 selama lima tahun tersebut. Kedua belas saham tersebut adalah ASII, BMTR, GGRM, HMSP, INDF, ISAT, KLBF, MPPA, RALS, SMGR, TINS, dan TLKM.
Model statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan variabel babas adalah faktor ekonomi makro yaitu inflasi, SBI, kurs rupiah terhadap US dollar, tingkat suku bunga deposito 1 bulan pada bank-bank pemerintah, tingkat suku bunga deposito 12 bulan pada bank-bank pemerintah dan indeks saham luar negeri yaitu indeks Dow Jones, Hang Seng, Strait Times, Nikkei 225, dan NASDAQ.
Hasil dari penelitian menunjukkan hanya indeks Dow Jones yang mempengaruhi secara signifikan return dari indeks LQ45 dan saham TLKM. Saham ASII dan BMTR hanya dipengaruhi oleh kurs rupiah terhadap US dollar, Sedangkan tidak ada satu variabel pun yang mempengaruhi return saham GGRM dan RALS. Sementara itu, ada tiga variabel yaitu tingkat suku bunga deposito 12 bulan pada bank pemerintah, indeks Dow Jones, dan indeks Hang Seng yang mempengaruhi return saham HMSP. Dan ada tiga variabel juga yang mempengaruhi secara signifikan saham MPPA, yaitu tingkat suku bunga deposito 12 bulan pada bank pemerintah, indeks Dow Jones, dan kurs rupiah terhadap US dollar. Saham IND hanya dipengaruhi olch inflasi dan kurs rupiah terhadap US dollar. Sedangkan saham ISAT dipengaruhi oleh kurs rupiah terhadap US dollar dan indeks Dow Jones.
Hanya inflasi yang mempengaruhi return saham SMGR dan hanya indeks NASDAQ saja yang signifikan mempengaruhi return saham TINS. Sedangkan return saham KLBF hanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga deposito 12 bulan pada bank pemerintah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T18446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Soekarni
"Penelitian ini bertujuan untuk: (a) membuktikan manakah diantara dinar emas, dirham perak dan Dolar AS yang mempunyai nilai tukar paling stabil dalam denominasi yen, pound sterling dan euro; (b) menentukan arah dan bentuk hubungan volatilitas antara nilai tukar dinar emas, dirham perak dan Dolar AS dalam denominasi yen, pound sterling dan euro. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien variasi (coefficient of variation) dapat dinyatakan bahwa secara rata-rata nilai tukar dinar emas lebih stabil dibandingkan dengan nilai tukar dirham perak dan dolar AS terhadap yen, pound sterling dan euro.
Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa volatilitas nilai tukar dinar emas dengan dolar AS, dan dirham perak dengan dolar AS saling mempengaruhi. Sedangkan volatilitas nilai tukar dinar emas dengan dirham perak tidak saling mempengaruhi. Sementara itu, estimasi model VAR menunjukkan: (a) volatilitas nilai tukar dinar emas terhadap yen dan pound sterling dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dinar emas itu sendiri sebulan yang lalu, serta perubahan nilai tukar dolar sebulan dan dua bulan sebelumnya dengan koefisien regresi yang jauh lebih besar. Namun, nilai tukar dinar emas terhadap euro tidak dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar dolar terhadap euro; (b) volatilitas nilai tukar dirham pada umumnya hanya dipengaruhi oleh volatilitas nilai tukar dirham itu sendiri sebulan sebelumnya dengan koefisien regresi 0.9 dalam ketiga denominasi yang digunakan; (c) volatilitas nilai tukar dolar AS lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukarnya sendiri sebulan dan dua bulan sebelumnya.

This research has objectives to: (a) prove which exchange rate is more stable between gold dirham; silver dirham and US dollar in yen, pound sterling and euro denomination; (b) ascertain direction and volatility relationship form between gold dinar, silver dirham and US dollar to yen, pound sterling and euro. By calculating coefficient of variation, it was proven that in average, exchange rate of gold dinar more stable than US dollar and silver dirham in yen, pound sterling and euro denomination.
The result of Granger Causality Test demonstrated that exchange rate volatility of gold dinar to US dollar and silver dirham to US dollar has influences reciprocally. Meanwhile, gold dinar and silver dirham volatilities have no reciprocal influences. Moreover; VAR model estimation showed that (a) gold dinar exchange rate to yen and pound sterling is influenced by gold dinar exchange rate itself in one and two previous periods; and US dollar exchange rate in previous one and two periods; (b) exchange rate volatility of silver dirham in general is influenced by silver Dirham exchange rate itself in one previous period (regression coefficient around 0.9) in the three denomination,- and (c) US dollar exchange rate is more it influenced by US dollar exchange rate itself in one and two previous periods than the other variables."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T20513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Darwis
"Penelitian ini bertujuan: (a) Untuk mengetahui apakah ada hubungan volatilitas antara Dinar Emas dengan Dolar AS. (b). Untuk mengetahui apakah Dinar Emas lebih stabil dari nilai tukar Dolar. (c) Untuk mengetahui apakah Dinar Emas bisa menjadi alternatif nilai tukar untuk menggantikan Dolar AS.
Adapun data yang dikumpulkan adalah data indeks harga rata-rata Emas 24 karat, indeks nilai tukar rata-rata Dolar AS dan Indeks Harga Konsumen (IIr1K) pada periode Januari 200-Juli 2006 yang diperoleh dart perkembangan harga rata-rata valuta asing dan Emas di pasaran Jakarta. Data yang diperoleh adalah perkembangan rata-rata bulanan selama tujuh tahun, mulai Januari 2001 sampai dengan tahun Juli 2006. Data time series tersebut berjumlah 67 bulan selama tujuh tahun.
Hasil perhitungan laju pertumbuhan Dolar AS secara bualanan selarna periode penelitian Januari 200-Juli 2006 menunjukan bahwa laju pertumbuhan Dinar emas per bulan lebih tinggi daripada laju pertumbuhan Dolar AS. Hasil Uji kausalitas Granger pads periode penelitian Januari 1999 sampai dengan Juli 2006 menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas searah antara harga Emas dan Dolar AS. Dart hasil uji analysis of variance (ANOVA) periode penelitian Januari 2001-Juli 2006 dapat diambil kesimpulan bahwa Dinar emas lebih stabil daft pada Dolar AS. Kesimpulannya, Dinar Emas bisa dijadikan alternatif pengganti Dolar AS karena nilainya yang stabil terhadap Rupiah."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T 17710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maretta Ria Netty
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh inflasi, harga emas dan minyak dunia, kurs Dolar Amerika terhadap composite index Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina pada periode Juli 2007 sampai Juni 2012. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode statistik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi harga minyak dan emas dunia, composite index, inflasi, dan kurs Dolar Amerika dari Indonesia Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Metode estimasi yang digunakan adalah estimasi OLS dan model regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi memiliki pengaruh signifikan pada composite index Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sedangkan pada composite index Filipina, pengaruh inflasi tidak signifikan. Di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina, inflasi berbanding terbalik terhadap perubahan composite index. Harga emas dunia memiliki pengaruh yang signifikan pada composite index kelima negara yang diamati. Di Indonesia, Thailand, dan Filipina, harga emas berbanding terbalik dengan perubahan composite index masing-masing negara. Harga minyak dunia dan kurs terhadap Dollar Amerika tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap composite index kelima negara yang diamati. Harga minyak dunia berbanding lurus dengan composite index kelima negara yang diamati, sedangkan kurs Dollar Amerika berbanding terbalik.

The focus of this study is analyzing influences of inflation, world oil and gold price, US Dollar exchange rate to composite index Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Philippine (Period July 2007 – June 2012). This is a quantitative study that used statistical methods. Sample used in this study consist of world oil and gold price, composite index, inflation, and US Dollar exchange rate of Indonesia Malaysia, Singapore, Thailand, and Philippine. Estimation method used are OLS estimation and multiple regression method. There are several results of this study. Inflation has significant influence in composite index Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand. On the other hand, inflation do not influence Philippine composite index significantly. In Indonesia, Malaysia, Singapore and Philippine, inflation have negative relationship to composite index. World gold price has significant influence to composite index five countries. In Indonesia, Thailand, and Philippine, gold price has negative relationship with composite index each country. World oil price and US Dollar exchange rate do not have significant influence to composite index five countries. World oil price has positive relationship to composite index five countries, while US Dollar has negative relationship to composite index each countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T34707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library