Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitanggang, Jati Pingkir
Abstrak :
Pokok masalah tesis ini adalah untuk mengetahui sejauh mana para investor yang dikelompokkan menjadi investor domestik dan investor asing memilih dan membentuk portfolio saham di Bursa Efek Jakarta. Memilih saham dan membentuk portfolio saham, sangat menentukan keberhasilan investor, karena tujuan utama investor adalah mencapai yang optimal. Membentuk portfolio optimal hanya mungkin terjadi bagi investor yang rasional dalam arti bahwa saham-saham yang dipilih harus berada pada batas efisien, diluar itu tidak akan optimal. Saham-saham yang berada pada batas efisien adalah saham yang memberi pengembalian maximal pada resiko tertentu atau saham yang memberi pengembalian tertentu pada resiko minimal. Dalam praktek, adalah saham-saham yang memiliki rasio positip atas kelebihan pengembalian terhadap beta. Di Bursa Efek Jakarta saham yang demikian hanya ada pada 18 saham, dan saham-saham tersebut merupakan kandidat saham yang masuk pada portfolio optimal. Setelah diadakan perhitungan untuk menentukan saham yang masuk dalam portfolio optimal, maka terdapat 4 saham perusahaan terdiri dari : Cipendawa dengan proporsi dana sebesar 47,34 % Hadtex dengan proporsi dana sebesar 22,70 % Indorayon dengan proporsi dana sebesar 15,72 % Hero Spr Market dengan proporsi dana sebesar 4,24%. Pertanyaan berikutnya adalah apakah para investor terse-but dalam hal memilih saham memanfaatkan informasi sebelumnya dan pilihan mereka berada pada batas efisien untuk membentuk portfolio secara tepat?. Hal ini dijawab dengan membandingkan saham-saham yang paling banyak dipilih oleh investor dengan saham yang menurut informasi sebelumnya mempunyai prospek baik. Sesuai dengan. pembedaan kelompok investor yaitu investor domestik dan kelompok asing, ditemukan bahwa hanya investor domestik yang nyata sekali memanfaatkannya. Saham-saham yang paling banyak dipilih oleh kedua kelompok investor, baik investor domestik atau asing setelah diadakan pengujian statistik terbukti tidak berada pada batas efisien. Artinya bahwa para investor tersebut tidak mungkin membentuk suatu portfolio optimal sessuai dengan tujuan investor rasional. Temuan terakhir dari studi ini adalah berkaitan dengan persamaan dan perbedaan kedua kelompok investor. Persamaanya terletak pada ketidak- berhasilan mereka membentuk suatu portfolio optimal. Perbedaannya adalah bahwa investor domestik memanfaatkan informasi sebelumnya tetapi investor asing tidak memanfaatkan informasi tersebut.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Mangasi
Abstrak :
Berdasarkan banyak hasil-hasil penelitian yang ada dan pendapat masyarakat umumnya, pasar modal di Indonesia masih belum efisien (weak form of efficient market hypothesis) dan oleh karenanya itu diduga bahwa strategi investasi berbasis data historis masih relevan diaplikasikan. Oleh karena itu, maka penelitian ini mengangkat fenomena momentum saham yang saat ini sedang ramai diperdebatkan di duna keuangan mengenai profitabilitas dan sumber-sumber penyebabnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan long-term momentum hypothesis bertujuan untuk menguji dan menganalisis : profitabilitas momentum saham dan eksistensi hipotesis momentum dari long-term momentum hypothesis serta faktor-faktor apakah yang mempengaruhi momentum saham di Bursa Efek Jakarta. Guna pencapaian tujuan di atas, maka penelitian ini melakukan observasi terhadap tiga strategi momentum, yaitu : high momentum strategy (HMS), low momentum strategy (LMS) dan original momentum strategy (OMS) pada periode Juli 1997 sampai dengan September 2002 menggunakan data saham pada periode April 1994 sampai dengan Oktober 2003. Portfolio momentum dibentuk sebanyak 4 buah secara two-stage sorting atas dasar past long-term return dan past short-term return dan 2 buah secara one-stage sorting atas dasar past short-term return. Ke-enam portfolio tesebut kemudian digunakan untuk membentuk ke tiga strategi momentum di atas yang diinvestasikan selama 3, 6, 9 dan 12 bulan periode holding. Profitabilitas momentum diuji dengan metode one-sample T test (one tail), hipotesa momentum diuji dengan metode paired-sample T test (one tail) dan analisis somber penyebab momentum dilakukan dengan model regresi tiga-faktor Fama dan Franch (1996) serta untuk tujuan perbandingan basil maka dilakukan analisis yang sama terhadap sub-sample periode Juli 1997 sampai dengan Agustus 1999 dan September 1999 sampai dengan September 2002 yang merupakan representasi dari down dan up market di pasar modal Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas strategi momentum di BEJ adalah iemah. HMS dan LMS memiliki profitabilitas yang signifikan menguntungkan untuk periode holding 12 bulan selama periode penelitian September 1999 sampai dengan September 2002 dengan raw profit sebesar 11,87 % dan 12,18 % per tahun. Tetapi setelah diadjust dengan model Fama dan French, tidak ada lagi profitabilitasnya meskipun nilai excess return HMS masih positif (tidak signifikan) Hipotesis momentum dari long-term momentum hypothesis yang mengatakan bahwa HMS lebih profitable dari LMS dan OMS serta bahwa LMS lebih menguntungkan dari OMS tidak terbukti (pada a = 5%) pads semua sampel penelitian. Akhimya, sama dengan penelitian terdahulu di luar negeri, model tiga faktor Fama dan French tetap tidak mampu dalam menjelaskan phenomena momentum di Bursa Efek Jakarta.
According to results of financial literature that stock exchange in Indonesia is inefficient (weak form of efficient market hypothesis); the investment strategy based on historical data of stocks is still applicable to make money. Therefore, the purpose of this research is to provide empirical study of momentum profitability, existence of momentum hypothesis and to try to reveal economic sources of momentum phenomena in Jakarta Stock Exchange. In order to achieve this objective, this research investigated three momentum strategies: (1) high momentum strategy (HMS), (2) low momentum strategy (LMS) and (3) original momentum strategy (OMS) on July 1997 to September 2002 period, based on the universe of JSE stocks data of April 1994 to October 2003. To form four extreme portfolios, these strategies needed a two-stage procedures base on two consecutive compound returns: past long-term return and past short-term return to form HMS and LMS. On the other hand, a one-stage procedures of past short-term return to form OMS. These three strategies were then implemented into 3, 6, 9 and 12 months holding period. For the empirical test of momentum profitability, this research used one-sample T test (one tail), and to test superiority in momentum hypothesis, we used paired-sample test (one tail). Three-factor Fama & French (1996) was used to test and to analyze explanatory variables of momentum (as economic sources). And to get some extension, analysis was expanded to sub-period: July 1997 to August 1999 as a down-market, and September 1999 to September 2002 as an up market in JSE. The main results of this research is that momentum profitability in JSE is weak and most of them are not significant to make profit, except for HMS and LMS is profitable for up market period for 12 month-holding period with raw return 11,87 percent and 12,18 percent annually. Secondly, empirical result of superiority performance of long-term momentum hypothesis does not significantly exist in JSE. Finally, none of these new findings is consistent with financial-distress premium hypothesis of Fama and French (1996) since their three-factor model failed to account for them.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Fitriani
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin berkembangnya Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai alternatif investasi, maka perlu kiranya dicari strategi-strategi pemilihan saham yang dapat membantu investor dalam melakukan investasi melalui BEJ. Sampai saat ini sudah banyak yang dapat membantu dan strategi pemilihan saham yang ditawarkan oleh para pakar asing yang telah sukses diterapkan di bursa-bursa Iuar negeri. Tetapi, keberhasilan strategi-strategi tersebut di bursa asing belum menjadi jaminan bahwa strategi tersebut akan berhasil pula bila diterapkan di BEJ, karena adanya perbedaan kondisi di Indonesia dengan kondisi di luar negeri, Untuk itu, sebelum diterapkan di Indonesia, strategi-strategi tersebut perlu diuji terlebih dahulu.

James O?Shaughnessy (1997) telah melakukan suatu penelitian yang menarik di Wall Street dengan membandingkan hasil antara satu strategi dengan strategi lain. Selanjutnya dari hasil perbandingan ini la membuat suatu strategi dasar yang disebut sebagai cornerstone value strategy dan cornerstone growth strategy.

Penetitian ini menarik untuk dilakukan di Indonesia, karena dapat dipakai untuk mencari strategi yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Untuk itulah dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian untuk membandingkan hasil yang didapat oleh berbagai kriterìa yang blasa dipakai untuk memilih saham. Perbandingan lebih difokuskan untuk membandingkan antara rasio rendah dengan rasio tinggi. kriteria tunggal dengan kriteria kombinasi, kategori seluruh saham dengan kategori saham besar serta rnembandingkan sirategi yang dapat memberikan hasil baik dengan hasil yang tidak memuaskan.

Untuk mendapatkan hasil tersebut maka pertama-tama dibentuklah dua kategori untuk membedakan antara populasi seluruh saham dengan saham besar. Kemudian dari kedua kategori ini dibentuk portofolio-portofolio yang terdiri dari 25 saham, dimana saham- saham tersebut dipilih berdasarkan beberapa kriteria, antara lain PER (Price to Earning Ratio), PSR (Price to Sales Ratio), PBV (Price to Book Value), ROE (Return on Equity), dividend yield dan relative price strength (RPS), strategi dasar value dan strategi dasar growth.

Strategi dasar value dan growth yang dimaksud dalam tugas akhir ¡ni adalah cornerstone value dan growth strategy yang diperkenalkan oleh Shaughnessy. Dalam strategi dasar value, saham-saham yang dipilih adalah saham yang memiliki dividend yield tertinggi dan saham-saham yang memiliki kriteria sebagai berikut:

. saham berasal dari kategori saham besar

. jumlah saham blasa outstanding yang dimiliki Iebih besar daripada rata-rata jumlah saham biasa outstanding bursa

. cashflow per share lebih besar danipada rata-rata cashflow per share bursa

. penjualan 1,5 x lebih besar daripada rata-rata penjualan saham-saham yang terdaftar di bursa.

Sedangkan dalam strategi dasar growth, saham-saham yang dipilih adalah saham yang memiliki relative price strength terbaik dan saham-saham yang memenuhi kniteria benikut:

. saham berasal dari kategori seluruh saham

. memiliki earning gain selama 5 tahun berturut-turut

. memiliki Price to Sales ratio dibawah 1,5

Sementara itu untuk membandingkan antara hasil rasio tinggi dan rendah, maka untuk kriteria PER., PSR dan PBV dibentuk masing-masing dua portofolio lagi, dimana portofolio pertama terdiri dari saham-saham yang memiliki rasio tertinggi, dan portofoio kedua terdiri dari saham-saham yang memiliki rasio terendah.

Selanjutnya, dibentuk pula portofollo yang saham-sahamnya dipilih dengan menggunakan kombinasi antara dua kriteria, yaitu dengan mengkombinasikan PER, PBV, PSR dan ROE dengan relative price strength.

Portofolio-portofolio ini mulai dibentuk pada awal bulan Mei 1993, dan dirubah setiap tahunnya sampai awal bulan Mei 1997 Sedangkan return dihitung sampai dengan akhir April 1998. Setelah portofolio tersebut dibentuk, kemudian dilakukan perbandingan kinerja masing-masing portofolio dengan menggunakan ranking berdasarkan return rata- rata per bulan, standard deviasi sebagal gambaran resiko, dan Sharpe Measure. Selain ¡tu diperbandingkan pula presentase return negatif yang diperoleh serta presentase return yang berhasil mengatakan return pasar.

Berdasarkan perbandingan tersebut terlihat bahwa portofolio yang dibentuk dengan menggunakan kriteria PER, PBV dan PSR terendah memberikan hasil yang lebih balk daripada kriteria PER, PBV dan PSR tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan rasio rendab memberikan basil yang Iebih baik danipada penggunaan rasio tinggi.

Selain itu, bila diperbandingkan antara kategori seluruh saham dengan kategori saham besar, terlihat bahwa hasil yang didapat oleh saham besar tidak sebaik hasil yang ditunjukkan oleh kategori seluruh saham. Hasil ini diperkuat lagi oleh hasil yang didapat dan penelitian lanjutan yang rnembandingkan antara portofolio saham besar dengan portofolio saham kecil, dìmana terlihat kinerja portofoijo saham kecil memberikan hasil yang jauh lebih balk daripada portofolio saham besar. Penemuan ini menunjukkan hahwa pembatasan pemilihan saham pada saham besar dapat merugikan investor karena ternyata salinan keciI dapat memberikan kinerja yang Iebih baik, baik dari segi return nya saja maupun dan segi risk-aJdjusted return (Sharpe Measure).

Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan kriteria kombinasi tidak dapat memperbaiki penggunaan kriteria tunggal. Terlepas dari ketidakakuratan pemilihan kriteria yang digabungkan tersebut, hasil ini dapat dijadikan petunjuk bahwa investor harus berhati-hati dLam menggunakan kriteria kombinasi karena hasilnya dapat memperburuk kinerja portofolionya.

Selain itu, dalam penelitian ini juga terlihat bahwa kinerja terbaik ditunjukkan oleh portofolio-portofolio yang menggunakan kriteria PER terendah, PBV terendah, dividend yield tertìnggi dan ROE tertinggi, dimana keempatnya dapat mengarahkan pasar. Dari keempat kriteria ini, portofolio yang dibentuk dengan kriteria PBV terendah memiliki resiko tertinggi, sedangkan portofollo dengan kriteria ROE tertinggi memiliki resio terendah. Sementara ¡tu, kriteria PER terendab dapat menghasilkan return yang tertinggi.

Bila hasil kriteria PBV terendah dibandingkan dengan kriteria PER terendah dan dividend yield tertinggi, terlihat bahwa kriteria PBV menempati urutan terbawah dari segi return, tetapi menempati urutan teratas dari segi resiko. ini berarti dengan menggunakan kriteria ini investor menghadapi resiko yang Iebih tinggi untuk mendapatkan return yang lebih rendah.

Sementara itu, diantara keempat kriteria tersebut, kriteria ROE memiliki return terendah dan resiko terendah pula. Jadi. kriteria ¡ni dapat dipakai untuk investor yang tidak mau menanggung resiko yang tinggi. tetapi menghendaki return yang cukup baik, yaitu return yang dapat mengalahkan return pasar.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Augustina Kurniasih
Abstrak :
Dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan, ada tiga keputusan penting yang perlu diambil perusahaan yaitu keputusan investasi, pendanaan, dan dividen. Kebijaksanaan dividen yang diambil suatu perusahaan publik akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Selama ini kajian kebijaksanaan dividen perusahaan-perusahaan publik yang listed di Bursa Efek Jakarta lebih banyak ditujukan terhadap dividen tunai. Padahal pembagian dividen dalam bentuk saham termasuk pemberian saham bonus cukup banyak dilakukan perusahaan publik di bursa tersebut.

Pemberian saham bonus merupakan salah satu bentuk corporate action di Bursa Efek Jakarta. Adanya informasi resmi mengenai pemberian saham bonus secara material dapat mempengaruhi harga saham yang selanjutnya juga akan mempengaruhi aktivitas perdagangan saham di bursa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengumuman pemberian saham bonus mengandung informasi yang berpengaruh terhadap harga saham dan volume perdagangan di Bursa Efek Jakarta. Jika pengumuman pemberian saham bonus mempunyai kandungan informasi yang relevan, maka akan terjadi perubahan harga dan aktivitas perdagangan di sekitar waktu pengumumannya.

Pemberian saham bonus serupa dengan pembagian dividen saham. Penelitian yang dilakukan Foster 111 dan Vickrey (1978) menemukan bahwa pasar menggunakan informasi stock dividend dalam membentuk keseimbangan harga sekuritas. Pada penelitian tersebut reaksi pasar terjadi tidak lama dari declaration date, dan informasi tersebut cenderung menghasilkan abnormal return yang positif, Selanjutnya pada penelitian ini juga dilihat pengaruh size perusahaan terhadap abnormal return dan abnomal volume. Kemudian juga diteliti keberadaan hubungan antara perubahan harga dengan perubahan aktivitas perdagangan.

Penelitian ini merupakan event study, dengan menggunakan periode pengamatan tahun 1990 sampai dengan tahun 1993. Periode tersebut diambil dengan pertimbangan pada tahun-tahun itu Bursa Efek Jakarta berada pada kondisi bearish maupun bullish. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan memenuhi beberapa kriteria seleksi yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini untuk penghitungan abnormal return digunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan market model, market adjusted return, dan mean adjusted return. Sedangkan untuk penghitungan abnormal volume digunakan pendekatan median dan mean.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1990-1993, dengan menggunakan tiga pendekatan pengukuran abnormal return ternyata pengumuman pemberian saham bonus mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham yang menyebabkan investor memperoleh abnormal return.Hal ini terlihat dari terjadinya nilai abnormal return yang positif dan signifikan di sekitar waktu pengumuman pemberian saham bonus, baik pada pengamatan sampel secara keseluruhan maupun terhadap saham-saham yang aktif diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan volume perdagangan. Informasi pemberian saham bonus digunakan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal sehingga di sekitar waktu pengumuman saham bonus terjadi perubahan aktivitas perdagangan saham, yang terlihat dari terjadinya abnormal volume yang signifikan.

Selanjutnya, pada penelitian ini ditemukan bahwa size perusahaan mempengaruhi besar/kecil abnormal return dan abnormal volume yang terjadi. Setelah melakukan kontrol terhadap variabel beta (risiko) ditemukan bahwa hubungan antara abnormal return dengan size perusahaan adalah terbalik. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang negatif dan signifikan. Kondisi yang sama dijumpai pada hubungan antara abnormal volume dengan size perusahaan.

Kemudian dengan menggunakan uji korelasi Pearson maupun rank Spearman ditemukan bahwa antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan terdapat korelasi yang positif dan signifikan.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umbu Reku Raya
Abstrak :
Penelitian ini memiliki 2 tujuan. Pertama, memetakan hubungan pemilik-manajer pada perusahaan-perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Diduga, terdapat konsentrasi kepemilikan atas perusahaan publik di tangan manajer. Kedua, menentukan variabel kepemi1ikan dan kebUal
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T6154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawar Dewi
Abstrak :
Menurut random walk theory harga saham bersifat bebas (independent) dan tetap (stationary) terhadap waktu. Berdasarkan teori tersebut diyakini bahwa jangka waktu investasi tidak akan mempengaruhi resiko dan komposisi portofolio saham. Pendapat ini menentang berlakunya teori time diversifIcation, yang menerangkan bahwa resiko akan semakin berkurang dengan meningkatnya jangka waktu investasi. Para praktisi yang mendukung teori time diverxiflcution memberikan argumen dengan berdasarkan kondisi pasar yang sangat komplek, yaitu:
- Return saham tidak selalu independent dari waktu ke waktu
- Covariance tidak selalu nol dan akan bervariasi dan waktu ke waktu. Hal diatas menyebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai teori time diversification. Terlepas dari pro dan kontra terhadap teori nine diversifIcation di luar negeri, perlu dilakukan penelitian tentang aplikasi teori tersebut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jangka waktu investasi terhadap kinerja pada kelompok saham berkapitalisasi besar dan kecil secara individu. Selanjutnya tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jangka waktu investasi terhadap kinerja dan komposisi portofolio saham. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data IHSI per akhir bulan sampel saham selama bulan Juli 1992 sampai Juni 1997. Penentuan waktu observasi berdasarkan kondisi pasar modal di Indonesia dalam kondisi yang balk sebelum terjadi krisis moneter di Indonesia. Penelitian dilakukan untuk 4 investment horizon, yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Untuk mengetahui kinerja saham dihitung parameter kinerja setiap saham, yaitu holding period return dan standard deviation masing-masing saham untuk setiap investment horizon. Untuk melakukan perbandingan kineira terhadap jangka waktu investasi dilakukan annualisasi masing-masing parameter terlebih dahulu. Selanjutnya nilai annualized dan masing-masing parameter tersebut dibandingkan terhadap investment horizon, Hasil perbandingan ¡ni untuk menjawab pertanyaan pengaruh jangka waktu investasi terhadap kinerja saham secara individual. Untuk mengetahui pengaruh jangka waktu investasi terhadap kinerja dan komposisi portofolio saham, maka dibentuk portofolio yang disusun dari 2 kelompok saham, yaitu small stock dan large stock Dilakukan perbandingan kinerja portofolio dari kedua kelompok saham tersebut dengan membandingkan portofolio optimal untuk setiap peniode investasi. Portofolio optimal dibentuk berdasarkan nilai reward to variability maksimal untuk setiap periode investasi. Selanjutnya rasio tersebut dibandingkan terhadap investment horizon. Terakhir dilakukan pembentukan portafolio dan risky asset/small stock & large stock) dan risk free asset (SW). Komposisi dari kedua kelompok asset tersebut dibandingkan terhadap investment horizon. Hasil penelitian dinyatakan dalam 3 perspektif, yaitu kinerja saham secara individual, kinerja portofolio yang disusun dan 2 kelompok saham dari kinerja portofolio dan risky asset dan risk free asset. Kinerja saham secara individual menunjukan, baik untuk small stock dan large stock, kinerja akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya peniode investasi. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya nilai return saham terhadap peningkatan investment horizon, sementara nilai standard deviation mengalami peningkatan akibat meningkatnya investment horizon. Kinerja portofolio yang di susun dari small stock dan large stock rnenunjukan kinerja yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya investment horizon. Hal ini dilihat dari rasio reward to variability yang semakin berkurang dengan semakin meningkatnya periode investasi. Hal ini disebabkan karena tezjadinya peningkatan resiko portofolio, yang ditandai dengan meningkatnya deviasi standar portofolio. Koefisien korelasi antara kedua kelompok aset yang positif dan semakin besar dengan meningkatnya jangka waktu investasi, menyebabkan diversifikasi kedua kelompok aset tersebut tidak efktif dalam mengurangi resiko. Komposisi portofolio yang disusun dari risky asset, yaitu portofolio saham, dan risk free asset, yaitu Sertifikat Bank Indonesia. menunjukan besarnya alokasi dana yang ditempatkan untuk risky asset semakin menurun dengan meningkatnya periode investasi, Hal ini berarti bahwa akan lebih menguntungkan untuk meLakukan investasi dalam bentuk risk free asset dengan semakin bertambahnya jangka waktu investasi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Baruno
Abstrak :
Gemerlapnya pasar modal di Indonesia sedikit meredup. Instrumen-instrumen yang telah lazim diperdagangkan kurang menarik minat investor untuk mempertahankan eksistensinya. Karya Akhir ini berusaha memecahkan kebekuan tersebut dengan menampiikan alternatif instrumen baru. Alternatif baru ini merupakan bagian dari instrumen Sekuritas Derivatif, bermaksud untuk mengajak investor memperoleh sudut pandang yang berbeda. Instrumen yang sudah terkenal di seluruh pasar modal dunia dicoba untuk diperdagangkan di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG], menjadi pilihan utama. Perangkat ini dipilih karena merupakan cerminan dari kondisi pasar modal secara umum. Dapat pula menjadi alat atau indikator perkembangan perekonomian suatu negara. Sisi lainnya berguna untuk melakukan diversifikasi investasi, penyebaran resiko dan kemungkinan untuk mendapat imbal hasil di atas rata-rata. Fokus utama adalah Indeks Saham LQ-45 [selanjutnya LQ-45]. Pemilihan ini melihat kniteiia bahwa LQ-45 mewakili 45 saham yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta [BEJ]. Nilai pasarnya meliputi 70% dari kapitalisasi pasar di BEJ. LQ-45 juga dirnonitor oleh suatu tim di BELT guna menjaga likuiditas dan kredibilitasnya sebagai indikator pasar modal Indonesia. Setiap tiga bulan sekali diadakan evaluasi terhadap kinerja saham-saham yang tergabung didalamnya. Setiap enam buJan sekali diadakan pergantian dengan saham-saham yang berkinerja buruk dengan yang berkinerja lebih baik. LQ-45 selanjutnya menjadi net dasar dari instrumen option yang menjadi alternatif baru tersebut. Stock Index Option LQ-45 diharapkan menjadi alternatif baru di BEJ. Selanjutnya kontrak yang disepakati adalah kontrak Call Option. Dalam melakukan penilaian terhadap harga kontrak Call option ini, penulis menggunakan rumus terkenal untuk Option. Blacck-Scholes Option Pricing Formula [BSOPF] menjadi pilihan dan aplikasinya untuk dipergunakan dalam perhitungan indeks saham diharapkan memberikan penilalan yang sesuai. LQ-45 terkomposisi dari saham-saham berbagai sektor yang kerap memberikan dividen secara periodik, tetapi sebagian besar tidak melakukan ini dengan balk. BSOPF yang dipergunakan telah dikembangkan untuk dapat menghitung kondisi pembagian dividen yang tidak teratur tersebut. Hasil analisis terhadap perhitungan dan penilaian atas kontrak Call option Stock Index Option LQ-45 sungguh menarik. Imbal hasil sangat besar jika dibandingkan dengan SBI terjadi pada periode LQ-45 Februari 1999 - Juli 1999. Imbal basil yang diperoleh sebesar 2657.18%, sedangkan SBI hanya memberikan 9% untuk lnvestasi selama tiga bulan mulai Februari 1999 - April 1999. Tetapi besarnya imbal hasil tersebut tidak sebanding dengan investasi yang dilakukan selama Januari 1997 hingga Januari 1999. Badai krisis ekonomi dan politik yang melanda Indonesia juga mengambil peran cukup kuat di pasar modal. Total kerugian terbesar yang diderita sebesar 353%, sepanjang periode investasi dari Januari 1997 April 1999. Fenomena yang sungguh unik adalah pada harga patokan 5.0% dari harga aset dasamya, terjadi keuntungan sebesar 457.02% atau rata-rata 16.32% tiap bulannya. Jumlah event atau kejadian option diexercise dari total investasi yang dilakukan, terhadap berbagal harga patokan, tidak lebih dan 40% atau 39.3 kali di-exercise. Secara matematis instrumen ini memberikan imbal hasil lebih kecil daiipada SBI. Sesuai konsep dasar dari kontrak Call option, hanya akan di-exercise pada S* > X. Kondisi ini telah terpenuhi namun c atau premi dan option itu sendiri sudah sangat besar. Tingginya barga atau premi [c] Call option dipengaruhi volatilitas sangat tinggi dan suku bunga bebas resiko juga bergejolak naik dan turun secan drastis. Kondisi yang buruk [bearish) di pasar modal ini tidak akan berlangsung lama dan sudah dapat dijadikan pelajaran untuk melakukan tindakan yang tepat di kemudian hari. Penulis mempunyai kesimpulan bahwa instrumen Stock Index Option LQ-45 dengan kontrak Call option dapat diperdagangkan di BEJ. Syarat untuk meluluskannya adalah dibuat transaksi dengan harga patokan lebih variatif lagi. Diperkenaikan juga transaksi kontrak dengan Put Option. Pencarian terhadap strategi-strategi hedging juga alcan menjadi motivator untuk diperdagangkannya instrumen Stock Index Option LQ-45 di Bursa Efek Jakarta.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyanti Ira Kusumawati
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat reaksi dari sembilan sektor industri yang terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang terklasifikasi berdasarkan JASICA, yaitu: pertanian; pertambangan; industri dasar kimia; aneka industri; industri barang konsumsi; konstruksi, properti dan real estat; transportasi dan infrastruktur; keuangan; serta perdagangan jasa dan investasi, terhadap peristiwa-peristiwa politik dalam negeri. Untuk penelitian ini peristiwa politik yang dikaji adalah Pengumuman hasil Pemilu Legislatif, Pengumuman Hasil Pemilihan Presiden, Pengumuman Susunan Kabinet serta Reshuffle Kabinet. Penelitian ini menggunakan metoda event study dengan mengambil rentang periode jendela sebanyak lima hari setelah dan lima hari sebelum terjadinya peristiwa politik. Reaksi dari masing-masing sektor sendiri diaproksimasi dari signifikansi abnormal return masing-masing portofolio sektor industri serta perbedaan antara abnormal return sebelum dan setelah terjadinya peristiwa politik. Hasil dad penelitian ini menunjukkan dua hal selama periode jendela, yaitu: pertama, terdapatnya abnormal return yang beragam dari masing-masing sektor industri terhadap setiap peristiwa politik dalam negeri, sebagian sektor menunjukkan signifikansi abnormal return ketika terjadi peristiwa politik dan sebagian lagi tidak menunjukkan signifikansinya; dan yang kedua, pada umumnya tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan setelah terjadinya peristiwa politik.
ABSTRAK
This research is aimed to observe reaction of nine JASICA based sectors in Jakarta Stock Exchange (Agriculture; Mining; Basic Chemical Industry; Miscellaneous Industry; Consumer Good; Construction, Property and Real Estate; Transportation and Infrastructure; Finance; Trade, Service and Investment) to the national political events. This research is focusing on four national political events, which are: the Announcement of General Election Results, the Announcement of Presidential Election Results, the Announcement of New Cabinet and Cabinet's Reshuffle. The event study method is applied in this research, using eleven days length for window event period, five days before and five days after the event. The reaction is approximated by significant abnormal return and significant difference of average abnormal return between before event date and after event date during the event window period. The results show various abnormal returns from each industrial sector in each political event and generally there are no significant differences of average abnormal return between pre and post political event during the event window period.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T17852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripno
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis dampak parameter ekonomi makro terhadap imbal hasil saham di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan Arbitrage Pricing Theory. Pengamatan dilakukan setiap bulan dari bulan Januari 1993 sampai dengan bulan Juli 1996. Sampel yang digunakan adalah Saham Industri Pertanian dengan jumlah saham 7 perusahaan dan industri non pertanian dengan jumlah saham 20 perusahaan. Metodologi empiris yang dipergunakan adalah dengan melakukan regresi linear berganda dart faktor-faktor makro Inflasi, Suku Bunga Bank, Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar Amerika, Pertumbuhan Industri dan Market Return. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa imbal hasil saham Industri Pertanian tidak signifikan dipengaruhi oleh variabel faktor makro market return , inflasi, suku bunga dan pertumbuhan industri, sedangkan imbal hasil saham industri non pertanian signifikan dipengaruhi oleh suku bunga bank, faktor-faktor ekonomi makro lainnya seperti inflasi, market return dan pertumbuhan industri tidak berpengaruh.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rahmat Machribi
Abstrak :
Sektor yang sangat berhubungan dengan terpuruknya kinerja perbankan adalah sektor properti. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar permodalan sektor properti diperoleh dari kredit yang diberikan oleh pihak bank. Upaya pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi diharapkan bisa mengembalikan kinerja properti yang selama krisis praktis hilang. Untuk itulah penelitian ini melihat bagaimana pengaruh Variabel makro seperti tingkat bunga, inflasi, kurs dan uang beredar terhadap tingkat pengembalian saham properti di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian menggunakan populasi semua saham properti yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BE)) sedangkan sampel dalam penelitian menggunakan data makro seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, tingkat bunga SBI dan Kurs Dollar Amerika Serikat yang diperoleh dan Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik serta data harga saham properti dan IHSG diperoleh dari Bursa Efek Jakarta sebanyak 33 emiten. Data yang digunakan data time series bulanan yaitu mulai bulan Juli 1998 sampai dengan Juli 2003. Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda. Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel-variabel makro (tingkat bunga, inflasi, kurs dan uang beredar Y Variabel independen mempunyai pengaruh yang beragam terhadap kinerja saham properti. Pengaruhnya pun bervariasi , ada yang negatif dan ada pula yang positif: Tingkat pengembalian pasar sangat berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham properti (32 saham positif dan I saham negatif). Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham properti (19 saham negatif dan 14 saham positif). Variabel perubahan uang beredar berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham properti (17 saham positif dan 16 saham negatif). Variabel kurs dolar Amerika berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham properti (23 saham negatif dan 10 saham positif), Variabel tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian saham properti (19 saham negatif dan 14 saham positif). Hasil regresi tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan teoritis. Artinya, hasil regresi secara substantif menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori. Sebagai contoh, pengaruh tingkat bunga SBI yang seharusnya berpengaruh positif, ternyata dalarn realitasnya tidak selalu demikian. Bahkan untuk beberapa saham properti, pengaruh SBI justru berbanding terbalik. Hal yang sama juga ditemukan pada variabel kurs dolar Amerika.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>