Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lea Harumi Kusumawati
Abstrak :
ABSTRAK
Abu terbang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara di PLTU. Abu terbang biasanya digunakan sebagai campuran semen ataupun bahan dasar pembuatan beton. Kandungan oksida Si02 sebesar 57,44 % dan Al203 sebesar 28,28 % dalam abu terbang menyebabkan material tersebut memiliki potensi mirip zeolit. Zeolit dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas tanah. Abu terbang memiliki potensi mirip zeolit, diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanah. Dalam penelitian yang dilakukan, diuji daya adsorpsi dan desorpsi abu terbang saja, abu terbang yang sudah mendapat perlakuan zeolitisasi, tanah saja dan campuran abu terbang hasil perlakuan zeolitisasi dengan tanah terhadap ion K, NH, dan PO43 dengan metode kolom.

Sebelum dilakukan uji adsorpsi, aba terbang dizeolitisasi dengan dua cara, yaitu cara pertama mereaksikan abu terbang dengan larutan NaOH 3 N yang diharapkan dapat mengadsorpsi kation. Kedua dengan mereaksikan abu terbang dengan amonium dihidrogen fosfat pada suhu 230'C yang diharapkan dapat mengadsorpsi anion.

Dalam uji adsorpsi masing-masing material abu terbang hasil zeolitisasi, digunakan metode kolom, dengan berat material 5 gram untuk masing-masing kolom. Hasil yang diperoleh adalah adsorpsi maksimum untuk material hasil zeolitisasi refluks (ZSR) untuk ion IC sebesar 20,92 mek / 100 grain, dan untuk ion N}i sebesar 17,48 mek / 100 gram. Uji adsorpsi juga dilakukan terhadap tanah, yang menghasilkan adsorpsi maksimum sebesar 0,64 mek / 100 gram untuk ion IC dan 0 mek / 100 gram untuk ion NTTLIt Sedangkan campuran tanah dan ZSR (1 1) menghasilkan daya adsorpsi sebesar 19,90 mek / 100 gram untuk IC dan 16,34 mek /100 gram untuk NH, sehinga dapat dikatakan efisiensi tanah meningkat dengan penambahan ZSR.

Abu terbang (tanpa perlakuan zeolitisasi) memiliki daya adsorpsi terhadap PO43 sebesar 0,94 mek / 100 gram, sedangkan abu terbang yang dizeolitisasi dengan cara fosfatasi (ZSF) tidak dapat mengadsorpsi anion fosfat. Uji adsorpsi PO43 yang dilakukan terhadap tanah menghasilkan daya adsorpsi sebesar 2,60 mek / 100 gram.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Winni Rezki Wulandari
Abstrak :
Salah satu nutrien utama yang mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pada sistem akuatik adalah senyawa fosfat. Jumlah fosfat yang tinggi di sistem akuatik mengakibatkan kualitas air menjadi menurun dan keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Fenomena eutrofikasi ini dapat diatasi dengan suatu metode, yaitu adsorpsi yang dipengaruhi oleh suatu adsorben. Abu terbang batubara telah menjadi perhatian oleh para peneliti untuk dijadikan sebagai adsorben dalam adsorpsi fosfat. Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi abu terbang dengan asam, yang terdiri dari H2SO4, HCl dan campuran kedua asam tersebut serta dilakukan modifikasi abu terbang menggunakan basa, yaitu NaOH secara hidrotermal. Hasil modifikasi abu terbang dikarakterisasi dengan menggunakan XRF, XRD, SEM, FTIR dan SSA lalu dijadikan sebagai adsorben untuk adsorpsi fosfat dan dibandingkan dengan abu terbang tanpa modifikasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi fosfat dari abu terbang termodifikasi asam dan abu terbang modifikasi basa secara hidrotermal memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan abu terbang tanpa modifikasi. Abu terbang termodifikasi asam, yaitu HCl, H2SO4 dan campuran kedua asam tersebut memiliki kapasitas adsorpsi masing-masing mencapai 0,606 mg P-PO4/g, 0,655 mg P-PO4/g, dan 0,705 mg P-PO4/g dengan %efisiensi adsorpsi sebesar 73,58%, 79,60% dan 85,62%. Abu terbang modifikasi basa secara hidrotermal memiliki kapasitas adsorpsi mencapai 0,677 mg P-PO4/g dengan %efisiensi sebesar 82,27%. Sementara, abu terbang tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi mencapai 0,485 mg P-PO4/g dengan %efisiensi sebesar 60,07%. Kondisi pH optimum adsorpsi fosfat diperoleh pada pH 7 untuk adsorben abu terbang yang telah dimodifikasi dan pH 5 untuk abu terbang tanpa modifkasi. Model isoterm yang sesuai pada kelima adsorben ini adalah isoterm Freundlich.
One of the main nutrients that causes eutrophication in aquatic systems is phosphate compounds. The high amount of phosphate in the aquatic system results in decreased water quality and the balance of the ecosystem is disturbed. This eutrophication phenomenon can be overcome by a method, namely adsorption which is influenced by an adsorbent. Coal fly ash has been of interest by researchers to be used as an adsorbent in phosphate adsorption. In this study, fly ash was modified with acid, consisting of H2SO4, HCl and a mixture of the two acids and modified fly ash using a base, namely NaOH hydrothermally. The modified fly ash was characterized using XRF, XRD, SEM, FTIR and AAS and then used as an adsorbent for phosphate adsorption and compared with fly ash without modification. The results showed that the phosphate adsorption capacity of acid modified fly ash and base modified fly ash hydrothermally had a higher value than unmodified fly ash. Acid-modified fly ash, namely HCl, H2SO4 and a mixture of the two acids had adsorption capacities of 0.606 mg P-PO4/g, 0.655 mg P-PO4/g, and 0.705 mg P-PO4/g respectively. with % adsorption efficiency of 73.58%, 79.60% and 85.62%. Hydrothermal base modified fly ash has an adsorption capacity of 0.677 mg P-PO4/g with an efficiency of 82.27%. Meanwhile, unmodified fly ash has an adsorption capacity of 0.485 mg P-PO4/g with an efficiency of 60.07%. The optimum pH conditions for phosphate adsorption were obtained at pH 7 for fly ash adsorbents that had been modified and pH 5 for fly ash without modification. The suitable isotherm model for these five adsorbents is the Freundlich isotherm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Supartono
Fakultas Teknik , 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rinto Dwihartanto
Abstrak :
Komposit keramik berpori adalah suatu campuran dari dua atau lebih material yang dibuat agar terbentuk pori-pori yang cukup tinggi, dimana ditandai dengan tingginya nilai porositas. Salah satu bahan baku dalam pembuatan keramik berpori tersebut adalah alumina, namun porositas dari alumina memiliki nilai yang sangat rendah. Untuk itulah diperlukan bahan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan karakterisasi dari porositas keramik tersebut. Bahan aditif yang digunakan untuk penelitian ini adalah abu terbang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi dari campuran antara alumina dan abu terbang terhadap susut bakar, porositas, kekerasan, konduktivitas elektrik dan luas permukaan spesifik. Penelitian yang dilakukan akan mengetahui pengaruh dari ukuran partikel D50 dari alumina, komposisi antara alumina dan abu terbang, dan termperatur sinter. Berdasarkan dari pengujian yang dilakukan bahwa dengan penambahan abu terbang dapat meningkatkan porositas menjadi 41,13% pada ukuran partikel D50 alumina 10, 85 μm, komposisi abu terbang 20% dan temperatur sinter 8000C. Untuk persentase susut bakar terendah adalah 3,92% pada ukuran partikel D50 alumina 10, 85 μm, komposisi abu terbang 0% dan temperatur sinter 8000C. Namun dengan adanya penambahan abu terbang, sifat kekerasan dari alumina akan berkurang dimana yang terendah adalah 109 HV pada pada ukuran partikel D50 alumina 10,85 μm, komposisi abu terbang 20% dan temperatur sinter 8000C. Untuk nilai konduktivitas elektrik yang tertinggi adalah 739 μS/cm pada ukuran partikel D50 alumina 0,619 μm, komposisi abu terbang 20% dan temperatur sinter 8000C. Sedangkan hasil pengukuran luas permukaan spesifik menunjukkan bahwa semakin besar ukuran partikel D50 alumina dan meningkatnya kompoisi abu terbang maka luas permukaan spesifik akan semakin besar. Namun, dengan semakin tinggi temperatur sinter maka nilai luas permukaan spesifik akan menurun
Porous ceramic composite is a mixture of two or more materials that are made in order to form quite high pores, which is characterized by high porosities. One of the raw material in the manufacture of porous ceramic is alumina, but the porosity of alumina has very low value. It needs additive that serves to improve the characteristics of the ceramic porosity. The additive used for this test is fly ash. The purposes of this research are to determine the characteristics of a mixture of alumina and fly ash on the shrinkage, porosity, hardness, electrical conductivity and specific surface area. Tests conducted will determine the effects of particle size D50 of alumina, compositions between alumina and fly ash, and sinter termperatures. Based on testing performed by addition of fly ash, the porosity will be increase to 41.13% at particle size D50 alumina 10, 85 μm, 20% fly ash composition and sinter temperatur of 8000C. Lowest shrinkage percentage is 3.92% at particle size D50 alumina 10, 85 μm, 0% fly ash composition and sinter temperatur 8000C. But with the addition of fly ash, hardness properties of alumina will be reduced, where the lowest was 109 HV on the D50 particle size of 10.85 μm alumina, 20% fly ash composition and sinter temperatur 8000C. The highest electrical conductivity is 739 μS / cm at a particle size of 0.619 μm D50 alumina, 20% fly ash composition, and sinter temperatur 8000C. While the specific surface area measurement shows that larger particle size D50 alumina composition and increasing of fly ash composition will cause increasing of the specific surface area. But, the higher sinter temperatur will makes decreasing of the specific surface area.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Hermawan
Abstrak :
Semen merupakan material utama yang digunakan pembuatan beton yang digunakan dalam konstruksi. Produksi semen OPC dapat meningkatan emisi CO2 global. Dengan abu terbang berbasis cofiring batubara dan biomassa dari PLTU dapat memberikan konstribusi dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDG). Abu terbang sebagai material pozzolan dapat menjadi material pengganti sebagian semen Ordinary Portland Cement (OPC) dalam komposisi utama pembuatan beton. Dengan adanya unsur utama pozzolan Al2O3 SiO2 dan Fe2O3 dapat mengikat Ca(OH)2 membentuk reaksi sekunder kalsium silikat hidrat sehingga berdampak pada peningkatan kekuatan tekan beton. Pada penelitian ini dibuat betonĀ  berdasarkan mix design dengan memanfaatkan abu terbang (fly ash), pengujian sifat mekanik beton yakni densitas, porositas, sorptivity yang didukung analisa komposisi kimia material beton serta karakteristik partikel abu terbang kemudian dilakukan analisa elektromia menggunakan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dan polarisasi untuk mengukur ketahanan korosi baja tulangan pada beton bertulang, juga uji karbonasi dalam memastikan adanya reaksi karbonasi dalam beton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi spesimen beton mengandung abu terbang pada spesimen beton 10FA90OPC memiliki hasil uji mutu beton paling optimal dan ketahanan korosi paling baik dibandingkan dengan variasi campuran abu terbang lainnya 20FA80OPC. 30FA70OPC dengan densitas 2225,81 kg/m3, porositas 25,91 %, sorptivity 0,323 mm/s0.5 yang memiliki kekuatan tekan 32,9 MPa dengan laju korosi 0,25509 mm/year. Hasil uji EIS menunjukkan nilai ketahanan korosi pada baja tulangan dengan nilai impedansi tinggi untuk setiap variasi beton, hal ini dikonfirmasi dengan uji karbonasi pada semua variasi spesimen beton berwarna pink yang diartikan belum terjadi karbonasi. Dari penelitian ini dapat diketahui nilai yang paling optimal pada spesimen beton abu terbang pada variasi 10FA90OPC dibandingkan dengan variasi abu terbang lainnya jika dibandingkan dengan spesimen beton 100PPC sehingga akan menjadi alternatif dalam pemanfaatan abu terbang berbasis cofiring batubara dan biomassa sebagai material pengganti sebagian semen OPC pada pembuatan beton yang memiliki nilai mutu beton dan ketahan korosi relatif sama ......Cement is the main material used to make concrete used in construction. OPC cement production can increase global CO2 emissions. With fly ash-based cofiring of coal and biomass from the power plant, it can contribute to supporting the SDGs. Fly ash as a pozzolanic material can be a partial replacement material Ordinary Portland Cement (OPC) in the main composition of concrete. In the presence of the main pozzolanic elements Al2O3, SiO2 and Fe2O3 can bind Ca(OH)2 to form a secondary reaction of calcium silicate hydrate so that it has an impact on increasing the compressive strength. In this study, we will make concrete based on the mix design by utilizing fly ash, testing the mechanical properties of concrete, namely density, porosity, sorptivity which is supported by analysis of the chemical composition of the concrete material and the characteristics of fly ash particles. Then, electrochemical analysis is carried out using EIS and polarization to analyze the corrosion resistance of reinforcing steel with proven by the carbonation test in confirming the presence of a carbonation reaction in the concrete. Based on the research results, the concrete specimen 10FA90OPC has an optimum values and highest corrosion resistance in comparing others variation 20FA80OPC, 30FA70OPC. It has a density of 2225,81 kg/m3, porosity 25,91%, sorptivity 0,323 mm/s0.5 and with a corrosion rate of 0,25509 mm/year. The results of the EIS test show corrosion resistance of reinforce steel with higher impedance for each variation of the concrete specimen, this is confirmed by the carbonation test on all variations of the pink concrete specimen which means that no carbonation has occurred. From this study, it can be seen that the most optimal value for fly ash concrete specimens in the 10FA90OPC variation compared to other variations of fly ash when compared to 100PPC concrete specimens so that it will be an alternative in the use of coal and biomass cofiring-based fly ash as a partial replacement material for OPC cement in the manufacture of concrete that has the same value of concrete quality and corrosion resistance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Swastika
Abstrak :
Geopolimer memiliki peluang pemanfaataan sebagai bahan bangunan yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan semen Portland. Penelitian ini menyelidiki dan membandingkan ketahanan beberapa material (beton Portland, geopolimer berbahan abu terbang, dan geopolimer berbahan metakaolin) pada berbagai lingkungan perendaman (kering, aquades, dan air laut ASTM). Kedua prekursor geopolimer, yaitu abu terbang dan metakaolin, masing-masing bersifat amorf (XRD) dan diuji komposisinya (XRF). Parameter ketahanan material dilihat dari perubahan kuat tekan (compressive strength) berdasarkan umur perendaman (7, 28, 56, dan 90 hari). Geopolimer abu terbang (GA) menunjukkan kuat tekan awal yang sama seperti beton Portland, kemudian sifat yang stabil selama umur perendaman dalam air laut ASTM. Sedangkan Geopolimer metakaolin (GM) menunjukkan kuat tekan awal yang lebih rendah daripada beton Portland maupun geopolimer abu terbang. Namun kuat tekan geopolimer metakaolin cenderung terus mengalami kenaikan selama waktu perendaman dalam air laut ASTM. Geopolimer yang direndam dalam aquades dapat melepaskan unsur yang tersisa dari reaksi geopolimerisasi. Geopolimer metakaolin mempunyai rendaman lebih keruh karena reaksi geopolimerisasinya kurang sempurna. Selain itu, geopolimer yang direndam dalam air laut menunjukkan unsur dari beton lebih sedikit larut daripada rendaman aquades. Ditemukan endapan putih pada geopolimer yang direndam air laut, yang kemungkinan besar adalah (CaSO4.2H2O), karena puncak gypsum ditemukan bersama kuarsa pada pola XRD dari geopolymer yang direndam dalam air laut. Secara keseluruhan dapat disimpulkan geopolimer memeiliki ketahanan air laut yang lebih unggul daripada beton Portland, geopolimer abu terbang memiliki kuat tekan lebih unggul, dan geopolimer metakaolin menunjukkan ketahanan paling baik.
Having superior properties compared to Portland Cement, Geopolymers as building material is beneficial. This research investigates and compares the durability of materials (Portland concrete, fly ash based- and metakaolin basedgeopolymer) in dry environment, aquadest and ASTM seawater. Two types of precursor, i.e. fly ash and metakaolin, areused and XRF has been performed to analysed chemical compositions of both precursor. It was found that fly ash based- geopolymer (GA) did not show a decrease in compressive strength during immersion in ASTM seawater. Whereas metakaolin geopolymer showed lower early strength than Portland and fly ash based- geopolymer, even though compressive strength of metakaolin based- geopolymer tend to rise during seawater immersion. Geopolymer immersed in aquadest released remnant component from geopolimerisation reaction. Metakolin based- geopolymer was muddy because insufficient geopolymerisation reaction. Besides, geopolymer immersed in seawater dissolved less than when immersed in aquadest. White precipitant found in geopolymer immersed in seawater was suspected to be gypsum (CaSO4.2H2O), as peaks of gypsum could be identified together with quartz in XRD pattern of geopolymer immersed in seawater. It can be concluded geopolymer has higher seawater durability than Portland concrete and metakaolin based- geopolymer has excellent seawater durability.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27632
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Utama Dahmir
Abstrak :

ABSTRAK
Abu terbang (fly ash/pulverized fuel ash) dapat clipergunakan untuk campuran beton yang bertujuan mengurangi pernakaian semen. Dengan adanya tambahan abu terbang, akan memperbaiki sifat-sifat beton. Untuk pemakaian beton yang bervolume besar seperti bendungan , akan menghemat biaya konstmksi karena berkurangnya pemakaian semen dan Iebih cepatnya pelaksanaan konstruksi.

Roller Compacted Concrete (RCC) atau beton gilas padat yang mempakan beton kurus (slump nol) adalah teknologi yang relatif baru yang dapat diterapkan pada pembuatan konstmksi jalan dan bendungan. Untuk pembuatan bendungan pemadatan dilalcukan lapis demi lapis dengan ketebalan 20-30cm dan dipadatkan dengan vibratory roller. Sedangkan di Jepang pemadatan sampai 50 cm (pada sistim RCD). Di Indonesia bendungan yang memakai sistim RCC adalah cofferdam PLTA Kota Panjang - Riau, namun komposisi campurannya tanpa memakai abu terbang karena sulit untuk mendatangkannya kelokasi. Untuk masa mendatang (tahun 2000) direncanakan akan dibangun bendungan RCC PLTA Maung di Jawa tengah yang merupakan bendungan RCC dan sebagian atasnya mempakan bendungan busur beton (arch concrete dam). Namun keputusan pelaksanaannya belum final dan telah tertunda beberapa kali.

Pada karya tulis ini diteliti sifat-sifat RCC seperti kuat tekan beton, temperatur, modulus elastisitas dan poisson ratio.

Cara perencanaan campuran RCC dcngan memakai sistim ASCE. Untuk penelitian dicoba benda uji dengan kuat telcan perencanaan Kl'}5 dan K125 dengan mensubstitusi pemakaian semen dengan abu terbang sebanyak 0%, 20% dan 40%.

Dengan digunakannya abu terbang' temyata akan menurunkan temperatur hidrasi beton, dan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan kuat tekan perencanaan dibandinglcan dengan beton tanpa abu terbang_ Nilai poisson ratio dan modulus elastisitas RCC juga akan lebih rendah karena pada RCC digunakan beton dengan kuat tekan yang rendah.

Dengan memanfaatkan abu terbang yang di Indonesia digolongkan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) maka hal tersebut akan merubah bahan limbah menjadi bahan yang bermanfaat dan sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.
1997
S35577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madioti
Abstrak :
Abu dasar merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran baru bara. Penggunaan abu dasar sebagai bahan dasar dapat membantu peningkatan produksi beton geopolimer dan juga mengurangi limbah abu dasar serta mengurangi polusi udara yang bersumber dari pembuatan semen portland umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh pemanfaatan campuran pasir dan abu dasar sebagai pengganti agregat halus terhadap sifat mekanis mortar geopolimer dengan memanfaatkan metode pencampuran basah. Penelitian ini memiliki 3 fasa yang terdiri dari penelitian pada material penyusun, pasta geopolimer, dan mortar geopolimer. Pada pembuatan pasta geopolimer dengan perbandingan 20%, 30%, dan 40% aktivator terhadap abu terbang; lalu diuji kemampuan menahan beban menggunakan beban tetap. Hasil pengujian menunjukkan pasta geopolimer dengan kadar aktivator 40% memiliki kemampuan menahan beban yang lebih baik dibandingkan pasta geopolimer dengan kadar 20%. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan mortar geopolimer dengan perbandingan pasir dan abu dasar, variasi rasio air, dan variasi umur tekan. Hasil penelitian mortar menunjukkan mortar dengan kadar lebih dari 37,5% memiliki nilai kuat tekan sekitar 8 Mpa hingga 9 Mpa. Penelitian variasi kadar air menunjukkan peningkatan kadar air mengakibatkan penurunan nilai kuat tekan. Penelitian terkait faktor umur menunjukkan peningkatan kuat tekan hingga 68,3% sebanding dengan tingkat kebasahan mortar. ...... Bottom-ash is one of waste produced from coal combustion process. Bottom-ash utilization as raw material can help increasing production of geopolymer concrete and reducing bottom-ash waste and air pollution from ordinary portland cement production process. This research aim is to observe the effect of sand and bottom-ash mixture as fine aggregate on mechanical properties of geopolymer mortars using wet mix methods. This research includes 3 phase which include research on raw material, geopolymer paste, and geopolymer mortars. On making process of geopolymer paste with (20%, 30% and 40%) of activator to fly-ash, then assessed using fixed load. The result showed the geopolymer paste with 40% activator ratio have more strength to hold load than geopolymer paste with 20% activator ratio.Next, continued on geopolymer mortars making with ratio variation of sand and bottom-ash, water ratio variation, and age factor. The research result showed mortars with bottom-ash ratio more than 37,5% have similar compressive strength around 8 Mpa to 9 Mpa. Research about water ratio variation showed increased water content causing reduced compressive strength. Research about age factor showed incresing compressive strength upto 68,3% proportional to mortar dampness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kennedi
Abstrak :
Geopolimer sebagai semen generasi baru, yang diharapkan dapat mengurangi produksi semen portland sehingga dapat menekan polusi CO2 dari produksi semen portland. Geopolimer dapat dibuat dari beberapa prekursor seperti dari metakaolin, abu terbang dan blast furnace slag. Studi terhadap beberapa prekursor, terutama dari komposisi kimia dibutuhkan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi sifat dari geopolimer. Dalam penelitian ini, untuk melihat pengaruh pengotor CaO dan MgO dalam prekursor abu terbang, dibuat prekursor sintetik dengan komposisi yang sesuai dengan abu terbang. Sintesis dilakukan dengan membuat prekursor tanpa pengotor SiO2 dan Al2O3 sebagai pembanding dan prekursor yang diberi tambahan pengotor CaO dan MgO. Campuran tersebut dilakukan melt-quench untuk mendapatkan struktur gelas pada daerah liquid immiscibilty metastable. Kemudian dilakukan pembandingan hasil pengujian XRD dan disimpulkan pengotor CaO dan MgO menghasilkan prekursor dengan struktur gelas yang lebih baik.. Prekursor kemudian dibuat geopolimer dengan mereaksikannya dalam medium alkali dan menghasilkan spesies dengan komposisi yang sama dengan zeolit dengan struktur amorf. Selain itu juga memperlihatkan geopolimer dengan penambahan pengotor CaO dan MgO dapat meningkatkan nilai kuat tekan dari geopolimer.
Geopolymer is a new generation of the cement materials, and it can be reduce ordinary Portland cement production and reduce CO2 pollution because Portland cements production. Geopolymer made from some precursor like metakaolin, fly ash and blast furnace slag. Study of the precursor, especially from chemical composition, is necessary to know the variable that affecting the geopolymer properties. In this research, to know the effect of contamination of CaO and MgO in fly ash precursor made synthetic precursor with fly ash composition. The synthesis of fly ash without contamination is made to compare the precursor with CaO and MgO contamination. Those mixtures are melt-quenched liquid immiscibilty metastable to get glassy structure. And comparing the result from XRD characterization that precursor with CaO and MgO contaminant more glassy structure of precursor. Precursor then made the geopolymer by reacted with alkali medium and result the product is same composition of zeolite material but amorphous structure. Beside that geopolymer with CaO dan MgO contaminant increase the compressive strength of geopolymer.
2011
S72
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>