Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farah Qurrota A`yun
"Latar Belakang: Defisiensi seng menyebabkan sekitar setengah juta kematian balita setiap tahun di seluruh dunia. Angka mortalitas penyakit yang diakibatkan oleh defisiensi seng juga sangat tinggi seperti diare yang menyebabkan 176.000 kematian, pneumonia 406.000, dan malaria 207.000. Kadar seng dalam urin merupakan salah satu nilai yang dapat dijadikan acuan dalam mendeteksi dini defisiensi seng. Kadar seng yang rendah dalam tubuh dapat menurunkan kadar seng dalam urin hingga 96%. Data mengenai nilai rerata kadar seng dalam urin balita normal belum diketahui.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rerata kadar seng dalam urin balita normal.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional Urin pasien diambil saat diadakan pengabdian masyarakat dengan subjek sebanyak 30 orang. Pengambilan data konsentrasi seng urin dilakukan di dalam laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI pada bulan November 2019. Kadar seng diukur dengan penambahan reagen pyrildilazo naphtol (PAN) dan larutan buffer basa amonium klorida pH 10. Penambahan PAN kepada larutan yang mengandung pada kondisi basa akan membentuk kompleks warna. Larutan kemudian ditambahkan Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) untuk melarutkan kompleks warna yang telah terbentuk. Banyaknya kompleks warna yang terbentuk dihitung dengan metode kuantitatif menggunakan spektrofotometer. Data diolah dalam SPSS untuk ditentukan nilai reratanya. Kriteria inklusi adalah balita berusia 2-5 tahun. Kriteria eksklusi adalah balita yang memiliki penyakit khususnya demam, diare, dan muntah.
Hasil: Data kadar seng dalam urin balita normal menunjukkan nilai yang tidak terdistribusi secara normal. Nilai median dari data tersebut adalah sebesar 1, 6969 mmol/L, nilai maksimal 11, 2424 mmol/L, dan nilai minimal 0,1818 mmol/L.
Kesimpulan: Rerata kadar seng urin pada balita normal adalah 2,6767 mmol/L

Background: Zinc deficiency causes approximately half a million infants deaths every year worldwide. Disease mortality caused by zinc deficiency in children is high, including diarrhea accounts for 176,000 deaths, pneumonia 406,000, and malaria 207,000. Zinc concentration in urine is one of important values to early detect zinc deficiency. Low zinc concentration in the body could decrease urinary zinc concentration until 96%. Data abaout mean of zinc concentration value in normal infants urine is not established.
Objective: This study aims to know the value of zinc concentration value in normal infants urine.
Methods: This study is a descriptive study with cross-sectional design. Urine of the subjects were taken by themselves and then collected in community development program with total 30 subjects. Data collection of urinary zinc concentration was conducted in laboratory of Departement of Biochemistry and Molecular Biology FKUI on November 2019. Zinc concentration is measured by adding reagent 1-(2-pyrildilazo)1-maphtol (PAN) and base buffer solution ammonium chloride pH 10. PAN addition to zinc-containing solution under base condition will form color complex. The solution then added with Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) to dissolve the formed color complex. Data analysis was done using SPSS to determine the mean value. The inclusion criteria was children aged 2-5 years. The exclusion criteria was children with disease, particularly fever, diarrhea and vomiting.
Results: Urinary zinc concentration data are not distributed normally. The median of the data is 1.6969 mmol/L, the maximum value is 11.2424 mmol/L, and the minimum value is 0.1818 mmol/L.
Conclusion: Mean value of urinary zinc concentration in normal under-five children is 2.6767 mmol/L
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiasina, Firensca
"Latar Belakang : Kolitis merupakan penyakit gastrointestinal yang banyak ditemukan dan menjadi masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Zinc, trace element penting dengan berbagai fungsi diantaranya antimikrobial mukosa intestinal, meningkatkan fungsi barrier gastrointestinal, dan fungsi imun. Kolitis menyebabkan perubahan anatomis saluran gastrointestinal, dianggap dapat menyebabkan defisiensi zinc akibat gangguan penyerapan dan peningkatan ekskresi. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil zinc darah dan analisa tinja pada pasien kolitis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Metode : Dilakukan penelitian potong lintang pada bulan Agustus 2019-November 2019. Subjek kolitis diperoleh secara konsekutif dari pasien yang kontrol di poliklinik gastroenterologi atau menjalani kolonoskopi di Pusat Endoskopi Saluran Cerna RSUPN. dr. Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan sampel zinc darah secara spektrofotometri dan analisa tinja subjek kolitis untuk menilai profil zinc darah dan analisa tinja. Kadar zinc darah subjek kolitis dibandingkan dengan kadar zinc darah subjek sehat. Hasil : Terdapat 40 subjek kolitis dan 16 subjek sehat yang disertakan untuk dianalisis pada penelitian ini. Diperoleh 45% pasien kolitis yang defisiensi zinc dengan rerata kadar zinc kelompok kolitis adalah 10,9 ± 1,9 µmol/L dan rerata kadar zinc subjek sehat 12,3 ± 1 µmol/L. Profil analisa tinja kelompok kolitis ditemukan konsistensi lembek 90%, BAB berlendir 17,5%, peningkatan jumlah eritrosit 60%, peningkatan jumlah leukosit 5%, positif amilum 20%, positif lemak 7,5%, pH asam 97,5%, positif darah samar tinja 37,5%, dan jamur di tinja 7,5%.
Simpulan : Kadar zinc pada kelompok kolitis lebih rendah bermakna dibanding kadar zinc pada kelompok sehat. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempertimbangkan pemberian terapi zinc pada pasien kolitis dengan defisiensi zinc.

Background: Colitis is a common gastrointestinal disease that is a major problem in developing countries including Indonesia. Zinc, an important trace element with various functions including antimicrobial intestinal mucosa, improves gastrointestinal barrier function, and immune function. Colitis causes anatomical changes in the gastrointestinal tract, considered to cause zinc deficiency due to impaired absorption and increased excretion. This study aims to determine the profile of blood zinc and fecal analysis in colitis patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Methods: A cross-sectional study was conducted on 40 colitis and 16 healthy subjects in August 2019-November 2019. Colitis subjects were obtained consecutively from patients who were in the gastroenterology outpatient clinic or underwent colonoscopy at the Gastroenterological Endoscopy Center of RSUPN. dr. Cipto Mangunkusumo. Spectrophotometric examination of blood zinc samples and fecal analysis of colitis subjects to assess blood zinc profile and stool analysis. The level of colitis in the subjects' blood zinc was compared with the level of zinc in the healthy subject. Results: There were 40 colitis subjects and 16 healthy subjects included for analysis in this study. 45% of colitis patients who were deficient in zinc with a mean zinc level in the colitis group were 10.9 ± 1.9 μmol / L and the mean zinc level in healthy subjects was 12.3 ± 1 μmol / L. Fecal analysis profile of colitis group found 90% soft stool consistency, 17.5% slimy stool, increase in erythrocyte count 60%, increase in leukocyte count 5%, positive starch 20%, positive fat 7.5%, acid pH 97.5%, positive Fecal blood feces 37.5%, and fungi in feces 7.5%.
Conclusion: Zinc levels in the colitis group were significantly lower than zinc levels in the healthy group. Further research needs to be done to consider giving zinc therapy to colitis patients with zinc deficiency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pusparini Kusumajati
"Fanatisme terhadap sebuah produk tidak selalu berawal dari tingginya kualitas produk, Dari berbagai temuan riset maupun kajian terdahulu, terdapat temuan bahwa relasi antar konsumen dan produk yang dikonsumsinya, lebih sering membangun fanatisme terhadap brand. Salah satu bentuk relasinya terwujud sebagai komunitas brand online. Xiaomi dengan komunitas brand online, Mi Community Indonesia, merupakan salah satu contoh dari produk low-end market yang memiliki pengikut sangat loyal terhadap brandnya. Kesetiaan para fans Xiaomi ini telah terbukti di berbagai negara salah satunya adalah Indonesia. Mi Community Indonesia telah berdiri sejak 2017 dengan puluhan Mi Fans regional yang telah terbentuk secara organik semenjak Xiaomi masuk ke Indonesia. Untuk mendalami yang terjadi pada fenomena Xiaomi itulah, tesis ini bertujuan untuk mengkategorikan jenis keanggotaan yang terdapat pada Mi Community Indonesia dan bentuk prilaku pengkultusan brand dari setiap jenis anggota komunitas. Untuk mencapai tujuan dari penelitian, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan metode studi netnografi melalui observasi netnografi dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Penelitian ini menggunakan konsep komunitas brand online, termasuk didalamnya interaksi dan jenis keanggotaan komunitas brand dan pengkultusan brand. Jenis keanggotaan dan perilaku pengkultusan brand dianalisis melalui post, thread dan hasil wawancara dengan informan kunci. Dari hasil penelitian, ditemukan adanya enam jenis keanggotaan dalam Mi Community Indonesia yang terbagi menjadi the Learner, the Pragmatist, the Opinion Leader, the Activist, the Evangelist dan the Blindfold Cult. Bentuk perilaku pengkultusan brand ditemukan pada jenis keanggotaan the Evangelist dan the Blindfold Cult. Penelitian ini juga menemukan adanya bentuk pengkultusan brand yang dilakukan oleh anggota Mi Community Indonesia, dimana perilaku pengkultusan brand ini banyak terjadi pada interaksi yang didasarkan pada jenis impressions management dan community engagement. Pengkultusan brand yang terjadi pada anggota Mi Community Indonesia merupakan suatu bentuk unjuk diri kepada dunia luar menutupi realitas semu mereka terhadap produk Xiaomi itu sendiri.

Fanaticism about a product does not always start from the high quality of the product itself. Based on previous research and studies, found out that there are a special relationship between consumers and the products they consume, more often builds fanaticism towards the brand. One form if its relationship is reflected as an online brand community. Xiaomi, with its well-known online brand community, Mi Community Indonesia, is the example of a low-end market product that have a very loyal brand followers. Their loyalty is proven in various country of Xiaomi target market in which Indonesia is one of them. Mi Community Indonesia formed since 2017 with dozens of regional Mi Fans that already formed organically since Xiaomi enter Indonesia smartphone’s market. This thesis objective is to determine the type of membership in Mi Community Indonesia and their form of brand cult towards Xiaomi as a brand of each type of membership in Mi Community Indonesia. This research is using qualitative approach with netnography study as its method. This research is using both netnography observations and in-depth interview with key informant. This research is using online brand community including the interaction within brand community and type of membership in brand community and brand cult as its concepts. In this research, type of membership and behaviour of brand cults are analysed by post, thread and online data system given by Mi Community Indonesia and interview result with key informant. The results of this research show that there are six types of membership in Mi Community Indonesia which divided into the Learner, the Pragmatist, the Opinion Leader, the Activist, and the Blindfold Cult. The brand cult behaviour is found in the Evangelist and the Blindfold Cult type of membership. This research also found behaviour of brand cult of members in Mi Community Indonesia, in which happens in interaction that based on impressions management and community engagement kind of interactions within the community. Brand cult behaviour that happens in Mi Community Indonesia is a form of rally to cover their false reality towards Xiaomi’s product."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Mita Etika M.
"Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh malnutrisi kronis pada anak yang berdampak pada penurunan fungsi kognitif serta fisik anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada siswa kelas 1 SD di Jakarta Barat tahun 2016. Penelitian ini berdesain studi cross sectional, menggunakan data primer dengan sampel 182 orang siswa dari 6 sekolah dasar negeri di Jakarta Barat yang dilakukan pada April-Mei 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan food frequency questionnaire secara mandiri oleh responden.
Dari hasil penelitian diketahui terdapat 21,4% siswa mengalami stunting. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata frekuensi konsumsi seng, zat besi, vitamin A, dan protein serta ada perbedaan proporsi antara berat badan lahir (OR=6,31), pemberian ASI eksklusif (OR=2,62), riwayat penyakit infeksi (OR=2,86), status imunisasi dasar (OR=3,45), suplementasi vitamin A (OR=2,46), pengetahuan gizi dan kesehatan ibu (OR=2,77), pola asuh makan (OR=6,41), jumlah anggota keluarga (OR=2,97), dan pendapatan keluarga (OR=2,88) dengan kejadian stunting. Analisis regresi menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi seng merupakan faktor dominan kejadian stunting pada siswa kelas 1 SD di Jakarta Barat tahun 2016.

Stunting is linear growth retardation because of chronic malnutrition that associated with decline of cognitive function and physic skill in children. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurence among 1st grade primary school student in Jakarta Barat, 2016. This research was descriptive study with cross sectional design that using primary data and included 182 students from 1st grade of 6 public elementary school that located in Jakarta Barat. Data were collected through the questionnaire and food frequency questionnaire.
The result showed prevalence of stunting was 21,4%. The independent t-test analysis showed that food consumption frequency of zinc, iron, vitamin A, and protein had a significant difference with stunting. Chi square analysis also showed that birth weight (OR=6,31), exclusive breast-feeding (OR=2,62), history of infection (OR=2,86), basic immunization status (OR=3,45), suplementation of Vitamin A, maternal health and nutrition knowledge (OR=2,77), care feeding (OR=2,88), family size, dan family income (OR=2,88) had a significant association with stunting. Regresi binary logistic showed that consumption frequency of zinc as dominant factor of stun.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library