Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Bramianto
Abstrak :
Masalah utama yang dihadapi DKI Jakarta adalah pesatnya perkembangan jumlah penduduk, dan di lain pihak ruang yang ada sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan dayadukung lingkungannya. Hal tersebut, menjadi latarbelakang penyusunan Rencana Umum Tata Ruang DKI Jakarta Tahun 2005 (RUTR 2005) dalam rangka untuk mengembalikan dayadukung secara wajar. Masalah Transportasi yang dihadapi antara lain ialah 1. Tidak seimbangnya perkembangan prasarana jalan dihandingkan dengan pertumbuhan kendaraan. 2. pertumbuhan prasarana jalan kurang lebih 4% per tahun. 3. pertumbuhan kendaraan kurang lebih 14-15% per tahun. Survei yang dilakukan oleh ARSDS menyimpulkan bahwa perbandingan penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum adalah 611:35. Hal ini jelas-jelas menunjukkan adanya ketidak efisienan penggunaan ruang jalan oleh pola penggunaan kendaraan. Pertumbuhan penggunaan kendaraan di Jakarta menunjukkan adanya kecenderungan pemanfaatan kendaraan bermotor dan lenyapnya kendaraan tidak bermotor. Yang diramalkan mecapai 15 juta trip pada tahun 2005. Hal ini, akan menyebabkan tekanan pada lingkungan baik penggunaan energi maupun pencemaran lingkungan. Suatu kebijaksanaan yang diambil oleh Pemerintah ,selain membangun infrastruktur penunjang transportasi tersebut, adalah usaha pembatasan terhadap angkutan pribadi, dengan harapan pertambahan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Dengan demikian, praktisnya adalah mendorong pengguna kendaraan pribadi berganti menjadi pengguna angkutan umum. Namun, Jakarta dan Botabek mengalami pertumbuhan ekonomi dan pertambahaan penduduk yang cepat. Pertumbuhan ekenomi yang pesat berdampak semakin tingginya pendapatan masyarakat, yang cenderung mendorong masyarakat untuk memiliki dan mengendarai kendaraan pribadi. Semakin baiknya mutu prasarana angkutan dan kurang baiknya alat dan layanan sarana angkutan umum, juga semakin mendorong orang untuk memiliki dan mengendarai kendaraan pribadi. Hal-hal tersebut, akan menjadi kendala bagi upaya "memasyarakatkan" penggunaan angkutan umum. Di samping kemampuan ekonomis seseorang dan tersedianya sarana angkutan umum yang cukup jumlahnya, kiranya faktor-faktor lingkungan lainnya berpengaruh pada kecenderungan seseorang untuk memilih moda angkutan. Suatu studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa masalah keamanan dan keselamatan pengguna jasa angkutan umum, seperti kriminalitas menjadi kendala utama yang diperhatikan dalam manajemen angkutan umum. Di Jakarta selain kriminalitas (pencopetan, Penodongan), kiranya beberapa faktor seperti: ketepatan waktu perjalanan, kebersihan, kenyamanan, martabat penumpang, biaya perjalanan, pencemaran udara, kemacetan jalan, menjadi factor-faktor menetukan seseorang menggunakan angkutan umum. Tujuan umum penelitian adalah ingin mengetahui keinginan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Tujuan khusus, mencari faktor-faktor utama yang mendorong penggunaan angkutan umum. Penelitian dilakukan di kota Jakarta, Kecamatan Senen dan Cempaka Putih, Jakarta Pusat dan Kecamatan Matraman, Jakarta Timur. Variabel yang diteliti adalah: martabat, ketepatan waktu, keamanan, kebersihan kendaraan, kenyamanan, biaya perjalanan, pencemaran udara, kemacetan jalan, dan karateristik jalan yaitu ketepatan perjalanaan dan titik pencapaian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung berdasarkan daftar pertanyaan. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil-hasil penelitian, laporan-laporan studi, dan literatur yang relevan. Analisis data dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) yang validasinya diukur dengan Consistency Index yang jika nilainya lebih kecil dari. 0,10 menunjukkan hasil yang baik, cukup konsisten. Dari hasil penelitian, didapat faktor utama yang mempengaruhi pemilihan moda angkutan adalah kemacetan jalan, pencemaran udara, kebersihan kendaraan, menyusul ketepatan waktu, keamanaan di kendaraan, kenyamanan, biaya perjalanan, martabat. Sedangkan moda angkutan yang dipilih berurut: kendaraan umum sistem Baru, kendaraan pribadi, kendaraan umum sistem lama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mendorong pemakai kendaraan pribadi beralih untuk menggunakan moda angkutan umum, diperlukan memperbaiki kondisi sistem angkutan umum yang ada saat ini, yakni, pertama-tama Adanya sistem angkutan yang tidak menimbulkan kemacetan misalnya sistem angkutan massal cepat (MHT) yang melayang atau di bawah tanah, sistem angkutan yang kurang mencemari lingkungan, kemudian penyuluhan tentang rasa kebanggaan menggunakan angkutan umum dan meningkatkan kebersihan kendaraan umum, ketepatan perjalanan (jadwal pemberangkatan dan pencapaian tujuan ); keamanan pengguna, kenyamanan pengguna. Kemudian yang perlu diperhatikan , adalah biaya perjalanan, secara tidak langsung berarti ikut berpartisipasi memperbaiki kondisi lingkungan hidup Jakarta dengan mengurangi pencemaran.
The main-problem the DKI (Special-Capital District of Jakarta) faced is a rapid population-growth but on the other hand, the space is very restricted. This results in the reduction of the environmental-bearing capacity, that becomes the background of the DKI?s Master plan 2005 (called RUTR 2005) in order to have a proper environmental bearing capacity. The transportation issues facing include bellows : - Imbalance of road-infrastructural development compares to the vehicle growth. - Road-infrastructural growth is about 4% per annum - Vehicle growth is about 14-15% per annum The survey conducted by ARSDS comes into a conclusion that the comparison between the usage of private-car and public transportation is 65:35. This clearly shows an inefficiency of road occupation by the vehicle using pattern. The growth of the Vehicle-operation in Jakarta shows a trend of increasing the motorized-vehicles and elimination that of non-motor driven which is estimated to reach 15 million trips by the year of 2005. This would cause an environmental depression either the energy consumption and the pollution. A policy taken by the Government in addition to build the transportation facilities is to limit the using of private-automobiles hoping an additional trip by using the public transportation. Therefore, practically, is to drive private car user changing to use the public transportation modes. Meanwhile, Jakarta and its Satellite Towns (Bogor-Tanggerang-Bekasi) experience a drastic economic and population growth. Such a drastic economic growth results in the better people income tending to own and drive the private-car. Lion and transportation-infrastructure are, the more interests in owning and driving the private cars will be. The things mentioned above may become a hindrance in order to "socialize" the use of public transportation. Beside the individual economic-capability and the availability of sufficient volume of public transportation facilities, there might be other environmental factors influencing some one in choosing to use the public transportation modes. A study conducted in United States shows that security and comfort or convenience for public-transportation users, as crimes become the major constraint considered in public-transportation management. In Jakarta, in additional to crimes (such as thief, armed-robbery) seem that several factors like: punctual trips, vehicle cleanliness, comfort or convenience, and passengers prestige travel cost, air pollution, traffic jam, become personal determinants to use the public transportation. General objective of the study is to know the public interest to use the public transportation. While the specific goal is to look for key-factors encouraging the use of such a transportation. The study has been conducted in the Capital of Jakarta, i.e, Districts of Senen and Cempaka Putih-Central Jakarta and at Matraman District-East Jakarta. Variables observed are prestige, punctuality, security, Vehicle cleanliness, comfort or convenience, traveling expenses, air pollution, traffic jam and road-characteristics such as its velocity and achieving point. Primary data collection has been implemented through direct--interview based on questionnaire. While secondary data were obtained from the study, research reports and relevant literatures. The data analyzed with Analytical Hierarchy Process Method that the validity is measured with a consistency Index where the value is less than 0.10, it shows a good result, consistent enough. The study resulting the main factors that influence the choice in using the transportation modes are, traffic jam, air pollution, the vehicle-cleanliness, then following by rile punctuality, security, comfort or convenience, traveling expense, prestige while the transportation-modes selected in the first option is new system of public transportation, then what we calf, private car, and the last is old-system public transportation. Therefore, it is concluded, to have the private car user changing to use the public transportation modes, the management shall have a new system of public transportation, by improving the first is the transportation system that is not effects traffic jam, just like mass rapid transit (MRT) , elevated or underground, the transportation that is less pollute environment, than the vehicle-cleanliness, then to have a punctual-trips; user's security; to promote the proud of traveling with public transport and convenience well managed, then to consider the travel cost, because by this, he or she participates in improving the environment of Jakarta in deducting the pollution. References : 48 (1974-1991)
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfiar Sani
Abstrak :
ABSTRAK Karya tulis dengan judul "Perencanaan pembangunan Angkutan masal di Jakarta"atau yang dikenal dengan istilah MRT ( Mass Rapid Transit) dengan menggunakan Subway mengupas tentang suatu kemungkinan pembangunan sistem MRT ini JABOTABEK, khususnya di DKI Jakarta. Dalam mengulas hal ini dibagi atas beberapa Bab; Bab I Latar belakang wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya (JABOTABEK) ; a. Geology daerah Jabotabek; Kondisi geology dan tanah, melihat kemungkinan bisa dibangunnya sistem Subway b. Keadaan sosial dan ekonomi penduduk DKI Jakarta; Kegiatan perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang mempunyai dampak terhadap kebutuhan jasa angkutan c. Kompisisi dan kebijaksanaan angkutan di Jakarta; Jasa angkutan apa saja dan bagaimana peranannya dalam melayani penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya. d. Sistem angkutan dinegara berkembang; Sebagai bahan perbandingan dan hebatnya perdebatan yang dilakukan untuk memilih jenis angkutan masal yang akan digunakan, karena diperlukan dana investasi cukup besar sedangkan sumber dana masih tanda Tanya. e. Alternatif angkutan dan aspek ekonomisnya; Harus kita lihat model angkutan yang hemat energy, kurang polusi, aman dan bagaimana mendapatkan biaya untuk membangunnya. Bab II Aspek keuangan dalam pembangunan MRT; Baik dinegara berkembang maupun negara maju, bagaimana kriteria investasi untuk membangun MRT ini, karena biaya investasi yang besar sedangkan pengembaliannya tidak mungkin secara ekonomis. Bagaimana perbandingan penghasilan dan biaya operasi di negara yang mempunyai angkutan masal Bab III: Suatu kemungkinan angkutan masal (Subway) di Jakarta; Hubungan antara perkembangan kota dan sistem angkutannya selama ini, bagaimana pemecahan permasalahan sistem angkutan dan alternatifnya. Mengoptimalkan formasi jaringan dan memanfaatkan sistem yang sudah ada serta memilih jenis angkutan yang sesuai. Bagaimana seharusnya melakukan pemilihan sistem angkutan, pemilihan jalur, sistem pengumpan, pemilihan MRT dan melihat keunggulan "Subway" dibandingkan angkutan masal lainnya. Bab IV: Mass Rapid Trasit "Subway" di Jakarta; Perkembangan Subway didunia dan bagaimana rencana jika Subway ini dikembangkan di Jakarta. Bagaimana metoda konstruksi, perencanaan stasiun, pro ses implementasi, pembiayaan konstruksi, besar biaya konstruksi dan bisnis sampingan yang mungkin bisa dilakukan bila sistem ini terlaksana.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dewa Putra
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang lika-liku dan perkembangan lalu lintas jalan raya dan transportasi umum di Jakarta pada tahun 1989-2007. Metode penelitian ini menggunakan metode sejarah. Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa dalam kurun waktu tersebut, keadaan arus lalu lintas di Jakarta seiring berjalannya waktu terjadi kemacetan yang semakin parah. Selain itu transportasi umum yang ada tidak mampu memberikan pelayanan yang memadai yang membuat masyarakat kebanyakan beralih menggunakan kendaraan pribadi. Berbagai kebijakan diterapkan untuk menanggulangi permasalahan jalan raya, namun hasilnya dirasa tidak memuaskan. Hingga akhirnya dioperasikan moda transportasi Transjakarta yang memberi secercah harapan untuk pelayanan transportasi umum yang lebih baik di Jakarta.
This undergraduate thesis expalains about twist and development of the traffic and public transportation in Jakarta in 1989-2007. This thesis use historical methods. In this undergraduate thesis finds fact that in 1989-2007, the traffic condition in Jakarta starts getting worse as the time goes by. Meanwhile, the existing public transportation couldnt keep upĀ  with public demand, so a lot of people use their private vehicle. A lot of policy has been applied to reduce the traffic problem, albeit not satisfying. Finally, the government operate Transjakarta to better serve the public transportation demand in Jakarta.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnan Kusuma Putra
Abstrak :
ABSTRAK PT Transjakrta bersama dengan pihak operator Swasta mulai bersinergi untuk menambah angkutan pengumpan city feeder di wilayah jangkauan di sekitar Jakarta. Salah satunya adalah Layanan City Feeder Lebak Bulus ndash; Senen koridor 6H Transjakarta. Hasil evaluasi dari layanan ini menunjukan bahwa jumlah armada bus yang disediakan tidak mampu memenuhi demand penumpang yang ada. Hal ini ditunjukan dari besarnya nilai faktor muat bus yang memerlihatkan jumah demand penumpang yang tinggi, namun waktu tunggu penumpang lebih besar dari waktu kedatangan bus Waktu antara . Jumlah armada yang ada saat ini juga tidak mampu mencapai standar karena berdasarkan waktu tempuhnya, armada bus yang dibutuhkan adalah 35 unit sedangkan dalam prakteknya hanya mengoperasikan 26 unit kendaraan. Diperlukan perencanaan ulang dengan mempertimbangkan penambahan unit bus agar Pelaksanaan Layanan Bus Feeder Transjakarta Lebak Bulus ndash; Senen sesuai dengan kebutuhan penumpang dan Standar Pelayanan Minimal Transjakarta.
ABSTRACT PT Transjakrta together with the private operators have synergized to add the city feeder 39 s unit bus in the Jakarta area. The Transjakarta Lebak Bulus Senen corridor 6H is one of them. The evaluation result of this service shows that the amount of the operated buses was not able to fulfill the demand of existing passengers. This was indicated by the percentage of bus load factor which was showing high demand of the passengers, but the waiting time of passengers are bigger than bus arrival Headway . The number of existing armadas is also not able to carry on the standard. Refering to the travel time, the required bus fleet must be 35 units but it was only operating 26 units of vehicles. There needed re planning by considering the addition of unit bus so that the Implementation of Lebak Bulus Senen Bus Feeder Service can be in accordance with the demand of passengers and Minimum Service Standards Transjakarta.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Diantorio Putri
Abstrak :
ABSTRACT
Mass Rapid Transit MRT Jakarta adalah salah satu transportasi kota yang ada di DKI Jakarta. MRT Jakarta muncul sebagai jawaban atas permasalah transportasi di Jakarta yang meliputi kemacetan, keakuratan jadwal, dan kenyamanan. Dari segi kemacetan, MRT Jakarta unggul karena memiliki jalur yang tidak beririsan dengan jalan raya. Proses operasional MRT tidak dipengaruhi kemacetan dan tidak menyebabkan kemacetan. Dari segi keakuratan jadwal, MRT Jakarta telah mengeluarga janji berupa target headway yang cukup singkat. Headway adalah interval kedatangan kereta. Dari segi kenyamanan, MRT Jakarta memiliki kualitas kereta yang cukup tinggi namun hal ini belum dapat memastikan tingkat kenyamanan MRT Jakarta, mengingat banyak faktor yang memengaruhi tingkat kenyamanan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kenyamanan MRT Jakarta berdasarkan kepadatan penumpang dan keakuratan jadwal kedatangan. Penulis menggunakan perangkat lunak ProModel 7.5 untuk melakukan simulasi atas 12 kebijakan yang telah dirancang berdasarkan tiga variabel kontrol, yaitu jumlah rangkaian kereta, jumlah kereta per rangkaian, dan headway. Dengan mempertimbangkan kepadatan penumpang dan pemenuhan target headway, kebijakan terbaik untuk peak hour adalah menggunakan 14 rangkaian kereta dengan 6 kereta per rangkaian untuk headway 5 menit, dan untuk off-peak hour menggunakan 7 rangkaian kereta dengan 8 kereta per rangkaian untuk headway 10 menit.
ABSTRACT
Mass Rapid Transit MRT Jakarta is one of the new urban transportation in Greater Jakarta area. MRT Jakarta appear as an answer for Jakarta rsquo s transportation problem, such as congestion, schedule accuracy, and level of comfort. MRT Jakarta rsquo s track is separated from highways, so it wouldn rsquo t impacted by congestion nor leads to congestions. MRT Jakarta has publish the headway target to promise the schedule accuracy. Headway is the interval time between train arrivals. MRT Jakarta has a high quality rolling stock, but this couldn rsquo t indicates MRT Jakarta overall level of comfort, since this level of comfort is affected by many factors. Therefore this research goal is to analyze MRT Jakarta level of comfort by considering passenger density and its headway target fulfillment. The researcher uses ProModel 7.5 to simulate 12 optional policies. This 12 optional policies are made of combined three control variable, which are train set, car number, and headway. By considering the passenger density and headway target fulfillment, the best specification for peak hour is 14 train set and 6 cars for each set with 5 minutes headway and for off peak hour is 7 train set and 8 cars for each set with 10 minutes headway.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Putri Yulianti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai hubungan kualitas layanan transportasi melalui perantara aplikasi, yaitu layanan YYY dengan kepuasan pengguna layanan YYY yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang murni membahas tentang kualitas pelayanan YYY dan kepuasan pengguna, tanpa melihat aspek kehidupan pribadi dan kesejahteraan penyedia layanan YYY pengemudi dan pengguna layanan. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden pengguna layanan YYY yang ada di DKI Jakarta. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kualitas layanan yang terdiri dari dimensi tangible bukti fisik, reliability keandalan, responsiveness daya tanggap, assurance jaminan, dan empathy empati memiliki penilaian yang baik dari pengguna layanan, dengan kepuasan pengguna layanan yang tinggi pula dimana terdiri dari indikator kesesuaian harapan, minat menggunakan kembali, dan kesediaan merekomendasikan. Hasil uji korelasi menggunakan rumus Kendall Tau-b menunjukkan angka 0,495 yang berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel kualitas layanan dan variabel kepuasan pengguna bersifat sedang dengan pola hubungan positif, yang berarti bahwa semakin baik kualitas layanan semakin tinggi pula kepuasan pengguna layanan.
ABSTRACT
This study discusses the relationship between transportation service quality through application intermediary, that is YYY service with satisfaction of YYY service user in DKI Jakarta. This research uses a quantitative approach with a descriptive type of research that is purely about YYY service quality and user satisfaction, regardless of aspects of personal life and welfare of YYY service providers drivers and service users. This research was conducted by distributing questionnaires to 100 respondents of YYY service users in DKI Jakarta. The results showed that service quality consisting of tangible dimensions, reliability, responsiveness, assurance and empathy have good ratings of service users, with service user satisfaction high where it consists of indicators of conformity of expectations, interest in reuse, and willingness to recommend. The result of correlation test using Kendall 39s Tau b formula shows the number 0,495 which means that the strength of the relationship between service quality variable and user satisfaction variable is medium with positive relationship pattern, which means that the better the service quality the higher the user service satisfaction.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrinanisa Islah Birru Akhsana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan operasional layanan eksisting bus sedang reguler non-Transjakarta trayek Lebak Bulus Pasar Senen berdasarkan karakteristik operasional dan besaran permintaan penumpang. Metode perbandingan terhadap parameter kinerja operasional layanan angkutan umum diterapkan dalam proses analisis. Proses analisis dilakukan secara bertahap, pertama adalah melakukan evaluasi layanan dengan meninjau standar parameter kinerja operasional. Tahap selanjutnya adalah memutuskan perancangan operasional layanan. Hasil evaluasi terhadap parameter load factor, waktu tempuh, dan frekuensi berupa restrukturisasi rute layanan dengan pemotongan rute eksisting dan perencanaan rute baru. Layanan hasil restrukturisasi difungsikan sebagai bus pengumpan Kereta Commuter Indonesia terintegrasi Transjakarta di Stasiun Gondangdia untuk tujuan Lapangan Banteng, dengan mengutilisasi jumlah armada eksisting dan menerapkan headway sesuai permintaan penumpang. Jumlah armada tersisa untuk rute tersebut diutilisasi untuk rute baru lain yaitu Stasiun Gondangdia ndash; Medan Merdeka Barat dan Stasiun Gondangdia Senen. ...... This study aims to evaluate the operational feasibility of existing non Transjakarta medium bus service with Lebak Bulus Pasar Senen route based on operational characteristics and passenger demand. Comparison method for the operational performance parameters of public transport services is applied in the analysis. The analysis process is done in two stages, first is to evaluate the existing service by considering the standard of operational performance parameters. The next stage is to decide the design of service operations. The evaluation results on load factor, travel time, and frequency yield to a service route restructurisation by cutting existing route and planning the new routes. The service restructurisation is functioned as a Transjakarta integrated feeder bus in Gondangdia Station with Lapangan Banteng destination by utilizing the existing fleet and applying headway based on passenger demand. The remaining fleets for that route are utilized for other new routes, Gondangdia Station Medan Merdeka Barat and Gondangdia Station Senen.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Yunita
Abstrak :
ABSTRAK
Simpul transportasi yang akan dikembangkan sebagai kawasan berorientasi transit memiliki tantangan dalam estimasi bangkitan pergerakan. Guna menunjang pengembangan kawasan berorientasi transit maka dinilai perlu adanya gambaran saat ini terkait distribusi pergerakan pada simpul transportasi. Dalam konteks Jabodetabek, Stasiun Sudirman merupakan simpul transportasi perkerataapian perkotaan yang diproyeksikan sebagai kawasan berorientasi transit. Informasi asal dan tujuan dalam menggambarkan distribusi perjalanan menjadi sangat essensial, oleh sebab itu pada penelitian ini mencoba pendekatan survei dan sumber data baru seperti sosial media untuk menggambarkan distribusi perjalanan pekerja urban. Penelitian ini menggunakan analisis spasial deskriptif dengan menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi pergerakan pada Stasiun Sudirman sebagai stasiun keberangkatan dan tujuan mengakomdasi pekerja urban dari pusat ke pinggiran, pingiran ke pusat, maupun pusat ke pusat di Kota Metropolitan Jakarta yang didominasi pada wilayah penggunaan tanah pemukiman menuju tanah perusahaan dengan pergantian moda angkutan paratransit nontrayek. Perbandingan distribusi perjalanan yang diperoleh melalui pendekatan survei menunjukan hasil yang lebih bervariasi dibandingkan sumber data baru seperti sosial media Twitter.
ABSTRACT
Transport nodes which will be developed as a transit oriented area has a challenge in estimating the trip generation. In order to support the development of transit oriented areas, it is deemed necessary to conduct the current representation of the movement distribution in gateways. In the context of Jabodetabek, Sudirman Station is an urban rail based transportation node which is projected as an area of transit oriented. The data collection in this research is used through surveys and new data sources such as social media to illustrate the trip distribution of urban workers. The results show Sudirman Station as a departure station and destination accommodates the movement distribution of urban workers from the centre to suburban, suburban to the centre, as well as the centre to the centre of Jakarta Metropolitan Area which is dominated in settlement zone to the commercial zone with the nodal interchange of paratransit mode. Geolocated Tweet was used to identify the origin and destination of urban workers. The trip distribution which was obtained through the survey shows more varied results than new data sources such as social media Twitter, nevertheless both of them show the same trip distribution based on similarity characteristics of the origin and destination area.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Nurfiga Irsyad
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mempertimbangkan status operasional TransJakarta rute Blok M-Kota akibat adanya MRT Jakarta yang melewati rute Blok M-Kota, beserta model kesediaan berpindah ke MRT Jakarta jika TransJakarta rute Blok M-Kota dihapuskan. Analisis dilakukan berdasarkan survei stated preference dengan 2 kondisi, ketika MRT Jakarta fase 1 beroperasi dan ketika MRT Jakarta fase 2 beroperasi dan dengan metode survei online dan offline. Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif, statistik korelasi dan statistik komparatif serta menggunakan pendekatan model logit berbasis fungsi utilitas. Hasil analisis survei stated preference menunjukkan kebijakan penghapusan status operasional TransJakarta rute Blok M-Kota ketika MRT Jakarta fase 1 beroperasi tidak layak dilakukan, namun ketika fase 1 & 2 MRT beroperasi kebijakan penghapusan rute TransJakarta Blok M-Kota layak dilakukan. Hasil analisis perbandingan antara survei online dan offline menggunakan uji Mann Whitney dalam beberapa karakteristik memiliki kecocokan. Hasil analisis model utilitas menggunakan regresi logistik biner menunjukkan bahwa ketika MRT fase 1 beroperasi model dipengaruhi oleh variabel frekuensi perjalanan, jarak perjalanan dan tarif MRT Jakarta, sedangkan ketika MRT Fase 2 beroperasi model dipengaruhi oleh variabel frekuensi perjalanan, jarak perjalanan, tarif MRT Jakarta, dan waktu perjalanan. ...... This research is intended to consider the operational status of the TransJakarta Blok M-Kota route due to the existence of the Jakarta MRT that passes the Blok M-Kota route, along with a model of willingness to shift with Jakarta MRT if the TransJakarta Blok M-Kota route is eliminated. Analysis was carried out based on stated preference surveys with 2 conditions, when phase 1 of the Jakarta MRT operates and when phase 2 Jakarta MRT operates and with online and offline survey methods. The analysis was conducted using descriptive statistics, correlation statistics and comparative statistics and using logit model approach based on utility functions. The stated preference survei results showed a policy of eliminating the operational status of the TransJakarta Blok M - Kota route when the Jakarta phase 1 MRT operates is not feasible, but when phase 1 & 2 MRT operates the policy of eliminating the Blok M - Kota TransJakarta route is feasible. The analysis of the comparison of the survey online and offline in several characteristics have a match. The results of the utility model analysis using binary logistic regression indicate that when phase 1 MRT operates show that the model is influenced by variable travel frequency, travel distance and Jakarta MRT rates, whereas when MRT Phase 2 operates the model is influenced by variable travel frequency, travel distance, Jakarta MRT rates, and travel time.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuqqa Macdalena
Abstrak :
Penelitian ini mengalisis collaborative governance pada integrasi moda transportasi angkot dalam pelaksanaan Program Jak Lingko Di Provinsi DKI Jakarta dalam rangka mewujudkan smart mobility. Kajian ini menggunakan pendekatan post positivist untuk menganalisa proses collaborative governance yang terjadi pada integrasi moda transportasi dalam sistem BRT Transjakarja sebagai bagian dari pelaksanaan program Jak Lingko. Proses collaborative governance yang terjadi dianalisis dengan lima dimensi model collaborative governnace yang terdiri atas dimensi konteks sistem umum, dimensi pendorong, dimensi dinamika kolaborasi, dimensi aksi kolaboratif dan dimensi dampak kolaborasi. Model Collaborative Governance ini dikembangkan dengan memasukkan parameter smart mobility pada dimensi dampak kolaborasi. ......This study aim to investigate collaborative governance in the integration of angkot as one of transportation modes within the implementation the Jak Lingko Program in order to realize smart mobility in DKI Jakarta. This study uses a post positivist approach to analyze the collaborative governance process that occurs in the integration of mini bus "angkot" as one of transportation modes into the Transjakarja's BRT system as an integral part of the implementation of the Jak Lingko program. The collaborative governance process that took place was analyzed with five dimensions of the collaborative governance model consisting of the dimension of the general system context, the driving dimension, the dimensions of collaboration dynamics, the dimensions of collaborative action and the dimensions of the impact of collaboration. This Collaborative Governance model was developed by incorporating smart mobility parameters into the dimensions of collaboration impact.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>