Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tati Paramitha
"Perbudakan di Amerika yang terjadi pada masa Antebellum telah merupakan cerita yang stereotip, yaitu adanya kekuasaan majikan kulit putih yang mengeksploitasi tenaga budak terutama di Selatan. Di dalam Bab I, pada latar belakang permasalahan dijelaskan nyanyian rakyat sebagai sarana prates sosial dan sebagai bentuk folklor budak Negro yang merupakan ciri dari kebudayaan folklor Afro-Amerika. Hudak mencari kebebasannya dengan berbagai cara, yaitu dengan menebus diri sendiri, hadiah pembebasan oleh majikan (manumission), memberontak, melalui perkawinan dengan Afro-Amerika bebas atau wanita kulit putih, dan melarikan diri dengan bantuan golongan Abolisionis. Bagi budak yang tidak dapat menggunakan cara-cara tersebut di atas, maka cara yang ditempuh adalah hanya dengan menggugah hati nurani majikan kulit putih. Nyanyian-rakyat (folksong) yang berupa teriakan-teriakan, terdiri dari Marian hollers, shouts, calls, cries dan spiritual, lirik-liriknya menyatakan penderitaan dan harapannya untuk mendapat kebebasan.
Selanjutnya Bab. II. menjelaskan mengenai adanya tragedi di Selatan pada masa Antebellum (1776-1866), ditandai dengan semakin kokoh dan suburnya lembaga yang tidak lazim (peculiar institution), sebagai suatu lembaga yang masih mempertahankan sistem perbudakan. Setelah Perang Kermerdekaan Amerika terkenal sebagai bangsa yang memperjuangkan hak azazi manusia, melalui Deklarasi Xemerdekaan (Declaration of Independence) di seluruh dunia. Demikian pula beberapa pasal dalam Konstitusi Amerika (Amandemen ke (1791). Amandemen ke XIII (1865), Amandemen ke-XIV (1868), Amandemen ke XV (1870), sebenarnya telah menghapuskan perbudakan dan menghilangkan diskriminasi terhadap etnik Afro-Amerika di bumi Amerika, ternyata perbudakan tetap ada. Hal ini disebabkan tenaga budak sebagai salah satu faktor produksi yang produktif dan tahan lama dibandingkan dengan tenaga kulit putih. Selain itu, budak dianggap sebagai "harta benda" (property) daripada sebagai "manusia" (person) yang dapat dipindah tangankan secara hukum misalnya dijual. Dalam bab II menjelaskan mengenai perbudakan di Selatan dan organisasi Underground Rail-road telah membantu budak mendapatkan kebebasan dengan Cara melarikan diri.
Sedangkan Bab III, menjelaskan arti nyanyian-rakyat (folksong) budak yang terdiri dari beberapa jenis teriakan yang dikenal sebagai hollers, shouts calls, cries dan spiritual untuk berkomunikasi dengan sesama budak dan Tuhan mereka. Semua bentuk nyanyian-rakyat tersebut mewarnai kehidupan budak sehari-hari dalam rangka budak mendambakan kebebasannya. Selain itu nyanyian-rakyat mempunyai fungsi pelipur lara, sarana pendidikan bagi generasi yang lebih muda, pernyataan angan-angan yang terpendam dan sarana protes sosial terhadap kebebasan (freedom) dan persamaan (equality) sebagai nilai-nilai demokrasi yang tercantum di dalam Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi Amerika.
Adapun pada Bab IV, dijelaskan struktur (text) nyanyianrakyat lebih memenuhi persyaratan sebagai balada karena liriknya mempunyai tema yang bebas, menggambarkan cerita kehidupan budak atau sejarah perbudakan, demikian pula bait-baitnya tidak terikat oleh ketentuan tertentu seperti pada bentuk folklor peribahasa atau teka-teki. Sedangkan penyebarannya adalah hubungan (context) dengan masyarakat penerima folklor tersebut, menandakan bahwa nyanyian-rakyat dapat bertahan hidup (survival), karena dipertahankan oleh budak secara turun temurun.
Bab V. Merupakan kesimpulan dari isi tesis ini, fokusnya adalah mengenai fungsi nyanyian-rakyat dilihat dari lirikliriknya, ternyata sebagai sarana protes sosial budak atas diskriminasi, segregasi dan penyimpangan dari azas demokrasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T5466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schindler, Kurt
New York: Hispanic institute in the United States, 1941
784.4 SCH f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Iswari
"Berangkat dari asumsi bahwa tokoh-tokoh Banjo ini dianggap sebagai orang-orang Australia tulen yang pertama kali benar-benar muncul dalam sajak dan yang kemudian menjadi figur bush heroes (Ollif, 1971: 35), skripsi ini mencoba mendeskripsi apa dan bagaimana bush heroes itu sebenarnya: bagaimana karakter dan kehidupan mereka, bagaimana hubungan antar mereka, dan bagaimana hubungan antara mereka dengan latarnya. Deskripsi ini jelas merupakan konsep hero menurut Banjo. Masalah yang kemudian timbul adalah bagaimana sampai hero ciptaan Banjo ini diterima pula sebagai hero khas Australia. Untuk menjawab hal ini, penelitian akan dihubungkan dengan sejarah kehidupan komunitas bush. Untuk meneliti masalah yang diajukan dalam skripsi ini, penulis memaparkan sejarah terbentuknya komunitas bush serta memilih enam balada karya Banjo, yaitu: Clancy of the Overflow, The Man from Snowy River, The Man from Ironbark, A Bushman Song, Saltbush Bill, dan Waltzing Matilda. Keenam balada ini dipilih karena alasan sebagai berikut: tokoh yang diciptakan semua berasal dari kalangan pekerja bush dan mereka itu digambarkan menghadapi tantangan untuk membuktikan sesuatu. Selain itu, balada-balada ini (kecuali Waltzing Matilda) termasuk dalam kumpulan The Man from Snowy River yang merupakan koleksi karya Banjo yang terbaik yang pernah ditulisnya (Semmler, 1974: 69). Inilah yang membuat penulis memilih keenam balada ini, disamping karena mereka merupakan balada-balada yang paling terkenal dan paling banyak diminati orang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Serat Darmaraja yang termuat pada naskah KBG 466. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (sebanyak 8 pupuh), catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931. Lihat dokumen PNRI/R-022 untuk eksemplar lain dari naskah ketikan ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.29-L 6.25
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan salinan ketik tembusan karbon dari naskah FSUI/PR.122, h.1-31. Untuk keterangan selengkapnya lihat deskripsi naskah tersebut. Naskah PR.122 tersebut telah dimikrofilm (lihat rol 45.14). Oleh karena itu naskah ini tidak dimikrofilm"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SS.24-A 29.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini merupakan petikan dari Serat Pandelwan, tembang asmaradana. Berisi uraian tentang babakuning ngagesang, ewahing tatacaranipun pasuwitan ing karaton-dalem Surakarta Hadiningrat, tuwin ewahing tatacaranipun tiyang sepuh pamengkunipun dhateng anak. Pada h.2 disebutkan bahwa, naskah ini ditulis oleh Ki Ajar Panitra yang ditujukan untuk RM.Ng. Wiryahartaka. Ajar Panitra adalah nama samaran yang sering dipakai oleh RNg. Mangunprawira. Teks ditulis pada tahun 1930, dan disalin untuk Pigeaud pada tahun 1931. Pigeaud menerima naskah ini dari Mangunprawira pada bulan September 1935. Bandingkan dengan FSUI/LS.48-80 untuk bagian-bagian lain dari teks Pandelwan ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
UR.26-B 52.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1974
899.209 MAL k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ha, Tae Hung
Seoul: Yonsei University Press, 1958
784.4 TAE k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Josua Steven Mangara
"Bagian1
Analisis Situasi: Eksistensi lagu daerah di Indonesia di masyarakat Indonesia tidak sebaik lagu populer. Hal ini dapat dilihat dari banyak media yang menyajikan lagu populer dibandingkan lagu daerah. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya sebuah media yang dapat mempromosikan lagu daerah kepada masyarakat Indonesia bahkan sampai masyarakat global. Hasil riset membuktikan bahwa hal ini dapat terwujud menggunakan media YouTube dengan konten berbasis video klip musik lagu daerah.
Bagian 2
Tujuan dan Manfaat: Tujuan utama dari pembuatan prototipe ini adalah menumbuhkan rasa nasionalisme dengan mengingatkan kembali kebudayaan Indonesia serta bermanfaat sebagai jembatan kebudayaan antara Indonesia dengan masyarakat global.
Bagian 3
Prototipe yang Dikembangkan: Video klip musik lagu daerah ini akan dibuat sebanyak 12 episode yang dikemas dalam sebuah kanal YouTube yang bernama Nusantara. Setiap episodenya akan mengangkat satu lagu daerah yang dikemas dalam bentuk sebuah video klip konseptual yang diangkat dari daerah yang berbeda-beda di Indonesia.
Bagian 4
Rencana Evaluasi: Evaluasi dilakukan melalui observasi secara online dengan melihat index key performance yang dicapai serta survei online.
Bagian 5
Anggaran: Anggaran yang diperlukan untuk memproduksi satu episodenya adalah Rp1.000.000,00 sehingga biaya untuk memproduksi 12 episode adalah Rp12.000.000,00. Perkiraan pendapatan minimal yang diperoleh dari tiap episode adalah Rp520.000,00.

Part 1
Situation Analyze: The existence of Indonesia rsquo s folk songs among Indonesian people is not as good as popular song. This can be seen from many media which presented popular songs rather than folk songs. To overcome, it is necessary to provide the media which can promote folk songs to Indonesian even to the global community. The research proves that it can be achieved by using YouTube as media which based on folk songs music clips.
Part 2
Purposes and Benefits: The main purposes of making this prototype are to grow a sense of nationalism by recalling the culture of Indonesia and can be the benefit as cultural bridge between Indonesia and the global community.
Part 3
Prototype That Developed: The music clips of folk songs will be made up of 12 episodes which packed in a YouTube channel called Nusantara. Each episode will bring a folk song that brought in conceptual video from different places in Indonesia.
Part 4
Evaluation Planning: Evaluation will be done through online observation by looking at the index key performance achieved and online survey.
Part 5
Budget: The budget needed to produce each episode is Rp1.000.000,00 so the production cost of 12 episode is Rp12.000.000,00. Estimated minimum income earned from each episode is Rp520.000,00.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sin, Gyong-rim
[Seoul, Korea ;Seoul, Korea , Seoul, Korea ]: Mun I Dang, 1998
KOR 784.4 SIN m I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>