Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dona Dewi Putri
Abstrak :
Peran perempuan sebagai seorang istri dan ibu yang mengurus suami, anak, dan rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, meningkatkan pendidikan dengan melanjutkan sekolah, mengikuti kegiatan kemasyarakatan, atau melakukan kegiatan lain dengan tujuan aktualisasi diri, muncul konflik antara peran maternal dan non-maternal. Keberadaan anak dianggap sebagai faktor penghambat, sehingga istri bekerja diduga berkeinginan membatasi kelahiran dengan menggunakan alat kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan data SUSENAS 2017 dengan unit analisis perempuan kawin yang berusia 15 sampai 49 tahun yang berstatus sebagai istri kepala rumah tangga. Dalam menganalisis data, studi ini menggunakan metode regresi multinomial. Hasil inferensial memperlihatkan bahwa ketika seorang perempuan memiliki peran ganda (menjalankan peran maternal dan non-maternal), dia merasa opportunity cost untuk menambah jumlah anak akan semakin besar, sehingga perempuan tersebut memilih untuk membatasi jumlah kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi baik metode kontrasepsi jangka panjang maupun kontrasepsi jangka pendek.
The role of women as wives and mothers taking care of husbands, children, and households is not easy. When women decide to work, improve education by continuing school, follow community activities, or do other activities with the goal of self-actualization, it ultimately leads to the emergence of role conflict between her maternal and non-maternal roles. The presence of children is considered as an inhibiting factor. Consequently, the working wives are thought to wish to limit birth by using contraceptives. This study uses National Social Economic Survey (SUSENAS) 2017 data with an analysis unit of married women aged 15 to 49 years whose status are the wives of the households. This study used multinomial regression method and found that women play a dual role (performing a maternal and non-maternal role), they feel that adding more children to the family means an increase in the opportunity cost; therefore, they choose to limit the number of childbirths using both long-term and short-term contraception methods. In women with fewer live births, the presence of toddlers in the household is the most influencing factor for women to use long-term contraceptive methods. Among the married women who had more than two children, older women are significantly more likely to use a long-term method than younger women.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rachmawati Listyowardani
Abstrak :

Pendahuluan: Kontrasepsi erat kaitannya dengan kehamilan. Risiko dalam kehamilan perlu diperhatikan, kondisi “4 Terlalu” dapat menjadi pertimbangan yaitu terlalu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35 tahun), terlalu dekat (jaraknya <2 tahun) dan terlalu banyak (anak >3). Risiko ini dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterpajanan informasi dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita usia subur (WUS) berisiko kehamilan “4 Terlalu” di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel tempat tinggal, status pekerjaan, pendidikan, pengetahuan jenis kontrasepsi, usia kawin pertama dan status ekonomi

Metode: Studi penelitian bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Sumber data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel sebanyak 22.889 responden usia 15-19 tahun, usia 36-49 tahun, kehamilan yang jaraknya < 2 tahun, jumlah anak >3 anak dengan kriteria inklusi (wanita kawin) dan eksklusi (wanita hamil, data tidak lengkap). Analisis dilakukan dengan regresi logistik multivariat model variabel independen utama (faktor risiko).

Hasil: WUS berisiko kehamilan “4 Terlalu” berpendidikan rendah yang terpajan informasi memiliki kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi modern sebesar 1,87 kali lebih tinggi. Sedangkan dengan berpendidikan tinggi yang terpajan informasi, kecenderungan menggunakan kontrasepsi modern sebesar 1,55 kali lebih tinggi. Pada WUS berisiko kehamilan “4 Terlalu” dengan pengetahuan rendah yang terpajan informasi memiliki kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi modern sebesar 1,87 kali lebih tinggi. Sedangkan dengan pengetahuan tinggi yang terpajan informasi, kecenderungan menggunakan kontrasepsi modern sebesar 1,54 kali lebih tinggi. Pada WUS berisiko kehamilan “4 Terlalu” berstatus ekonomi bawah yang terpajan informasi memiliki kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi modern sebesar 1,87 kali lebih tinggi. Sedangkan dengan berstatus ekonomi menengah atas yang terpajan informasi, kecenderungan menggunakan kontrasepsi modern sebesar 1,56 kali lebih tinggi.

Kesimpulan dan saran: Pengaruh keterpajanan informasi terhadap penggunaan kontrasepsi tergantung pada tingkat pendidikan, pengetahuan dan status ekonomi. Oleh karena itu, perlu segmentasi audience supaya tepat sasaran, penyampaian menarik, tepat dan akurat disertai alat peraga, peningkatan kuantitas dan kualitas, peningkatan pengetahuan dan keterampilan provider atau petugas dalam memberikan informasi KB. Pada penelitian selanjutnya, bisa dilakukan dengan topik penggunaan kontrasepsi lebih spesifik dan penambahan sumber informasi.

 


Introduction: Contraception is closely related to pregnancy. The risks in pregnancy need to be considered, the condition of "4 Terlalu" can be considered namely too young (<20 years), too old (> 35 years), too close (distance <2 years) and too much (children> 3). This risk can cause pain and even maternal death. This study aims to determine the relationship of information exposure to contraceptive use in reproductive age women at risk of pregnancy in Indonesia after being controlled by variables of residence, employment status, education, knowledge of contraception, age of first marriage and economic status.

Method: The research study is descriptive analytic with cross sectional design. Secondary data sources for the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017. Samples were 22.889 respondents aged 15-19 years, ages 36-49 years, pregnancies <2 years old, number of children> 3 children with inclusion criteria (married women) and exclusion (pregnant women, incomplete data). The analysis was carried out by the main independent variable multivariate logistic regression model (risk factor).

Results: Reproductive age women at risk of low-educated pregnancy exposed to information has a tendency to use modern contraception at 1,87 times higher. Whereas those with high education who are exposed to information, the tendency to use modern contraception is 1,55 times higher. At low risk pregnancy reproductive age women who are exposed to information tend to use modern contraception at 1,87 times higher. Whereas with high knowledge exposed to information, the tendency to use modern contraception is 1,54 times higher. At reproductive age women the risk of under-economic status exposed to information has a tendency to use modern contraception at 1,87 times higher. Whereas with middle-income economic status exposed to information, the tendency to use modern contraception is 1,56 times higher.

Conclusions and recommendations: The effect of information exposure on contraceptive use depends on the level of education, knowledge and economic status. Therefore, it is necessary to segment the audience so that it is right on target, interesting, precise and accurate delivery accompanied by teaching aids, increasing quantity and quality, increasing knowledge and skills of providers or officers in providing family planning information. In further research, it can be done with the topic of more specific use of contraception and the addition of sources of information.

 

2019
T52690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Trimuryani
Abstrak :
Keluarga berencana sebagai program pengendalian penduduk dan strategi percepatan penurunan AKI mengalami tren penurunan penggunaan KB Modern (mCPR) sebanyak 57,10% di tahun 2017. Pengguna KB sebagian besar adalah pasangan usia subur termasuk generasi milenial usia 17-37 tahun. Peran pengambil keputusan menjadi salah satu faktor penentu dalam penggunaan kontrasepsi karena berkaitan dengan hak kesehatan reproduksi dan seksual, keberlangsungan penggunaan KB dan peran gender dalam pengambilan keputusan. Karakteristik gen milenial di perdesaan dan perkotaan memiliki perbedaan karena faktor sosiodemografi, lingkungan dan keterpaparan media informasi KB. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan determinan pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi modern pada wanita kawin generasi milenial di perdesaan dan perkotaan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel wanita generasi milenial (usia 17-37 tahun), berstatus menikah dan menggunakan kontrasepsi modern yang terpilih menjadi responden dalam SDKI tahun 2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 10.752 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan penggunaaan kontrasepsi modern pada wanita kawin generasi milenial baik di perdesaan (56,7%) dan di perkotaan (55,8%) telah didominasi oleh pengambilan keputusan bersama. Perbedaan penggunaan KB modern terlihat pada penggunaan metode MKJP, bahwa KB Implant (10,5%) lebih populer digunakan wanita kawin generasi milenial di perdesaan. Sedangkan di perkotaan, KB IUD (11,4%) lebih populer digunakan wanita kawin generasi milenial. Analisis multivariat dengan uji regresi logistik menyatakan bahwa ada perbedaan karakteristik wanita kawin generasi milenial dalam pengambilan keputusan di perdesaan dan perkotaan. Di perdesaan, diskusi KB dengan suami menjadi faktor dominan yang berpotensi 1,847 kali (AOR:1,847 95%CI: 1,468 – 2,324), sedangkan di perkotaan, faktor dominan yang mempengaruhi yaitu dukungan suami berpotensi 2,358 kali (AOR:2,358 95%CI:1,485–3,744) untuk mengambil keputusan bersama dalam penggunaan kontrasepsi modern.  ......Family Planning (FP) as a population control program and a strategy to accelerate the reduction of MMR has experienced a downward trend in the use of Modern Contraception (mCPR) by 57,10% in 2017. The majority of family planning users are couples of childbearing age, including the millennial generation aged 17 to 37 years old. The role of decision makers is one of the determining factors in the use of contraception because it related to sexual and reproductive health rights, the sustainability of family planning use, and the role of gender in decision making. The characteristics of millennials in rural and urban areas are different due to socio-demographics, environmental factors, and exposure to family planning information on media. The purpose of this study was to determine the differences in the determinants of decision making on the use of modern contraceptives among millennial married women in rural and urban areas in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a sample of millennial women (age 17-37 years old), married and using modern contraception who were selected as respondents to the 2017 IDHS and met the inclusion and exclusion criteria of 10,752 respondents. The results of the study shows that the millennial generation of married women in rural areas (56.7%) and urban areas (55.8%) dominate decision making on the use of modern contraception. The difference in the use of modern family planning can be seen in the use of the LARC method, that implant contraceptives (10.5%) are more popularly used by married women in the millennial generation in rural areas. Whereas in urban areas, IUD contraception (11.4%) is more popularly used by married women of the millennial generation. Multivariate analysis using logistic regression test states that there are differences in the characteristics of millennial married women in decision making in rural and urban areas. In rural areas, family planning discussions with husbands are the dominant factor, potentially 1.847 times (AOR: 1.847 95% CI: 1.468-2.324). In urban areas, the dominant influencing factor is prospective husbands' support 2,358 times (AOR: 2,358 95% CI: 1,485 – 3,744) to make family planning joint decisions on the use of modern contraception.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Siti Kusyiah
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pemakaian IUD di Indonesia yang memungkinkan kita untuk mengetahui siapa pemakai IUD itu, Jika kita mengetahuinya dengan jelas tentu kita dapat menentukan segmentasi sasaran untuk: peningkatan pemakaian IUD pada masa yang akan datang. Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dati analisis deskriptif dan inferensial dengan model regresi logistik biner. Data yang dignnakan adalab data SDKI 2007, dengan unit analisis wanita kawin usia 15-49 tahun yang memakai seluruh alat/cara kontrnsepsi. Dari basil penelitian inl kita dapat mengenali, temyata pemakai IUD di Indonesia adalah : 1. W.anita yang tamat SLTA keatas kecenderungannya memakai IUD 2,89 kali wanita yang berpendidikan SLTP. 2. Wanita kelompok umur 35-49 kecenderungannya memakai IUD 2,69 kali wanita umur 25-34 tahun. 3. Wanita yang punya anak masih hidup I orang kecenderungannya memakai IUD 0,49 kali wanita yang punya anak masih bidup z,J orang. 4. Wan.ita yang tidak ingin menambah anak Jagi kecenderungannya memakai IUD 2,72 kali wanita yang ingin punya anak lagi, 5. Wanita yang tinggal di pekotaan kecenderungannya memekala IUD 2,26 kali wanita yang tinggal di pedesaan 6. Wanita yang bekerja kecenderungannya memakai IUD 1,72 kali wanita yang tidak bekerja 7. Wanita yang bekerja sebagai tenaga profesional kecenderungannya memakai IUD 3.0& kali wanita yang tidak bekerja dan yang beketja sebagai tenaga sales kecenderungannya 1, 74 kali wanita yang tidak bekerja. Dan hal yang tidak kalah pentingaya untuk diketahui bahwa pengaruh jumlah anak masih hidup terbadap peluang pemakaian IUD, tidak tergantung tingkat pendldikan dan peluang pemakaian IUD pada wanita yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian bempir sama peluangnya dengan wanita yang tidak bekerja.
This thesis discusses factors influencing the use of IUD in Indonesia in order to determine the segmentation target of WD users in order to increase the number of iUD users in the future. The method of analysis is descriptive analysis and inferential statistics of Logistic Binary Regressions. The data used is the 2007 Indonesia Demographic and Health Survey on the sample of 15-49 yearn old of married women who currently use contraceptives. From the results of this study we can identify that 1. Women with SLTA and higher education are more likely {2,89 times) to use IUD than women with SLTP education. 2. Women aged 35-49 years are more likely {2,69 times) to use IUD than women aged 25-34 years. 3. Women with I child still alive are less likely (0,49 times) to use IUD lower than women with 2-3 children still alive. 4. Women who desire more children are more likely (2,72 times) to use IUD than women who do not desire more children. 5. Women who live in urban areas are more likely (2.26 times) to use IUD than women who live in rural areas. 6. Women who work are more likely (1.72 times) to use IUD than women who do not work 7. Women who work as professionals are more likely (3.08 times) to use IUD than women who do not work; women who work as sales workers tend to use IUD, 1. 74 times more likely than women who do not work. Two interesting findings from this study are: the influence of the number of children still alive on using IUD does not depend on education level the tendency of women who work in agriculture sector to use IUD are the same with the women who do not work.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T31635
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Azzara
Abstrak :
Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi oleh Indonesia ialah jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan salah satu upaya pemerintah dalam menangani hal tersebut ialah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Hasil SDKI 1991-2012 menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek, sedangkan tren pemakaian MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) cenderung menurun. Meskipun demikian, Provinsi Bali senantiasa menempati posisi pertama sebagai provinsi dengan tingkat penggunaan MKJP tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada pasangan usia subur di Provinsi Bali tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan analisis data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Populasi pada penelitian ini ialah semua Wanita Usia Subur (WUS) (15-49 tahun), sementara sampel penelitian ini ialah wanita kawin usia 15-49 tahun dan memiliki data lengkap. Analisis statistik bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi pengguna MKJP ialah 27,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara umur (PR: 6,63, 95%CI: 1,01-43,41), pendidikan (PR: 1,53, 95%CI: 1,04-2,25), pengetahuan (PR: 1,41, 95%CI: 1,19-1,68), pekerjaan (PR: 1,67, 95%CI:1,29-2,16 dan PR: 1,78, 95%CI: 1,32-2,4), indeks kekayaan (PR: 1,34, 95%CI: 1,09-1,65), keterpaparan informasi dari media massa (PR: 1,49, 95%CI: 1,1-2,02), sumber pelayanan KB (PR: 2,83, 95%CI: 1,3-6,16) dengan penggunaan MKJP. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan promosi, edukasi, dan konseling untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. ......One of the problems faced by Indonesian development is the increased of Indonesia's population and one of the government's efforts in dealing with this is by implementing the Family Planning (FP) program. IDHS 1991-2012 shows the pattern of contraceptive use in Indonesia is still dominated by hormonal and short-acting contraceptive method, while the trend of the LACM (Long Acting Contraceptive Method) use tends to decrease. Even so, Province of Bali always occupies the first position as the province with the highest rate of LACM use in Indonesia. This study aims to determine what factors are associated with the use of LACM among couples of reproductive age in province of Bali in 2012. This research use cross sectional study design with secondary data analysis of 2012 Indonesian Demographic Health Survey. Population in this study is all women of reproductive age (15-49 years old), while the sample is married women aged 15-49 years old and have complete data. Bivariate statistical analysis using chi-square test. The results showed prevalence of LACM use is 27.6%. The result of bivariate analysis showed a significant relationship between age (PR: 6,63, 95%CI: 1,01-43,41), educational level (PR: 1,53, 95%CI: 1,04-2,25), FP knowledge (PR: 1,41, 95%CI: 1,19-1,68), occupation (PR: 1,67, 95%CI:1,29-2,16 and PR: 1,78, 95%CI: 1,32-2,4), wealth index (PR: 1,34, 95%CI: 1,09-1,65), exposed to FP information from mass media (PR: 1,49, 95%CI: 1,1-2,02), source of FP (PR: 2,83, 95%CI: 1,3-6,16) with LACM use. Therefore, it is advisible to give promotion, education, and counseling to arouse public awareness to use long acting contraceptive method.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Nur Annisa Yasim
Abstrak :
KB merupakan program yang diandalkan pemerintah dalam mengatasi permasalahan laju penduduk sekaligus upaya untuk menekan AKI dan AKB. Meskipun pemerintah telah melaksanakan program KB yang berorientasi pada kesetaraan dan keadilan gender, namun partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam menggunakan kontrasepsi di Indonesia Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan rancangan studi cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu pria kawin usia 15-54 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 9.139 pria. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Presentase pria yang berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi sebesar 7,8%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi, akses media informasi, kepemilikan jaminan kesehatan, dan komunikasi dengan pasangan dengan partisipasi pria dalam menggunakan kontrasepsi. ......Family planning is a program that The Government implements to manage population growth problem as well as an effort to suppress MMR and IMR. The Government has implemented family planning program with gender equality and justice-oriented yet men's participation in the implementation of family planning and reproductive health program is still low. This study aims to determine the factors associated with male participation in Indonesia to use contraceptive on 2017. This study uses the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey data with a cross-sectional study design. The sample of this study is 9,139 men, currently married and aged between 15-54 years old who met the inclusion and exclusion criteria of study. The data is analyzed in univariate and bivariate. The percentage of men who participated in using contraceptive is 7.8%. The results shows that there is a significant relationship between education, occupation, knowledge, perception, access to information, ownership of health insurance, communication with partners toward men's participation in using contraception.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ayu Rahmawati
Abstrak :
Kontrasepsi suntik menimbulkan masalah kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrasepsi pil dan implan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD pada penggunaan kontrasepsi suntik tunggal Depot Medroksi Progesteron Asetat/DMPA dengan kombinasi DMPA dan estradiol cypionate/E2C . Desain penelitian adalah cross sectional uji dua populasi. Sampel terdiri dari 88 akseptor pada masing-masing kelompok yang diambil secara consecutive sampling pada bulan Maret-Mei 2015. Kejadian ROTD dianalisis menggunakan Chi Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar kejadian ROTD pada penggunaan kontrasepsi suntik adalah sakit kepala 69,9 , dan gangguan menstruasi 65,9 . Penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko 10,0 kali mengalami gangguan menstruasi dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Gangguan menstruasi meningkat pada akseptor yang gemuk dengan risiko 3,8 kali dibandingkan akseptor tidak gemuk. Penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko 2,1 kali mengalami sakit kepala dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko menimbulkan ROTD terutama gangguan menstruasi dan sakit kepala dibandingkan penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi. ...... Injectable contraceptives raise health problems risk than oral or implan contraceptive. This study aimed to compare the incidence of adverse drug reactions ADRs single injectable contraceptive use Depot medroxyprogesterone acetate DMPA with a combination of injectable contraceptive CICs use DMPA and Estradiol cypionate E2C . The study design was a cross sectional two population comparison. The sample consisted of 88 acceptors in each group which taken by consecutive sampling in March to May 2015. The ADRs were analyzed using Chi Square and logistic regression multivariate. The largest percentage ADR events were headache 69.89 and menstrual disorders 65.91 . The menstrual disorders in single injectable contraceptive usage were 10.0 fold hinger than in CICs group. Additionally, the menstrual disorders in overweight acceptors were 3,1 fold hinger compare to non overweight acceptors. Futhermore, headache in single injectable contraceptive usage was 2,1 folds hinger than in CICs group. The results of this study showed that the use of single injectable contraceptive tends to have a higher number of ADRs particularly headaches and menstrual disorders, compared to the use of CICs.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T47232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Amran
Abstrak :
Dalam siklus reproduksi, bertambah usia, jumlah anak dan kondisi kesehatan menimbulkan kebutuhan jenis alat kontrasepsi baru yang lebih rasional. Peralihan ke metode yang tidak rasional dapat berdampak pada kehamilan tidak direncanakan. Pengetahuan yang tinggi serta persepsi efektifitas dan efisiensi penggunaan alat kontrasepsi berhubungan dengan pola penggantian metode rasional. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggantian metode kontrasepsi, serta membuktikan perbedaan hubungan pengetahuan serta persepsi penggunaan alat kontrasepsi dengan pola penggantian metode kontrasepsi rasional antara perempuan akseptor KB di Jawa Timur dan NTB.Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi Cross-Sectional. Subyek penelitian adalah wanita usia subur dengan jumlah 4616 perempuan di Jawa Timur dan 4819 perempuan di NTB. Perubahan jenis kontrasepsi ditinjau dari perbedaan jenis kontrasepsi saat ini dengan sebelumnya selama rentang waktu mengikuti program KB. Penilaian rasionalitas ditinjau dari kecocokan metode kontrasepsi terakhir dengan usia, jumlah anak dan motivasi KB. Pengetahuan yang diukur terkait MKJP. Sementara persepsi yang diukur terkait efektifitas efek samping dan cara pemakaian dan efisiensi biaya dan kemudahan memperoleh alat kontrasepsi. Data dianalisis dengan meggunakan multilevel analisis regresi logistik berganda untuk membuktikan hipotesis penelitian. Pola pengantian metode kontrasepsi didominasi oleh perpindahan dari non MKJP ke non MKJP lainnya. Hanya sebagian kecil perempuan berisiko tinggi yang beralih menggunakan kontrasepsi rasional baik di NTB maupun Jawa Timur. Persepsi terhadap efek samping terbukti berhubungan dengan pola penggantian rasional pada perempuan di Jawa Timur, dan persepsi terhadap cara pemakaian alat kontrasepsi terbukti berhubungan dengan pola penggantian metode kontrasepsi rasional pada perempuan di NTB. Persepsi terhadap biaya alat kontrasepsi terbukti berhubungan dengan pola penggantian metode kontrasepsi rasional pada perempuan di Jawa Timur dan NTB.Dapat disimpulkan ada perbedaan hubungan persepsi penggunaan alat kontrasepsi dengan pola penggantian metode kontrasepsi antara Jawa Timur dan NTB. Oleh karena itu, disarankan strategi KIE pada perempuan di Jawa Timur fokus pada penyelesaian masalah persepsi terkait efek samping dan pada perempuan NTB fokus pada penyelesaian masalah persepsi cara pemakaian alat kontrasepsi. Untuk menyelesaikan permasalah terkait persepsi biaya alat kontrasepsi pada perempuan di Jawa Timur dan NTB, perlu didukung keberlanjutan program penggratisan alat kontrasepsi pada masyarakat miskin dan juga masyarakat katagori lainnya melalui program BPJS. ......In the reproductive cycle, the increasing age, number of children and health conditions lead to the need for more rational types of new contraceptives. Switching contraception to irrational methods may cause unintended pregnancies. High knowledge and perceptions of the effectiveness and efficiency of contraceptive use are related to the rational switching method pattern. Therefore, this study aims to evaluate the pattern of switching contraceptive methods, and to prove the difference association of knowledge and perception of contraceptive use with the pattern of rational switching contraceptive methods among women of Family Planning FP acceptors in East Java and West Nusa Tenggara.This study used a quantitative approach with Cross Sectional study design. Research subjects were women of reproductive age with 4616 women in East Java and 4819 women in West Nusa Tenggara. Changes in types of contraceptives were reviewed from the different types of contraceptives with the previous one during the timeframe of the FP program. Assessment of rationality was reviewed from the compatibility of the last method of contraception with age, number of children and family planning motivation. Knowledge was measured related to Long Term Contraceptive Method LTCM . While, perception rsquo s measurement was related to the effectiveness side effects and mode of use and efficiency cost and ease of obtaining of contraceptives. Data were analyzed using Multilevel Multiple Logistic Regression analysis to prove the research hypothesis.The switching pattern of contraceptive methods was dominated by changing from non LTCM to other non LTCM. Only a small proportion of high risk women switched to use rational contraception both in West Nusa Tenggara and East Java. Perceptions of side effect was associated with rational patterns of switching method in women in East Java, and perceptions of the use of contraceptives had relationship with patterns of rational contraceptive methods for women in West Nusa Tenggara. Perceptions of the cost of contraceptives was foundto be related withrational switching pattern of contraceptive methods among women in East Java and West Nusa Tenggara.In conclusion, there was a difference relationship of perceptionon contraception use and switching contraceptive method between East Java and West Nusa Tenggara. Therefore, it is recommended that Communication, Information and Education CIE strategies for women in East Java should focus on solving perceptual problems related to side effect while in West Nusa Tenggara women more focus on solving perception problems about how to use contraceptives. To solve the problems related to perception of contraceptive cost among women in East Java and West Nusa Tenggara, it is necessary to support the continuity of contraceptive application program for the poor and other categories through the Social Insurance Administration Organization Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D2401
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Nur Annisa Yasim
Abstrak :
KB merupakan program yang diandalkan pemerintah dalam mengatasi permasalahan laju penduduk sekaligus upaya untuk menekan AKI dan AKB. Meskipun pemerintah telah melaksanakan program KB yang berorientasi pada kesetaraan dan keadilan gender, namun partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam menggunakan kontrasepsi di Indonesia Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan rancangan studi cross-sectional. Sampel penelitian ini yaitu pria kawin usia 15-54 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 9.139 pria. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Presentase pria yang berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi sebesar 7,8%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, persepsi, akses media informasi, kepemilikan jaminan kesehatan, dan komunikasi dengan pasangan dengan partisipasi pria dalam menggunakan kontrasepsi. ......Family planning is a program that The Government implements to manage population growth problem as well as an effort to suppress MMR and IMR. The Government has implemented family planning program with gender equality and justice-oriented yet men's participation in the implementation of family planning and reproductive health program is still low. This study aims to determine the factors associated with male participation in Indonesia to use contraceptive on 2017. This study uses the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey data with a cross-sectional study design. The sample of this study is 9,139 men, currently married and aged between 15-54 years old who met the inclusion and exclusion criteria of study. The data is analyzed in univariate and bivariate. The percentage of men who participated in using contraceptive is 7.8%. The results shows that there is a significant relationship between education, occupation, knowledge, perception, access to information, ownership of health insurance, communication with partners toward men's participation in using contraception.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfira Chaerunnisa
Abstrak :
Perempuan menikah yang bekerja dianggap menghadapi biaya kesempatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak bekerja jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Perbedaan karakteristik pekerjaan dapat menyebabkan perbedaan biaya kesempatan yang dihadapi oleh perempuan saat mengalami kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan. Menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017, studi ini menganalisis hubungan antara jenis pekerjaan perempuan dengan keputusan penggunaan kontrasepsi di Indonesia. Studi ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara jenis pekerjaan Kerah Abu-Abu dengan penggunaan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Pekerja Kerah Putih memiliki probabilita yang lebih rendah untuk menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dan lebih tinggi untuk menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang, namun tidak signifikan secara statistik. Karakteristik perempuan dan rumah tangga seperti pendidikan perempuan, penggunaan internet, persepsi perempuan terkait setuju atau tidaknya suami dengan penggunaan kontrasepsi, jumlah anak hidup, keinginan untuk memiliki anak lagi, dan kuintil kekayaan justru menunjukkan hubungan yang signfikan dengan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
If an unwanted pregnancy occurs, married women who work are considered to face higher opportunity cost compared to women who do not work. Differences in occupational characteristics might cause a different opportunity cost faced by women when experiencing an unplanned or unwanted pregnancy. Using 2017 Indonesian Demographic and Health Survey data, this study analyzes the relationship between womens occupational choice and the decision to use contraception in Indonesia. This study found that there is a negative and significant relationship between Grey Collar occupations and the use of short term hormonal methods. White collar workers have a lower probability of using the short term hormonal methods and a higher probability of using the long term methods, but it is not statistically significant. The characteristics of women and households such as womens education, internet use, womens perceptions regarding whether or not a husband agrees with contraceptive use, the number of living children, desire to have more children, and wealth quintiles show a significant relationship with the use of the long term methods.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library