Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reko Darsilo
Abstrak :
Penelitian-penelitian tentang kapasitas reverse link sistem wireless code division multiple access (CDMA) kurang menunjukkan kapasitas yang sebenamya karena hanya memperhitungkan pengaruh ketidak-sempurnaan pengendalian daya oleh shadowing hanya pada homecell (sel sendiri) saja atau pada sel-sel tetangga saja. Pada kenyataannya, shadowing pasti terjadi antara base station (BS) and mobile station (MS). Oleh karena itu tesis ini menganalisa secara matematis kapasitas reverse link sebuah sistem wireless CDMA yang mendukung layanan suara (kelas-1) dan data (kelas-2) secara terpadu dengan memperhatikan pengaruh pengendalian daya karena shadowing pada sistem selular dua-tier. Selain itu, pengaruh aktifitas suara dan variable spreading gain dari user kelas-2 terhadap kapasitas user kelas-1 dan pengaruh sektorisasi terhadap kapasitas kedua layanan tersebut juga dianalisa. Dari pengamatan dan analisa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas sistem wireless CDMA diantaranya faktor aktifitas user, sektorisasi dan shadowing. Dengan pengendalian daya reverse link, apabila downlink shadowing lebih besar dari pada uplink shadowing, user akan mengirimkan daya lebih besar dari yang dikehendaki BS sehingga menimbulkan interferensi sesama user di BS. Interferensi juga dapat berasal dari user lain yang memiliki bit rate lebih besar (spreading gain kecii) karena bit rate yang besar rnemerlukan daya yang besar. Penurunan kapasitas karena shadowing sampai dengan 4 dB dapat diatasi dengan sektorisasi sel.
The existing researches on the reverse link capacity of a wireless code division multiple access (CDMA) system did not exactly represent its reverse link capacity. These were because they considered that the effect of shadowing was experienced by a home cell or other cells only. In fact, the shadowing absolutely exists between base station (BS) and mobile station (MS). So, this thesis mathematically analyzes the reverse link capacity of a CDMA system which supports integrated services (voice - class-1 and data -- class-2) that considers power control due to shadowing in a two tiers of a cellular system. In addition, the effect of variable spreading gain of class-2 users on class-1 users' capacity and by dividing cells into sectors are also observed. Observations and analyses show that some factors which determine the capacity of a wireless CDMA system such as user activity factor, sectorization and shadowing. In a reverse link power control, if downlink shadowing is higher than uplink shadowing, user will transmit power more than its actually required by the BS, so this power will cause interference to others. On the other hand, interference also comes from users who have a signal with a higher bit rate (has a small spreading gain) because a higher bit rate also requires a higher power. Capacity decaying due to shadowing up to 4 dB can be solved by using a cell sectorization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T1284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Susilowati
Abstrak :
Konsep Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM) adalah membagi aliran data input serial ke dalam sejumlah aliran data paralel dan mengirimkan aliran data paralel dengan rate rendah tersebut secara bersamaan. Salah satu keuntungan penggunaan OFDM dibandingkan dengan jenis modulasi lain adalah penggunaan lebar pita yang tersedia dengan lebih efisien. Simulasi dan analisa dilakukan terhadap performansi sistem OFDM pada beberapa mapper modulasi 16-my pada kondisi kanal AWGN dan kanal fading lambat. Jenis konstelasi yang digunakan adalah 16-QAM rektangular, 16-QAM star dan 16-PSK. Hasil pada kondisi kanal AWGN memperlihatkan bahwa sistem OFDM yang menggunakan 16-QAM rektangular memberikan performansi BER terbaik dibandingkan penggunaan 16-QAM star atau 16-PSK. Performansi OFDM pada kanal fading multipath dianalisa menggunakan respons impuls kanal statik. Hasil pada kedua model kanal fading multipath yang digunakan menunjukkan performansi yang relatif buruk. Algoritma forward error correction atau estimasi kanal perlu digunakan untuk mengurangi probabilitas kesalahan bit. Hasil akhir pada penggunaan kedua algoritma tersebut membuktikan bahwa pengaruh fading kanal multipath dapat dihilangkan sehingga meningkatkan performansi BER sistem OFDM.
The concept of OFDM is to divide the serial input data stream into a number of parallel streams and to transmit these low-rate parallel streams simultaneously. One advantage of using OFDM compared to other types of modulation is better use of the available bandwidth. The performance of the OFDM system under various 16-ary modulation mappers in AWGN and slowly fading channels are analyzed. It considers three candidate constellations : 16 rectangular-QAM, 16 star-QAM and 16-PSK. The results for AWGN channel shows that the OFDM system using 16 rectangular-QAM gives the best BER performance compared to the same system using 16 star-QAM or 16-PSK mapper. The performance of OFDM on multipath fading channels is analyzed using static channel impulse responses. The results of system in the two models of multipath fading channels indicate a relatively poor performance. Forward error-correcting or channel estimation algorithm is necessary to reduce the bit error probability. The final results obtained after the use of both algorithms : convolutional coding and channel estimation, prove that fading effects can be removed, reducing almost totally the effects of the multipath channel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Wulandari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisa kinerja integrasi metode akses inhibit and random multiple access (IRMA) dengan code division multiple access (CDMA) dan multi code CDMA yang disebut sebagai CDMA IRMA dan MC-CDMA IRMA, untuk diapalikasikan pada integrasi suara dan data dalam sistem komunikasi wireless. Kinerja yang akan dianalisa dinyatakan sebagai throughput dan outage probability. Pada CDMA IRMA, analisa kinerja dilakukan pada dua kondisi, yaitu : 1). Kanal dengan trafik data dan 2). Kanal dengan multi trafik. Kondisi trafik dimodelkan dan dianalisa dengan menggunakan "Markovian Process". Pada MC-CDMA IRMA, analisa akan dilakukan terhadap user data yang dibagi atas dua kelas dengan dibedakan atas nilai kecepatan transmisi yang diperlukan, yaitu data user kelas I denagan bit rate yang tinggi, dan data user kelas II dengan bit rate yang rendah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa throughput CDMA IRMA semakin tinggi apabila pentransmisian simultan data, kd ; pentransmisian simultan suara, kv ; processing gain data, nd dan processing gain suara, nv semakin besar, sedangkan outage probability akan semakin baik dengan p yang semakin besar. Throughput MC-CDMA IRMA semakin tinggi apabila jumlah kode, F dan processing gain, N semakin besar, sedangkan outage probability semakin baik dengan p yang semakin besar.
In this paper the performance of integration between inhibit and random multiple access (IRMA) with code division multiple access (CDMA) and multi code CDMA called as CDMA IRMA and MC-CDMA IRMA will be evaluated and analyzed. The performances are characterized as throughput and outage probability. CDMA IRMA and MC-CDMA IRMA use on voice and data integration, for CDMA IRMA, performance analysis is done for two conditions, namely : 1). Channel containing data traffic and 2). Channel containing multi traffic. Both channel conditions are modeled and analyzed using "Markovian Process". For MC-CDMA IRMA, the user data being analyzed is divided into two classes based on transmission rate needed, users of class I require transmission at a higher bit rate than those of class II. The research results that the throughput of CDMA IRMA increase as the value of number of simultaneous transmission data, kd; number of simultaneous transmission voice, kv ; data processing gain, nd and voice processing gain, nv, increase, while outage probability improves as the value of p increases. The throughput of MC-CDMA IRMA increases as the values of number of code, F and number of processing gain, N increases while the outage probability improves as the value of p increases.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Harimurti T.
Abstrak :
Pada saat ini dengan adanya aplikasi layanan data, cakupan in-building dan kualitas sinyal menjadi sangat penting karena kebanyakan panggilan dilakukan dari lokasi in-building. Oleh karena itu implementasi in-building infrastruktur tidak dapat dihindarkan lagi. Akan tetapi operator juga menghadapi tantangan dari segi biaya pada saat mempertimbangkan pembangunan layanan in-building yang dedicated sehingga solusi yang optimal dari segi biaya dan performansi sangat diperlukan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan suatu solusi seperti pemakaian bersama infrastruktur sistem untuk cakupan in-building. Solusi pemakaian bersama akan optimal bila pengelolaan dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak berpihak, sehingga dapat berlaku adil terhadap semua operator. Pihak ketiga dapat berlaku sebagai pengelola, atau investor dan pengelola. Pihak ketiga sebagai investor memerlukan kajian yang cukup untuk menentukan kelayakan investasi mereka pada in-building infrastruktur. Rencana investasi sendiri tidak terlepas dari perencanaan teknis, sedangkan tipe dan jenis peralatan mempengaruhi besarnya modal yang akan diinvestasikan. Perencanaan teknis yang tepat juga diperlukan untuk memperoleh perbandingan hasil dan biaya yang optimal. Dari perencanaan optimal tersebut kemudian akan dilakukan suatu analisa pengambilan keputusan investasi. Analisa pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria yaitu Net Cash Flow Present Value (NPV), Payback Period, Return on Investment (ROI), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Hasil analisa akan dapat digunakan investor untuk membuat keputusan apakah investasi akan dilanjutkan atau tidak. Analisa ini mengambil contoh kasus di lokasi kondominium The Pakubuwono. Dari hasil analisa dengan ke lima kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa investasi ini memenuhi ke lima kriteria yang diperlukan untuk melakukan investasi. Sebagai masukan bagi investor, berdasarkan analisa, investasi infrastruktur in-building coverage pada kondominium The Pakubuwono memenuhi syarat-syarat capital budgeting sehingga investasi ini dapat dilakukan. Cara-cara evaluasi yang sama dapat diterapkan pada semua gedung baik berupa mall, apartment atau perkantoran
Applications built on data services are becoming a key differentiator between operators, and these services will also be used primarily indoors. Indoor coverage and quality are now becoming increasing important because most wireless calls are made from indoor locations. However, operators also face the challenge of cost when considering the development of a dedicated indoor service. They recognizes that in today's wireless market, cost is critical and budgets are tight. To fulfill the requirement, operators need a solution such as sharing infrastructure for in-building coverage. The solution will be optimal if been managed and operated by a fair third party. The third party can manage or both manage and operate the infrastructure. The third party as an investor requires a capital budgeting study to consider their investment whether to invest the money or to forgo the project. The study will use five approaches, each have a criteria. The approaches are Net Cash Flow Present Value (NPV), Payback Period, Return on Investment (RCI), Internal Rate of Return (IRR) and Profitability Index (PI). The study can be a reference for the investor to invest or forgo. The study uses The Pakubuwono Condominium as an example. The examine shows that it fulfill the five approach to asses the investment. Hence, considering those approaches on capital budgeting, the project should be accepted. The same approaches can be applied on all building such as mall, apartment and office area.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
Abstrak :
Makalah ini menampilkan suatu kajian ekonomis terhadap transmisi nirkabel bagi telepon pedesaan yang dititik beratkan pada Rural Overlay Network (RONET) sebagai telepon 'tetap" (fixed wireless) dibandingkan dengan central lokal kabel (wireline), Public Switched Telepohone Network (PSTN). Makalah ini juga mengangkat masalah pelayanan universal dan menampilkan suatu analisis terhadap wireless yang bisa menjadi pemain yang layak secara ekonomi (viable) di lingkungan pedesaan. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah dengan menggabungkan beberapa bidang yang berbeda dan memperlihatkan bahwa wireless bisa diaplikasikan sebagai penyelenggara pelayanan universal di daerah pedesaan. Selain makalah ini juga membahas beberapa masalah kebijakan yang berhubungan dengan cara terbaik menangani masalah pelayanan universal dan sejauh mana permintaan sosial dapat dipenuhi. Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi, telah melahirkan suatu lingkungan kompetisi yang selanjutnya mengarah pada perebutan pasar potensial yang berada di daerah urban. Lingkungan kompetisi ini telah mengurangi kewajiban PT. Telkom sebagai perusahaan manopoli dari tanggung jawab terhadap pelayanan universal (KPU) sebagai kompensasi monopolinya. oleh karena itu perlu diupayakan suatu alternatif pengembangan jaringan telekomunikasi di daerah rural sebagai implementasi kewajihan pelayanan universal. Sesuai dengan kondisi riil dari daerah rural seperti jumlah dan sebaran penduduk, topologi geografis serta kegiatan ekonominya. teknologi wireless merupakan suatu pilihan yang tepat. Selain aspek teknologi yang sesuai, penyelenggaraan telekomunikasi rural agar tetap menarik bagi para investor juga perlu memperhatikan aspek regulasi yang mendukung, skema-skema pembiayaan dan subsidi serta tahap-tahap operasionalnya (dari akses universal ke layanan universal). Untuk lebih riil-nya pembahasan tentang aplikasi telekamunikasi rural berbasis wireless, makalah ini menampilkan suatu studi kasus di Kec. Lengayang, Kab. Pesisir Selalan, Propinsi Sumatera Barat. Pendekatan yang dilakukan dalam pembahasan studi kasus ini adalah suatu rencana bisnis yang mengemukakan sejumlah skenario seperti skenario investasi, skenario operasional, skenario penetapan harga dan tariff, skenario penetapan subsidi pengembangan, skenario perencanaan bisnis.
This paper presents a study of the economics viability of wireless transport focusing on Rural Overlay Network (RONET) as fixed wireless compared to the wire line local exchange, namely the Public Switched Telephone Network (PSTN). The paper also addresses the issues of universal service and presents an analysis of how wireless may be a viable player in that environment. The paper combines the approaches from several different fields and demonstrates that wireless has applications as a provider of universal services in rural areas. The paper also develops several policy issues as to how best to deal with the issue of universal services and also addresses the issue of how far that social demand should be extended. The regulation No. 36/1999 on Telecommunications and the government regulation No. 5212000 an the telecommunication operation, has emerged a competitive environment which is leading to urban potential market. The competitive environment has decreased the obligation for PT Telkom as monopoly from responsibilities to develop network in rural areas as universal service obligation (USO). An alternative for rural telecommunication development, therefore, is required to implement in fulfilling the universal service obligation. In accordance with the real situation in rural areas such as the number of population, the density, and geographic topologies, as well as economic activities, the wireless technology has fallen to be the right choice to implement. To make rural telecommunication attractive for investors, other aspects to take into consideration besides technology aspect in providing rural services are conducive regulations, financial and subsidy schemes as well as operational steps (for example, fromUniversal Access to Universal Service). For the real descriptions, the paper represent a case study on wireless based telecommunication in Kecamatan Lengayang, Kab. Pesisir Selatan, West Sumatra Province. The approach used in discussing the study case is a business planning which brings out a number of scenarios such as investment, operational, price and tariff selling, and development subsidy allocating as well as business plan scenarios.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Meganjaya
Abstrak :
Standar WiMAX, dengan kelebihannya mampu menyalurkan data kecepatan tinggi (sampai 75 Mbps) dengan jarak jangkau sampai 50 km, dan mampu mengatasi kondisi Non Line Of Sight (NLOS), sangat potensial diimplementasikan di Indonesia yang masih memiliki kesenjangan infrastruktur telekomunikasi. WiMAX dapat difungsikan untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur akses, menutup kelemahan WiFi, atau sebagai solusi alternatif backhaul komunikasi selular. Kelebihan lain Standar WiMAX adalah kemampuan interoperability, yang pada implementasinya diharapkan mampu menyebabkan terjadinya kompetisi penyediaan perangkat sehingga bisa menurunkan tingkat harga.

Melalui pembahasan beberapa kelebihan di atas, pada tesis ini dianalisa implikasi ekonomis (economic analysis) dari implementasi WiMAX, khususnya terhadap perencanaan investasi dan penurunan tarif Iayanan kepada pelanggan. Pembahasan didekati dengan beberapa asumsi perencanaan teknis yang sesuai dan prediksi penetrasi pasar berdasarkan kondisi geografi dan demografi. Kemudian dilakukan analisa terhadap kelayakan investasi dan pengaruhnya terhadap cost base jaringan, serta beberapa simulasi terhadap prediksi penurunan harga perangkat.

Dari hasil analisa dan simulasi disimpulkan kondisi optimum secara ekonomis dan pengaruh penurunan harga perangkat terhadap penurunan tingkat harga layanan kepada pengguna.
WiMAX standard, with its advantages in delivering high speed data (up to 75 Mbps), covering with radius up to 50 km, and ability of handling Non Line Of Sight (NLOS) conditions, has big opportunity to deploy on the country with vast infrastructure gap like indonesia. WiMAX can be used to support the acceleration of access infrastructure development, complementing the WiFi disadvantages in term of distance, QoS and Security manner, or as an alternative backhaul for cellular communication. Other benetit of WiMAX is the ability of interoperability, that can be expected to accelerate the competition of equipment supply and reduce the price level.

With all the benelits above, this tesis analyzes economic implication (economic analysis) for the further WiMAX implementation, especially on investment plan and service tariff for end users. ln perspective of several plan parameter assumptions accordingly and penetration prediction base on geographic and demographics profile, it will analyze the investment visibility and the influence to network cost base. lt will be simulated also influence of the decreasing equipment price prediction.

From the result of analysis and simulation, it will conclude the optimum condition as economic perspectives and the impact of equipment price decrease to end users price level.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Taufik Ardiansyah
Abstrak :
Indonesia dihadapi pada tantangan globalisasi, di mana Indonesia belum memiliki kemampuan persaingan yang baik dengan bangsa lain. Selain itu, bangsa ini juga memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan missing link dan digital devide yang sampai scat ini belum tertuntaskan. Program Universal Service Obligation adalah salah satu program kewajiban layanan komunikasi yang menjadi tanggung jawab semua pihak untuk diakomodir oleh pemerintah. Dengan program ini, layanan komunikasi diberikan dengan membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi, sehingga dapat memberikan aksesibilitas layanan komunikasi yang memadai kepada masyarakat. Pembangunan USO dirasakan lambat, bila Indonesia ingin menjawab tantangan globalisasi dalam beberapa tahun mendatang, maka implementasi USO dapat menggunakan salah satu alternatif dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz. Pemilihan teknologi nirkabel dengan memanfaatan frekuensi 2.4 GHz dapat menggunakan teknologi berbasis wireless internal protocol sebagai alternatif infrastruktur jaringan dengan wi-fi sebagai akses komunikasi data dengan salah satu karena frekuensi ini terbebas dari Biaya Hak Penggunaan Frekuensi, sehingga dalam pengaplikasiannya dapat mereduksi biaya operasional yang dikeluarkan. Akan tetapi, diperlukannya revisi regulasi untuk implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi 2.4 GHz agar menjadi lebih jelas penggunaan frekuensi ini yang akan didayagunakan untuk kepentingan USO dengan tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai frekuensi bebas. Regulasi dalam implementasi USO sendiri perlu adanya revisi dengan ditambahkan pemanfaatan frekuensi ini sebagai salah satu alternatif solusi implementasi USO. Implementasi USO dengan pemanfaatan frekuensi ini dapat menghasilkan regulasi yang sinergi karena nnengatur kembali KM.34 Tahun 2004 dan KM.2 Tahun 2005. Diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan usulan ini karena akan memberikan implikasi yang positif kepada masyarakat secara lokal dan dalam jangka waktu panjang dapat memberikan efek positif secara nasional dengan suksesnya penggelaran program USO ini.
Indonesia is faced with globalization challenge, where Indonesia doesn?t have good challenge capability with other nations. Beside that, this nation also has a duty to finished missing link problem and digital devide which so far was undone. Universal Service Obligation program is one of the communication service obligation programs that become responsibility for every related company accommodated by government. With this program, communication service is given in construction of telecommunication network infrastructure, so that can give adequate communication service accessibility for society. USO development felt slow, if Indonesia want to answer globalization challenge in the next couple years, so USO implementation can apply one alternative of the benefit of 2.4 GHz frequency. The selection of wireless technology utilizing 2.4 GHz frequency can use technology based on wireless internet protocol as alternative of network infrastructure with wi-fi as data communication access because this frequency is free from right cost of frequency utilization, so in it application can reduce operational cost. However, the regulation revision is needed for USO implementation utilizing 2.4 GHz frequency, to make clear the utilization of this frequency which will exploit for USO interest and still can be used by society as free frequency. Regulation in USO implementation itself required some revision with addition frequency utilization as one of alternative solution in USO implementation. USO implementations uses this frequency can produce synergy regulation because rearrange KM.34 year 2004 and KM.2 year 2005. It is expected that government can consider this proposal because it will gave a positive implication into society locally and in long term it can gave positive effect by nationally with the succession of this USO program exhibition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Pahlevi Arifuddin
Abstrak :
PT Indosat merupakan perusahaan penyedia jaringan dan layanan telekomunikasi terpadu (Full Network & Service Provider) yang menempatkan bisnis seluler sebagai bisnis utamanya. Di dalam era kompetisi bebas ini, Indosat berlomba untuk senantiasa berusaha mencari peluang-peluang baru untuk mengembangkan jasa dan layanannya dengan tujuan akhir untuk memperoleh revenue yang cukup agar bisnisnya dapat dipertahankan. Pada tahun-tahun mendatang, persaingan bisnis seluler ini akan semakin tinggi dengan diterbitkannya lisensi operasi bagi para pemain baru. Persaingan untuk merebut pangsa pasar akan dilakukan dengan mengadu harga layanan, kualitas dan jangkauan jaringan, jenis layanan dan fitur. Akibat dari persaingan tersebut, maka Indosat menghadapi risiko untuk mengalami churn rate yang lebih tinggi dan penurunan ARPU. Tren penurunan ARPU ini bukan saja dialami oleh Indosat, namun oleh seluruh operator seluler di dunia. Sebagai antisipasi untuk menghadapi persaingan di tahun-tahun mendatang, Indosat perlu meningkatkan strategi untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsa pasamya, sambil mempertahankan jumlah ARPIJ. Salah satu peluang yang dapat diambil oleh Indosat untuk meningkatkan ARPUnya adalah meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari penjualan layanan komunikasi data berkecepatan tinggi seiring dengan kemajuan teknologi, mobilitas pelanggan yang makin tinggi, gaya hidup dan keinginan untuk memperoleh layanan untuk kemudahan hidup. Dalam tesis ini diteliti perilaku pelanggan seluler terhadap layanan komunikasi data berkecepatan tinggi. Dengan melihat perilaku pelanggan dan masyarakat yang berpotensi untuk menggunakan layanan tersebut, dipilihlah konfigurasi infrastrukur yang sesuai namun berbiaya rendah untuk diimplementasikan sebagai suplemen dari jaringan GSM/GPRS eksisting yang telah dioperasikan oleh Indosat yakni Cellular - Wi-Fi Interworking.
PT Indosat is a Full Network & Service Provider which currently relies on its cellular services as its business mainstream. In order to stay in the business in the nowadays competition era, Indosat must seeks new opportunities in developing its services to maintain adequate revenue. Within next to no time, competition in the cellular business will increase rapidly. Numbers of new entrant operators are already granted with operation licenses. The race to win the market share will all about price wars and features. As an effect, Indosat is facing the risk of experiencing higher churn rate accompanied by declining ARPU. The industry also shows that in a few last years the declining ARPU have been also experienced by the telecommunication operators globally. As an anticipation to face the competition in the following years, Indosat must act quickly in establishing strategies to defend or even raise its market share, to be precise; Indosat should seek new innovation to increase its declining ARPU. Instead relying on voice subscriber's revenue, the opportunity to raise the ARPU is to obtain new revenues from data subscribers. Data users appears to be increasing as people perform high mobility behavior, valuing life style and demand to have services to ease their living. This thesis explores the business aspect of high speed data services by focusing on the consumer behavior and also the non-consumers behavior who appears to be the near-future potential buyers for the services. This thesis recommends the appropriate infrastructure configurations to supplement the existing GSM/GPRS system -which is currently used by Indosat- to be deployed in order to fulfill the demand. The configuration which is able to deliver adequate services yet requires less investment are known as Cellular-Wi-Fi lnterworking.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Neforawati
Abstrak :
Dalam beberapa tahun ini, minat dalam pencapaian pengkodean suara toll-quality pada data laju kurang atau sama dengan 4 kbps makin meningkat. Penerapan speech coding yang semakin meluas, seperti pada jaringan nirkabel ketiga dalam sistem LEO (Low Earth Orbit), mendorong dilakukannya penelitian-penelitian. Kualitas pengkodean suara berbasis CELP (Code Excited Linier Prediction) menurun dengan cepat pada laju data 6 kbps, sehingga kurang sesuai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. ITU (International Telecommunication Union) juga belum menetapkan standar pengkode suara untuk data 4 kbps dengan kualitas toll, sehingga penelitian di bidang ini masih terbuka. Salah satu kandidat pengkode suara untuk memenuhi kebutuhan di atas ialah Wave Interpolation Coder (WIC/Pengkode Interpolasi Gelombang). Pengkode ini pertama kali dikembangkan di AT&T pada tahun 80-an. Tujuan utama tesis ini ialah untuk meningkatkan kinerja pengkode WI dengan meningkatkan kineija pitch estimator. Pada tesis ini akan diujikan pitch estimator usulan yang dikembangkan dari pitch estimator rekornendasi ITU-T G.729 dan EVRC. Kinerja pengkode WI disimulasikan dengan menggunakan bahasapemprograman Matlab. Simulasi yang dilakukan meliputi pengukuran level SQNR, level segSNR dan rekonstruksi sinyal suara. Pada level SQNR didapatkan harga rata-rata negatip dan level segSNR menpunyai harga kurang dari 5 db , hal ini menunjukkan kinelja WIC lebih ditentukan oleh periodesitas sinyal. Rekonstruksi sinyal menunjukkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan filter pitch. Hasil simulasi dengan menggunakan estimator pitch rata-rata menunjukkan peningkatan meskipun tidak signifikan.
Recently the interest of speech code achievement of near-toll-quality at rates of 4 kbps or below increases. The application of speech coding, such as third generation wireless network and Low Earth Orbit (LEO) as well has encouraged the motivation research in this field. In fact, the Quality based on Code Excited Linear Prediction (CELP) ,decreasing at rates 6 kbps and not appropriate with this need. Speech coding standard for the rates of4 kbps and below hasn't obtained recommend ITU-T, and the research in this field is still open. One of the candidates to fulfill that Waveform Interpolation (WI) coder, the code was developed at the first time by AT & T in l980. The primary objective of this research is to increase of WI code by developing pitch estimator performance. In this research will test the proposed of pitch estimator which developed by from pitch estimator recommended by ITU-T G.729 and EVRC. Simulation performance WIC used MATLAB program, and will be measure SQNR level , segSNR level, and speech reconstruction is analyze. The result of SQNR level giving average negative value and segSNR level have less than 5 dB, this is proved that WIC performance more depend of signal periods not power level.Signal reconstruction used pitch estimator which proposed and pitch filter look more better than another both pitch estimator.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Mahendra
Abstrak :
Salah satu tantangan utama dalam dunia telekomunikasi adalah menyediakan jasa Iayanan data berkecepatan tinggi. Kondisi keadaan pada saat ini, dengan teknologi broadband wireless yang ada dapat memberikan suatu cakupan area yang luas serta mampu dalam layanan data berkecepatan tinggi yang mengaplikaslkan multimedia. Salah salu upaya untuk menyediakan jasa layanan data berkecepatan tinggi adalah dengan melakukan teknik diversitas Dimana dalam hal ini adalah teknik diversitas yang dilakukan adalah teknik divertisitas ruang (Space diversity technique). Dalam tesis ini dilakukan simulasl teknik Space Time Block Coding (STBC) dan Space Frequency Block Coding (SFBC). Simulasi yang dilakukan adalah dengan memakai teknik pemancar tunggal clan pemancar ganda serta teknik penerima tunggal dan ganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa teknik space time coding dan space frequency block coding dengan memakai teknik pemancar dan penerima ganda memiliki perfomansi yang balk dibandinkan memakai teknik pemancar tunggal penerima ganda atau sebaliknya.
One of the main challenge in telecommunication is to provide high speed data services. ln this recent condition, the broadband wireless technology could provide high scope coverage area and able to provide high speed data services using multimedia applications. One of the efforts to proved high speed data services is to diversity technique, which means that we use space diversity technique. ln this theses, we would use technique simulation space time block coding (STBC) and space frequency block coding (SFBC). ln this simulation we use single transmitter technique and multiple transmitter technique; we also use single receiver and multiple receiver technique. This test result showed that using double transmitter and receiver technique in space time block coding technique and space frequency block coding will have a better performance compare to using single transmitter technique multiple receiver or on the contrary.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>