Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 305 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nervi, Pier Luigi
New York: McGraw-Hill , 1956
721 NER s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: AA Publications, 2006
721 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aprimeno Sabdey
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji perubahan kebudayaan yang dalam hal ini adalah konsep-konsep yang berkaitan dengan sistem kepercayaan yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan corak dan pola pemanfaatan dan pengelolaan ruang pemukiman desa Lubu' Hiju', Kalimantan Tengah. Penelitian ini mencoba menjelaskan kaitan antara masuknya ajaran kristen (dalam hal ini kristen protestan) ke dalam sistem kepercayaan orang Lubu' Hiju' dengan fenomena perubahan pola ruang pemukiman desa Lubu' Hiju'. Selanjutnya penelitian ini juga melihat bagaimana peran hal-hal lain seperti para pendatang, HPH dan informasi-informasi luar, pada peniscayaan perubahan-perubahan yang terjadi (tidak hanya pada persoalan pola pemukiman) pasca masuknya ajaran kristen dalam sistem pengetahuan orang Lubu' Hiju'. Penelitian ini menggunakan pendekatan participant observation seperti yang dianjurkan oleh Spradley. Dan dalam pengurnpulan data dilakukan pengamatan terlibat, wawancara dan diskusi-diskusi kelompok. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan diri dengan cara menjadi bagian dari masyarakat tersebut sebagai guru sekolah dasar selama masa penelitian. Dengan pendekatan seperti ini, keberadaan peneliti di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terlalu asing dan dapat diterima dengan baik. Pendekatan participant observation dilakukan untuk menggali semua informasi yang dimiliki masyarakat berkenaan dengan sejarah yang mereka alami sendiri maupun yang mereka serap dari penuturan generasi sebelumnya. Pendekatan ini efektif karena hubungan yang dibangun antara subjek dan peneliti adalah hubungan antara anak dan orang tua yang sedang mempelajari cerita-cerita masa lalu dari kebudayaannya sendiri. Pemukiman orang Lubu 'Hiju' selalu berkembang ke arah hilir desa. Bagian hilir ini adalah bagian yang boleh dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan lahan pemukiman mereka. Sedangkan bagian hulu adalah bagian yang dianggap sakral dan tidak boleh dibangun. Bagian ini ditandai oleh adanya seonggok batu yang dianggap mempunyai kuasa yang mampu menolong seluruh anggota kampung, selain itu juga dianggap bisa menghukum kalau hal-hal tertentu yang ditakuti dalam sistem kepercayaan mereka dilanggar. Batu ini di sebut sebagai batu panahan yang proses pelestariannya dibungkus dengan konsep pamali. Menjadi menarik ketika penelitian ini dilakukan, batu yang dibungkus dengan konsep pamali tersebut sudah tidak berada pada tempatnya dalam pola pemukiman desa Lubu' Hiju' ini. Pengembangan desa tidak lagi berjalan ke arah hilir saja, tetapi sudah berkembang juga ke arah hulu. Penelitian ini lebih khusus berkaitan dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan secara teoritis disebabkan oleh 2 (dua) hal yang berasal dari dalam dan dan luar masyarakat itu sendiri. Perubahan yang terjadi pada masyarakat Lubu' Hiju' dimulai oleh adanya persentuhan mereka dengan kebudayaan lain. Masyarakat Lubu' Hiju' mengalami perubahan secara cepat terjadi setelah masuknya ajaran kristen yang secara prontal mengintervensi konsep-konsep khususnya yang berkaitan dengan sistem kepercayaan mereka. Perubahan yang diawali dari kristenisasi ini pada tahun-tahun berikutnya lebih dimantapkan lagi oleh regenerasi kepemimpinan adat dan laman yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan mereka, ditambah lagi oleh kedatangan guru-guru sekolah yang semuanya beragama kristen, ledakan penduduk yang tidak alami, pertemuan mereka dengan kebudayaan luar (dalam hal ini jawa) lewat pedagang-pedagang kain, dan kedatangan perusahan kayu (HPH) yang beroperasi di sekitar Lubu' Hiju'. xvi + 159 halaman + glossary + gambar + peta + foto + daftar pustaka + riwayat penulis
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Ariani
Abstrak :
Latar belakang. Malformasi kongenital multipel (MKM) masih menjadi masalah besar di Indonesia, karena muncul sebagai penyebab kematian neonatal yang cukup signifikan. Faktor genetik adalah penyebab tersering MKM dan lebih dari 50% disebabkan oleh kelainan kromosom. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai kelainan struktur kromosom yang berperan dalam kejadian MKM dan alur diagnosis MKM yang sesuai untuk Indonesia. Metoda. Diagnosis klinis dengan menggunakan database merupakan tahap awal untuk membedakan known dan unknown MKM. Pemeriksaan G-banding menjadi pilihan lini pertama untuk unknown MKM. Pemeriksaan microarray merupakan pemeriksaan lanjutan bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan G-banding. Platform microarray yang dipilih adalah CytoSNP 850Kb dengan dua fungsi yaitu array-CGH dan SNP-array. Hasil. Pasien MKM di Indonesia memiliki fenotip beragam dan bersifat multiorgan. Tiga fenotip tersering yang ditemukan pada subjek adalah hambatan pertumbuhan, mikrosefali, dan penyakit jantung bawaan. Empat puluh dari 94 subjek (42,6%) dapat ditegakkan diagnosis klinis dengan menggunakan database fenotip, 5 dengan etiologi infeksi dan 35 dengan etiologi genetik. Tujuh belas dari 49 subjek (34,7%) ditegakkan diagnosis etiologi dengan pemeriksaan G-banding. Tiga puluh dari 32 subjek (93,7%) didapat etiologi genetik dengan pemeriksaan microarray, dengan rincian sebagai berikut (a) 27 dari 30 subjek didapat dengan metoda array-CGH, dan (2) 3 dari 30 subjek didapat dengan metode SNP-array. Diskusi. Berdasarkan temuan di atas dicoba disusun alur diagnosis etiologi untuk MKM di Indonesia sebagai berikut (a) menegakkan diagnosis klinis dengan menggunakan database fenotip, (b) melakukan pemeriksaan G-banding sebagai pemeriksaan lini pertama, (c) melakukan pemeriksaan microarray dengan pengklasifikasian sebagai berikut (i) gain/loss pathogenic (sindrom delesi/duplikasi), (ii) gain/loss likely pathogenic, (iii) VUS, (iv) menentukan adanya LoH, (v) mencari adanya gen imprinting dalam area LoH. (vi) menentukan adanya incidental finding. Kesimpulan. Pendekatan diagnosis etiologi MKM di Indonesia membutuhkan tahapan yang tidak sama. Pertimbangan efektivitas yang dinilai dari tingkat deteksi dan pertimbangan efisiensi menjadi titik perhatian khusus. Metoda G-banding masih efektif sebagai lini pertama penegakkan diagnosis etiologi MKM di Indonesia. Pemeriksaan lini kedua adalah microarray. Penapisan awal secara klinis sangat menentukan tingkat deteksi kedua metoda tersebut. ......Introduction. Multiple congenital malformations remain a major problem in Indonesia, as they emerge as a significant cause of neonatal death. Genetic factors are the most common cause of multiple multiple congenital malformation (MCM) and more than 50% are caused by chromosomal abnormalities both large and submicroscopic. Aim. This study is aimed to investigate various chromosomal structural abnormalities that play a role in the incidence of MCM and to develop a suitable diagnostic flow of MCM in Indonesia Method. Clinical diagnosis using a database is the initial stage to distinguish between known and unknown MCM. G-banding examination is the first line choice for the unknown MCM. Microarray examination is a follow-up examination if no abnormalities are found on the G-banding examination. The selected platform is CytoSNP 850Kb with two functions, CGH-array and SNP-array. Results. Multiple congenital malformation patients in Indonesia have a diverse phenotype and included multi organ. The 3 most common phenotypes found in subjects are growth retardation, microcephaly, and congenital heart disease. Forty of the 94 subjects (42.6%) could be diagnosed clinically using a phenotype database, 5 with the etiology of infection and 35 with genetic etiology. Seventeen out of 49 subjects (34.7%) were diagnosed using G-banding examination. Thirty of 32 subjects (93.7%) diagnosed by microarray, with the following details (a) 27 of 30 subjects were obtained by the CGH-array method, and (b) 3 out of 30 subjects were obtained by the SNP-array method Discussion. Based on the above findings, an etiological diagnosis flow for MCM in Indonesia is attempted as follows (a) establishing a clinical diagnosis using a phenotype database, (b) G-banding examination as a first-line examination, (c) microarray examination with the following classification ( i) pathogenic gain/loss (deletion/duplication syndrome), (ii) likely pathogenic gain/loss, (iii) variant of uncertain significance (VUS), (iv) determine the presence of LoH, (v) look for imprinting genes in the LoH area. (vi) determine the existence of incidental finding. Conclusions. The etiological diagnosis approach of MKM in Indonesia requires different stages. Consideration of effectiveness assessed from the level of detection and consideration of efficiency is of particular concern. The G-banding method is still effective as the first line in establishing the etiological diagnosis of MCM in Indonesia. The second line test is microarrays. Initial clinical screening largely determines the detection rates of the two methods.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Pramudito
Abstrak :
ABSTRAK
UI-FEAP adalah program metode elemen hingga yang digunakan sebagai program komputasi numerik terhadap berbagai persoalan analisa struktur. Karena UI-FEAP tidak memiliki fasilitas visualisasi yang baik, maka dikembangkanlah suatu jembatan dengan program visualisasi komersial yang telah ada yaitu SDRC FEMAP. Jembatan ini berupa suatu program transformasi yang mudah untuk dikembangkan dan disesuaikan kembali terhadap setiap perkembangan kemampuan pada UI-FEAP. Kemudahan ini ditunjang dengan adanya format file neutral yang ada pada FEMAP. Permasalahan yang ada ialah bagaimana membuat program transformasi yag kompatibel dan bisa menyesuaikan diri terhadap kemampuan yang ada pada kedua program tersebut.
2001
S34804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabda Adhisurya
Abstrak :
Lanskap merupakan hasil dari proses interaksi manusia dengan lingkungan dalam waktu yang lama. Lanskap menyediakan jasa lingkungan seperti air dan udara yang bersih serta tanah yang lestari yang membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Saat ini banyak terjadi pengurangan lahan produksi pangan khususnya sawah sementara kebutuhan tiap tahun meningkat. Sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi pangan dengan memperhatikan keberlanjutan lanskap pertanian. Kecamatan Nyalindung merupakan sebuah gambaran lanskap pertanian dengan karakteristik fisik beragam. Lanskap pertanian di Kecamatan Nyalindung menarik untuk dikaji karena kondisi fisik tersebut dengan kaitannya terhadap ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola lanskap 1999-2020 serta menganalisis hubungan pola lanskap di Kecamatan Nyalindung dengan produksi beras di Kecamatan Nyalindung. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan, struktur lanskap, produksi beras, jarak dari jalan dan jarak dari POI. Untuk meninjau struktur lanskap tahun 1999, 2010 dan 2020 dalam penelitian ini digunakan citra satelit dari Google Earth karena menyediakan citra resolusi tinggi. Pada penelitian ini digunakan indeks lanskap oleh McGarigal untuk mengkuantifikasi lanskap dalam unit analisis administrasi desa. Ditemukan bahwa Desa Bojongkalong dan Bojongsari memiliki struktur lanskap yang kurang baik. Desa Cijangkar, Cisitu, Mekarsari, Neglasari, Nyalindung dan Sukamaju memiliki struktur lanskap yang cukup baik. Serta Desa Kertaangsana dan Wangunreja memiliki struktur lanskap yang baik. Semakin baik struktur lanskap maka semakin besar pula produksi beras di suatu Desa. ......Landscape is the result of a long process of human interaction with the environment. Landscapes provide environmental services such as clean water and air as well as sustainable land that helps humans to meet their basic needs. Currently there is a lot of reduction in food production areas, especially rice fields, while the need for each year is increasing. So it is necessary to increase food production by paying attention to the sustainability of the agricultural landscape. Nyalindung sub-district is a depiction of an agricultural landscape with various physical characteristics. The agricultural landscape in Nyalindung sub-district is interesting to study because of its physical condition in relation to food security. This study aims to analyze the landscape patterns from 1999 to 2020 as well as to analyze the relationship between landscape patterns in Nyalindung District and rice production in Nyalindung District. The variables used in this study were land use, landscape structure, rice production, distance from the road and distance from the POI. To review the landscape structure in 1999, 2010 and 2020 in this study, satellite imagery from Google Earth was used because it provides high-resolution imagery. In this study, McGarigal used a landscape index to quantify the landscape in the village administration analysis unit. It was found that Bojongkalong and Bojongsari Villages had poor landscape structures. The villages of Cijangkar, Cisitu, Mekarsari, Neglasari, Nyalindung and Sukamaju have quite good landscape structures. As well as the villages of Kertaangsana and Wangunreja have a good landscape structure. The better the landscape structure, the greater the rice production in a village.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoka Febriola
Abstrak :
Bangunan tradisional merupakan salah satu hasil karya nenek moyang masa lampau yang mengindikasikan kemahiran mereka dalam teknologi bangunan. Rumah Tuo Kampai Nan Panjang sebagai salah satu rumah gadang yang masih memperlihatkan keasliannya yang dibangun pada awal abad ke-16. Dari sudut pandang signifikansi budaya, bangunan ini memiliki nilai penting dalam kajian sejarah, kebudayaan, dan bidang ilmu lainnya. Setiap bagian dari bangunan cagar budaya ini memiliki nilai-nilai budaya yang berkesinambungan untuk pemanfaatan di masa sekarang. ......A traditional building is one of the ancestor work’s in the past that indicate their proficiency in building technology. Rumah Tuo Kampai Nan Panjang as one House that has retained its authenticity Rumah Gadang in the early 16th century. From the point of view of cultural significance, the building has significant value in the study of history, culture, and other fields of science. Every part of this heritage building has cultural values for sustainable utilization in the present.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Wulandari Putri
Abstrak :
Batavia merupakan wilayah yang memiliki sejarah panjang pada masa kolonial. Bangunan di Batavia memiliki perpaduan gaya akibat dari datangnya berbagai bangsa. Terciptalah akulturasi antara gaya kolonial dengan gaya tradisional Indonesia yang disebut Arsitektur Indis. Koningsplein merupakan pemukiman elit kolonial yang juga didiami oleh residen dan penjabat tinggi pemerintah di Weltevreden. Balai Kota yang merupakan tempat tinggal serta kantor Residen, memiliki perpaduan gaya antara Eropa dan tradisional yang diadaptasi dari perkembangan gaya abad 19 M. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Balai Kota Jakarta memiliki gaya Indische Empire dengan mengadaptasi gaya Neoklasik Romawi dari Eropa, vernakular Jawa dan Betawi dari Indonesia. ......Batavia is a region with extended history about colonialism in Colonial Period. Built in Batavia had blended because of the arrival of various nations. Those was created an acculturation between colonial style with Indonesian traditional style called Indische Architecture. Koningsplein was a colonial elite settlement that inhabited by the resident and government high officials in Weltevreden. City Hall was the living place and Resident office, have a blended style between European and traditional that adapted from the development of 19th Century’s style. Therefore, it can be deduced that Jakarta City Hall had Indische Empire style adapted from European Roman Neoclassic style, Javanese and Batavia vernacular style from Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendy Extrada
Abstrak :
Semakin banyaknya infrastruktur permanen dapat memperluas lapisan kedap air di permukaan tanah DKI Jakarta. Sebagian besar air hujan tidak terserap tanah, tetapi menjadi run off dan langsung masuk ke sungai. Limpasan hujan yang membawa sedimen, tercampur dengan sampah yang tidak terkelola, menyebabkan alur sungai dan waduk mengalami penyempitan, pendangkalan, dan aliran limpasan yang melebihi kapasitas alur sungai tersebut dapat menyebabkan banjir di Jakarta. Pemerintah akan melakukan pengerukan beberapa sungai dan waduk di wilayah DKI Jakarta, melalui Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP) - Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI). Pada kegiatan ini dibutuhkan pengkajian terhadap penggunaan dan kombinasi alat berat yang sesuai dengan tingkat kesulitan pada kondisi wilayah sekitar sungai dan waduk yang padat penduduk. Kombinasi alat berat terbaik untuk sungai adalah excavator back hoe PC 220, wheel loader WA -120, dump truck kapasitas 22 m3, dan untuk waduk berupa kapal keruk Ellicott 370 HP Dragon, wheel loader WA - 120, dump truck kapasitas 22 m3. Penggunaan kombinasi alat berat yang efektif pada normalisasi sungai dan waduk dapat meminimalkan biaya dalam proyek ini sebesar 12,04 % pada waduk dan 23,78% pada sungai. Secara keseluruhan nilai rata-rata efisiensi biaya yang dihasilkan untuk JUFMP-JEDI adalah 20,65 %. ......Increasing permanent buildings and infrastructures expands the impervious layer on the land surface in Jakarta. It caused most of the rain water are not absorbed by the soil. The run off will go straight into the river, along with sediment and unmanaged solid waste. The result is narrowing and silted rivers and reservoirs. Run off that exceeds the capacity of the river channel causing floods in Jakarta. Goverment willing to execute the dredging of the rivers and reservoirs in some areas, through Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP) - Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) plan. It needs assessment of the use and combination of heavy equipment in accordance with the level of difficulty on the condition around the river and reservoirs which are densely populated. The best combination of heavy equipment for rivers is back hoe excavator PC 220, wheel loader WA -120 and dump truck with capacity of 22 m3, while for reservoirs is Ellicott 370 HP Dragon dredger, wheel loader WA - 120 and the dump truck with capacity of 22 m3. The use of effective heavy equipment combination on rivers and reservoirs normalization are able to minimize the costs of the project amounted to 12.04% for reservoirs and 23.78% for rivers. Overall average efficiency value of JUMFD-JEDI is 20,65%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pringgo Jatmiko
Abstrak :
Teknologi pengeboran dewasa ini semakin berkembang dengan semakin meluasnya penggunaan alat top-drive sebagai pemutar rangkain pipa pengeboran. Penggunaan top-drive dianggap jauh lebih efektif dan murah dibandingkan menggunakan sistem rotary table. Beberapa kelebihan dari penggunaan top-drve dibandingkan rotary table adalah proses pengeboran menjadi lebih cepat karena dengan top-drive langsung dapat memutar 3 rangkaian pipa pengeboran sekaligus dan tidak perlu lagi menggunakan kelly sebagai penghubung antara rotating system dengan pipa pengeboran. Ada 2 tipe top-drive yang dewasa ini sering digunakan, yaitu jenis hidrolik dan elektrik. Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan tipe motor yang yang digunakan. Salah satu komponen utama dari alat top-drive hidrolik ini adalah sistem penggerak yang terdiri dari komponenkomponen mekanikal seperti poros dan roda gigi. Sistem mekanikal yang terdapat dalam sistem penggerak ini meliputi roda gigi, poros, bantalan-bantalan, dan juga sistem pelumasan menjadi bahasan utama yang akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan operasi pengeboran. Pemenuhan spesifikasi yang akan dicapai adalah untuk dapat menjalankan operasi pengeboran dengan torsi maksimal pada 55000 Nm dan pada putaran 70 rpm. Terdapat 2 motor hidrolik yang akan menjadi suplai daya untuk sistem penggerak ini. Maka perancangan sistem penggerak ini dilakukan untuk memenuhi spesifikasi tersebut agar nantinya rancangan ini dapat digunakan pada operasi-operasi pengeboran. ......Today's drilling technology is growing with the increasingly widespread use of top-drive equipment as a driver of drilling pipe series. The use of top-drive is considered far more effective and cheaper than using rotary table systems. Some of the advantages from using top-drive than rotary table is a drilling process to be faster because top-drive can rotating 3 drilling pipe series as well and no longer need to use kelly as a connector between the rotating system and drilling-pipe. There are 2 types of top-drive which today are often used, hydraulic and electric. Both types are differentiated by the type of motor used. One of the main components of the hydraulic top-drive is driver system or known as gear box which is composed of mechanical components such as shafts and gears. Mechanical components contained in this driver system are gears, shafts, bearings, and also lubrication system that will be designed to meet the needs of drilling operations. Compliance to specifications that will achieve is to be able to run the drilling operation with maximum torque at 55000 Nm and rotating speed at 70 rpm. There are 2 hydraulic motors that would be a power supply for the driver system. Then the design of the driver system is done to meet these specifications so that the design can be used in drilling operations.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>