Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang G. Indaryono
Abstrak :
Peramalan merupakan hal yang sangat penting dalam segala bidang, baik dalam menjalankan usaha maupun dalam penelitian. Semakin lama, semakin banyak metode-metode peramalan yang dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan dalam meramal. Walau pengembangan metode peramalan semakin lama semakin maju, satu hal yang pasti adalah, tidak akan pernah ada metode peramalan yang dapat meramal secara tepat, peristiwa yang akan terjadi. Dari beberapa peramalan yang ada, ada beberapa metode yang banyak digunakan secara luas, baik dalam bisnis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Peramalan tersebut antara lain adalah metode Regressi, metode Arima dan metode Winter. Tesis ini mencoba untuk menemukan dari ketiga metode yang disebut diatas, mana diantara ketiga metode ini lebih baik bila diterapkan pada peramalan harga saham di bursa efek. Peramalan dilakukan dengan mengunakan harga saham beberapa perusahaan tertentu yang terdaftar di BEJ sejak tahun 1989, dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan agar harga saham dan perusahaan yang diramal terbebas dari faktor-faktor yang bersifat subjektif. Setelah dilakukan peramalan, dan dengan mengunakan MSD (mean square deviation) sebagai alat untuk membandingkan antara ketiga metode tersebut, serta mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan dari setiap metode dan juga daam proses pengumputan data, ditemukan bahwa metode ARIMA, lebih baik dibanding dengan 2 metode lainnya. Metode ARIMA bukan tanpa kelemahan. Kelemahan utama adalah kesulitan untuk menentukan tingkat kepercayaan (r2). r2 tidak dapat ditentukan di awal analisa, tapi merupakan hasil yang didapat dari model yang ditemukan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rica Hendra
Abstrak :
Industri properti mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sejak Bank Indonesia mengumumkan ekspansi kredit dan penurunan suku bunga pada awal 1993, di mana para konglomerat segera ikut menanamkan investasinya pada sektor ini. Namun dengan adanya krisis moneter di kawasan Asia yang dimulai dari Thailand dan akhirnya mempengaruhi indonesia pada pertengahan 1997 sehingga terjadi penurunan nilai mata uang rupiah sebesar ± 80% terhadap dolar Amerika akìbatnya terjadi koreksi terhadap industri properti yang cukup besar. PT. X memutuskan untuk melakukan penjualan saham langsung kepada investor dengan menerbitkan saham baru agar perusahaan benar-benar memperoleh dana segar. Menurut penulis. strategi ini harus didukung metode penilaian yang tepat dibarengi dengan analisa kebutuhan dana untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaannya. Pada awalnya telah terjadi kesepakatan antara perusahaan dengan pihak investor atas harga saham per lembar yaitu Rp 850, sayangnya keadaan perekonomian yang kurang baik masih ditambah dengan ketidakpastian politik sehingga pihak investor memutuskan menunda investasinya di Indonesia. Berdasarkan perhitungan dengan metode dividend discount model dan metode nilai sekarang dari arus kas bersìh ekuitas tenyata nilai saham PT X hanya berkisar antara Rp 78 hingga Rp 103 per lembar. Hal ini menunjukkan bahwa indusrti properti yang merupakan ìndustri jangka panjarg nilainya saat ini benar-benar jatuh dan tidak seimbang dengan aset yang dimiliki maupun infrastruktur yang telah dibangun selama ini. Walaupun pada saat ini pihak investor masih belum memberikan tanda-tanda akan kembali, perusahaan hendaknya tetap berusaha untuk menegosiasikan kembali penjualan sahamnya. Apabila pada akhinya investor tersebut membatalkan rencana investasinya pada PT X, maka manajemen harus menerapkan strategi lain, yaìtu dengan melakukan negosiasi dengan pihak kredìtur untuk merestrukturisasi dalam bentuk debt to equity swap. Selain itu apabila perusahaan berhasil inelakukan penjualan saham-saham baru imaupun restrukturisasi hutang maka apabila kondisi perekonomian telah pulih maka perusahaan akan menjadi perusahaan yang lebib etisien, kuat dan tangguh yang manipu bertahan dalain situasi yang seberat apapun juga.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T2390
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena perubahan volatilitas seiring perubahan tìngkat nilai aktiva berisiko telah menjadi perhatian para ahli finansial. Fischer Black yang mengamati fenomena tersebut memaparkan bahwa perubahan volatilitas aktiva berisiko yang memiliki arah yang berlawanan dengan pergerakan nilal aktìva berisiko tersebut. Pengamatan Efek Fischer Black akan tampak lebih jelas pada perubahan implied volatility pada sekuritas opsi sebagai akibat dari perubahan nilai underlying assetnya- Implied volatility ialah volatilitas yang diperlukan sebagai masukan bagi formula option valuation Black Scholes agar nilai pasar dan opsi tersebut sama dengan nilai teoritis berdasarkan formula Black Scholes. Penulis menetapkan hipotesis awal bahwa efek Fischer Black tidak terlihat pada pengamatan perubahan langsung atas pergerakan aktiva berisìko, karena perubahan implied volatility pada suatu model contingent claim berdasarkan formula Black Scholes didasarkan atas asumsi investor yang bersifat risk neutral, yang tidak ditemui dalam kondisi pada keadaan nyata. Metodologi penelitian yang digunakan dalam karya akhìr ini mencakup dua hal pokok, yakni estimasi conditional volatility dan return mingguan IHSG dengan menggunakan pendekatan ARCH (Autoregresive Conditional Heterocedasticity), serta regresi linear antara logaritma natural conditional standard deviasi yang diperoleh dengan logaritma natural niai IHSG dalam pendekatan model Constant Elasticity of Variance Cox & Ross guna memperoleh nilai constant elasticity of variance serta tingkat signifikansi IHSG sebagai faktor heterocedasticity. Karya akhir ini berupaya untuk mengobservasi ada tidaknya Fischer Black Effect melalui pengamatan langsung atas perubahan volatilitas dan pergerakan time series aktiva benisiko, dalam arti tidak dilakukan melalui pengamatan perubahan implied volatility dan suatu model contingent claim. Penyusun menetapkan hipotesis awal bahwa efek Fischer Black tidak terlihat pada pengamatan perubahan langsung atas pergerakan aktiva benisiko, karena perubahan implied volatility pada suatu model contingent claim berdasarkan formula Black Scholes didasarkan atas asumsi investor yang bersifat risk neutral, yang tidak ditemui dalam kondisi pada keadaan nyata. Pengujian ada tidaknya efek Fischer Black pada pergerakan IHSG mingguan periode Januari 1994 hingga September 1997 berdasarkan model constan elasticity of variance Cox-Ross menunjukkan bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara tingkat aktiva berisiko dan volatilitas dati return aktiva berisiko tersebut. Dalam hal ini Efek Fischer Black juga teramati pada pengamatan langsung aktiva berisiko, akan tetapi pengujian tingkat UISG sebagai faktor heterocedastic tidak memberikan hash yang signifikan.
2001
T1322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Hady
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh laba dan pengaruh nilai buku pada penilaian ekuitas terhadap harga saham dan mengetahui value relevance gabungan laba dan nilai buku pada penilian ekuitas terhadap harga saham pada perusahaan yang terctat pada Bursa Efek Jakarta, yang terklasifikasi dalam 9 sektor atau industri. Data dalam penelitian ini adalah kombinasi dari data runtut waktu dengan karat lintang atau disebut dengan data panel periode 1995 - 2004. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model dari penelitian Ohlson yaitu : Hit=ao+a1L+a2NB+eit Hasil pengujian signifikansi untuk setiap sektor dari data panel pada penelitian ini terdapat tiga pendekatan yaitu Common Effect Model untuk sektor pertanian, Fixed Effect Model untuk sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor keuangan, dan gabungan semua industri. Sedangkan Random Effect Model digunakan untuk sektor pertambangan, sektor industri dasar dan kimia, sektor properti dan real estat, sektor infrastuktur, utilitas dan transportasi, sektor perdagangan dan jasa. Hasil estimasi akhir menunjukkan bahwa pengaruh laba yang memberikan dampak positif dan signifikan terhadap harga saham, seperti yang diduga oleh penulis adalah gabungan semua sektor, sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia, sektor industri barang konsumsi, sektor infrakstuktur, utilitas dan transportasi, sektor property dan real estat. Sedangkan pengaruh nilai buku yang memberikan dampak positif dan signifikan terhadap harga saham, seperti diduga oleh penulis adalah gabungan semua sektor, sektor pertambangan, sektor aneka industri, sektor properti dan real estat, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan dan sektor perdagangan, jasa dan investasi. Value relevance menunjukkan kemampuan variabel gabungan laba dan nilai buku untuk menjelaskan harga saham hanya pada untuk sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor infrastuktur, utilitas dan transportasi dan sektor keuangan, karena nilai koefisien determinasi khususnya adjusted R2 sudah mencapai diatas 0.5 (50%). Gabungan semua sektor, sektor pertambangan, sektor properti dan real estat dan sektor perdagangan, jasa dan investasi mempunyai adjusted R2 yang tidak mencapai 0.5 sehingga variabel gabungan laba dan nilai buku pads sektor-sektor tersebut tidak mampu menjelaskan harga saham. Hasil penelitian ini belum dapat memberikan petunjuk kepada analis dan investor di pasar modal untuk salah satu mengambil keputusan membeli atau menjual saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. This research is meant to know how earnings and book values in equity valuation influence to stock price. And to know the value relevance of earnings and book values in equity valuation to stock price of listed company in Jakarta Stock Exchange, which is classified in 9 sectors or industries. The research uses combined data, which consists of time series with cross section or known as panel date in 1995 - 2004 periods. Ohlson Model is used in this research as follow: Hit=ao+a1L+a2NB+eit Significant test result of each sector of panel data in this research consists of 3 approaches i.e. Common Effect Model for agriculture sector, Fixed Effect Model for variety industry sector, consumer goods industry sector, financial sector and total of all sectors. Meanwhile, Random Effect Model is used for mining sector, chemical industry sector, properly and real estate sector, infrastructure, utility and transportation sectors and trading, services and investment sector. Final estimation result indicates that earnings influence stock price positively and significantly, as assumed by writer, at total of all sectors, agriculture sector, basic and chemical industrial sector, consumer goods sector, infrastructure, utility and transportation sector, property and real estate sector. Meanwhile, book value impact influences stock price positively and significantly at total of all sectors, mining sector, variety industry sector, property & real estate sector, infrastructure, utility and transportation sector, financial sector, and trading services & investment sector. The results of value relevance show that earnings and book values jointly are strongly and significantly related to stock prices at agricultural sector, basic and chemical industrial sector, variety industry sector, consumer goods industry sector, infrastructure, utility and transportation sector and financial sector, since adjusted R2 achieved above 0.5 (50%). Meanwhile adjusted R2 for total of all sectors, mining sector, property and real estate sector, trading, services & investment sector didn't achieve 0.5. The result of this research has not give analysts and investors in stock exchange market to decide whether to buy or sell their stocks.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Barinda
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan pengaruh antara ketepatan ramalan labs dengan return saham, dalam hal ini initial return. Hal lain yang diteliti adalah pengaruh antara ramalan labs dengan faktor-faktor yang menentukan ketepatannya, yaitu periode interval listing hingga akhir tahun Initial Public Offering (IPG), umur perusahaan, besaran perusahaan, tingkat leverage, integritas auditor, integritas penjamin emisi, kepemilikan saham Iama dan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (1HSG). Distribusi forecast error sebagai ketidaktepatan ramalan laba pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama 1997 - 2002, menunjukkan kecenderungan memberikan informasi ramalan labs yang overestimated. Ketidaktepatan ramalan laba yang dinyatakan dengan Forecast Error (FE), Absohrte Forecast Error (AFE) dan Squared Forecast Error (SFE) menunjukkan nilai yang signifikan baik sampel penuh, perusahaan tergolong sektor keuangan dan perusahaan tergolong sektor non keuangan. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan, besaran perusahaan dan perubahan IHSG mempengaruhi secara signifikan terhadap ketidaktepatan ramalan laba pada sektor keuangan. Arah koefisien yang diharapkan pada pengujian tersebut di atas masing-masing adalah negatif, negatif dan positif, sedangkan ditemukan variabel besaran perusahaan dan perubahan IHSG menunjukkan arah yang berlawanan. Hal ini terjadi dikarenakan perusahaan yang semakin besar, semakin sulit untuk membuat ramalan laba, sehingga ramalan laba menjadi kurang tepat, Sedangkan perubahan IHSG sebagai kondisi pasar juga dimasukkan dalam asumsi pembuatan ramalan laba, jika komponen ini diasumsikan terlalu besar menyebabkan perubahan IHSG yang kecil cenderung membuat ketidaktepatan ramalan laba. Pengujian hipotesis pada sektor non keuangan, variabel periode interval listing hingga akhir tahun IPO dan kepemilikan saham lama mempengaruhi secara signifikan terhadap ketidaktepatan ramalan laba. Koefisien yang diharapkan dari masing-masing variabel ini masing-masing adalah positif dan negatif. Temyata kepemilikan saham lama memberikan arah yang negatif yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham lama sernakin besar cenderung meningkatkan ketidaktepatan ramalan laba. Hal ini dapat terjadi akibat adanya moral hazard bagi pemilik saham lama. Pena jian hipotesis secara sampeI penuh, variabel periode waktu interval listing hingga akhir tahun IPO, umur perusahaan dan kepemilikan saham lama mempengaruhi secara signifikan terhadap ketidaktepatan ramalan laba. Arah masing-masing koefisien diharapkan masing-masing adalah positif, negatif dan negatif. Namun variabel kepemilikan saham lama memberikan koefisien yang positif. Ketidaktepatan ramalan laba mempengaruhi secara signifikan terhadap initial return pada sektor non keuangan. Hal ini juga sama dengan yang terjadi pada sampel penuh. Dengan demikian, ketepatan ramalan laba benar mempengaruhi initial return pada penawaran umum perdana di BEJ.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dindin Kusdinar
Abstrak :
Salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan yang akan menawarkan sahamnya kepada masyarakat adalah penentuan harga saham perdana. Berdasarkan keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-01/PM/1988 tanggal 22 Pebruari 1988 pasal 11, disebutkan bahwa harga saham perdana ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antara emiten dan penjamin emisi. Harga saham tersebut haruslah merupakan harga yang wajar, artinya bahwa harga saham tersebut sesuai dengan kondisi keuangan dan prospek usaha yang dimiliki perusahaan dan dapat diterima oleh para calon penanam modal. Pembicaraan mengenai harga sebuah saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa mendatang yang dinilai dari kinerja keuangan selama waktu tak terhingga, yang dapat diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Dalam penulisan karya akhir ini, penulis rnencoba menganalisis kinerja keuangan dan menghitung harga wajar saham perdana PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dengan menggunakan Iaporan keuangan selama periode tahun 1999-2003. Dalam melakukan penilaian fair price dari PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. penulis menggunakan metode Free Cash Flow to Equity Model dan P/E Multiple Model. Dalam Penawaran Umum Perdana Saham, PT. Pembangunan Jaya Ancal, Tbk. perkiraan harga saham perusahaan dilakukan dengan analisis internal perusahaan yang meliputi kinerja yang telah dicapai perusahaan, strategi yang akan dikembangkan perusahaan di masa mendatang. Hasil perhitungan yang diperoleh dari metode Free Cash Flow to Equity constant growth model memperlihatkan harga wajarnya sebesar Rp. 913,00, sedangkan two stage model memperlihatkan harga wajarnya sebesar Rp. 991,00. Hasil perhitungan metode P/E Multiple Model yang berdasarkan acuan PT. Ciputra Development memperlihatkan harga wajamya sebesar Rp. 637, 00. P/E Multiple model yang menggunakan acuan PIE Industri menghasilkan harga wajar sebesar Rp. 1070,00. Dengan menghitung rata-rata harga saham berdasarkan keempat perhitungan diatas maka harga wajarnya adalah sebesar Rp. 903,00: Dengan membandingkan harga saham perdana yang ditawarkan sebesar Rp. 1.025 dengan harga rata-rata tersebut, maka harga saham perdana yang ditawarkan PT. Pembangunan Jaya AncoI, Tbk dapat dikatakan over valued.
One of the important factors that must be considered by a company when offering its share to public is determining the initial price. According to Keputusan Ketua BAPEPAM No. KEP-01IPM/1988 February 22, 1988 pasal 11 (government regulation), the initial price should be based on the agreement between the company and Effect Guaranteed Company. The share price must be a fair price. This suggests that it must be based on financial conditions, the company's ability to grow in the future and accepted by the investor. Share price also involves a prediction on the company's performance in the future. The performance counted till infinite time and could be kept track from financial report periodically. In this thesis, the writer attempts to analyze the financial performance of PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk and calculate the fair price for its initial public offering using its financial report from 1999 to 2003. Two methods were used to valuate the fair price for PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk, i.e. free Cash Flow to Equity Model and PIE Multiple Model. In the Initial Public Offering stage, PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk estimated their share price using an Internal Analysis which includes the company's performance and the strategy applied for the future. Free Cash Flow to Equity Constant Growth model indicated a fair price of Rp. 913,00 per share. Meanwhile two stage model indicated a fair price Rp. 991 00. PIE Multiple Model with reference from PT. Ciputra Development indicated a fair price of Rp. 637, 00. Whereas the result from PIE Multiple Model with reference Property and Real Estate Industry indicated a fair price of Rp. 1.070, 00. By using the average share price based on the above calculations, the fair price is Rp 903.00. If we compare the initial public offering, that is Rp 1.025 with the average price, we can conclude that PT. Pembangunan Jaya Ancol, Thk's IPO stock price is over valued.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Kurniady
Abstrak :
Memaksimalkan kekayaan pemegang saham sama dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan harga saham di pasar modal. Harga saham sebuah perusahaan dipengaruhi oleh harapan pemodal tentang kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Saat ini yang sedang populer dan banyak dibahas adalah metode EVA dan MVA. EVA menilai economic profit yang dicapai manajer pads tahun tertentu, sementara MVA menilai dampak tindakan manajer atas kemakmuran pemegang sahamnya. Metoda EVA menggunakan unsur perhitungan akuntansi tradisional yang menyesuaikan dan memperhitungkan adanya biaya modal (cost of capital}, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan telah menciptakan suatu nilai tambah atau tidak. EVA merupakan indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan, sesuai dengan tujuan manajemen keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. MVA merupakan metode yang berbeda dalam hal menentukan nilai suatu perusahaan, tetapi masih berhubungan dengan metode perhitungan EVA, dan terdapat hubungan diantara dua konsep tersebut. Dalam buku "The Quest for Value" MVA adalah merupakan jumlah kumulatif dari nilai present value EVA di masa yang akan datang. Susana Peixoto (2002) menganalisis information content yang berhubungan dengan Operating Income, Net Income dan EVA periode 1995 sampai dengan 1998. Di dalam penelitiannya analisis information content terbagi alas dua bagian yaitu relative information dan incremental information. Relative information adalah analisa perbandingan alat ukur keuangan yang menyediakan informasi keuangan. Sedangkan incremental information adalah analisa tambahan informasi dari satu alat ukur keuangan yang menyediakan informasi keuangan. Penulis menggunakan model dari Susana Peixoto (2002) dengan menggunakan data panel, sehingga dalam analisis menggunakan regresi pool least square. Regresi dibagi menjadi dua macam yaitu dengan melakukan pembedaan terhadap (si:e) ukuran perusahaan dan (invested capital) modal yang ditanamkan perusahaan. Perbedaan size perusahaan dilakukan dengan cara membobot masing¬masing variabei dengan equity hook value periode sebelumnya dan pembedaan modal yang ditanamkan dengan cara membobot masing-masing variabel dengan invested capital periode sebelumnya. Penulis melakukan uji hipotesa information content dari EVA terhadap Equity Value Added (EMV). Hasil yang diperoleh bahwa relative information content dari EVA melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP) serta incremental information content yang terdapat pada EVA melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP). Model yang kedua melakukan uji hipotesa information content dari EVA terhadap Market Value Added (MVA). Hasil yang diperoleh bahwa relative information content dari EVA tidak melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP) terhadap Market Value Added (MVA) serta incremental information content yang terdapat pada EVA tidak melebihi Net Income (NI) dan Operasional Profit (OP).
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsya Javidiar
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara nilai tukar dan return harga saham di masing-masing negara fragile five, yaitu Indonesia, Brazil, India, Turki, dan Afrika Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data harian, yang kemudian dibedakan menjadi dua periode, yakni periode sebelum (2013-2015) dan periode sesudah normalisasi the Fed (2016-2018), untuk mengetahui apakah kenaikan suku bunga the Fed menimbulkan perbedaan pada hubungan kedua variabel di masing-masing negara fragile five. Metode yang digunakan untuk analisis ini adalah granger causality test dan Vector Autoregression (VAR) menggunakan program Eviews 9. Kemudian, penelitian ini dilanjutkan dengan analisis metode Dynamic Conditional Correlation-Multivariate GARCH (DCC MGARCH) menggunakan program Stata 15, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana korelasi dinamis antar pasar maupun antar mata uang di negara fragile five. Hasil pengujian granger menemukan adanya perbedaan hubungan antara variabel nilai tukar dan return harga saham di Indonesia, India, dan Turki pasca normalisasi the Fed. Selanjutnya, hasil pengujian DCC MGARCH menunjukkan bahwa terjadi korelasi dinamis positif yang signifikan pada return indeks harga saham antarnegara fragile five. Hasil yang serupa ditemukan pada pengujian korelasi dinamis yang positif dan signifikan antar nilai tukar masing-masing negara. ......This research aims to examine the correlation between exchange rate and stock price return in each fragile five countries; Indonesia, Brazil, India, Turkey and South Africa. Using daily data, we investigate and then divide it into two periods; before Fed funds rate normalization (2013-2015) and after normalization (2016-2018), to find out whether the Fed funds rate hike caused a difference in the correlation between the two variables in each fragile five country. The methods used for this analysis are granger causality test and Vector Autoregression (VAR) using Eviews 9 program. Further investigation by analyzing the Dynamic Conditional Correlation-Multivariate GARCH (DCC MGARCH) method using Stata 15 program, which aims to find out the dynamic correlation between stock markets and also between currencies in fragile five countries. Granger test results found a difference in the relationship between variable exchange rates and stock price returns in Indonesia, India, and Turkey after the Fed normalization. Additionally, we learn that exchange rate lead stock price return in these three countries. Furthermore, the results of the DCC MGARCH test show that there is a significant positive dynamic correlation on the stock price index returns between markets. These results prove the existence of capital market integration in fragile five countries. Moreover, we found similar results in testing positive and significant dynamic correlations between the exchange rates of each country. Hence, the depreciation among currencies influences one another during global uncertainties that occur after Fed funds rate normalization.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
P. C. Sutjandra Kusumawidjaja
Abstrak :
ABSTRAK
Penanaman modal dalam bentuk saham, pada awal mulanya relatif kurang menarik, karena selain yield dalam bentuk deviden yang kecil, juga sebagai akibat pasar modal yang tidak jalan menyebabkan kemungkinan untuk memperoleh capital gain menjadi semacam impian belaka.

Tekad pemerintah untuk kembali menghidupkan pasar modal agar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pembiayaan bagi dunia usaha, tercermin dengan telah diambilnya serangkai an kebijaksanaan deregulasi seperti : penyederhanaan prosedur dan persyaratan emisi, diijinkannya pemodal asing utuk melakukan investasi di Indonesia, dan lain sebagainya. Hasil dari serangkaian kebijaksanaan deregUlasi tersebut telah memperlihatkan kiprahnya, yaity ditandai oleh jumlah perusa haan yang go public mencapai 116 buah dengan nilai kapitalisa si sebesar Rp. 10.702,4 milyar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak dari 83,5 pada akhir 1988 menjadi 624,3 pada bulan Juni 1990, dan nilai transaksi perdagangan per hari. untuk bulan Juni 1990 mencapai angka sekitar Rp. 32,5 milyar.

Saham merupakan salah satu dari kebutuhan manusia, dipro duksi oleh produsen yang dalam hal ini adalah emiten dan dikonsumsikan oleh pemodal untuk ,memuaskan kebutuhannya, yaitu harapan akan memperoleh penghasilan baik berupa deviden maupun capital gain. Saham mengandung resiko. Artinya, harga saham bisa naik atau turun atau bahkan bisa menjadi tidak berharga sama sekali jika emitennya bangkrut. Akan tetapi resiko di dalam saham adalah resiko yang dapat diperkirakan, sehingga unsur ekspektasi memegang peranan.

Dalam rangka pemilikan saham, pemodal menanggung resiko sistematis yang disebut juga resiko pasar. Ukurannya dikenal dengan istilah beta. Jika beta suatu saham tertentu sama dengan satu, maka nilai saham tersebut diharapkan bergerak baik naik ataupun turun dalam proporsi yang sama dengan perg erakkan naik dan turunnya pasar, dengan asumsi faktor?faktor lain tidak berubah. Untuk suatu saham dengan beta >1, misalnya 1,5 maka dapat dikatakan sebagai saham agresif, dimana nilai saham itu akan cenderung bergerak naik maupun turun secara proporsional sebesar 1,5 kali dan naik atau turunnya pasar. Demikian pula halnya bagi saham dengan beta <1, yang disebut sebagal saham yang defensif.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Rinaldi Jan Darmawan
Abstrak :
Penelitian ini membahas kinerja portofolio yang dibentuk berdasarkan Model Investasi Warren Buffet dan penerapannya pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel 45 saham yang terdaftar pada Indeks KOMPAS100 periode tahun 2008 ndash; 2015. Betting Againt Beta dan Quality Minus Junk memberikan kriteria pemilihan saham yang murah, risiko rendah, dan berkualitas sesuai dengan Model Investasi Warren Buffet. Portofolio yag dibentuk berdasarkan kriteria investasi Warren Buffet mampu menciptakan alpha yang lebih baik apabila dibandingan dengan return pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan. Portofolio yang dibentuk berdasarkan Quality Minus Junk mampu memperoleh Sharpe ratio sebesar 0,65. Portofolio yang dibentuk berdasarkan kriteria Investasi Warren Buffet mampu memperoleh Sharpe ratio sebesar 0,59. Dari hasil penelitian ini, faktor Betting Against Beta dan Quality Minus Junk mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap beberapa saham individual maupun terhadap portofolio yang dibentuk sehingga Model Investasi Warren Buffet ini dapat diterapkan di Bursa Efek Indonesia. ...... The focus of this strudy is to understand the stock portfolio based on Warren Buffet Investment Model and its application in Bursa Efek Indonesia. The data sampled from 45 stocks which are selected in KOMPAS100 index for the period 2008 ndash 2015. Betting Againts Beta and Quality Minus Junk Factor give the criteria of cheap, low risk, and high quality stocks. Portfolio which are selected based on Warren Buffet Investment Model criteria could create positive alpha compared to market return. Quality Minus Junk portfolio could reach Sharpe ratio of 0.65 and Warren Buffet portfolio could reach 0.59. From this study Betting Againts Beta and Quality Minus Junk Factor could effect the individual stocks return and the portfolio return which could be applied in Bursa Efek Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>