Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Hastuti
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dengan manifestasi ringan sampai berat (Pneumonia). Di dunia dperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena Pneumonia dari 9 juta total kematian balita. Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di wilayah Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah semua balita yang berada di wilayah Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo. Sampel penelitian berjumlah 323 balita yang diambil dengan cara Quota sampling. Analisis data dan uji statistik menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi dengan Kejadian ISPA pada Balita (p=1.000, OR=1.579) dan (P=0.437, OR=1.439). Ada hubungan kejadian ISPA pada Balita dengan pencemaran asap rokok oleh anggota keluarga (p=0.006, OR=2.102), pemberian ASI Eklsklusif (p=0,19, OR=1.847) dan status ekonomi orang tua (p=0.34, OR=1,754). Kesimpulan hasil penelitian: Status imunisasi dan status gizi tidak berhubungan dengan kejadian ISPA pada Balita, Pencemaran asap rokok oleh anggota keluarga, pemberian ASI Eksklusif dan status ekonomi orang tua mempunyai hubungan dengan kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.
Acute Respiratory Infection (ARI) is a common disease in children with mild to severe manifestations (Pneumonia). In the world is estimated at more than 2 million Under Five Years Children died of pneumonia than 9 million total under-five deaths. The research aimed to determine Factors Associated with Acute Respiratory Infection incidence in Under Five Years Children in Ngombol District Purworejo Regency. This research is a research survey with quantitative approach and cross sectional research design. Research population was all children Under Five Years Children located in Ngombol District, Purworejo Regency.Number of sample was 323 Under Five Years Children were taken by Quota sampling. Data analysis and statistical test using chi square. The results showed that there was no relationship between nutritional status and immunization status of in Under Five Years Children with ARI incidence (p=1.000, OR=1,579) and (P=0.437, OR=1.439). No association ARI genesis in Under Five Years Children in with cigerette smoke pollution by family members (p=0.006, OR=2.102), Exclusive breastfeeding (p=0.19, OR=1,847) and parents' economic status (p=0:34, OR=1.754). The conclusion of the research : immunization status and nutritional status was not associated with the incidence of ARI in Under Five Years Children, smoke pollution by family members, exclusive breastfeeding and economic status of the parents had a relationship with the incidence of ARI in Under Five Years Children in Ngombol District, Purworejo Regency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sesa Nurfiani
Abstrak :
Dalam beberapa tahun terakhir, kandidosis traktus respiratorius semakin mendapat perhatian akibat frekuensinya yang semakin meningkat. Hal tersebut berhubungan dengan menigkatnya faktor resiko seperti penggunaan antibiotik spectrum luas, penggunaan steroid, dan faktor komorbid lainnya. Diagnosis kandidosis di traktus respiratorius bukanlah hal yang mudah, perlu dilakukan pemeriksaan komprehensif yang menyeluruh seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik, gambaran radiologis dan sebagainya. Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikologi dan serologi. Pemeriksaan kultur merupakan salah satu pemeriksaan mikologi dan digunakan sebagai gold standard dalam mendiagnosis kandidosis. Dalam mendiagnosis, pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi digunakan sebagai konfirmasi. Kedua pemeriksaan tersebut telah dilakukan di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metode diagnosis Candida traktus respiratorius menggunakan pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi. Penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik dengan 72 sampel dari data sekunder yang didapat dari rekam medis kandidosis pada tahun 2010-2011 di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Analisa data dilakukan dengan analisa deskriptif dan analisis uji diagnostik. Secara demografi hasil penelitian didapatkan bahwa infeksi kandidosis traktus respiratorius banyak ditemukan pada laki-laki dan pada usia produktif. Pada hasil uji diagnostik didapat nilai sensitivitas 43,6%, spesifisitas 94,1%, nilai duga positif 96%, nilai duga negative 34%, Likelihood ratio positif 7,39, Likelihood ratio negatif 0,59. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan serologi dengan metode imunodifusi pada diagnosis kandidosis traktus respiratorius memiliki nilai diagnostik sensitivitas yang rendah namun spesifisitas yang tinggi.
In the last few years, respiratory tract candidiasis increasingly received attention due to the increasing frequency. It is associated with increased risk factors such as use of broad spectrum antibiotics, steroids, and other comorbidities. Diagnosis of candidiasis in the respiratory tract is not an easy thing, to do such a thorough comprehensive examination such as physical examination, laboratory tests, radiologic, and so on. Laboratory examination that commonly used are mycological examination and serology examination. Culture examination is one of the mycological examination and used as the gold standard in the diagnosis of candidiasis. In diagnosing, serologic immunodiffusion method used as confirmation. Both examination have been performed in the Mycology Laboratory of the Department of Parasitology Faculty of Medicine, University of Indonesia. This study aims to analyze the respiratory tract Candida diagnosis method using serologic immunodiffusion method. This research is using diagnostic test with 72 samples from the secondary data obtained from medical records of candidiasis in 2010-2011 in the Mycology Laboratory of the Department of Parasitology Faculty of Medicine, University of Indonesia. Data analysis was done by descriptive analysis and analysis of diagnostic tests. Demographically result showed that the respiratory tract candidiasis infections more common in men and in the productive age. On diagnostic test results obtained On diagnostic test results obtained value of sensitivity is 43.6%, specificity 94.1%, positive predictive value 96%, negative predictive value 34%, positive likelihood ratio 7.39, negative likelihood ratio 0.59. From the results, it can be concluded that serologic immunodiffusion method in the diagnosis of respiratory tract candidiasis has diagnostic value of low sensitivity but high specificity.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurussakinah
Abstrak :
Industri garmen P T X merupakan jenis industri yang bergerak di bidang pembuatan pakaian jadi untuk keperluan ekspor Proses produksi industri garmen melibatkan penggunaan kapas dan bahan baku tekstil dalam pembuatannya Berdasarkan data Poliklinik Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyakit tertinggi pada tahun 2010 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan fisik terhadap kejadian ISPA pada pekerja bagian material cutting dan sewing industri garmen P T X Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 102 pekerja Jumlah pekerja yang menderita ISPA sebanyak 39 38 2 dan besar rata rata suhu kelembaban dan pencahayaan di area kerja sebesar 29 7o C 69 dan 231 lux Faktor lingkungan fisik kerja karakteristik dan perilaku tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA pada pekerja garmen Himbauan penggunaan APD perlu diterapkan pada pekerja garmen. ......Garment Industry of P T X is an industry leading on making clothes for export Garment Industry production process involves cotton and textile raw materials usage According to Policlinic Data Acute Respiratory Infection is a number one disease in 2010 2012 This research aims to determine physical working environment risk factor toward acute respiratory infection to material cutting and sewing workers of P T X Garment Industry The research uses cross sectional study design with 100 samples of workers Number of workers infected acute respiratory infection is 39 workers 38 2 and average temperature humidity lightning at working area are 29 7o C 69 and 231 lux Working environment factor characteristic and behavior are not significantly related to acute respiratory infection case to material workers PPE usage's call has to be applied by garment workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajriani Damhuri
Abstrak :
Latar Belakang : Banyaknya pembangunan sarana prasana serta infrakstruktur di Indonesia meningkatkan kebutuhan akan bahan bangunan termasuk beton, sehingga produksi beton terus berjalan. Debu hasil proses produksi beton terdiri dari debu semen, pasir, dan batu kerikil, yang sebagian mengandung silika yang telah terbukti dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama di saluran pernapasan. Pada pabrik beton yang baru beroperasi selama 3 tahun seharusnya belum ada masalah gangguan saluran pernapasan bila SMK3 diimplementasikan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sudah ada masalah gangguan awal saluran pernapasan dan mengaitkannya dengan implementasi SMK3 dan faktor-faktor lainnya. sehingga bisa di upayakan program promotif – preventif bagi pekerja sehubungan dengan pajanan tersebut. Metode : Desain cross-sectional dengan sampel berjumlah 70 responden yang diambil secara total sampling. Data penelitian diperoleh dari wawancara keluhan saluran pernapasan dengan menggunakan kuesioner Pneumobile Project dan pemeriksaan spirometri, pengukuran kadar debu, serta pengisian formulir audit SMK3. Hasil : Didapatkan 8 pekerja (11,40%) memiliki gejala awal gangguan saluran pernapasan. Pengukuran debu lingkungan kerja melebihi nilai ambang batas pada plant 1 (16.5 mg/m3) dan plant 2 (12.1 mg/m3). Tidak terdapat hubungan bermakna antara, usia, tingkat pendidikan, IMT, kebiasaan merokok, masa kerja, dan lama kerja terhadap gejala awal gangguan saluran pernapasan. Tingkat pelaksanaan SMK3 pada PT. X masih kurang (15,06%). Telah ada kebijakan K3, namun belum ada kegiatan perencanaan, pemantauan, evaluasi maupun usaha peningkatan kinerja K3 yang terdokumentasi dan sistematis. Kesimpulan : Didapatkan pekerja dengan gejala awal gangguan saluran pernapasan sebanyak 8 (11,4%) orang. Hasil pemeriksaan kadar debu melebihi NAB. Tidak didapatkan faktor risiko yang berhubungan secara statistik dengan gejala awal gangguan saluran pernapasan, akan tetapi tingkat pelaksanaan SMK3 masih kurang sehingga harus ditingkatkan. ......Background : The large number of infrastructure development in Indonesia increased the need of concrete. Therefore, the concrete factory production continues to run and produce. The residue of the concrete production process derived from the dust of the cement, sand, and gravel which partially contained silica, that had been proven to caused health problems especially in the respiratory tract. The new concrete plant which had only been operating for 3 years should have no cases of early symptoms of respiratory disorders when the OSH management system is successfully implemented. This study aimed to determine whether there are respondents with early symptoms of respiratory disorders in association of the implementation of OSH management system and the other factors, so that promotive-preventive programs in connection with the exposures able to be planned regarding the conditions. Method : Cross-sectional study with a total sampling of 70 respondents. Data were obtained from interview using the Pneumobile Project questionnaire, spirometry examination, measurement of dust levels, and OSH management system audit form filling. Results : There were 8 (11.40%) workers with early symptoms of respiratory disorders. Dust measurement exceeds the threshold value, 16.5 mg/m3 on Plant 1 and 12.1 mg/m3 on Plant 2. There was no significant association between age, level of education, BMI, smoking habits, working period and working time to early symptoms of respiratory tract disorder. The implementation of OSH management system at PT. X was poor (15,06%). There was already an OHS policy, but the planning, monitoring, evaluation or effort of improvement of OSH were not documented systematically. Conclusion : The prevalence of early symptoms of respiratory disorders is 11,40%. The dust levels exceed the threshold level. No risk factors are found to be statistically associate with early symptoms of respiratory disorders but the level of implementation of OSH is below the expected results thus must be improved
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Puspitaning Pramayu
Abstrak :
ISPA merupakan penyakit terbesar yang menyerang balita dan anakanak. dan sering menyebabkan kematian. ISPA muncul bukan hanya dari satu faktor tetapi dari multi faktor, seperti kondisi lingkungan, ketersediaan dan efektivitas pelayanan dan sarana kesehatan, pencegahan infeksi, faktor pejamu dan karakteristik patogen. Kondisi lingkungan seperti kualitas udara dan faktor sanitasi fisik menyebabkan ISPA menjadi lebih rentan terjadi pada individu yang juga memang rentan karena status gizinya. Terjadinya peningkatan kasus ISPA di Depok, disusul dengan adanya beberapa bangunan sekolah yang berada dalam kondisi tidak memenuhi syarat, baik lokasi maupun sanitasi fisiknya, kemudian kerentanan siswa SD yang tergolong anak-anak terhadap suatu pajanan, menjadi suatu hal yang berujung sebagai sebuah pengaruh terhadap munculnya Gangguan ISPA pada siswa SD. Penelitian menggunakan Desain Cross-sectional, dengan sampel sebanyak 120 siswa, teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Sampling, serta cara pengukuran dengan menggunakan bantuan dari pihak ke tiga untuk pengukuran kualitas udara, dan tenaga kesehatan (dokter) untuk diagnosis ISPA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 setelah dikontrol oleh Suhu dan Kelembaban serta Status Gizi. Siswa SD yang berada di ruang kelas dengan konsentrasi PM10 tidak memenuhi syarat (> 70 μg/m3) akan mengalami Gangguan ISPA 5,68 kali lebih tinggi dibandingkan siswa SD yang berada di ruang kelas dengan konsentrasi PM10 memenuhi syarat (≤ 70 μg/m3). ......Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the largest disease which caused death to children. ARI is not caused by one single factor, but multiple factors, such as environmental, avalaibility and effectiveness of health care facility, prevention of infection, host, and pathogenic character. Environmental things and physical sanitation lead to ARI. And it happens to vulnerable person easily caused of their nutritional status. Any increasing of ARI in Depok, and followed by unqualified school building, both physical sanitation and its location, then many vulnerable primary school children whom easily exposed, comes to something that might leads to ARI in primary school children. This research was using Cross-Sectional design, with 120 samples. Cluster sampling is a best technique that was chosen to do this research. The measurement was helped by third party for indoor air quality, and helped by doctor for diagnosing ARI to primary school children. The conclusion is there was any association between indoor PM10 concentrations in classrooms with ARI, after being controlled with temperature, humidity and nutritional status. The primary school children who studied in classroom which had PM10 concentrations exceed the threshold limit value would be risky about 5,68 times higher that primary school children who studied in classrooms which had PM10 concentrations below threshold limit value.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30750
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Irwan Afandi
Abstrak :
Kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Wonosobo meningkat dalam 3 tahun terakhir. Kejadian tertinggi adalah 348 per 1.000 balita pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap ISPA, dengan menggunakan desain cross sectional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah 2012. Sampel dipilih secara acak sederhana berdasarkan cluster mewakili perbedaan ketinggian di Wonosobo, selanjutnya pemilihan subjek penelitian menggunakan cara Propobability proportional to Size (N = 250). Studi ini menemukan prevalens kejadian ISPA sebesar 60,80%, lingkungan fisik rumah berhubungan dengan kejadian ISPA setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan ibu. Proporsi kejadian ISPA 68,47% dari balita yang tinggal pada kondisi rumah kurang, sedangkan 27,66% balita tinggal dalam kondisi baik (PR= 2,47, 95% CI: 1,545-3.967). Diperlukan upaya promosi kesehatan dan tindakan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan terutama kondisi rumah untuk mencegah ISPA. ......The incidence of acute respiratory infections (ARI) on children under five in Wonosobo was increasing in the last 3 years. The highest was 348 per 1.000 children under five in 2010. The study aimed to determine the influence of house condition to ARI. This was an analytic cross sectional study. The population was all of under five In Wonosobo District, Central Java Province 2012. Sample was selected by cluster simple random sampling, the cluster was representing the altitude of Wonosobo, then the selection of subject study using propobabilty proportional to size (N=250). This study found a prevalence of 60.80% of ARI, the house physical environment associated with the incidence of ARI home after the controlled of maternal knowledge variable. proportion of ARI incidence 68.47% of children who live on bad house conditions, while 27.66% children under five living in good conditions (PR = 2.47, 95% CI: 1.545 to 3967). Need a health promotion and an action to increasing the health environments especially the house conditions to prevent ARI.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30757
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan ketiga di kelurahan Utan Kayu Utara. Wilayah tersebut merupakan sentra industri tahu yang seluruhnya menggunakan bahan bakar kayu sehingga berisiko tinggi terhadap pencemaran udara dan pengaruhnya kepada kejadian ISPA. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik dan karakteristik pekerja terhadap hubungannya dengan kejadian ISPA. Jumlah pekerja yang mengalami ISPA 39 orang (39%). Hasil penelitian menunjukkan pada atap, ventilasi, kelembaban, pencahayaan p=1,000, suhu p=0,999, umur p=0,307, kebiasaan merokok p=0,372 dan masa kerja p=0,254. Tidak terdapat hubungan antara lingkungan fisik dengan kejadian ISPA pada pekerja. ......Acute respiratory tract infections (ARTI) is the third health problems in village Utan Kayu Utara. The region is the industrial centers of tahu who are all using fuel wood that high risk of air pollution and its effects to the occurrence of ARTI. The study design used is cross sectional to know the relationship of the physical environment and the characteristics of the workers against the association with ARTI. The number of workers who are having ARTI 39 people (39%). The results showed on the roof, ventilation, humidity, lighting p = 1.000, temperature p=0.999, aged p=0,307, smoking p=0,372 and working period p=0,254. There is no relationship between the physical environment with the occurrence of ARTI on workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sabana Hadi
Abstrak :
Jumlah polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia saat ini sudah sangat besar. Besarnya emisi gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor maupun dari aktivitas industri di kota Jakarta selama ini telah menurunkan kualitas udara hingga mencapai nilai di atas standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah. Dampak negatif yang ditimbulkan dari menurunnya tingkat kualitas udara di Jakarta saat ini yang terburuk adalah telah menyebabkan besarnya angka kematian akibat peradangan saluran pernapasan. Hasil yang diperoleh adalah pola kualitas udara Jakarta pada musim hujan maupun musim kemarau tidak memiliki perbedaan yang nyata. Wilayah yang memiliki indikasi tingkat kualitas udara paling kritis tersebar di bagian timur laut Kota Jakarta, meliputi Kecamatan Cilincing, Pulo Gadung, Cakung, Koja, dan Kelapa Gading. Wilayah dengan tingkat kualitas udara paling kritis terdapat jumlah penderita penyakit ISPA yang terbanyak. Hasil analisis statistik didapat bahwa ada korelasi yang nyata dengan arah korelasi positif dan lemah antara Indeks Polusi Udara dengan jumlah penderita ISPA.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008
616.2 CLI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Objective: To investigate the correlations between head posture and mandible growth in Deuteromalayid OURT (obstruction of the upper respiratory tract) patients with mouth breathing habit. Material & Methods: The study used cross sectional design for 64 subjects including 32 OURT patients with mouth breathing habit and 32 normal subjects, all 12 to 15 years old. Lateral cephalometry radiograph was taken for head posture measurements and mandibular growth (ramus height, mandibular length, and mandibular rotation) measurements. Results: The fraction of subjects with kifosis head posture in OURT with mouth breathing habit (34.4%) was larger than that in normal subjects (28.1%). There is no correlation between head posture and OURT with mouth breathing habit, but there is a correlation between OURT with mouth breathing habit and mandibular rotation. Conclusion: Patients with OURT and mouth breathing habit show more vertical growth of mandible than normal subjects.
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>