Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Aju Njoman Purbasari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang komposisi bentuk koloni (1if form) karang batu di tubir Pulau Semak Daun, Teluk Jakarta, pada bulan Januari 1991, dengan menggunakan metode transek garis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui corak komposisi bentuk koloni karang batu di Pulau Semak Daun dan untuk melihat apakah corak komposisi bentuk koloni di suatu terumbu dipengaruhi lokasi dan kedalamannya. Pengambilan data di tubir (kedalaman 1 meter) dilakukan di empat stasiun yang terletak di Utara, Selatan, Barat, dan Timur pulau tersebut dengan masing-masing tiga ulangan. Data di kedalaman 3 dan 10 meter merupakan data sekunder yang diperoleh dari P30-LIPI, hasil kerja sama ASEAN-Australia di bidang Marine Science, Coastal Living Resources, penelitian di Pulau Semak Daun pada tanggal 27 Juli dan 23 Deseinber 1987. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa corak komposisi bentuk koloni yang mencolok di tubir Pulau Semak Daun kedalainan 1 meter adalah bentuk koloni branching (575,60%), sedangkan bentuk koloni massive mencolok pada kedalaman 3 meter (53,68%) dan 10 meter (557,62%). Lokasi terumbu dan kedalaman mempengaruhi corak komposisi bentuk koloni karang batu.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesnanto
"Terumbu karang merupakan ekosistem khas di daerah
tropika yang memiliki berbagai fungsi untuk biota yang
hidup di dalamnya. Namun, terumbu karang sangat peka
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Penelitian
struktur komunitas karang batu yang meliputi persentase
tutupan karang batu, komposisi koloni menurut bentuknya,
dan keanekaan jenis telah dilakukan untuk mengetahui
perbedaan struktur komunitas karang batu di Pulau Rambut
(dekat dengan Jakarta) dan Pulau Pari (jauh dari Jakarta).
Penelitian dilakukan dengan netode line intercept transect
yaitu metode standar yang disepakati ASEAN-AUSTRALIA dalam
kegiatan penelitian terumbu karang. Data penelitian dikumpulkan
dari kedalaman 1 m, 3m, dan 5 m di sisi utara dan
sisi selatan masing-masing pulau. Terdapat perbedaan
persentase tutupan karang batu di masing-masing pulau.
Bentuk koloni massive mendominasi Pulau Rambut, sedangkan
bentuk koloni branching mendominasi Pulau Pari.
Sejumlah 8 marga karang batu ditemukan di Pulau Rambut, 14
marga di sisi selatan Pulau Pari, dan 19 marga di sisi
utara Pulau Pari. Perbedaan lokasi Pulau Rambut dan Pulau
Pari menunjukkan perbedaan struktur komunitas karang batu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan Yudha Ariyanto
"Terumbu karang buatan berfungsi sebagai habitat baru bagi biota laut dan juga sekaligus dapat berfungsi untuk melindungi pantai dengan meredam energi gelombang. Salah satu aspek penting dalam pemanfaatan terumbu buatan sebagai peredam gelombang terbenam adalah sejauh mana tingkat efektifitasnya dalam mereduksi gelombang. Penelitian dengan uji model fisik di tilting flume ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kemiringan gelombang (Hi/gT2), diameter (D), dan panjang (B) terhadap koefisien refleksi (Kr), koefisien transmisi (Kt) dan koefisien kehilangan enrgi (KL) pada terumbu buatan bentuk silinder sederhana. Data hasil pengujian di laboratorium diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik.Penelitian ini menunjukkan korelasi antara koefisien dengan parameter prediktor yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai koefisien yang dihasilkan. Parameter predoktor yang mempunyai pengaruh paling besar untuk koefisien transmisi Hi/gT2 dan koefisien kehilangan energi adalah B/L. Pada akhirnya penelitian ini memberikan informasi kinerja peredam gelombang bentuk silinder sederhana sebagai alternatif dalam perancangan peredam gelombang yang ramah lingkungan.

Artificial reef also has function to improve habitat of fish and other sea creatures, it can also protect the beach by attenuating wave energy without reduce the aesthetics and artistic aspect. An important aspect to be considered in using artificial reefs as submerged breakwater is their effectiveness in reducing or attenuating wave energy. The purpose of this physical model test in wave flume laboratory is to study the correlation of wave steepness (Hi/gT2), diameter (D )and length (B) to reflection coefficient (Kr), transmission coefficient (Kt), and dissipation coefficient (KL) at a simple design form of cylinder structure. Experiment data collected from laboratory were processed and displayed in graphical form. From these experiments equation was developed to show a correlation between coefficient and the and the predictors parameters that used to estimate the coefficient. Prredictor parameters that have the most impact for the reflection coefficient is Hi/gT2. While the parameters that have the most impact for the transmission cefficient and dissipation is B/L. The experiments show a correlation between coefficient The result of this research is expected as initial guidance in using simple design form of cylinder structure. This structure is considered as alternative soft engineering approach in beach protection."
2011
S154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, 2017
R 577.789 STA
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachrurrozie
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh perbedaan intensitas cahaya terhadap kelimpahan zooxanthella pada karang branching (Acropora sp.) dan digitate (Montipora digitata) di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tanggal 4--8 April 2012. Penelitian dilakukan dengan cara menutup ujung cabang masing-masing koloni karang branching dan digitate dengan plastik terang (intensitas cahaya 58 μE/m2s), plastik setengah gelap (intensitas cahaya 26 μE/m2s), dan plastik gelap (intensitas cahaya 0 μE/m2s) selama 4 hari, sementara kontrol tidak ditutup dengan plastik. Zooxanthella dalam fragmen karang dikeluarkan dengan cara dipanaskan menggunakan hot plate. Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji ANAVA satu arah. Hasil menunjukkan penurunan kelimpahan zooxanthella pada perlakuan di karang branching dengan pengaruh intensitas cahaya yang berbeda nyata (0,001 pada P < 0,05), dan peningkatan kelimpahan zoxanthella pada perlakuan di karang digitate dengan pengaruh intensitas cahaya yang tidak berbeda nyata (0,316 pada P < 0,05).

Effects of light intensity variations to the abundance of zooxanthellae at branching (Acropora sp.) and digitate (Montipora digitata) coral colonies, were studied at Pari Island, Kepulauan Seribu in April 4--8th, 2012. Tips of each branching and digitate coral colonies were covered with bright plastic bags (light intensity 58 μE/m2s), half-dark plastic bags (light intensity 26 μE/m2s), and dark plastic bags (light intensity 0 μE/m2s) for 4 days, while the control uncovered. Zooxanthellae inside coral fragments were expelled by heating using hot plate. Data was tabulated and analyzed using one way ANAVA test. The result showed decreasing of zooxanthellae abundance at branching coral treatment with significant effect of light intensity (0,001 at P < 0,05), and there was increasing of zooxanthellae abundance at digitate coral treatment with unsignificant effect of light intensity (0,316 at P < 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Risyad
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orid Tatiana
"Keberadaan laut dan sumber daya yang dikandungnya harus dijaga demi generasi-generasi manusia yang akan datang. Salah satunya adalah ekosistem terumbu karang yang merupakan sumber daya laut yang perlu di jaga. Indonesia merupakan negara kepulauan yang telah dikenal oleh seluruh dunia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan kekayaan sumber daya laut yang tinggi. Hal tersebut tidak lepas dari maraknya kerusakan ekosistem terumbu karang salah satu contohnya dengan banyaknya kapal kandas di perairan Indonesia. Kapal-kapal kandas yang merusak terumbu karang di Indonesia salah satunya adalah Kandasnya Kapal Asing MV Lyric Poet dan MT Alex di Perairan Bangka Belitung. Kandasnya kapal asing MV Lyric Poet di di Laut Natuna, sekitar 80 mil laut dari Kota Pangkal Pinang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan kapal asing MT Alex yang kandas di perairan Manggar Kabupaten Belitung Timur yang diperkirakan berjarak kurang lebih 65 mil laut dari Kota Manggar. Tulisan ini akan menjelaskan mengenai bagaimana implementasi serta penegakan hukum yang dilakukan Indonesia dalam menerapkan perlindungan terumbu karang ditinjau dari hukum internasional seperti UNCLOS 1982, Convention on Biological Diversity (CBD), Agenda 21, Convention on International Trade in Endangered Species a (CITES) dan United Nations Convention Concerning the Protection of The World Cultural and Natural Heritage 1972. Serta keikutsertaan Indonesia dalam kerjasama regional terkait perlindungan mengenai ekosistem terumbu karang seperti Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CTF) dan International Coral Reefs Initiative (ICRI). Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu dengan bentuk penelitian yuridis- normatif menggunakan data sekunder dengan alat pengumpulan data berupa bahan pusataka dan wawancara. Simpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah upaya penegakan hukum yang diambil oleh Indonesia dalam kasus Kandasnya Kapal Asing MV Lyric Poet dan MT Alex di Perairan Bangka Belitung adalah dengan penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan sesuai dengan Permen LHK No. 4 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup dan ketentuan sanksi yang   diimplementasikan dalam UUPLH No. 32 Tahun 2009 serta diperlukannya urgensi bagi negara-negara di dunia untuk segera membentuk suatu perjanjian internasional yang bersifat memaksa untuk menyelesaikan masalah terumbu karang secara spesifik. Regulasi harus berupa hukum yang keras dan mengikat dalam bentuk konvensi PBB untuk dapat mengisi celah dalam hukum internasional tentang perlindungan ekosistem terumbu karang.

The existence of the sea and the resources it contains must be maintained for the sake of human generations to come. One of them is the coral reef ecosystem which is a marine resource that needs to be maintained. Indonesia is an archipelagic country that is known throughout the world as a country that has high biodiversity and wealth of marine resources. This cannot be separated from the rampant damage to coral reef ecosystems, one example of which is the many ships aground in Indonesian waters. One of the aground ships that damaged coral reefs in Indonesia was the Stranded Ships MV Lyric Poet and MT Alex in Bangka Belitung Waters. The foundering of the foreign ship MV Lyric Poet in the Natuna Sea, about 80 nautical miles from Pangkal Pinang City in the Bangka Belitung Islands Province and the foreign ship MT Alex which ran aground in Manggar waters, East Belitung Regency, which is estimated to be approximately 65 nautical miles from Manggar City. This paper will explain how Indonesia implements and enforces laws in protecting coral reefs in terms of international laws such as UNCLOS 1982, Convention on Biological Diversity (CBD), Agenda 21, Convention on International Trade in Endangered Species a (CITES) and the United Nations Convention Concerning the Protection of The World Cultural and Natural Heritage 1972. As well as Indonesia's participation in regional cooperation related to the protection of coral reef ecosystems such as the Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI) -CTF) and the International Coral Reefs Initiative (ICRI). The research method used in this study is a normative-juridical research using secondary data with data collection tools in the form of library materials and interviews. The conclusions drawn in this study are that the law enforcement efforts taken by Indonesia in the case of the Stranded Foreign Ship MV Lyric Poet and MT Alex in Bangka Belitung Waters are by resolving environmental disputes out of court in accordance with Minister of Environment and Forestry No. 4 of 2013 concerning Guidelines for Environmental Dispute Resolution and the sanctions provisions implemented in UUPLH No. 32 of 2009 and and the need for urgency for countries in the world to immediately form an international agreement that is coercive to resolve the problem of coral reefs specifically. Regulations must be in the form of strict and binding laws in the form of UN conventions to be able to fill gaps in international law regarding the protection of coral reef ecosystems."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
"Perlindungan dan Pengelolaan Terumbu karang seharusnya dikembalikan kedalam kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Hal ini disebabkan karakteristik dan nilai kebermanfaatannya lebih dimengerti masyarakat pesisir sehingga perlindungan dan pengelolaannya dapat dilakukan secara menyeluruh,memberikan dampak sebanyak-banyaknya kepada masyarakat yang bersentuhan secara  langsung serta memenuhi prinsip dasar otonomi daerah. Dengan sejarah di masa lalu sebagai bangsa pelaut, Indonesia kembali mengajukan visi Global Maritime Fulcrume untuk dapat berjaya sekali lagi. Kekayaan Sumber daya alam yang melimpah menjadi perhatian khusus, terutama bagi terumbu karang. Pusat kekayaan hayati tersebut menjadi harapan hidup tidak hanya bagi biota laut namun juga masyarakat pesisir.Penelitian  ini berbentuk yuridis normatif dengan menganalisis peraturan perundang-undangan dengan metode kualitatif.Hasil Penelitian menunjukkan Negara dalam tanggung jawabnya mengelola terumbu karang terkendala dalam tata kelola, tata ruang dan tata zonasi. Pemanfaatan yang tidak berpihak pada masyarakat pesisir dikarenakan kewenangan pengelolaan dan perlindungan tidak lagi menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota.Kesimpulan yang diambil, diperlukan Harmonisasi peraturan dan penyelesaian sengketa lembaga di tingkat pusat. Dengan berpijak pada Ocean Governance Policy yang lebih berpihak pada masyarakat pesisir yang lebih paham pada karakteristik terumbu karang.

Protection and Management of Coral Reefs should be returned to the authority of the Regency/City government. This is because the characteristics and usefulness values are better understood by coastal communities so that their protection and management can be carried out comprehensively, giving as much impact as possible to the people who are in direct contact and fulfilling the basic principles of regional autonomy. With a history in the past as a nation of seafarers, Indonesia again proposes the vision of Global Maritime Fulcrume to be victorious once again. Abundant natural resource wealth is of particular concern, especially for coral reefs. The center of biological wealth is a life expectancy not only for marine life but also for coastal communities. This research is in the form of a normative juridical analysis by analyzing laws and regulations with a qualitative method. zoning system. Utilization that is not in favor of coastal communities is because the management and protection authority is no longer the authority of the Regency/City government. Based on the Ocean Governance Policy which is more in favor of coastal communities who are more aware of the characteristics of coral reefs."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Junisar Shafira
"Terumbu karang memiliki manfaat ekologis, ekonomis, dan sosial budaya yang signifikan sebagai komponen habitat bentik di perairan dangkal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengategorikan persebaran habitat bentik secara spasial dan temporal tahun 2017-2023 dan bagaimana hubungan antara perubahan luas karang dengan kualitas perairan di Pulau Satonda pada tahun 2017–2023. Kualitas perairan yang digunakan dalam penelitian ini berupa suhu permukaan laut (SST), klorofil-a, dissolved oxygen (DO), salinitas, dan turbiditas. Citra satelit digunakan karena mampu memantau dalam cakupan luas dan jangka waktu yang panjang. Penelitian dilakukan di Pulau Satonda karena kawasan konservasi laut yang masih minim publikasi ilmiah mengenai habitat bentik/kondisi terumbu karang. Penelitian ini menggunakan data primer dari survei Underwater Photo Transect (UPT) dan data sekunder berupa citra PlanetScope thun 2017-2023, data habitat bentik yang sudah diklasifikasi, dan data kualitas air. Citra PlanetScope diolah menggunakan metode Object-Based Image Analysis (OBIA) dengan algoritma segmentasi Simple Non-Iterative Clustering (SNIC) dan algoritma klasifikasi Random Forest (RF). Sebanyak 1.365 titik habitat bentik dibagi menjadi data training dan validation, serta uji akurasi menggunakan confusion matrix. Analisis spasial dilakukan melalui overlay peta karang dan kualitas air serta analisis temporal menggunakan grafik deret waktu. Model klasifikasi memiliki nilai overall accuracy (OA) sebesar 62,84% (Kappa = 0,50). Mayoritas habitat bentik adalah karang dan pecahan karang. Parameter kualitas air masih dalam nilai ambang batas. Namun, nilai SST sedikit melebihi ambang batas dan salinitas berada di bawah ambang batas. Kondisi ini diduga berhubungan dengan penurunan luas karang.

Coral reefs have significant ecological, economic, and socio-cultural benefits as benthic habitat components in shallow waters. This study aims to categorize the spatial and temporal distribution of benthic habitat in 2017-2023 and how the relationship between coral area changes and water quality in Satonda Island in 2017-2023. Water quality variables include sea surface temperature (SST), chlorophyll-a, dissolved oxygen (DO), salinity, and turbidity. Satellite imagery was used because it is capable of wide area and long time period monitoring. Satonda Island was chosed because it is a marine conservation area with limited scientific publications on benthic/coral reef condition. The primary data from the Underwater Photo Transect (UPT) survey and secondary data in the form of PlanetScope images from 2017-2023, classified benthic habitat data, and water quality data. PlanetScope images were processed using the Object-Based Image Analysis (OBIA) method with the Simple Non-Iterative Clustering (SNIC) segmentation algorithm and the Random Forest (RF) classification algorithm. A total of 1,365 benthic habitat points were divided into training and validation data, and accuracy was tested using confusion matrix. Spatial analysis was conducted through overlaying coral and water quality maps and temporal analysis using time series graphs. The classification model had an overall accuracy (OA) of 62.84% (Kappa = 0.50). The majority of benthic habitats were corals and rubbles. Water quality parameters are still within the threshold value. However, SST values slightly exceeded the threshold and salinity was below the threshold. This condition is thought to be associated with a decrease in coral area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011
577.789 GUN e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>