Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soma Somantri
"Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.508 pulau, memiliki 5,8 juta km2 perairan laut (terluas di antara negara-negara Asia), serta memiliki 81.000 km garis pantai (terpanjang di dunia). Wilayah perairan Indonesia terdiri dari 0,3 juta km2 perairan Wilayah; 2,8 juta km2 perairan Pedalaman dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEE). Wilayah perairan Indonesia mengandung potensi sumberdaya ikan yang sangat penting arti, peranan, dan manfaatnya sebagai modal dasar pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Potensi sumberdaya ikan laut, berdasarkan basil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut tahun 1998, adalah sebesar 6,258 juta ton/tahun di Perairan Indonesia dan sebesar 1,931 juta ton/tahun di perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Namtun demikian, potensi sumberdaya perikanan laut yang demikian besar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Realisasi produk.si ikan laut Indonesia masih jauh dari potensinya, yaitu 3,637 juta ton atau 58,85% pada tahun 1997 dan 4.069,42 juta ton atau 63,49% pada tahun 2001.
Visi pembangunan perikanan tangkap adalah mengembangkan usaha perikanan tangkap yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempunyai daya saing, serta memanfaatkan sumberdaya secara efisien dan berkelanjutan. Selanjutnya visi tersebut dijabarkan kedalam 4 visi, yaitu : (1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan; (2) Menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta Iingkungannya; (3) Membangun usaha perikanan tangkap yang berdaya saing; dan (4) Meningkatkan peran Sub Sektor Perikanan Tangkap terhadap pembangunan perekonomian nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuddin
"ABSTRAK
Masyarakat Gorontalo pada umumnya masih mengandalkan fornitur meja dan kursi yang terbuat dari rotan, Namun seiring dengan perkembangan hasil produk meja dan kursi dari rotan tersebut sudah mulai ditinggalkan, salah satu penyebabnya adalah berkembangnya desain furnitur yang lebih meyakinkan dari bahan yang lain seperti kayu dan alumunium. Pengabdian masyarakat ini (IBM) akan memberikan solusi redesain untuk meja dan kursi yang terbuat dari rotan dengan memperhatikan tiga konsep utama, yaitu efesiensi, estetis, dan fungsional. Dengan konsep ini dapat menghasilkan produk meja dan kursi yang lebih inovatif, kuat, dan memiliki estetika yang lebih tinggi sehingga menjadi produk yang unggul dalam berkompetisi. Target khusus yang ingin dicapai adalah terjadinya peningkatan: 1) pengetahuan dan keterampilan tentang mendesain meja dan kursi dari rotan dengan menggunakan tiga konsep, yaitu efisiensi, estetis, dan fungsional, 2) peningkatan pendapatan pengrajin meja dan kursi dari rotan. Selain target tersebut, juga terjadinya perbaikan administrasi pengrajin dan manajemen pemasaran. Metode yang digunakan adalah pelatihan maupun pendampingan secara langsung kepada pengrajin tentang strategi dan teknik dalam pembuatan meja dan kursi yang terbuat dari rotan. Hasil yang diharapkan akan terjadinya peningkatan harga jual sehingga kesejahteraan pengrajin meja dan kursi menjadi lebih baik di masa yang akan datang."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wing Wira Adimas Ramadhan
"Dewasa ini teknologi modul surya mengalami penurunan harga produksi sebesar. Hal ini disebabkan munculnya teknik produksi yang mengefisiensikan produksi modul surya. Modul surya dalam pemakaiannya memiliki beberapa keterbatasan diakibatkan dari karakter pembebananya mengikuti kurva karakteristik I-V dari modul. Hal ini memunculkan teknologi Maximum Power Point Tracking agar daya modul dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Pada penelitian ini dilakukan rancang bangun Solar Charge Controller dengan metode Maximum Power Point Technique (MPPT) dengan teknik Perturb and Observation(P&O). P&O adalah salah satu teknik dalam metode MPPT yang paling banyak digunakan. Alat yang dirancang berbasis mikrokontroler Arduino sabagai perangkat yang berperan mengendalikan rangkaian serta menghasilkan sinyal PWM untuk mengatur buck conveter.
Pengujian terhadap hasil rancang bangun dilakukan untuk memvalidasi kerja serta efisiensi rangkaian dengan pembanding rangkaian tanpa MPPT. Pengujian efisiensi pada rancang bangun MPPT berhasil mendapat peningkatan efisiensi pada beban 1, 2, dan 3 sel secara berurutan sebesar 52, 38, dan 9.

Today solar module technology has decreased production prices. This is due to the emergence of production techniques that streamline the production of modul suryas. The modul surya in its use has several limitations due to the characterization of its load following the I-V characteristic curve of the modul. This raises the Maximum Power Point Tracking technology so that modul power can be fully utilized.
In this study the design of Solar Charge Controller was carried out using the Maximum Power Point Technique (MPPT) method with Perturb and Observation (P & O) techniques. P & O is one of the most widely used techniques in the MPPT method. The tool is designed based on the Arduino microcontroller as a device that has the role of controlling the circuit and producing PWM signals to regulate buck conveter.
Several tests were carried out to validate the circuit work and work efficiency of the designed MPPT and without MPPT circuit as a comparison. Obtained on the design MPPT succeeded in increasing the efficiency of loads 1,2, and 3 respectively by 52, 38, and 9.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Arrahma Fesya
"Penggunaan merek selain untuk memperdagangkan produk pemilik merek yang berhak juga dapat digunakan sebagai petunjuk deskriptif untuk produk lain di e-commerce. Penggunaan merek sebagai petunjuk deskriptif dibagi menjadi dua yakni dengan itikad baik dan itikad tidak baik. Dalam skripsi ini, dibahas bahwa penggunaan merek sebagai petunjuk deskriptif dapat diduga sebagai pelanggaran jika adanya itikad buruk dalam hal bertujuan meniru, memalsukan, atau membonceng merek dan membingungkan pasar. Merek dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk perdagangan di platform e-commerce dan dapat dilakukan beberapa upaya berupa upaya hukum dan non-hukum berupa kebijakan penghapusan terhadap pihak yang menggunakan merek dengan itikad tidak baik.

The usage of a mark besides for selling products of the rightful brand owner can also be used as a descriptive guide for other products in e-commerce. The use of the mark as a descriptive guide is divided into two, namely in good faith and in bad faith. In this thesis, it is discussed that the use of a mark as a descriptive guide can be suspected as a violation if there is bad faith in terms of the aim of imitating, falsifying, or piggybacking on the brand and confusing the market. Marks are protected based on laws and regulations for trading on e-commerce platforms and several efforts can be made in the form of legal and non-legal efforts in the form of policies to remove those who use the mark in bad faith."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yubitrie Mauren
"Tesis ini mengkaji peran Inovasi Merek dan Persepsi Kualitas dalam membentuk Nilai Persepsi di pasar Indonesia. Penelitian ini melibatkan partisipan dari semua jenis kelamin yang berusia di atas 18 tahun, yang diminta untuk mengidentifikasi merek yang memiliki hubungan erat dengan mereka, tanpa memandang industri atau kategori produknya. Data dari 231 responden dianalisis menggunakan perangkat lunak SmartPLS 3.2.9. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Inovasi Merek berpengaruh positif terhadap Persepsi Kualitas dan Nilai Persepsi, sementara Persepsi Kualitas berpengaruh positif terhadap Nilai Persepsi. Namun, tidak ditemukan hubungan signifikan antara Pengalaman Merek, Kepribadian Merek, dan Nilai Persepsi. Hasil ini menyarankan bahwa merek-merek sebaiknya berfokus pada meningkatkan inovasi mereka untuk meningkatkan Persepsi Kualitas dan, akhirnya, Nilai Persepsi. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memahami persepsi konsumen dan memberikan wawasan bagi pemasar merek untuk mengembangkan strategi efektif di pasar Indonesia.

This thesis examines the role of Brand Innovativeness and Perceived Quality in shaping Perceived Value in the Indonesian market. The study includes participants of any gender above 18 years old who were asked to identify a brand they have a close connection to, regardless of industry or product category. Data from 231 respondents were analyzed using SmartPLS 3.2.9 software. The findings indicate that Brand Innovativeness positively influences Perceived Quality and Perceived Value, while Perceived Quality positively influences Perceived Value. However, no significant relationships were found between Brand Experience, Brand Personality, and Perceived Value. These results suggest that brands should focus on enhancing their innovativeness to improve Perceived Quality and, subsequently, Perceived Value. This research contributes to understanding consumer perceptions and provides insights for brand marketers to develop effective strategies in the Indonesian market. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Indra Gotama
"Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng pada Desember 2004 melaporkan keluhan sejumlah petani rumput laut mengalami gangguan gatal-gatal terutama di punggung tangan, lengan, dan di sekitar leher. Menurut para penderita hal ini terjadi setelah melakukan budidaya rumput laut. Kasus ini merupakan hal baru karena selama perjalanan budidaya rumput laut di Indonesia kasus ini baru terjadi di Bantaeng. Berbagai dugaan penyebab gangguan ini yaitu dari aspek individu manusianya, proses kerjanya, dan aspek lingkungannya. Aspek lingkungannya meliputi rumput lautnya sendiri, organisme yang berasosiasi dengan rumput laut, air lautnya ataupun kondisi kesehatan petaninya.
Tujuan : Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan
Metodologi : Telah dilakukan penelitian dengan desain kasus-kontrol dari populasi petani rumput laut dengan mengadakan wawancara dan anamnesa terhadap 312 sampel kasus dan 217 sampel kontrol untuk mengetahui faktor-faktor risiko individu, proses kerja serta keadaan lingkungan petani. Dan untuk mengetahui penyebab gangguan gatal telah dilakukan pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratoriurn terhadap sampel rumput laut, biota ikutan yang berasosiasi, air laut dengan mengambil sample rumput laut, biota ikutan dan sample air laut di 12 titik di laut dan 4 titik di muara sungai. Terhadap rumput laut dan biota ikutannya juga telah dilakukan uji toksisitas dan uji tempel.
Hasil : Sebagian besar responden bertempat tinggal di kecamatan Pajukukang, jenis kelamin perempuan, berumur sama atau diatas 23 tahun, tingkat pendidikan rendah, berstatus kawin, dengan tingkat pengetahuan - dan perilaku mengenai penyakit kulit sebagian besar buruk. Menurut proses kerja sebagian besar adalah pemilik, bekerja lebih dan satu bagian proses kerja, dan bekerja pada pembibitan dan lainnya kurang dari 8 jam sehari. Faktor lingkungan menunjukkan lingkungan fisik sarana kesehatan lingkungan sebagian besar tidak ada, lingkungan sosial ekonomi sebagian besar sedang, lingkungan perairan kotor dan lingkungan biologi di perairan budidaya rumput laut ditemukan biota laut hidroid.
Penelitian menemukan variabel individu yang menjadi faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan adalah tempat tinggal di kecanxatan Bantaeng (RO, j 10,79: (1K 95%: 5,43;21,42) dan Kecamatan Pajukukang (RO.n;,, 6,29 : OK 95%: 3,67;10,81), dan perilaku pencegahan dan pengobatan penyakit kulit buruk (RO,,°;°, 1,59: (1K 95%: 1,08;2,35). Sedangkan variabel proses kerja yang menjadi faktor risiko terjadinya dermatitis kontak iritan adalah gabungan proses kerja dan lama kerja : khusus pembibitan dan lama kerja > 8, jam sehari (RO an 4,93 :(IK 95%: 3,67;10,81). Pada lingkungan sosial ekonomi tidak ditemukan variabel yang menjadi faktor risiko dermatitis kontak iritan.
Penelitian menemukan hidroid salah satu kolas Coelenterata yang memiliki nematosista beracun yang berasosiasi pada rumput taut diduga kuat sebagai penyebab dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
Kesimpulan : Dermatitis kontak iritan pada petani rumput laut di Kabupaten Bantaeng disebabkan oleh hidroid yang berasosiasi pada rumput taut dengan faktor risiko tempat tinggal di Kecamatan Pajukukang dan Bantaeng, bekerja khusus pembibitan > 8 jam sehari, dan berperilaku buruk dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kulit."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D609
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alliya Febrina
"Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan metafora yang diucapkan oleh karakter utama dalam film "Who Am I: Kein System Ist Sicher", yang juga dikenal sebagai "Who Am I: No System Is Safe" dalam bahasa Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan makna metafora dalam film dan untuk memahami fungsi dari metafora-metafora tersebut dalam konteks tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik berdasarkan pada buku "Introducing Metaphor" oleh Knowles & Moon (2006) dan klasifikasi metafora oleh Stephen Ullman (1972) untuk menjelaskan metafora dengan metode analisis deskriptif. Identifikasi metafora dilakukan berdasarkan Metaphor Identification Procedure (MIP) oleh Pragglejaz Group (2007). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 33 metafora dalam film ini: 31 metafora abstrak dan 2 metafora hewan. Hasilnya juga membuktikan bahwa metafora memiliki fungsi yang sangat fleksibel karena fungsi metafora dapat disesuaikan berdasarkan konteks yang berbeda dan kebutuhan yang berbeda.
This paper explores the usage of metaphors uttered by the main character in the movie “Who Am I: Kein System Ist Sicher”, also known as “Who Am I: No System Is Safe” in English. This paper aims to identify the types and meanings of metaphors in the movie and to understand the function that metaphors serve in a given context. This paper takes on a semantic approach based on “Introducing Metaphor” by Knowles & Moon (2006) and metaphor classifications by Stephen Ullman (1972) to explain the metaphors with a descriptive analysis method. The identification of metaphors is done based on Metaphor Identification Procedure (MIP) by Pragglejaz Group (2007). Findings of this paper show that this movie contains 33 metaphors: 31 abstract metaphors and 2 animal metaphors. The results also prove that metaphors have highly versatile functions as they are accustomed accordingly based on different contexts and different needs."
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Handayani
"Green Coke, diproduksi di kilang UP Dumai PT. Pertamina (Persero). Green Coke merupakan residu dari hasil pengolahan minyak mentah berupa produk samping yang berbentuk padat dan berwarna hitam. Green Coke mempunyai nilai kalor sebesar 7500-8500 kcal/kg, jika dibandingkan dengan batu bara (5000-6000 kcal/kg), nilai kalor Green Coke cukup tinggi.Sintesis Green Coke Water Mix ini dapat dilakukan dengan memformulasikan komposisi antara Green Coke, air, dispersan (PSS) dan stabilizer (amilum&CMC). Dari penelitian ini diperoleh komposisi optimum sampel GCWM yang stabil telah memenuhi nilai spesifikasi standar GCWM yaitu : Green Coke (200 mesh) : air : PSS : Amilum 50 : 50 : 0.04 : 0.4 Dengan hasil uji kestabilan mencapai 4 minggu dan nilai viskositas secara percobaan pada suhu 25.9 oC sebesar 1032 Cp, nilai kalor sebesar 6827.82224 Kkal/l. dan kadar abu untuk sampel Green Coke (140 gram) 50 gram, air 50 gram dan PSS 0.04 sebesar 0.06%. Green Coke (200 gram) 50 gram, air 50 gram dan PSS 0.04 gram dan amilum 0.4 gram sebesar 0.2%. Sedangkan hasil uji FTIR Sampel GCWM tersebut dengan penambahan PSS dan amilum dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Posisi absorbsi (cm-1) Gugus fungsional 3449.06 Gugus-OH 2845.93-2919.15 Gugus alkana/ gugus alkil (-CH3, -CH2- ) 1375.97 Gugus alkena geminal 1032.16 Gugus benzene mono substitusi"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Charis
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1970
S16309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efrizal
"Pemilihan model fungsi produksi yang baik sangat penting dalam menganalisis struktur teknologi produksi, terutama dalam mengestimasi technical change dan elastisitas harga input. Secara prinsip, penggunaan Indirect Production Function dan Fungsi Biaya menyediakan informasi yang sama tentang struktur teknologi produksi, sehingga kedua fungsi dapat dipilih. Namun demikian di dalam penerapan empiris, pemilihan diantara kedua fungsi tersebut tergantung pada asumsi endogenitas atau eksogenitas dari output. Perlakuan terhadap output, apakah dianggap sebagai variabel endogen ataukah sebagai eksogen, pada kelanjutannya akan mempengaruhi hasil empiris. Pada kenyataannya eksogenitas output tidak konsisten dengan perilaku maksimasi profit karena di dalam pemaksimuman profit, perusahaan memperlakukan output sebagai penentu yang bersifat endogen. Selain itu, peneliti sebelumnya juga telah membuktikan bahwa penggunaan Fungsi Biaya adalah tidak tepat di dalam menganalisis sektor industri manufaktur. Dengan demikian, penggunaan model Indirect Production Function akan menampilkan hasil yang lebih tepat daripada Fungsi Biaya. Untuk kemudahan aplikasi empiris, spesifikasi trancendental logarithmic dipakai pada Indirect Production Function. Dan tidak sebagai mana peneliti sebelumnya yang secara a priori menerapkan asumsi-asumsi tertentu terhadap karakterisktik teknologi produksi di sektor industri manufaktur, pada studi ini dilakukan terlebih dahulu pengujian-pengujian hipotesis terhadap berbagai macam asumsi tersebut. Dari pengujian hipotesis didapat kesimpulan bahwa proses produksi tidak mengikuti bentuk Cobb-Douglas yang constant return to scale melainkan increasing return to scale. Karakteristik lainnya adalah bahwa technical change pada industri manufaktur tidak membuat bias penggunaan input, apakah itu input-saving maupun input-using. Netralnya technical change tersebut juga menyiratkan suatu kondisi dimana substitusi antara input yang terjadi, yaitu antara kapital dengan labor dan energi dengan labor bukanlah disebabkan oleh adanya technical change. Juga terdapat indikasi bahwa tingkat technical change yang lambat mungkin berkaitan dengan harga-harga kapital, labor dan energi yang tinggi. Estimasi parameter menunjukkan bahwa input energi dan kapital bersifat komplementer, sedangkan energi dan labor dapat bersubstitusi, begitu juga dengan kapital dan labor, dapat saling bersubstitusi. Walaupun antara kapital dan tenaga kerja dapat saling bersubstitusi namun pada kenyataannya permintaan kapital paling tidak sensitif terhadap perubahan harga tenaga kerja. Sedangkan pada nisi tenaga kerja, efek perubahan harga input lainnya relatif kecil terhadap permintaan tenaga kerja. Jadi, baik tenaga kerja maupun kapital paling sensitif terhadap perubahan harganya sendiri. Estimasi dan model membawa kita kepada beberapa implikasi kebijakan ekonomi yang penting. Hasil penelitian menyarankan bahwa, dan segi harga faktor produksi, pembentukan modal (capital formation) dapat dirangsang dengan penurunan harga input kapital itu sendiri, harga energi, harga material, dan atau dengan jalan meningkatkan harga tenaga kerja. Namun demikian, untuk merangsang capital formation ini, pengaruh dari harga energi, material dan tenaga kerja sangat kecil (nilai elastisitas Marshalliannya berada pada wilayah yang tidak elastis). Hal ini berbeda dengan harga kapital itu sendiri yang sangat berpengaruh terhadap capital formation. Dan sisi tenaga kerja, permintaan terhadap input tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh perubahan pada tingkat upah. Perubahan pada harga input lainnya hanya menghasilkan efek yang relatif kecil terhadap penggunaan tenaga kerja. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kebijakan nasional untuk merangsang perekonomian dengan menurunkan interest rate tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan konservasi energi, atau dengan kata lain tidak akan merusak kebijakan konservasi energi. Hal ini disebabkan karena elastisitas permintaan energi berada pada wilayah yang inelastis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>