Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tienneke Riana Septiwidyati
Abstrak :
Faktor virulensi dalam bentuk molekul maupun sel bakteri Porphyromonas gingivalis ditemukan pada penderita Alzheimer dan salah satu jalur penyakit ini adalah melalui apoptosis pada siklus sel neuron. Penelitian ini menganalisis efek pajanan bakteri Porphyromonas gingivalis terhadap ekspresi gen E2F1, CDK1, dan iNOS pada kultur sel neuron. Gen-gen tersebut dilaporkan memiliki peran pada siklus sel. Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vitro, untuk menganalisis ekspresi mRNA gen E2F1, CDK1, dan iNOS menggunakan Real Time PCR. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa whole-cell Porphyromonas gingivalis dapat meningkatkan ekspresi E2F1 yang merupakan biomarker fase G1 dan faktor transkripsi. Namun, menurunkan ekspresi CDK1 yang merupakan biomarker checkpoint G2/M dan iNOS yang dapat memproduksi NO yang berperan untuk menghambat proliferasi sel. Kesimpulannya Porphyromonas gingivalis dapat mengaktifkan kembali siklus sel neuron, namun dapat menyebabkan kematian sel melalui apoptosis. ......The virulence factor and the bacterial cell Porphyromonas gingivalis were found in Alzheimers patients and one of the pathways for this disease was through apoptosis in the neuron cell cycle. This study analyses the effect of Porphyromonas gingivalis on the expression of E2F1, CDK1, and iNOS genes on neuron cell culture. These genes are reported to have a role in the cell cycle. The design of this study is an in vitro experimental study, to analyze the expression of mRNA genes E2F1, CDK1, and iNOS using Real Time PCR. The results of this study indicate that whole-cell Porphyromonas gingivalis can increase the expression of E2F1 which is a G1 phase biomarker and transcription factor. However, reducing the expression of CDK1 which is a biomarker of G2 / M checkpoint and iNOS that can produce NO has a role to inhibit cell proliferation. In conclusion, Porphyromonas gingivalis can reactivate the neuron cell cycle but can cause cell death through the apoptotic.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Rezka Nur Alima
Abstrak :
Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang dipicu inflamasi kronis serta menjadi sebab utama kehilangan gigi. Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan komponen prominen pada etiologi periodontitis kronis yang membentuk “red complex” bersama dengan bakteri T. forysthia dan T. denticola. Porphyromonas gingivalis secara lokal dapat menginvasi jaringan periodontal dan menurunkan mekanisme pertahanan host, sementara Streptococcus sanguinis merupakan bakteri komensal oral yang berperan sebagai bakteri pioner kolonisasi bakteri pada pembentukan biofilm. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ethnomedis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun sirsak (Annona muricata L.) dengan senyawa aktif seperti alkaloid, fenol, flavanoid, dan tannin. Tujuan : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak terhadap bakteri Poprhyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguinis. Metode : Ekstrak etanol daun sirsak disiapkan pada berbagai konsentrasi v/v (60%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%), lalu dilakukan Uji Kadar Hambat Mininum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri P. gingivalis dan S. sangunis. Hasil Penelitian : Nilai KHM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis ditetapkan pada konsentrasi ekstrak 25% dan 12,5%, sementara KBM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah 50% dan 60%. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar hambat pada kelompok perlakuan bakteri P.gingivalis dan S.sanguinis dengan kontrol positif CHX 0,2% dengan uji Post-Hoc Tukey (p≤0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol daun sirsak efektif menghambat dan membunuh bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis. ......Periodontitis merupakan penyakit gigi dan mulut yang dipicu inflamasi kronis serta menjadi sebab utama kehilangan gigi. Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan komponen prominen pada etiologi periodontitis kronis yang membentuk “red complex” bersama dengan bakteri T. forysthia dan T. denticola. Porphyromonas gingivalis secara lokal dapat menginvasi jaringan periodontal dan menurunkan mekanisme pertahanan host, sementara Streptococcus sanguinis merupakan bakteri komensal oral yang berperan sebagai bakteri pioner kolonisasi bakteri pada pembentukan biofilm. Salah satu tanaman yang memiliki nilai ethnomedis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah daun sirsak (Annona muricata L.) dengan senyawa aktif seperti alkaloid, fenol, flavanoid, dan tannin. Tujuan : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak terhadap bakteri Poprhyromonas gingivalis dan Streptococcus sanguinis. Metode : Ekstrak etanol daun sirsak disiapkan pada berbagai konsentrasi v/v (60%,50%,25%,12,5%,6,25%,3,125%), lalu dilakukan Uji Kadar Hambat Mininum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri P. gingivalis dan S. sangunis. Hasil Penelitian : Nilai KHM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis ditetapkan pada konsentrasi ekstrak 25% dan 12,5%, sementara KBM pada bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis adalah 50% dan 60%. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar hambat pada kelompok perlakuan bakteri P.gingivalis dan S.sanguinis dengan kontrol positif CHX 0,2% dengan uji Post-Hoc Tukey (p≤0.05). Kesimpulan : Ekstrak etanol daun sirsak efektif menghambat dan membunuh bakteri P. gingivalis dan S. sanguinis.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrachma Hakim
Abstrak :
Latar Belakang: Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotik dapat meningkatkan resistensi antibiotik, sehingga dibutuhkan agen probiotik, yang diperoleh dari S. salivarius untuk menghambat pertumbuhan P. gingivalis sebagai bakteri patogen periodontitis. Tujuan: Menganalisis potensi hambat S. salivarius dan protein S. salivarius yang diisolasi dari saliva dan dorsum lidah subjek dewasa terhadap pertumbuhan P. gingivalis. Metode: Uji PCR, SDS-Page, deferred antagonism test, well diffusion agar. Hasil: Analisis terhadap pita DNA hasil amplifikasi PCR mendukung identifikasi koloni S. salivarius pada agar Mitis Salivarius. Hasil analisis SDS-Page menjelaskan adanya kesamaan dan perbedaan profil protein, yang berasal dari cell lysate S. salivarius. Pada uji deferred antagonism test terbukti bahwa S. salivarius baik isolat saliva maupun dorsum lidah, dapat menghambat pertumbuhan P. gngivalis, dengan perbedaan tidak bermakna (p>0.05). Sama halnya dengan uji well diffusion agar, protein S. salivarius isolat saliva maupun dorsum lidah berpotensi menghambat pertumbuhan P. gingivalis dengan perbedaan tidak signifikan (p>0.05). Kesimpulan: S. salivarius dan protein S. salivarius baik isolat saliva maupun isolat dorsum lidah memiliki potensi yg sama dalam menghambat pertumbuhan P. Gingivalis in vitro. ......Background: Excessive and misuse of antibiotics can increase antibiotic resistance, so it takes probiotic agent, obtained from S. salivarius to inhibit the growth of P. gingivalis as periodontitis pathogenic bacteria. Objective: To determine the potential inhibitory of S. salivarius and protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue adults on the growth of P. gingivalis. Methods: PCR test, SDS-Page, deferred antagonism test, well diffusion agar. Results: Analysis of PCR DNA amplification product supports the identification of S. salivarius colonies on Mitis Salivarius agar. SDS-Page analysis explains the similarities and differences in protein profiles, derived from cell lysates of S. salivarius. On the deferred antagonism test proved that both S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue, can inhibit the growth of P. gingivalis, but there is no significant difference (p> 0.05). Similarly, the well diffusion agar, protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue has the potential to inhibit the growth of P. gingivalis with no significant difference (p> 0.05). Conclusions: S. salivarius and protein S. salivarius isolate saliva and dorsum of the tongue has the same potential in inhibiting the growth of P. gingivalis in vitro.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eben Kalemben
Abstrak :
Latar Belakang: Obat kumur propolis 5% mengandung ekstrak propolis yang memiliki bahan bioaktif yang bersifat antibakteri. Propolis diketahui memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif dan gram positif. Akan tetapi penelitian mengenai sensitivitas bakteri gram negatif dan gram positif terhadap obat kumur propolis, belum pernah dilakukan. Tujuan:. Mengamati sensitivitas Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual-spesies, terhadap obat kumur propolis 5%. Metode: Pembuatan biofilm dilakukan dengan menggunakan metode 96-well plate dengan inkubasi selama 24 jam. Biofilm dual spesies yang diberikan aquades, digunakan sebagai kontrol negatif. Ekstraksi DNA dilakukan pada sampel biofilm, dan konsentrasi DNA sampel, distandarisasi dengan Qubit fluorometer untuk real-time polymerase chain reaction (qPCR). Gen target dalam penelitian ini adalah Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Selanjutnya, nilai Ct dikuantifikasi dengan menggunakan metode Livak (2-∆∆Ct) dan analisis statistik dilakukan menggunakan Graph pad dan SPSS. Hasil: Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus pada biofilm dual spesies yang diberikan obat kumur propolis 5%, memiliki nilai Ct rata-rata yang lebih rendah dibandingan dengan sampel yang diberikan akuades. Lebih lanjut, setelah dilakukan kuantifikasi dengan metode Livak, Porphyromonas gingivalis memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Staphylococcus aureus. Proporsi Porphyromonas gingivalis sebesar 9.70929% dari total bakteri. Sedangkan Staphylococcus aureus diperoleh dengan proporsi sebesar 1.24081% dari total bakteri. Pembahasan: Adanya bahan aktif dalam obat kumur propolis 5%, serta adanya perbedaan struktur sel pada biofilm dual-spesies, dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Staphylococcus aureus lebih sensitif terhadap obat kumur propolis 5% dibanding Porphyromonas gingivalis. ......Background: Propolis Mouthwash 5% contains propolis extract which has bioactive ingredients that are antibacterial. Propolis is known to have the ability to inhibit the growth of gram-negative and gram-positive bacteria. However, studies on the sensitivity of gram-negative and gram-positive bacteria to propolis mouthwash have never been carried out. Objective: Observing sensitivity Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in dual-species biofilm, to Propolis Mouthwash 5% Methods:. Biofilms were made using the 96-well method in 24 hour incubation. Dual species biofilm provided with distilled water was used as a negative control. DNA from samples was extracted and standardized using a Qubit fluorometer for real-time polymerase chain reaction (qPCR). Target genes used in this study were Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Furthermore, the value of Ct was quantified using the Livak method (2-∆∆Ct) and statistical analysis was performed using Graph pad and SPSS. Results: Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus in biofilm dual species, which given propolis mouthwash 5%, had a lower average Ct value compared to samples given distilled water. Furthermore, after quantification using the Livak method, Porphyromonas gingivalis had a higher proportion than Staphylococcus aureus. The proportion of Porphyromonas gingivalis is 9.70929% of the total bacteria. While Staphylococcus aureus was obtained with a proportion of 1.24081% of the total bacteria. Discussion: The presence of the active ingredient in 5% propolis mouthwash and differences in cell structure in dual-species biofilms, could influence the growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. Conclusion: Staphylococcus aureus was more sensitive to 5% propolis mouthwash than Porphyromonas gingivalis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Dwiyanti I.
Abstrak :
Latar Belakang: Porphyromonas gingivalis adalah salah satu bakteri penyebab utama periodontitis kronis. Infeksi kronis merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner, yaitu penyempitan arteri jantung karena tumpukan plak. Tujuan: menganalisis perbedaan kuantitatif P.gingivalis plak gigi serta hubungannya dengan status periodontal PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 non PJK dilakukan pemeriksaan status periodontal dan plak subgingiva untuk diketahui kuantitatif P.gingivalis dengan real-time PCR. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada kuantitatif P. gingivalis penderita PJK dibandingkan dengan non PJK. Pada PJK terdapat hubungan antara kuantifikasi P.gingivalis dengan kedalaman poket. Kesimpulan: Kuantitatif P.gingivalis penderita PJK lebih tinggi dibandingkan non PJK. Pada penderita PJK terdapat hubungan kuantitatif P.gingivalis dengan kedalaman poket. ......Background: Porphyromonas gingivalis is one of the bacterias that causes chronic periodontitis. Chronic infection is a risk factor for coronary heart disease, a narrowing of coronary artery due to plaque build-up. Objective: to analyse quantitative difference of P.gingivalis on dental plaque and its relationship with periodontal status of CHD patient and control. Methods: Periodontal status of 66 CHD patient and 40 control was checked. Subgingival plaque was isolated and P.gingivalis was measured using real-time PCR. Result: There was significant difference between P.gingivalis of CHD and non CHD patients. There was relationship between P.gingivalis and pocket depth of CHD patient. Conclusion: Quantity of P.gingivalis in CHD patients is higher than non CHD patients. There was relationship between quantity of P.gingivalis and pocket depth of CHD patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Feriana Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Porphyromonas gingivalis memiliki faktor virulensi seperti gingipain dan lipopolisakarida, yang dapat menyebabkan bakterimia hingga dapat mecapai ke otak dan mengaktivasi pelepasan sitokin neuroinflamasi. Sitokin seperti TNF-α, IL-1β dan IL-4 diproduksi oleh sel neuron, astrosit, dan mikroglia. Penelitian ini menganalisis pengaruh co-culture sel neuron dengan P. gingivalis yang telah di-coating antibodi anti P. gingivalis terhadap sitokin yang dihasilkan oleh sel neuron. Ekspresi gen sitokin TNF-α dan IL-1β pada sel neuron dievaluasi menggunakan RTqPCR, sedangkan supernatan digunakan untuk menganalisis pelepasan protein sitokin IL-4 menggunakan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P. gingivalis yang di coating antibodi anti P. gingivalis sebelum co-culture dengan sel neuron dapat menurunkan ekspresi mRNA TNF-α dan IL-1β sel neuron. Selain itu, pelepasan protein IL-4 juga menurun.
ABSTRACT
Porphyromonas gingivalis has virulence factors such as gingipain and lipopolysaccharide, which can cause bacteremia to reach the brain and activate the release of neuroinflammatory cytokines. Cytokines such as TNF-α, IL-1β and IL-4 are produced by neurons, astrocytes, and microglia cells. This study analyzed the effect of co-culture of neuron cells with P. gingivalis coated with anti P. gingivalis antibodies against cytokines produced by neuron cells. The gene expressions of the TNF-α and IL-1β cytokine in neurons was evaluated using RTqPCR, whereas supernatant was used to analyze the release of cytokine protein IL-4 using ELISA. The results showed that P. gingivalis coated with anti P. gingivalis antibody before co-culture with neuron cells could decrease the gene expressions of TNF-α and IL-1β neuron cells. In addition, the release of IL-4 protein also decreased.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keely Ladiana Riza
Abstrak :
Pendahuluan: Penyakit periodontal di Indonesia merupakan penyakit gigi dan mulut terbesar kedua menurut Riskesdas 2018 dengan prevalensi sebesar 74,1%. Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada gingiva yang disebabkan oleh akumulasi plak akibat bakteri yang salah satunya adalah bakteri Porphyromonas gingivalis. Selain perawatan antibakteri, inflamasi pada periodontitis juga perlu ditangani. Dalam perawatan periodontitis untuk mencegah inflamasi, chlorhexidine dan ibuprofen merupakan agen terapeutik yang umum digunakan. Namun, penggunaan jangka panjang kedua agen tersebut dapat menimbulkan beberapa efek samping dan menunjukkan sitotoksisitas terhadap sel tubuh. Sekarang, sudah mulai ditemukan perawatan alternatif antiinflamasi. Salah satunya adalah propolis yang merupakan zat resin yang berasal dari ekstrak tumbuhan yang dibuat oleh spesies lebah. Propolis sudah terbukti memiliki sifat antiinflamasi dengan mengurangi ekspresi sitokin inflamasi. Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai jenis propolis dan salah satunya adalah propolis Heterotrigona itama. Namun, sitotoksisitas propolis H. itama belum banyak diteliti di Indonesia. Dengan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis H. itama 5% sebagai alternatif perawatan periodontitis. Metode: Analisis kualitatif tingkat sitotoksisitas obat kumur propolis H. itama 5% terhadap sel makrofag peritoneal tikus muda secara in vitro melalui gambaran mikroskopis. Hasil analisis kualitatif akan dilakukan skoring berdasarkan panduan ISO 10993-5:2009. Hasil: Obat kumur propolis H. itama 5% memiliki tingkat sitotoksisitas yang tinggi terhadap sel makrofag peritoneal tikus karena adanya penurunan jumlah sel lebih dari 50% pada kultur makrofag berdasarkan gambaran mikroskopis. Obat kumur propolis H. itama memiliki tingkat sitotoksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine dan ibuprofen. Kesimpulan: Obat kumur propolis H. itama memiliki tingkat sitotoksisitas tinggi dengan hasil skor 3 dan lebih tinggi dibandingkan dengan chlorhexidine dan ibuprofen berdasarkan panduan ISO 10993-5:2009. Namun, dibutuhkan penelitian lanjut dengan uji sitotoksisitas metode kuantitatif dan uji lanjutan in vivo agar mendapatkan hasil yang lebih akurat. ......Introduction: Periodontal disease is the second largest dental and oral diseases in Indonesia according to Riskesdas 2018 with a prevalence of 74.1%. Periodontitis is an inflammatory disease of the gingiva caused by the accumulation of plaque by bacteria, one of which is Porphyromonas gingivalis. In addition to antibacterial treatment, inflammation in the pathogenesis of periodontitis also needs to be treated. For anti-inflammation treatment in periodontitis, chlorhexidine and ibuprofen are commonly used therapeutic agents. However, long-term use of both agents can cause several side effects and show cytotoxicity to different types of cells in the body. Nowadays, alternative anti-inflammatory treatments are starting to be discovered and used for periodontal diseases. One of them is propolis which is a resinous substance derived from plant extracts made by bee species. Propolis has been proven to have anti-inflammatory properties by reducing the expression of inflammatory cytokines. In Indonesia itself, there are various types of propolis and one of them is the Heterotrigona itama propolis. However, the cytotoxicity grade of H. itama propolis has not been widely studied in Indonesia. Therefore, the aim of this study was to determine the level of cytotoxicity of H. itama propolis mouthwash 5% as an alternative treatment for periodontitis. Methods: Qualitative analysis of the cytotoxicity of H. itama propolis mouthwash towards peritoneal macrophage cells of young mouse in vitro through microscopic images. The results of the qualitative analysis will be scored based on ISO 10993-5:2009 guidelines. Results: H. itama propolis mouthwash 5% has a high level cytotoxicity to mouse peritoneal macrophage cells due to a decrease in cell number of more than 50% in macrophage culture observed from microscopic images. H. itama propolis mouthwash has higher cytotoxicity level compared to chlorhexidine and ibuprofen. Conclusion: H. itama propolis mouthwash has a high level of cytotoxicity with a cytotoxicity score of 3, and is higher compared to chlorhexidine and ibuprofen. However, further research is needed with quantitative cytotoxicity tests and further in vivo tests to get more accurate results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalil Gibran
Abstrak :
ABSTRAK
Teknologi implan gigi semakin banyak dikembangkan karena menjadi solusi terbaik untuk menggantikan gigi yang hilang. Tetapi salah satu kelemahannya adalah resiko timbulnya peri-implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan biofilm karena sifat antibakteri material implan masih kurang baik. Material implan Ti-6Al-4V yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi permukaannya menjadi TiO2 NT dan didopan dengan logam Ag agar kemampuan hambat pembentukan biofilm meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT sebelum dopan Ag untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran Ag pada permukaan TiO2 NT. Penambahan SiO2 dilakukan juga untuk melihat karakteristik hidrofilitas material implan yang berguna untuk laju pertumbuhan sel. TiO2 NT disintesis dengan metode anodisasi dengan 2 variasi pelarut organik yang berbeda, yaitu etilen glikol dan gliserol, setelah itu akan dipilih pelarut terbaik untuk digunakan dalam sintesis SiO2/TiO2 NT secara in situ saat anodisasi. Pembuatan SiO2/TiO2 NT dilakukan dengan penambahan SiO2 dengan variasi 1 , 3 dan 5 volume . Metode PAD Photo Asissted Deposition dilakukan saat pendopanan Ag pada material TiO2 dan SiO2/TiO2. Hasil Karakterisai FESEM-EDX, menunjukkan SiO2 dan Ag berhasil menempel di permukaan TiO2 NT dengan komposisi massa Ag berkurang dengan semakin banyaknya SiO2 pada permukaan TiO2 NT. Hasil FTIR menunjukkan ikatan Ti-O-Si terbentuk dan hidrofilitas material implan Ti-6Al-4V meningkat setelah ditambah SiO2. Pengujian potensi hambat pembentukan biofilm dilakukan dengan uji TPC Total Plate Count menggunakan material Ti-6Al-4V dan Ag/SiO2/TiO2 NT hasil sintesis. Uji pertumbuhan sel tidak dilakukan. Hasil uji TPC dari inkubasi bakteri selama 3 jam menunjukkan Ag/TiO2 tanpa SiO2 memiliki potensi hambat biofilm terbesar yaitu mencapai 64 . Penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT menurunkan komposisi Ag yang terdopan sehingga menurunkan kinerja Ag dalam menghambat biofilm. Penambahan SiO2 kurang efektif jika diaplikasikan dalam uji hambat pembentukan biofilm dibandingkan dengan material tanpa SiO2.
ABSTRACT
Teknologi implan gigi semakin banyak dikembangkan karena menjadi solusi terbaik untuk menggantikan gigi yang hilang. Tetapi salah satu kelemahannya adalah resiko timbulnya peri implantitis yang disebabkan oleh terbentuknya lapisan biofilm karena sifat antibakteri material implan masih kurang baik. Material implan Ti 6Al 4V yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi permukaannya menjadi TiO2 NT dan didopan dengan logam Ag agar kemampuan hambat pembentukan biofilm meningkat. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT sebelum dopan Ag untuk melihat pengaruhnya terhadap persebaran Ag pada permukaan TiO2 NT. Penambahan SiO2 dilakukan juga untuk melihat karakteristik hidrofilitas material implan yang berguna untuk laju pertumbuhan sel. TiO2 NT disintesis dengan metode anodisasi dengan 2 variasi pelarut organik yang berbeda, yaitu etilen glikol dan gliserol, setelah itu akan dipilih pelarut terbaik untuk digunakan dalam sintesis SiO2 TiO2 NT secara in situ saat anodisasi. Pembuatan SiO2 TiO2 NT dilakukan dengan penambahan SiO2 dengan variasi 1 , 3 dan 5 volume . Metode PAD Photo Asissted Deposition dilakukan saat pendopanan Ag pada material TiO2 dan SiO2 TiO2. Hasil Karakterisai FESEM EDX, menunjukkan SiO2 dan Ag berhasil menempel di permukaan TiO2 NT dengan komposisi massa Ag berkurang dengan semakin banyaknya SiO2 pada permukaan TiO2 NT. Hasil FTIR menunjukkan ikatan Ti O Si terbentuk dan hidrofilitas material implan Ti 6Al 4V meningkat setelah ditambah SiO2. Pengujian potensi hambat pembentukan biofilm dilakukan dengan uji TPC Total Plate Count menggunakan material Ti 6Al 4V dan Ag SiO2 TiO2 NT hasil sintesis. Uji pertumbuhan sel tidak dilakukan. Hasil uji TPC dari inkubasi bakteri selama 3 jam menunjukkan Ag TiO2 tanpa SiO2 memiliki potensi hambat biofilm terbesar yaitu mencapai 64 . Penambahan SiO2 pada permukaan TiO2 NT menurunkan komposisi Ag yang terdopan sehingga menurunkan kinerja Ag dalam menghambat biofilm. Penambahan SiO2 kurang efektif jika diaplikasikan dalam uji hambat pembentukan biofilm dibandingkan dengan material tanpa SiO2
2018
T50540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valeo Adika Laksana
Abstrak :
Latar belakang: Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri dominan penyebab periodontitis. Kebiasaan merokok merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit periodontal karena menyebabkan kondisi anaerob, sehingga mengubah keseimbangan microbiota normal. Eicosapentaeoic Acid (EPA) merupakan salah satu zat omega-3 yang memiliki sifat anti-inflmasi dan anti-bakteri. Peningkatan EPA dapat mengurangi keparahan penyakit periodontal, sedangkan EPA pada perokok lebih rendah dibanding bukan perokok. Tujuan: Untuk mendapatkan keterkaitan antara kadar EPA dalam darah dengan derajat keparahan periodontitis pada perokok. Metode: Desain observasi cross-sectional pada pasien usia 35-60 tahun dengan poket absolut > 4mm. Subjek dibagi menjadi grup bukan perokok, perokok ringan, dan perokok berat. Pengambilan sampel cairan krevikular gingiva (CKG) dilakukan untuk mendapatkan proporsi Porphyromonas gingivalis dengan menggunakan quantitative PCR; sedangkan sampel darah diambil untuk melihat kadar EPA. Hasil: Korelasi positif yang lemah ditemukan antara kadar EPA dalam darah dengan proporsi Porphyromonas gingivalis, namun tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan: Kadar EPA tidak dapat menjadi parameter keparahan periodontitis pada prokok, karena harus dipertimbangkan faktor predisposisi lainnya. ......Background: Porphyromonas gingivalis is one of the dominant bacteria in periodontitis. Smoking is a predisposing factor that can exacerbate periodontal disease because it causes anaerobic conditions thereby changing the balance of normal microbiota. Eicosapentaeoic Acid (EPA) is a substance in omega-3 that has anti-inflammatory and anti-bacterial properties. An increase in EPA can reduce the severity of periodontal disease, whereas EPA in smoking patients is lower than non-smoking patients. Objective: To obtain an association between EPA levels in the blood and the severity of periodontitis. Method: A cross-sectional observational design in patients aged 35-60 years with an absolute pocket > 4mm. Subjects were divided into non-smoking, light smoking and heavy smoking groups. Gingival clevicular fluid (GCF) samples were taken to obtain the proportion of Porphyromonas gingivalis using quantitative PCR, while blood samples were taken to see EPA levels. Results: A weak positive correlation was found between blood EPA levels and the proportion of Porphyromonas gingivalis, but was not statistically significant. Conclusion: EPA levels cannot be a parameter of the severity of periodontitis in smoking patients, other predisposing factors should be considered.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Reina Lamtiur
Abstrak :
Ekstrak etanol temulawak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen rongga mulut Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis. Digunakan konsentrasi ekstrak etanol temulawak teridentifikasi sebesar 0.5-25%. Ekstrak etanol temulawak terhadap bakteri dipapar pada 96 well-plate diinkubasi selama 18 jam dengan suhu 37oC suasana anaerob. Uji kualitatif menggunakan kristal violet 0.5% dan nilai Optical Density dibaca (490nm). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi menghambat pembentukan biofilm S. sanguinis (KHBM50 0.5% KHBM90 15%) dan P. gingivalis (KHBM50 15%) tunggal dan kombinasi (KHBM50 0.5% KHBM90 15%). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi memiliki potensi sebagai penghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis.
Java turmeric has antibacterial effect against oral pathogens. The concentration ranged from 0.5-25% were used. Biofilm formation inhibition assay was conducted on a 96 well-plate by using BHI enriched with 0.2% sucrose at 37oC for 18h. After staining with 0.5% crystal violet the optical density was read at 490nm. Java turmeric shows pontential to inhibit biofilm formation of S. sanguinis (IC50 0.5% IC90 15%) and P. gingivalis (IC50 15%) on single and dual species (IC50 0.5% IC90 15%). Java turmeric has potential to inhibit the biofilm formation of Streptococcus sanguinis and Porphyromonas gingivalis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>