Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhanti Dwi Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan penelitian dengan metode deskriptif terhadap polen lima jenis Eugenia yang ada di Indonesia yaitu: Eugenia aromatica (L.) Baillon, Eugenia aquea Burm. f., Eugenia malaccensis L., Eugenia jambos L., dan Eugenia cumini (L.) Druce, ternyata memperlihatkan perbedaan ciri-ciri baik dari segi ukuran, tipe apertura, kerangka polen (ambit) dan tipe permukaan dinding polennya. Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini ialah: (1) Ciri umum kelima jenis butir polen Eugenia adalah isopolar, simetni radial, goniotreme, tricolporate dan syncolporate. (2). Klasifikasi model butir polen tersebut adalah prolate kecuali pada Eugenia cumini yaitu subprolate dan klasifikasi ukurannya adalah minuta (kecil) kecuali pada Eugenia jambos yaitu media (sedang). Tipe permukaan dinding terluar butir polen adalah verrucate pada Eugenia jambos dan Eugenia aromatica, granulate pada Eugenia cumini dan Eugenia malaccensis, sampai dengan rugulate pada Eugenia aquea. (3) Penyerbukan kelima jenis Eugenia dilakukan serangga tertentu berdasarkan tipe permukaan butir polen yang terbentuk.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Febriyani
Abstrak :
Pada diabetes melitus penghambatan enzim glukosidase merupakan terapi untuk menunda absorpsi glukosa setelah makan. Salah satu sumber penghambat enzim glukosidase berasal dari tanaman Beligo (Benincasa hispida) yang memiliki komponen bioaktif dapat menghambat kerja enzim pemecah karbohidrat glukosidase umumnya disebut inhibitor enzim. Untuk uji komponen bioaktif sampel uji yang digunakan berupa ekstrak metanol dari daging buah biji dan kulit buah Beligo. Hasil uji penapisan fitokimia pada ekstrak metanol baik dari daging buah biji maupun kulit buah Beligo menunjukkan hasil positif terhadap adanya kandungan karbohidrat alkaloid fenol dan asam amino. Hasil positif terhadap kandungan flavonoid terdapat pada ekstrak daging buah tanin dan triterpenoid terdapat pada ekstrak biji sedangkan hasil positif terhadap kandungan flavonoid saponin tanin dan steroid ditunjukkan pada ekstrak kulit buah Kondisi optimum pengukuran aktivitas glukosidase terdapat pada panjang gelombang maksimum 399 nm dengan konsentrasi glukosidase sebesar 0,3 unit mL dan konsentrasi substrat pNP G 10 mM. Pada pengujian daya inhibisi ekstrak sampel terhadap aktivitas enzim glukosidase dengan variasi konsentrasi 2% 1% 5% 1% 0,5% 0,25% dan 0,125% dengan inhibisi terbesar pada konsentrasi 2 terdapat pada ekstrak biji fraksi interface dan fraksi etil asetat yaitu 40,73% dan 35,98% diikuti ekstrak daging buah fraksi etil asetat yaitu 32,49% dan ekstrak kulit fraksi etil asetat yaitu 29,51%. ......In diabetes mellitus glucosidase enzyme inhibition therapy is to delay the absorption of glucose after a meal. One source of the enzyme glucosidase inhibitor derived from plants that have Beligo (Benincasa hispida) bioactive components can inhibition the enzyme carbohydrate breaker glucosidase commonly called enzyme inhibitors. For the bioactive component sample used methanol extract of pulp seeds and rind Beligo. The results of phytochemical screening test on either methanol extract of pulp seeds and rind Beligo showed positive results for the presence of the content of carbohydrate alkaloids phenols and amino acids. The positive result of the content of flavonoids present in pulp extracts tannins and triterpenoids present in seed extracts while a positive result against the content of flavonoids saponins tannins and steroid shown in extract rind. The optimum measurement conditions glucosidase activity present in the maximum wavelength of 399 nm the glucosidase concentration of 0 3 units mL and pNP G substrate concentration of 10 mM. In the test sample extract inhibition against glucosidase enzyme activity with various concentrations of 2% 1% 5% 1% 0,5% 0,25% and 0,125% with the greatest inhibition at concentrations of 2 found in the seed extract interface and ethyl acetate fraction is 40,73% and 35,98% followed by pulp extract ethyl acetate fraction is 32,49% and the rind extract ethyl acetate fraction is 29,51%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Runy Setiyati Rahayu
Abstrak :
Skripsi ini mengaji pengambilalihan peran pengambilan keputusan pengelolaan budi daya tanam padi dari tangan petani oleh pemerintah di lahan garapan individual petani. Fenomena itu terjadi pada saat Program “top-down” Inpari 13 berlangsung di Polanharjo. Penerapan Program Inpari 13 secara “top-down” menjadi fokus kajian karena peran pemerintah sebagai penentu kebijakan memiliki kekuasaan yang hegemonik dalam permasalahan pembangunan pertanian dalam hal ini menyangkut komoditas pangan. Program secara “top- down” diterapkan sebagai respons pemerintah Jawa Tengah dalam rangka mengamankan produksi beras karena adanya “bencana” akibat ledakan Wereng Batang Coklat (WBC) yang tidak tertanggulangi oleh keputusan individual petani. Program ini diterapkan di tengah kondisi petani yang telah mandiri dalam pengambilan keputusan. Dalam mengaji keberhasilan penerapan kebijakan Program “top-down” Inpari 13 itu , peneliti harus memerhatikan aktor-aktor yang berperan dalam proses pengambilan keputusan dan cara berbagai aktor itu mewujudkan program itu dari jajaran pemerintah di tingkat propinsi hingga tingkat petani. Skripsi ini juga memaparkan hasil evaluasi dan interpretasi yang dilakukan para pengambil kebijakan serta petani mengenai program Inpari 13. ......This thesis examines in the taking over the roles in decision making at agricultural management from farmers by government in their individual rice field. That phenomenen occured when the top down inpari 13 programme held on Polanharjo district. The implementation of the top down Inpari 13 programme was the main focus because the government's role as decision maker had the hegemonic power in the agricultural building issue in food commodity. The top down programme implemented as the response from the Central Java Government in case of saving the rice stock production because the "disaster" effect from the outbreak of brown planthopper that not overcome by farmers individual decision. This programme implemented in the middle of independent farmers in making some decisions. In examining the successful implementation policy of top down inpari 13 programme, researcher should watch the actors who had roles in the decision making process and in various ways of many actor to actualize that program from provincial government level into farmers level. This thesis also exposes the evaluation and interpretation from the policy decision maker and the farmer about the inpari 13 programme.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S45142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okvitasari Purbowati
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh campuran ekstrak tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan. Tikus dikelompokkan menjadi delapan kelompok. Kelompok kontrol normal tidak diinduksi aloksan dan diberi larutan Carboxy Methyl Cellulose (CMC). Kelompok lainnya diinduksi aloksan dosis 100 mg/kg bb secara intraperitoneal dan masing-masing diberi larutan CMC (kelompok kontrol negatif), Glibenclamide® (kelompok kontrol positif), ekstrak binahong dosis 250 mg/kg bb (kelompok perlakuan ekstrak binahong), ekstrak sambiloto dosis 500 mg/kg bb (kelompok perlakuan ekstrak sambiloto), dan campuran ekstrak dosis 750 mg/kg bb (kelompok perlakuan campuran ekstrak dosis 1); dosis 375 mg/kg bb (kelompok perlakuan campuran ekstrak dosis 2); serta dosis 187,5 mg/kg bb (kelompok campuran ekstrak dosis 3). Pemberian bahan uji dilakukan secara oral selama 21 hari berturut-turut. Hasil uji Kruskal-Wallis dan Anava 1-faktor (P < 0,05) menunjukkan bahwa ketiga dosis campuran ekstrak berpengaruh nyata terhadap penurunan rerata kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah terbesar dicapai oleh kelompok dosis 750 mg/kg bb dengan rerata kadar glukosa darah mendekati nilai kelompok normal, yakni pada hari ke-15 sebesar 121,36 mg/dl dan pada hari ke-22 sebesar 85,37 mg/dl. ......The research was done in order to determine the effect of a mixture of extract binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) and sambiloto (Andrographis paniculata Nees) on blood glucose levels of male white rats (Rattus norvegicus L.). The male rats were divided into eight groups. Normal control group was not induced alloxan and given Carboxy Methyl Cellulose (CMC) solution. The others were induced alloxan at dose of 100 mg/kg body weight intraperitoneally and each of them was given CMC solution (negative control group), Glibenclamide® (positive control group), binahong extract at dose of 250 mg/kg body weight (binahong group), sambiloto extract at dose of 500 mg/kg body weight (sambiloto group), and mixture extract at dose of 750 mg/kg body weight; 375 mg/kg body weight; and 187,5 mg/kg body weight. The test materials were administrated for 21 consecutive days orally. The result of this experiment showed that statistically both single and mixture extract could decrease blood glucose levels significantly (P < 0,05). The highest decrease of blood glucose levels was achieved by the mixture extract at dose of 750 mg/kg body weight with an average value of blood glucose level 121,36 mg/dl (14 days after treatment) and 85,37 mg/dl (21 days after treatment).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S828
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library