Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Ilham Hutomo
Abstrak :
Latar Belakang: Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan massa tulang, sehingga menyebabkan perubahan mikroarsitektur tulang. Osteokalsin adalah protein penanda adanya pembentukan dan resorpsi tulang. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada perempuan berisiko osteoporosis. Metode: Studi potong lintang pada 70 perempuan pascamenopause. Dilakukan pemeriksaan status periodontal dan kadar osteokalsin dalam serum menggunakan metode ELISA. Hasil: Tidak terdapat perbedaan kadar osteokalsin antara subjek osteoporosis, osteopenia, dan normal. Terdapat hubungan antara kadar osteokalsin terhadap kehilangan perlekatan klinis pada subjek osteoporosis. Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar osteokalsin dengan status periodontal pada subjek osteoporosis. ...... Background: Osteoporosis is defined as a bone disease characterised by a decrease in bone mass results in bone microarchitecture alteration. Osteocalcin is a valid biomarker for bone turnover and resorption. Aim: To analyze relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status in osteoporotic risk women. Methods: A cross-sectional study was conducted on 70 postmenopausal women. Periodontal examination and serum osteocalcin levels was measured using ELISA method. Result: There is no difference of serum osteocalcin levels on osteoporotic, osteopenia, and normal subjects. Relationship between serum osteocalcin and clinical attachment loss was found on osteoporotic subjects. Conclusion: Relationship between serum osteocalcin levels and periodontal status was found on osteoporotic subjects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Joelijanto
Abstrak :
Latar belakang dan Cara penelitian : Berkurangnya produksi estrogen banyak menimbulkan keluhan termasuk perubahan-perubahan di dalam rongga mulut yaitu gigi yang mudah goyang. Estrogen adalah hormon steroid yang terutama dihasilkan oleh folikel ovarium. Pada usia 40 tahun hingga menopause terdapat penurunan ukuran ovarium secara lambat tetapi pasti yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Salah satu masalah yang timbul adalah hilangnya jaringan penyambung. jaringan penyambung - mempunyai fungsi utama sebagai penyangga tubuh, Jaringan penyambung dalam rongga mulut adalah jaringan periodontal yang berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Di dalam penelitian ini hendak dicari pengaruh ovariektomi yang diasumsikan dengan keadaan defisiensi estrogen terhadap keadaan jaringan periodontal.Sebanyak 24 ekor tikus wistar digunakan dalam penelitian ini, yang dibagi dalam 4 kelompok kontrol dan ovariektomi hari ke-50 dan hari ke-100 untuk kemudian dibuat preparat histologis jaringan gigi dengan pulasan trikrom Masson Goldner. Parameter yang diteliti adalah lebar ligamen periodontal, tinggi tulang alveolar, jumlah osteosit dan intensitas pulasan kolagen. Data yang diperoleh diuji variasi normalnya dengan menggunakan Lavene `s-test dan juga berdistribusi homogen setelah diuji menggunakan Kolmogorov-Smirnov test sehingga dilakukan t-test pada setiap parameter. Hasil dan kesimpulan : Hasil penelitian berdasarkan uji t menunjukkan bahwa semua parameter menghasilkan p > 0,05 yang berarti tidak menghasilkan perbedaan yang bermakna terhadap pengaruh ovariektomi pada jaringan periodontal. penelitian mendatang hendaknya dilakukan dengan pulasan khusus dan menggunakan metoda yang lebih akurat sehingga informasi yang akan di dapat memperjelas hasil yang telah dilakukan saat ini.
Background and methode : The lower level os estrogen resulting in any complaint including alterations in oral cavity as unstable teeth. Estrogen is steroid hormone that produced by follicle in ovarium. Starting at 40 up to get menopause, there were decreasing the ovarium size by slowly resulting health problem as the loosing of connective tissue. The connective tissue have the main function as body supporting in oral cavity, periodontal tissue have function as supporting tissue of the teeth. This research aim to explain the effect of ovariectomy that assumed by deficiency of estrogen on periodontal tissue. Twenty four female rats were divided into 4 groups, each consisting 6 rats in control and ovariectomy group at day 50 and day 100 post ovariectomy. Sample removed periodontal tisssue on preparat histology procedure with Trichrome Masson Goldner. Parameter in this research are width of periodontal ligament, height of alveolar bone, amount of osteocyt and intencity of collagen stainning. The result data wasw test by Kolmogorov - Smirnov test and each parameter was evaluated by t-test. Results and conclusions : All parameter resulting p > 0,05 mean there was no significant difference on ovariectomy rats on periodontal tissue. In the future the research better used by methode specific stainning to get accurate information.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazzla Camelia Maisarah
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menganalisis penyembuhan jaringan periodontal sesudah flep dengan aplikasi PRF dan cangkok tulang serta PRF saja. Metode: Empat belas sampel Periodontitis kronis dibedah flep dan diamati perbaikan status periodontal 3 dan 6 bulan paska flep. Hasil: Perbaikan tingkat perlekatan kelompok PRF dan cangkok tulang lebih baik dari kelompok PRF. Tidak ada perbedaan poket dan perdarahan gingiva yang lebih baik pada PRF dan cangkok tulang dibandingkan PRF. Kesimpulan: Ada perbedaan perbaikan tingkat perlekatan serta tidak ada perbedaan perbaikan poket dan perdarahan gingiva antara PRF dan cangkok tulang dibandingkan dengan PRF saja.
ABSTRACT
This study is to analyze periodontal tissue healing after flap using platelet rich fibrin and bonegraft and PRF only. Methode: Fourteen samples with chronic periodontitis were treated by flap and the periodontal status were evaluated at 3 and 6 month after treatment. Result: Attachment level healing in PRF and bonegraft is better than PRF group. Pocket depth and bleeding on probing were not better in PRF and bonegraft than PRF. Conclusion: There is a difference on attachment level and there are no difference on pocket and bleeding on probing between both of group.
2013
T32922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Yuanithea
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Terapi regeneratif periodontal GTR memiliki keterbatasan pada defek tulang alveolar satu dinding. Rekayasa jaringan menggunakan teknologi periodontal ligament cell sheet pada chitosan dengan kombinasi molekul adhesif Arginylglycyaspartic Acid RGD diharapkan dapat meningkatkan kadar periostin sebagai indikator regenerasi tulang. Tujuan: Mengevaluasi peningkatan kadar periostin pascaaplikasi RGD pada chitosan-periodontal ligament cell sheet PDLCS . Metode: Aplikasi chitosan-PDLCS dengan penambahan RGD n=3 dan tanpa RGD n=3 pada defek tulang satu dinding yang dibuat pada insisif lateral M. nemestrina. Sampel CKG dikumpulkan setiap minggu selama empat minggu dan disimpan dalam suhu -80 C. Analisis kadar protein menggunakan perangkat ELISA Human POSTN Elabscience. Hasil: Terdapat peningkatan kadar periostin pascaaplikasi RGD pada PDLCS dibandingkan kelompok non-RGD pada minggu pertama dan kedua, dan penurunan kadar periostin pada minggu ketiga dan keempat dengan perbedaan bermakna pada minggu kedua dan keempat p.
ABSTRACT
Background Periodontal regenerative therapy has limitations on one wall alveolar bone defect. Tissue engineering using periodontal ligament cell sheet on chitosan addition of adhesive molecule Arginylglycyaspartic Acid RGD is expected to increase periostin levels as an indicator of bone regeneration. Objective To see levels of periostin post application of RGD on chitosan periodontal ligament cell sheet PDLCS . Method Application of chitosan PDLCS with addition of RGD n 3 and without RGD n 3 on one wall bone defect made on the lateral incisor of M. nemestrina. The CKG sample was collected weekly for four weeks and stored at 80 C. Analysis of protein content using ELISA Human POSTN Elabscience. Results Periostin level was increased in RGD PDLCS compared to non RGD groups in the first and second weeks, and decreased periostin levels in the third and fourth weeks with significant differences in second and fourth weeks p
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Wijaya
Abstrak :
Latar Belakang: Kerusakan jaringan periodontal terjadi karena inflamasi terhadap invasi bakteri. Human beta defensin-1 adalah peptida antimikroba dan pertahanan pertama terhadap infeksi. Tujuan Penelitian: Membandingkan kadar ekspresi HBD-1 antara kelompok periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal Bahan dan Metode: Kadar HBD-1 dari 94 sampel CKG subjek periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal diukur dengan ELISA Hasil: Analisis Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar HBD-1 antara periodontitis kronis dengan normal (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara periodontitis agresif dengan normal, dan antara periodontitis kronis dengan periodontitis agresif. Kesimpulan: Kadar HBD-1 pada CKG menurun pada kondisi periodontitis kronis dan periodontitis agresif. ......Background: Periodontal disease is happened because inflammation reaction ro bacterial invasion. Human beta defensin-1 (HBD-1) is antimicroba peptide which regulate the first defense mechanism. Objectives: To compare level of HBD-1 between chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group. Material and Methods: Level of HBD-1 from GCF sample of chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group were assessed with ELISA. Results: Mann-Whitney analysis show different level of HBD-1 expression between chronic periodontitis and normal (p<0,05) and there was no significant difference (p>0,05) between aggressive periodontitis and normal, and between chronic periodontitis and aggressive periodontitis. Conclusion: Level of HBD-1 in GCF decreased in chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widodo
Abstrak :
Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner telah meluas dari suatu pandangan yang semula etiologi utama karena lemak yang abnormal menjadio proses inflamasi termasuk periodontitis. Tannerella forsythia adalah bakteri negatif Gram, anaerob, berbentuk batang fusiform yang diduga berperan pada kedua penyakit tersebut. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif T.forsythia pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak subgingiva dan kuantitatif T.forsythia dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Kuantitatif T.forsythia PJK tidak berbeda dengan non PJK. Tidak terdapat hubungan antara T.denticola dengan perdarahan gingival, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kuantitatif T.forsythia penderita PJK tidak berbeda dengan penderita non PJK. Kuantitatif T.forsythia tidak berhubungan dengan status periodontal. ......The pathogenesis of the development of atherosclerosis in subjects with coronary heart disease has evolved to the extent where abnormal fat accumulation was no longer the culprit, but rather a certain inflammatory process, including periodontitis. Tannerella forsythia is a Gram-negative anaerobic bacteria, with fusiform rod shape, that has played a role in inducing the development of both diseases. Objective : The aim of this study was to analyze the difference in quantitative measurement of Tannerella forsythia accumulated in the plaque and the periodontal status of subjects with and without coronary heart disease. Tannerella forsythia was counted by utilizing the Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Methods: Periodontal status of 66 CHD patients and 40 controls was obtained. Subgingival plaque was isolated. Tannerella forsythia level were measured using real-time PCR. Result: Tannerella forsythia level of CHD patients (-6,29 log10 CFU/ml) was significantly different from control (-19,63 log10 CFU/ml). Tannerella forsythia was not significntly associated with any periodontal status (p<0.05). Conclusion: Tannerella forsythia levels of CHD patients were higher than control. Tannerella forsythia was not associated with any periodontal status.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Francia, Maria Shisze
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Pola makan vegetarian diketahui memiliki efek positif terhadap kesehatan. Penelitian mengenai status periodontal pada vegetarian masih sedikit. Tujuan: Mengevaluasi kedalaman poket periodontal, resesi gingiva, dan kehilangan perlekatan pada vegetarian secara klinis. Metode: Penelitian potong lintang pada 30 orang vegetarian dan 30 orang non-vegetarian berusia 16-65 tahun. Pemeriksaan klinis jaringan periodontal meliputi kedalaman poket, resesi gingiva, dan kehilangan perlekatan. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) rerata kedalaman poket (Independent T-Test), resesi gingiva dan kehilangan perlekatan (uji Mann- Whitney) antara vegetarian dan non-vegetarian. Kesimpulan: Hasil evaluasi klinis terhadap kedalaman poket periodontal, resesi gingiva, dan kehilangan perlekatan tidak berbeda antara vegetarian dan non-vegetarian.
ABSTRACT
Background: Vegetarian diet is known to have positive effects on health. Only scarce data are available concerning the periodontal status in vegetarians. Objectives: To evaluate the periodontal pocket depth, gingival recession, and clinical attachment level in vegetarians clinically. Methods: A cross-sectional study of 30 vegetarians and 30 non-vegetarians aged 16-65 years. Clinical examination of periodontal tissues, including periodontal pocket depth, gingival recession, and clinical attachment level. Results: No significant mean differences (p>0,05) on periodontal pocket depth (independent T-test), gingival recession and clinical attachment level (Mann-Whitney test) between vegetarians and non-vegetarians. Conclusions: Clinical evaluation results of periodontal pocket depth, gingival recession, and clinical attachment level in vegetarians are not different between vegetarians and non-vegetarians.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling umum diderita oleh penduduk dunia. Ada peningkatan keparahan penyakit periodontal seiring dengan meningkatnya usia, disertai dengan terjadinya peningkatan akumulasi debris dan kalkulus. Data epidemiologi penyakit periodontal dapat menjadi sumber informasi dalam penyusunan rencana strategis dalam pencegahan dan penanganan penyakit periodontal pada masing-masing kelompok usia. Di Indonesia, data tersebut masih kurang. Tujuan: Mengetahui distribusi penyakit periodontal berdasarkan kelompok usia pasien di Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2004-2014. Metode: Penelitian cross sectional dengan subjek 2.069 kartu rekam medik. Hasil: Penyakit periodontitis kronis merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh kelompok usia remaja (59%), dewasa (73%), lansia, dan manula (82%). Status kebersihan rongga mulut pasien mayoritas buruk, pada masing-masing kelompok usia yaitu baik pada remaja akhir (35%), sedang pada dewasa awal (41%), buruk pada remaja awal (47%), dewasa akhir (47%), lansia awal (46%), lansia akhir (46%), dan manula (46%). Hasil uji korelasi Spearman’s rho antara penyakit periodontal dan status kebersihan rongga mulut dengan kelompok usia menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05), dengan nilai koefisien korelasi positif (r=0,251; r=0,102). Kesimpulan: Penyakit periodontal yang paling banyak diderita oleh seluruh kelompok usia adalah periodontitis kronis dengan status kebersihan rongga mulut pasien mayoritas buruk. Terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan status kebersihan rongga mulut dengan kelompok usia, dengan arah hubungan positif dan kekuatan hubungan lemah, Background: Periodontal diseases is one of the most common oral diseases suffered by world’s population. There is the tendency of increasing of disease’s severity also debris and calculus accumulation with an increasing of age. Epidemilogy data of periodontal diseases can be a source of consideration in creating strategic plan of treatment and prevention of periodontal disease based on age group. In Indonesia, these data are still indaequate. Objective: Discover the distribution of periodontal disease based on age group at Periodontal Clinic RSKGM FKG UI 2004-2014. Methods: The study design is cross sectional using 2,069 medical records. Results: Chronic periodontitis is the most common disease in teens (59%), adults (73%), and the elderly (82%). The majority of oral hygiene status is poor, spesifically good in late teens (35%), moderate in early adult (41%), poor in early teens (47%), late adult (47%), early elder (46%), late elder (46%) and seniors (46%). The result of Spearman's rho correlation test between periodontal disease and oral hygiene status based on age group shows significant differences (p <0.05), with a positive coefficient of correlation (r = 0.251; r = 0.102). Conclusion: The most common periodontal disease in every age group is chronic periodontitis with majority of poor oral hygiene status. There are a positive-weak-correlation between periodontal disease and oral hygiene status based on age group.]
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Sawitri
Abstrak :
ABSTRAK
Peningkatan prevalensi penyakit periodontal berhubungan dengan faktor peningkatan usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok. Data epidemiologi dapat menjadi sumber informasi dalam penyusunan rencana strategis dalam penanganan penyakit periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan penyakit periodontal berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan kebiasaan merokok di RSKGM FKG UI periode 2010-2015. Metode: Penelitian potong lintang dengan subjek 538 rekam medik. Hasil: Penyakit periodontal yang paling banyak diderita oleh seluruh kelompok usia adalah periodontitis kronis dengan mayoritas pasien wanita dan kebiasaan tidak merokok. Kesimpulan: Uji chi-square menunjukkan.
ABSTRAK
Background Prevalence of periodontal disease increasing by several factor such as age, gender, smoking habit. Epidemiology data of periodontal disease can be a source to create strategic plan to decrease the prevalence of the disease. Objective analyze relationship of periodontal disease by age, gender and smoking habit in RSKGM FKG UI period 2010 2015. Method The study design is cross sectional using 538 medical records. Result The most common periodontal disease in every age group is chronic periodontitis with majority of women and non smoking habit. Conclusion Chi Square test showed
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Haniyah
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Crossbite merupakan salah satu maloklusi yang sering ditemukan di masyarakat. Crossbite dapat menyebabkan trauma oklusi yang dapat memperberat penyakit periodontal. Masih jarang dijumpai penelitian yang langsung menghubungkan pengaruh crossbite terhadap jaringan periodontal. Tujuan penelitian: Menganalisis hubungan crossbite dengan status periodontal. Metode: Penelitian cross-sectional pada 68 subjek normalbite dan 68 subjek crossbite menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun kunjungan 20010-2015. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna p>0,05 rerata resesi gingiva, kehilangan perlekatan, dan perdarahan gingiva pada subjek normalbite dibandingkan dengan subjek crossbite. Terdapat perbedaan bermakna.
ABSTRACT
Background Crossbite is one of the most common malocclusion found in the society. Crossbite is a potential cause of trauma from occlusion and can be a cofactor of periodontal diseases. However, research on the effects of crossbite on periodontium is still rare. Objective To analyze the relationship between crossbite and periodontal status. Method A cross sectional study of 68 subjects with normalbite and 68 subjects with crossbite using dental records of patients in Klinik Integrasi RSKGM FKG UI during 2010 2015. Data was statistically analyzed by Mann Whitney test. Result There were no statistically significant differences p 0,05 in the mean values of gingival recession, loss of attachment, and gingival bleeding between normalbite and crossbite groups. However, statistically significant difference.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>