Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haris
"Kanker mulut rahim merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Human papillomavirus, sampai saat ini cara deteksi yang dilakukan melalui
pendekatan genomic yaitu deteksi berdasarkan keberadaan genom HPV,
misaikan metode Hybrid Capture dan PGR yang berhasil menolong banyak
nyawa wanita. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah mencari suatu
protein yang dapat mendeteksi keberadaan HPV sebagai alat deteksi dini.
Kanker mulut rahim disebabkan oleh onkoprotein E6 (|an E7 HPV yang
mengadakan ikatan dengan tumor suppresor gene sehingga menjadi tidak
berfungsi dan akan membuat pembelahan sel menjadi tidak terkontrol.
Metode yang digunakan adalah bioinformatik dengan menggunakan data
sekuens asam amino onkoprotein HPV dan Juga tumor suppressor gene p53
dan pRb yang bisa didapat dari database. Conserved region yang
digunakan adalah tumor suppressor gene p53 dan pRb dari hasil penelitan
yang ada kemudian dengan PS! BLAST dicari protein lain yang memiliki
f jfTjil!3n|35- Pfrj pp^^Tdiambil p^jp^rapg yang similar dan untuk
melihat sebarapa besar similiaritasnya dilakukan mplltiple alignment dengan
ClustalW 1.82. Hasil yang didapatkan akan dikembangkan lebih lanjut yang
akan digunakan untuk mendeteteksi keberadaan HPV sebagai penyebab
utama kanker mulut rahim"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Anna
"Oromaxillofacial infection is still a common case in daily dental practice. Usually, teeth are the sources of infection. Oromaxillofacial infection is usually mild, easily treated, and may only require the administration of antibiotics. If it is not treated appropriately, it will become severe, or be more complex that requires the hospitalization. A general practitioner dentist must understand the management of this infection in early stage to prevent the infection from becoming severe. This article will be comprehensively discussing the management of oromaxillofacial infection by general practitioner dentist."
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2006
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan penerbit FKUI, 2013
616.911 INF
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andina Bulan Sari
"Latar belakang : Kondilomata akuminata KA adalah vegetasi jinak di daerah anogenital yang disebabkan infeksi human papillomavirus. Sampai saat ini KA masih menjadi infeksi menular seksual IMS tersering. Pilihan modalitas terapi KA bervariasi. Pilihan utama modalitas terapi KA di Poliklinik Divisi IMS Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin IKKK Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo RSCM saat ini adalah tingtur podofilin 25. Namun penggunaannya sudah tidak disarankan lagi oleh World Health Organization dan European Guidelines Larutan asam trikloroasetat 90 adalah alternatif yang tersedia. Sampai saat ini belum ada penelitian yang secara langsung membandingkan efektivitas dan efek samping antara kedua terapi topikal tersebut.
Tujuan : Membandingkan efektivitas dan efek samping terapi topikal larutan asam trikloroasetat 90 dengan tingtur podofilin 25 pada KA genitalia eksterna dan atau perianal.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak terkontrol terbuka dengan desain paralel tidak berpasangan. Dilakukan randomisasi untuk membagi subyek penelitian SP ke dalam kelompok trikloroasetat dan kelompok podofilin. Pengolesan oleh dokter dan evaluasi efek samping dilakukan tiap minggu selama enam minggu. Efektivitas terapi dinilai pada akhir minggu keenam.
Hasil : Terdapat 49 SP dengan 10 SP di antaranya drop out namun seluruh SP disertakan dalam analisis intention to treat Pada akhir pengobatan proporsi respons terapi baik jumlah atau ukuran lesi berkurang ge 80 pada kelompok trikloroasetat sebesar 62 5 dibandingkan kelompok podofilin 28. Perbedaan proporsi tersebut bermakna secara statistik p 0 04 Keluhan nyeri dirasakan pada seluruh SP kelompok trikloroasetat dengan nyeri berat VAS 6 7 sebagai keluhan terbanyak 50 SP. Pada kelompok podofilin keluhan terbanyak adalah nyeri sedang VAS 3 5 pada 44 SP Efek samping obyektif berupa erosi terdapat pada 50 SP kelompok trikloroasetat.
Kesimpulan : Penutulan larutan asam trikloroasetat 90 setiap minggu selama enam minggu lebih efektif secara bermakna dibandingkan dengan tingtur podofilin 25 untuk terapi KA genitalia eksterna dan atau perianal. Efek samping nyeri ditemukan lebih sering dan lebih berat secara bermakna pada penutulan larutan asam trikloroasetat 90 Efek samping obyektif berupa erosi ditemukan lebih sering secara bermakna pada penutulan larutan asam trikloroasetat 90.

Background : Condylomata acuminata (CA) are benign vegetation on anogenital region caused by human papillomavirus infection. Condylomata acuminata are still the most prevalent sexually transmitted infection (STI). There are various modalities of CA treatment. The first line treatment modality in STI Division of Dermatovenerology Department Cipto Mangunkusumo Hospital is podophyllin tincture 25%, although no longer recommended by World Health Organization (WHO) and European Guidelines. Another treatment option is trichloroacetic acid 90% solution. There is no clinical study so far that compares the efficacy and side effects of both modalities.
Objective : To compare the efficacy and side effects between podophyllin tincture 25% and trichloroacetid acid 90% solutions for external genital and/or perianal CA treatment.
Methods : This study is a randomized open controlled clinical trial, with parallel and nonmatching design. All subjects randomly allocated into two trial groups, the trichloroacetic group and podophyllin groups. Application was performed by doctor every week for six weeks. The evaluation of efficacy was performed by the end of six weeks.
Result : There were 49 subjects participated in this study. Drop out were found in ten subjects, but all subjects were included in intention to treat analysis. The proportion of excellent response (number or site reduction of the lesions ≥ 80%) in the trichloroacetic group and the podophyllin group was 62,5% and 28% respectively. The difference was statistically significant (p = 0,04). Pain was found in all subjects of the trichloroacetic group, with severe pain (VAS 6-7) being the most prevalent side effects in 50% subjects. Moderate pain (VAS 3-5) was the most prevalent side effects in 44% subjects of podophyllin group. Erosion was found in 50% subjects of the trichloroacetic group.
Conclusion : The application of trichloroacetic acid 90% solution every week for six weeks is more effective than podophyllin tincture 25% for external genital and/or perianal CA treatment. Pain is more frequent and severe in trichloroacetid acid 90% solution application. Erosion is more frequent in trichloroacetid acid 90% solution application.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan: Insidensi Infeksi HPV pada Karsinoma Sel Skuamosa Oral dan Hubungannya dengan Mutasi p53 dan c-myc: Penelitian Kasus Kontrol pada Rumah Sakit Muwardi. Rata-rata angka kejadian kanker rongga mulut dan pharyng di negara berkembang per tahun diperkirakan pada kisaran 25 kasus per 100.000 penduduk. Saat
ini patogenesis kanker telah diketahui berhubungan dengan virus Human papilloma (HPV). Catatan lain bahwa mutasi pada gena p53 dan c-myc ditemukan pada 50% dari seluruh kejadian kanker. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian pasien Kanker Sel Skuamous Rongga Mulut (KSSRM) dengan infeksi HPV tanpa mutasi
gena p53 dan c-myc. Bahan dan Cara: Jaringan biopsi frozen sections dari pasien Sel Skuamous Rongga Mulut Jinak (SSRMJ) dan Kanker Sel Skuamous Rongga Mulut (KSSRM) yang dikumpulkan dari Bagian Penyakit Gigi dan Mulut RSUD dr Muwardi Surakarta mulai Januari 2007 hingga Januari 2008. Amplifikasi gena L1-HPV untuk mengetahui
keberadaan stressor HPV. Amplifikasi gena-gena p53 dan c-myc, dilanjutkan analisis Single Strand Comformational Polymorphisme (SSCP) dan diikuti pengukuran menggunakan densitometer untuk melihat keberadaan mutasi. Data yang terkumpul dianalisa menggunakan Uji Chi Square. Hasil: Pasien SSRMJ teridentifikasi 23% terinfeksi HPV dan pasien KSSRM teridentifikasi 73% terinfeksi HPV. Seratus persen pasien SSRMJ yang terinfeksi HPV tercatat tanpa mutasi pada gena p53 dan c-myc, 81% pasien KSSRM yang terinfeksi HPV tercatat tanpa mutasi gena p53 dan 91 % pasien KSSRM yang terinfeksi HPV tercatat tanpa mutasi gena c-myc. Analisis uji Chi Square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pasien SSRMJ dan KSSRM pada infeksi HPV tanpa mutasi gena p53 dan c-myc. Kesimpulan: HPV merupakan faktor untuk kejadian KSSRM.

Introduction: Annual incidence rates for oral and pharyngeal cancer are estimated at 25 cases per 100,000 in developing countries. Human papilloma virus (HPV) was implicated in pathogenesis of Cancer. The mutations of p53 and c-myc are found 50% in cancer. Objective: Aims of this research were to know the incidence of OSSC patient which realized HPV infection without p53 and c-myc gene mutation. Materials and Methods: Tissue biopsy frozen sections were taken from BOSC (Benign Oral Squamous Cell) and OSCC (Oral Squamous Cell Carcinoma) patients collected from Oral and Dental Departement of dr Muwardi Distric Hospital in Surakarta from January 2007 to January 2008. To
amplify L1-HPV gene for fixed the HPV stressor. To amplify p53 and c-myc genes, continued with SSCP (Single Strand Conformational Polymorphisme) analysis and followed with measurement using densitometer, to see mutation existence. The collected data were analyzed with Chi Square. Results: BOSC patient identified 23% with HPV infections and OSCC patient identified 73% with HPV infections. Hundred percent BOSC patient with HPV infection without mutation in p53 gene and c-myc gene, 81% OSCC patient with HPV infection without mutation in p53 gene and 91 % OSCC patient with HPV infection without mutation in c-myc gene. Chi Square analysis showed significant difference between BOSC and OSCC patients with HPV infection without mutation in p53 and c-myc gene. Conclusion: HPV is a factor for pathogenesis of OSCC."
Universitas Sebelas Maret, 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library