Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
ABSTRAK Polianilina sebagai sensor pH secara optik yang telah dilakukan oleh Zhe Jin et al, diperoleh hasil yang cukup baik dengan range pH yang bisa diukur 5-8. Poly(o-toluidine) adalah turunan dari polianilina yang mempunyai daerah serapan sinar tampak yang berdekatan dengan polianilina sehingga diharapkan poly(o-toluidine) ini bisa digunakan sebagai sensor pH sebagaimana polyaniline. Sintesis poly(o-toluidine) dilakukan untuk mendapatkan film poly(o-toluidine) yang digunakan sebagai sensor pH, dan serbuk poly(o-toluidine) untuk karakteristiknya. Kondisi polimerisasi optimum diperoleh dengan memvariasikan konsentrasi HCl, waktu, rasio inisiator dengan monomer, dan suhu. Yields polimer maksimum didapat pada kondisi kelebihan 1 M HCl pada suhu ruang dengan waktu perendaman 18 jam. Film POT sebagai sensor pH dapat mengukur pada daerah pH 2-8. Film POT sebagai sensor pH tidak dapat digunakan untuk sistem yang kontinyu, karena adanya efek hysteresis. Kata kunci : poly(o-toluidine), sensor pH, optik xiv + 82 hlm ; 16 gbr. ; 8 tab Daftar pustaka : 17 (1971-2004)
[Universitas Indonesia, ], 2005
S30283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Recarlo Zulkarnaen
Abstrak :
Penelitian mengenai pengaruh pengaruh pH air terhadap kematangan gonad ikan Rainbow boesemani (melanotaenia boesemani allen and cross, 1980) telah dilakukan. Sebanyak 150 ikan yang terdiri atas ikan jantan dan betina dibagi ke dalam 5 kelompok yang dipelihara dalam air dengan rentang nilai 6?7 (PK), pH 5?6 (P1), 7?8 (P2), 8?9 (P3),dan 9?10 (P4) selama 30 hari. Nilai IGS digunakan sebagai parameter utama, sedangkan persentase sel spermatozoa dan oosit tingkat V digunakan sebagai data pendukung. Nilai IGS terbesar pada ikan jantan dan betina (1,34% dan 3,92%) didapatkan pada P2, sedangkan nilai IGS jantan dan betina terendah (2,36% dan 0,93%) didapatkan pada P1. Persentase spermatozoa dan oosit tingkat V tertinggi (23,97% dan 21,87%) didapatkan pada P2, sedangkan persentase terendah (17,37% dan 9,28%) didapatkan pada P1. (Hasil uji analisis variansi (ANAVA) 1 faktor (P < 0,05) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan pH terhadap nilai IGS ikan Melanotaenia boesemani . Hasil uji beda nyata terkecil (LSD) (P < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara P1 dengan seluruh kelompok perlakuan lainnya; namun tidak ditemukan adanya perbedaan nyata pada kelompok perlakuan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa pH dengan rentang nilai 5?6 memberikan pengaruh negatif terhadap kematangan gonad dari M. boesemani.
A study about the effect of water pH value on gonad maturity of boesemani Rainbowfish (Melanotaenia boesemani Allen and Cross, 1980) has been conducted. A total of 150 fishes consisted of male and female fishes divided into 5 groups which kept with different pH values : 6?7 (PK), 5?6 (P1), 7?8 (P2), 8?9 (P3),and 9?10 (P5). The GSI value was used as the primary parameter, while the percentage of spermatozoa and stageV oocyte was used as supporting data. The highest IGS value for both the male and female fish (1.34% and 3.92%) was obtained at P2, while the lowest value (2.36% and 0.93%) was obtained at P1. The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (23.97% and 21.87%) was obtained at P2, while the lowest percentage (17.37% and 9.28%) obtained at P1. The result of the analysis of variance (ANOVA) (P <0.05) showed that different pH affect the IGS value of M.boesemani. The result of least significant difference (LSD) (P <0.05) showed a significant difference between P1 with all other treatment groups while there are no differences between other treatment groups. It proved that the pH value range of 5-6 negatively M.boesemani? gonadal maturity.
2016
S61775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Al Fath Widya Iswara
Abstrak :
Kasus kekerasan seksual dalam bentuk persetubuhan dapat terjadi pada perempuan usia reproduksi yang sedang mengalami keputihan. Sekitar 75-80% dari semua perempuan setidaknya sekali menderita infeksi kandidiasis vulvovaginal dan infeksi tersebut menyumbang lebih dari 25% vaginitis menular. Kondisi keputihan akibat kandidiasis disebabkan oleh perubahan mikrobioma vagina dapat menimbulkan perubahan pH dan jumlah neutrofil vagina yang memengaruhi motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina. Lama motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina baik pada kondisi fisiologis maupun patologis merupakan dasar pertimbangan bagi praktisi forensik dalam penentuan waktu terjadinya persetubuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pH, jumlah neutrofil, dan profil mikrobioma vagina terhadap motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina tikus kandidiasis. Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar dengan tikus jantan sebanyak 6 ekor untuk sampel spermatozoa dan tikus betina sebanyak 32 ekor untuk perlakuan. Tikus betina dibagi dua kelompok yaitu tikus normal dan tikus kandidiasis. Pada kedua kelompok tikus betina diberikan perlakuan berupa inseminasi semen dalam vagina. Variabel yang diukur adalah pH, jumlah neutrofil, profil mikrobioma, motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina. Analisis statistik perbedaan pH, jumlah neutrofil vagina, diversitas alfa mikrobioma, motilitas dan persistensi spermatozoa antara tikus kondisi normal dan model kandidiasis dengan uji Mann-Whitney, sedangkan perbedaan diversitas beta mikrobioma dilakukan uji permutational multivariate analysis of variance (Permanova). Estimasi survival motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina menggunakan kurva kesintasan Kaplan-Meier dengan uji log-rank untuk penilaian signifikansi. Hubungan antara pH, jumlah neutrofil dan profil mikrobioma vagina dengan motilitas dan persistensi spermatozoa, dengan uji korelasi Spearman dilanjutkan uji regresi linear berganda. Hipotesis terbukti apabila pada uji perbedaan, uji log-rank,dan uji korelasi didapatkan nilai signifikansi p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pH, jumlah neutrofil, motilitas dan persistensi spermatozoa antara kelompok tikus normal dengan tikus kandidiasis, namun tidak terdapat perbedaan profil mikrobioma tikus normal dan tikus kandidiasis. Kesintasan motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina lebih lama pada tikus normal dibandingkan tikus kandidiasis. Terdapat korelasi antara pH dan jumlah neutrofil dengan motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina tikus, namun tidak terdapat korelasi profil mikrobioma dengan motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina tikus normal dan tikus kandidiasis. Semakin tinggi pH dan jumlah neutrofil dalam vagina, maka motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina akan semakin menurun. Prosedur tambahan baru pada pemeriksaan kasus kekerasan seksual yang disarankan untuk dilakukan adalah pemeriksaan pH dan jumlah neutrofil vagina. ......Cases of sexual violence in the form of sexual intercourse can occur in women of reproductive age who are experiencing vaginal discharge. Approximate 75-80% of all women suffer from vulvovaginal candidiasis infection at least once and the infection accounts for more than 25% of infectious vaginitis. The condition of vaginal discharge due to candidiasis is caused by changes in the vaginal microbiome which can cause changes in vaginal pH and neutrophil count which affects the motility and persistence of spermatozoa in the vagina. Duration of motility and persistence of spermatozoa in the vagina, both physiological and pathological conditions is a basic consideration for forensic practitioners in determining time since intercourse. This study aimed to analyze pH, neutrophil count, and vaginal microbiome profile on the motility and persistence of spermatozoa in the vagina of candidiasis rat as a principles for determining the time since intercourse. An experimental study was conducted using white rats (Rattus norvegicus) Wistar strain with 6 male rats for spermatozoa samples and 32 female rats for treatment. Female rat were divided into two groups, namely normal and candidiasis rat. In both groups, female rat were given treatment in the form of vaginal insemination of semen. The variables measured included pH, neutrophil count, microbiome profile, motility and persistence of spermatozoa in the vagina. Statistical analysis of differences in pH, vaginal neutrophil count, microbiome alpha diversity, motility and persistence of spermatozoa between rat in normal conditions and candidiasis models was carried out using the Mann-Whitney test, while differences in microbiome beta diversity were carried out by the permutational multivariate analysis of variance (Permanova) test. Estimation of survival motility and persistence of spermatozoa in the vagina used the Kaplan-Meier survival curve with the log-rank test for significance assessment. The correlation between pH, neutrophil count and vaginal microbiome profile with spermatozoa motility and persistence, with the Spearman correlation test followed by multiple linear regression tests. The hypothesis is proven if the difference test, log-rank test and correlation test show a significance value of p<0.05.The results showed that there were differences in pH, neutrophil count, motility and persistence of spermatozoa between groups of normal and candidiasis rat, but there were no differences in the microbiome profiles of normal and candidiasis rat. The survival of motility and persistence of spermatozoa in the vagina is longer in normal rat than in candidiasis rat. There was a correlation between pH and the neutrophil count with the motility and persistence of spermatozoa in the vagina of rat, but there was no correlation between the microbiome profile and the motility and persistence of spermatozoa in the vagina of normal and candidiasis rat. The higher the pH and neutrophil count in the vagina, the motility and persistence of spermatozoa in the vagina will decrease. A new additional procedure in examining cases of sexual violence that is recommended to be carried out is checking the pH and vaginal neutrophil count.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elnesa Fitma S
Abstrak :
ABSTRAK
Renang adalah olahraga yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan manusia. Namun, pada kenyatannya tidak sedikit para pengguna kolam renang mengeluh mengalami iritasi mata berupa mata perih, gatal, merah, berair, bahkan pandangan buram setelah berenang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui kualitas air kolam renang berdasarkan pengukuran kadar sisa klor dan nilai pH pada air kolam renang, serta mengetahui pengaruhnya terhadap iritasi mata pada pengguna kolam renang. Variabel yang diteliti yaitu kualitas air kolam renang yang dinilai dari kadar sisa klor dan pH serta keluhan iritasi mata yang dirasakan pengguna kolam renang. Penelitian menggunakan desain Cross Sectional. Jumlah sampel adalah 100 orang pengguna kolam renang dengan beberapa kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kadar sisa klor yang tidak memenuhi syarat akan beresiko menimbulkan iritasi mata 3,5 kali lebih besar terhadap pengguna kolam renang dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pH kolam renang bagi yang mengalami mata merah dan yang tidak mengalami keluhan mata merah setelah berenang.
ABSTRACT
Swimming is sports which can improve the quality of life and human health.But, in fact not a little users pool complain experienced eye irritation of the eye sting, itching, red, watery, even consideration opaque after swimming. The study is done for the purpose know the quality of a pool water levels based on the measurement of the rest of chlorine and pH values in a pool water, and know their influence on eye irritation users on pool. Variable subjects that is the quality of water swimming pool discerned from the rest of chlorine levels and pH and complaint eye irritation felt users pool. The research uses design cross sectional .The total sample is 100 the user swimming pool with several criteria inclusion and exclusion .The result of the research indicated that the level of the rest of chlorine not qualified will is risk to generate eye irritation 3,5 times more likely to users pools and there are no significant differences between pH pool for those who are facing the red and not see any complaints eyes red after swimming.
Universitas Indonesia, 2016
S62609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran keasaman air hujan, partikulat yang tersuspensi di udara arah dan kecepatan angin permukaan di Kota Bandung dari tahun 1088 -1998. Untuk pengukuran pH digunakan alat pH meter Orion, analisis ion-ion digunakan alat spectrohotometer dan ion chromatography, pengkuran SPM digunakan alat High volume sampler, serta arah dan kecepatan angin digunakan alat arah dan kecepatan angin digunakan alat anemometer.
620 LAP 2:1 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Susu ibu adalah makanan utama pada bayi. Cara yang salah memberikan susu dapat menyebabkan kerusakan gigi, karena ASI mengandung laktosa sebagai karbohidrat kariogenik. Akan karbohidrat fermentasi oleh bakteri sebagai bakteri predisposision asidogenic. Lactobasilius adalah bakteri asidogenic utama dalam mulut. Bakteri ini ada di plak di suklus gingiva. Jadi lebih banyak bakteri yang ada pada bayi yang belum gigi dari gigi. Tujuan dar penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ASI terhadap pH saliva pada bayi yang memiliki gigi dan belum gigi. Subyek penelitian ini dengan 20 bayi (10 belum gigi dan 10 memiliki gigi) di Notoprajan, ngampilan Yogyakarta secara acak. Mengukur pH dengan pH digital. Air liur mengambil di 13 ment oleh dops oleh susu ibu. Analisis data dengan t0test dengan signifikan 5%. Hasil penelitian ini adalah ibu susu agar menurunkan pH air liur bayi. pH saliva semakin berkurang pada bayi yang memiliki gigi dari gigi tidak (th=11,58), p<0.05.
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christhania Cornelius
Abstrak :
ABSTRAK Resin komposit alkasit mampu melepaskan ion hidroksida sehingga dapat mempertahankan pH netral saliva. Ion yang dilepaskan lebih banyak pada suasana asam. Resin komposit alkasit dapat dipolimerisasi secara kimia dan/atau menggunakan sinar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan resin komposit alkasit polimerisasi kimia dan sinar dalam menetralkan saliva buatan. Jumlah spesimen 96 buah dibagi menjadi 16 kelompok perlakuan yang terdiri dari 2 kelompok saliva buatan (pH 4,5 dan 5,5), 2 kelompok metode polimerisasi (kimia dan sinar), dan 4 kelompok waktu perendaman (1, 3, 5, dan 7 hari). Spesimen berbentuk lempeng dengan diameter 15 mm dan tebal 1 mm yang direndam dalam 5 ml saliva buatan dan disimpan dalam inkubator bersuhu 37˚C. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pH saliva buatan pada seluruh kelompok perlakuan seiring dengan waktu perendaman. Berdasarkan uji statistik Independent T test dan Mann Whitney U, secara umum tidak terdapat perbedaan bermakna dalam meningkatkan pH saliva buatan antara kelompok metode polimerisasi kimia dan sinar. Sedangkan, terdapat perbedaan bermakna kenaikan pH saliva buatan pada kelompok yang direndam pada saliva buatan pH 4,5 dan 5,5. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan resin komposit alkasit polimerisasi kimia dan sinar sama baik dalam meningkatkan pH saliva buatan hingga hari ke 7, terutama dalam suasana yang lebih asam.
ABSTRACT Alkasite composite resin is able to release hydroxide ions so it can maintain a neutral pH of saliva. More ions released in an acid condition. This composite resin can be polymerized chemically or using LED light. This study aimed to determine the ability of self-cured and light-cured alkasite composite resin to neutralize artificial saliva pH. Ninety-six specimens were immersed in 5 ml of artificial saliva, 15 mm in diameter and 1 mm thick were divided into 16 groups consist of 2 groups of artificial saliva (pH 4,5 and 5,5), 2 groups of polymerization method (self-cured and light-cured), and 4 groups of immersion time (1, 3, 5, and 7 days). The result showed that there was an increase in the pH of the artificial saliva in all treatment groups over the time of immersion. The statistical test using Independent T test and Mann Whitney U showed that in general there were no significant differences between the polymerization method. Meanwhile, there were significant differences between the groups that immersed in each artificial saliva pH. It was concluded that self cured and light cured composite resin alkasite have the same ability to increase the pH of artificial saliva until the 7th day, especially in an acid condition.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edeh Roletta Haroen
Abstrak :
The aim of the research were to describe how salivary flow rate and pH vary with time during use of chewing and gustatory stimulation. Fifty young adult subjects collected unstimulated saliva by spitting method, and then collected stimulated saliva by chewing paraffin wax, and a few drops of citric acid are usually placed on the subjects tongue. The mean of saliva flow rate that unstimulated: 0.50 cc/minute; stimulated saliva by chewing paraffin wax:1.57 cc/minute, and drops of citric acid stimulation showed that saliva flow rate: 2.98 cc/minute; and pH saliva that unstimulated 6.39; stimulated saliva by chewing paraffin wax 7.2; and stimulated saliva by citric acid: 7.55. Statistical paired t test showed that t lower than t table. The conclusion of the research showed that there were significant influences in the unstimulated salivary flow rates and pH with stimulated saliva elicited by chewing and gustatory stimulation.
[Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
William Renaldi
Abstrak :
Polimer pH-sensitif merupakan polimer yang dapat mengalami perubahan sifat fisik dan kimia akibat perubahan pH. Polimer pH-sensitif dapat diaplikasikan ke berbagai hal, sehingga menarik untuk dipelajari dan diteliti lebih lanjut. Pada penelitian ini, telah disintesis poli((n-butil akrilat)-blok-(N-metilol akrilamida)) (PnBA-b-PNMA) melalui metode ATRP dengan komposisi unit monomer pada PNMA yang divariasikan dan diuji sensitivitasnya terhadap pH, dimana PnBA50-b-PNMA75 merupakan PnBA-b-PNMA yang paling sensitif terhadap pH dan ukuran partikel PnBA50-b-PNMA75 semakin kecil ketika suasana semakin asam atau basa. Selain itu, telah disintesis juga hidrogel P(nBA-ko-NMA) dengan polimerisasi radikal bebas dengan divariasikan jumlah nBA dan pengikat silang serta diuji sensitivitasnya terhadap pH, dimana hidrogel P(nBA25-ko-NMA75) (MBA 1%) merupakan hidrogel P(nBA-ko-NMA) yang paling sensitif terhadap pH dan kemampuan swelling pada hidrogel P(nBA-ko-NMA) semakin besar ketika suasana semakin asam atau basa. Selain itu, kemampuan swelling hidrogel semakin kecil ketika jumlah nBA bertambah, sedangkan semakin besar ketika konsentrasi MBA meningkat dari 0,25% hingga 1%. ......A pH-sensitive polymer is a polymer that can experience changes in physical and chemical properties due to changes in pH. pH-sensitive polymers can be applied to various things and thus, it become an interesting field to study. In this research, poly((n-butyl acrylate)-block-(N-methylol acrylamide)) (PnBA-b-PNMA) were synthesized via ATRP by varying the monomer composition of PNMA and study their sensitivity to pH, where PnBA50-b-PNMA75 was the most pH-sensitive PnBA-b-PNMA and the particle size of PnBA50-b-PNMA75 decreases in acidic or basic condition. Furthermore, P(nBA-co-NMA) hydrogels were synthesized via free radical polymerization by varying the amount of nBA and study their sensitivity to pH, where P(nBA25-co-NMA75) (MBA 1%) hydrogel was the most pH-sensitive P(nBA-co-NMA) hydrogel and the swelling ability of P(nBA-co-NMA) hydrogels increases in acidic or basic condition. Moreover, the swelling ability of hydrogel decreases by increasing the amount of nBA, but increases by increasing of the concentration of MBA from 0.25% to 1%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dibuat studi awal pembuatan sensor pH berdasarkan prinsip kerja FET, yang terdiri atas silikon tipe-p, tebal 0.1 mm yang dilapisi dengan Si02 dan alumunium (Si02/Si/A1). Permukaan Si02 adalah permukaan kontak sensor dengan cairan. Pelapisan Si02 dilakukan dengan cara meletakkan wafer Si pada udara luar selama 24 jam dan 48 jam setelah wafer dibersihkan dan dilapisi Al. Tanggap waktu sensor berkisar 40-50 detik, sedangkan sensitifitas sensor (4.7 ± 0.1) mV/pH
JURFIN 6:19 (2002)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>