Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Kholisah
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang kematian neonatal di Indonesia. Kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 11,1%. Kejadian BBLR di Kabupaten Majalengka tahun 2011 sebesar 3,7% dan proporsi terbanyak ada di wilayah Puskesmas Rajagaluh yaitu 7,6%. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi BBLR di wilayah Puskesmas Rajagaluh sebesar 7%, dan kejadian BBLR lebih tinggi pada ibu yang melahirkan dengan umur lebih dari 35 tahun, paritas lebih dari empat, jarak kehamilan kurang dari dua tahun, pada ibu yang anemia, ukuran LILA kurang dari 23,5 cm, dan pemberian tablet Fe kurang dari 90 tablet. Untuk mengatasi masalah BBLR di wilayah Puskesmas Rajagaluh perlu peningkatan kualitas antenatal pada ibu hamil, mempromosikan Keluarga Berencana dan perbaikan gizi pada ibu hamil dan Wanita sejak remaja.

Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the contributors to neonatal mortality in Indonesia. Incidence of LBW in Indonesia in 2010 was estimated at 11.1%. Incidence of LBW in Majalengka district in 2011 by 3.7% and the highest proportion in the region Rajagaluh health center is 7.6%. This study is a descriptive study.
The results showed that the proportion of LBW in the region of Rajagaluh Health Center is 7%, and the incidence of LBW was higher in mothers who gave birth to the age of more than 35 years, parity of more than four, a distance of less than two years of pregnancy, on maternal anemia, LILA size less of 23.5 cm, and giving tablet Fe less than 90 tablets. To overcome the problem of LBW in the Rajagaluh health centers to improve the quality of antenatal in pregnant women, promoting family planning and nutrition in pregnant women and women as a teenager.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Levene, Malcolm I.
Oxford: Blackwell science , 2000
618.920 1 LEV e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Hyperbillirubin adalah peningkatan kadar serum billirubin dalam darah yang
menimbulkan kuning pada tubuh. Hiperbilirubin dapat disebabkan karena trauma
lahir dan berat badan lahir rendah yang menjadi bagian dari lima kelompok besar
penyebab mortalitas bayi baru lahir diluar anoksia, hipoksia, dan prematur. Terapi
sinar adalah salah satu tindakan untuk mengurangi kadar serum billimbin dalam
darah. Terapi sinar dapat menimbulkan beberapa efek samping atau kompliksi salah
satunya adalah peningkatan suhu tubuh , bila tidak diatasi akan mengakibatkan
komplikasi Iainnya. Penelitian kali ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh bayi hiperbilirubin dengan
terapi sinar yang dirawat di ruang bayi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana yang dilakukan pada 14 bayi .
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa menggunakan deskriptif modus,
didapatkan hasil bahwa peningkatan suhu tubuh banyak teljadi pada hari kedua
penyinaran sebanyak 71,43 %.Hari kedua penyinaran didapatkan: usia bayi hari l
penyinaran sebanyak 9 bayi (64,3 %), suhu lingkungan diatas 32°C , cairan masuk
lebih dari 100 ml/kg BB dengan , cairan keluar lebih dari 100 ml/kg BB , dan kadar
semm bilirubin dalam darah lebih dari 12,5 gram % sebanyak 14 bayi (100 %). Selain
itu berat badan bayi kurang dari 2500 gram sebanyak 10 bayi (71,48%). Hal ini
menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh pada .
bayi hiperbilirubin dengan terapi sinar adalah usia bayi hari I penyinaran, suhu
lingkungan, keseimbangan cairan masuk dan keluar, berat badan dan kadar serum
bilirubin.
Harapan peneliti dengan adanya penélitian ini petugas kesehatan dapat
meminimalkan kejadian peningkatan suhu tubuh pada bayi yang mendapatkan terapi
sinar untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul karena peningkatan suhu tubuh
yang dapat menerunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4991
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Tina Shinta
"Hiperbilirubinelnia merupakan fenomena klinis yang sering ditemukan pada bayi
baru lahir. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan posisi
tidur selama fototerapi terhadap rata-rata kadar bilirubin total. Desain penelitian
adalah quasi experimental pre-post test with control group. Sampel yang
digunakan yaitu bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia, terdiri atas 20 bayi
kelompok intervensi dan 20 bayi kelompok kontrol. Analisis perbedaan kadar
bilirubin total menggunakan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan
tidak ada perbedaan yang bermakna pada kadar bilirubin total kelompok kontrol
dan kelompok intervensi, namun penurunan kadar biliiubin pada kelompok
intervensi lebih cepat dari pada kelompok kontrol. Penelitian ini
merekomendasikan perubahan posisi tidur dapat mempercepat penurunan kadar
bilirubin total.

Abstract
Hyperbilirubinemia is a clinical phenomenon that mostly appears to the newborn
baby. The purpose of the research is to identify the effect of changing sleeping
position during the phototherapy on the rate of total concentrate of bilirubin. The
research design was quasi experimental pre-post test with control group. The
sampel, was new born babies with hyperbilirubinemia; which were classified into
20 babies in intervention group and 20 babies in controlled group. The analysis of
different total bilirubin rate used independent t test showed that there was no any
significant differences on the total of bilirubin rate in controlled group and
intervention group. However, the total bilirubin rate reduction on the intervention
group was faster than control group. This research reccomended that sleeping
position changes can decrease the total bilirubin rate fastly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31024
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rondonuwu, Cherry Alisa Lidya
"ABSTRAK
Kejang pada neonatus merupakan gejala yang paling sering ditemukan dari gangguan neurologis pada periode neonatus. Kejang pada neonatus dapat terjadi sebagai akibat dari etiologi yang beragam dan ini sering menandakan adanya kerusakan atau malfungsi dari sistem saraf pusat yang belum berkembang sempurna. Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil dan luaran kejang pada neonatus serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Studi retrospektif dari data sekunder rekam medis Unit Perinatologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada periode Januari 2015 sampai Juni 2019. Semua neonatus di RSCM dengan usia kronologis ≤ 28 hari pada neonatus aterm atau ≤ 44 minggu sejak konsepsi pada neonatus prematur, dengan riwayat kejang atau mengalami kejang minimal satu kali selama perawatan, diikutkan dalam penelitian ini. Subjek dieksklusi bila terdapat kecurigaan kelainan bawaan dan rekam medis tidak lengkap. Pencatatan terhadap subjek meliputi riwayat antenatal, gejala klinis, hasil EEG dan neuroimaging, serta luaran. Studi dilakukan terhadap 108 subjek dan didapatkan jenis kelamin lelaki sebesar 59,3%, usia gestasi aterm sebesar 55,6%, serta berat lahir normal sebesar 52,8%. Kematian terjadi pada 38 (35,2%) subjek. Insidens kejang pada neonatus di Unit Perinatologi RSCM sebesar 3,3%. Karakteristik neonatus yang mengalami kejang adalah jenis kelamin lelaki, aterm, persalinan dengan bedah kaisar, riwayat resusitasi aktif, dan respons dengan pemberian obat anti kejang tunggal. Luaran meninggal pada penelitian ini sebesar 35,2% dengan faktor-faktor yang memengaruhinya yaitu usia gestasi, berat lahir, frekuensi kejang, dan penyakit penyerta sepsis.

ABSTRACT
Neonatal seizures are the most common manifestation of neurological disorders in the newborn period. Neonatal seizures may arise as a result of diverse etiologies and these events frequently signify serious damage or malfunction of the immature developing central nervous system. The study is aimed to determine neonatal seizures profile and factors that influence its outcome. This was a retrospective cohort study from secondary medical record data at Neonatology Unit of Cipto Mangunkusumo General Hospital (CMGH) between January 2015-Juni 2019. All neonates in CMGH with a chronological age of ≤ 28 days in a term infant or ≤ 44 weeks from conception in a preterm infant, with seizure or history of seizure were included in the study. Subjects were excluded if they were suspected of having congenital disorders or incomplete medical records. Data collected from the subjects include antenatal history, clinical symptoms, EEG findings, neuroimaging results, and outcome at discharge. A total of 108 subjects were included in the study and among neonates with seizures, 59,3% were male, 55,6% were born term, and 52,8 % had normal birth weight. Death occurred in 38 cases (35,2%). Incidens of neonatal seizure in Neonatology Unit of CMGH was 3,3%. Neonates who developed seizure characterized by male gender, term birth, delivered by section cesarean, history of active resuscitation, and respons to single antiepileptic drug. The mortality rate in this study was 35,2% with gestational age, birth weight, frequency of seizure, and sepsis being the factors that influence the outcome."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prastyani
"Tesis ini membahas rujukan kasus kegawatdaruratan Obstetri Neonatal oleh Bidan Desa ke Puskesmas mampu PONED di Kabupaten Bogor. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil Penelitian menyarankan bahwa setiap bidan desa harus tinggal di desa dan mendapatkan pelatihan APN dan PPGDON; puskesmas harus membuat sosialisasi dan pembinaan khusus untuk kegiatan PONED; Dinas Kesehatan harus memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) khusus untuk petugas PONED melalui mutasi dan promosi yang tepat; memenuhi kebutuhan sarana dan pembinaan terjadwal secara rutin; membuat penilaian kinerja Puskesmas mampu PONED sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan PONED di Kabupaten Bogor; memberikan bantuan biaya transportasi kepada masyarakat miskin yang akan dirujuk.

The focus of this study is the referral case of an obstetric and neonatal emergency by villagel midwives to the PONED preliminary health Center in Bogor District. This research is a qualitative study. This study results come up with some suggestions. Every midwife need to stay in the rural district and get the training PPGDON and training APN; PHC should make some socialization and coaching program related to PONED activities; Health Department in Bogor must fulfill the need of PONED human resources by some mutation and promotion; in addition, the supervision facility and observation need to be scheduled regulary; some indicator of success have to be developed in order to measure the PONED performance effectively; besides, the cost of transportation also should be allocated to protect the poor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30848
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Haryanto
"Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Garut mencapat 54,8 per l000 kelahiran hidup pada tahun 2005 dan anglca ini masih jauh diatas AKB Provinsi Jawa Barat (44 per 2000 kelahiran hidup). Rendahnya status kesehatan neonatal di Kabupaten Garut dapat dilihat dari masih banyak ditemukan kasus kematian neonatal dalam tiga tahun temkhir. Tahun 2003 ditemukan ada sebanyak 272 kasus kematian neonatal, dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 297 kasus. Penyebab tidak langsung dari kasus kematian neonatal ini adalah karena perilaku masyarakat yang belum mendukung dalam penanganan bayi baru lahir secara adekuat.
Tujuan pcnelitlan ini adalah diketahuinya determinan praktek ibu dalam perawatan neonatal di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Data Dasar Kesehatan Bayi Baru Lahir Esensial di Kabupaten Gantt Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross sectional, dengan populasi adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 1-ll bulan yang tinggal menetap di 10 kccamatan di Kabupaten Garut. Sampel berjumlah 577 ot-ang, diambil menggunakan vmetode cluster probability proportionate size.
Hasil penelitian memmjukkan dari 577 ibu, baru 48,5% yang melakukan praktek pcrawatan neonatal baik. Pengetahuan ibu lentang pemwatan neonatal berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal, dimana ibu bcrpengetahuan baik bepeluang 2,2 kali melakukan praktek perawatan neonatal secara baik dibanding dengan ibu yang berpengetahuan tidak baik, setelah dikontrol penyuluhan oleh tenaga kesehatan, duktmgan keluarga, pendidikan ibu dan pckerjaan ibu (OR = 2,2; 95% Cl = 1,2 ~ 3,7). Dukungan keluarga berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal, dimana ibu yang mcnilai dukungan keluarganya cukup, berpeluang 1,7 kali melakukan praktek perawatan neonatal sccara baik dibanding dengan ibu yang menilai dukungan kcluarganya kurang, setelah dikontrol oleh pengetahuan ibu, penyuluhan oleh tenaga kesehatan, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu (OR = l,7; 95% Cl = 1,0-3,0).
Oleh karena pcngetahuan ibu merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktek ibu dalam perawatan neonatal maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut uutuk berupaya meningkatkan pengetahuan ibu mclalui pelatihan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bagi bidan di desa (BdD) dan tokoh masyarakat, sebingga bidan di desa dan tokoh masyarakat terampil dalam menyampaikan intbrmasi tentang perawatan neonatal. Biden di desa perlu meningkatkan kegiatan penyampaian informasi tentang perawatan neonatal yang benar menurut kesehatan dengan lebih memanfaatkan buku KIA dan gambar-gambar dalam lembar balik, pada saat berkunjung ke rumah maupun dilcunjungi para ibu hamil serta ibu nifas dan keluarganya. Kcgiatan pemberian informasi ini agar dilakukan bertahap dan berulang sampai ibu tersebut bcnar-bcnar memahami dan mampu mempralctekkan perawatan neonatal sesuai kesehatan. Bidan di desa juga pcrlu meningkatkan upaya motivasi kepada para ibu hamil dan ibu nifas, agar mereka dapat mengadopsi perilaku sehat untuk diri dan bayinya, melalui kegiatan penyuluhan di posyandu dan di pengajian ibu-ibu.

In Garut District Infant Mortality Rate (IMR) is still low, 54,8_/ 1000 live births in 2005. lt’s higher than Ill/ill in West .lava44 I 1000 live births). The neonatal status in Garut district was still low wich was indicated by high neonatal deaths in the last three years. 'I`he neonatal mortality rate was increased from 272 cases in 2003 to 297 cases in 2005. Indirect causes of neonatal deaths was inadequate newborn care.
The objective of this research is to know the determinants of mother’s pmotico on neonatal sore in Garut district in 2007. This study using data from Baseline Survey of Neonatal Care Essential in Gantt District in 2007. Cross sectional design was used with 577 mothers with babies I-11 months as a sample. Sample design was 2 stages cluster and sample were selected using probability proportionate to size (PPS).
This research showed only 48,5% of mothers practice on neonatal care well. There was a significant relationship between mother’s knowledge and practice on neonatal care after adjusted by education and conselling from health provider, family support. mothers education and motl;or’s worklrlg status. Mothers who had good knowledge about neonatal care had chance 2,2 times to practice well on neonatal care compare to mother with not good of knowledge (OR = 2,2; 95% CI = 1,2-3,7). There was a significant relationship between families support and practice on neonatal care alle: adjusted by mother’s knowledge, education and conselling from health provider, mother‘s education and mother’s working status. Mothers who had enough of families support had chance 1,7 times to practice well on neonatal care compare to mother with not enough families support (OR = l,7; 95% Cl = 1,0-3,0).
Because of mothers knowledge is the most dominant factor significant relationship with practice on neonatal care, suggestions to do like communication skill training, communication, information and education process to increase village midwives’s and community leaders skill ability to give infomation about neonatal care to pregnant women and their ti-smilies, postnatal mother and their families need to be done. information about essential neonatal care, by using Mother and Child books, pictures folds, while health workers visiting mother and her family is important. These activities need to be done repeatedly until mother and her family could adopt and do neonatal care correctly based on health standard. Improve regnant and postnatal women motivation to adopt health behaviour in Posyandu and women religion meeting are very important to be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34429
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Rosita
"Kematian neonatus masih merupakan masalah di dunia, hampir 2/3 dari kematian neonatal terjadi pada minggu pertama. Upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan mulai dari bayi baru lahir hingga berusia 28 hari melalui KN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi Ibu bayi tentang kelengkapan pemeriksaan saat KN1 di Kec. Pocowarno, Kebumen periode Mei tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah deskreptif kuantitatif dengan design cross sectional. Penelitian ini menggunakan total populasi yaitu sebanyak 108 orang ibu yang memiliki bayi >2 hari -≤6 bulan. Hasil penelitian: Rata-rata umur 28 tahun. Rata-rata paritas 2 kali, 40.7%lulus SMP, 75% ibu rumah tangga. 36.1% persalinan di rumah,82.4% ditolong bidan. 50.6% berpengetahuan baik tentang kelengkapan pemeriksaan, 2.8%merawat talipusat secara tradisional,59.3% memberi air gula/madu, 0.9%menghamparkan bayi di tampah,9.3% membuang kolostrum. 56.5%Kn1 tepat waktu,26.9% melakukan pemeriksaan dengan standar essensial, 25% menggunakan standar buku KIA. 74.1%pemeriksaan tidak dengan alat yang lengkap.39.8% Buku KIA tidak diisi dan 88.9% responden berpersepsi bahwa pemeriksaan sudah lengkap.

Neonatal mortality is still a problem in the world, nearly two thirds of neonatal deaths occur during the first week. Efforts made to improve the quality of service of the start of the newborn to the age of 28 days by visiting the neonate. The purpose of this study was to describe the baby's mother's perception of the completeness check when KN1 in the district. Pocowarno, Kebumen period May 2012. This type of research is quantitative deskiptif with cross sectional design. This study uses a total population of as many as 108 mothers who had infants> 2 days - ≤6 months. The results: The average age of 28 years. The average parity 2 times, 40.7% graduated from high school, 75% housewives. About 36.1% of births at home, 82.4% helped by a midwife. Abourt 50.6% knowledgeable both about the completeness of the examination, 2.8% traditional care of umbilcal, 59.3% gave sugar water / honey, 0.9% out the baby in "Tampah", 9.3% discard colostrum. About 56.5% neonates visited on time, 26.9% perform the essential standards, 25% using standard KIA book. About 74.1% inspection use uncomplete tool and 39.8% KIA book is not filled. About 88.9% of respondents had perception that the examination is complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Apriliawati
"Tujuan Karya Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran penerapan Teori Konservasi Levine dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada neonatus sakit, serta memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam Praktik Residensi Spesialis Keperawatan Anak. Asuhan keperawatan berdasarkan Model Konservasi Levine digambarkan pada 5 kasus yang dikelola. Masalah keperawatan secara umum terjadi pada kasus adalah risiko atau gangguan pola nafas, risiko ketidakseimbangan cairan, ketidakseimbangan nutrisi, risiko gangguan termoregulasi, risiko infeksi dan risiko gangguan integritas kulit. Evaluasi yang didapatkan pada kelima kasus tersebut adalah satu bayi masih mengalami gangguan pola nafas, tidak terjadi ketidakseimbangan cairan, ketidakseimbangan nutrisi teratasi, tidak terjadi gangguan termoregulasi, tidak terjadi infeksi dan tidak terjadi gangguan integritas kulit. Sebagai Perawat Spesialis Keperawatan Anak, residen telah menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, promotor kesehatan, edukator, konsultan, inovator dan peneliti.

The purpose of this thesis is to get description of the application of Levine conservation theory, especially in nutrition need fulfillment forneonatal illness. It also shows competency accomplishment in pediatric nursing spesialist residency practice. Nursing care is based on Levine Conservation model, which is discribed in 5 different cases. In general, frequent nursing problem occured are risk or breathing pattern ineffective, the risk of fluid imbalance, nutrition imbalance, risk of impaired thermoregulation, risk of infection and impaired skin integrity. Evaluation results in the fifth case was one baby still having problems breathing pattern, notan imbalance of fluids, nutritional imbalance was resolved, no disturbance of thermo regulation, no infection and no disruption of skin integrity. As a Pediatric Nurse Specialist, residents have been carrying out its role as provider of nursing care, health promoters, educators, consultants, innovators and researchers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Iskandar
"Latar Belakang: Mortalitas neonatus global terjadi pada 19/1000 kelahiran hidup dan 35% diakibatkan komplikasi prematuritas dan ketuban pecah dini (KPD) preterm terjadi pada 30-40% dari seluruh kasus. Manajemen KPD preterm memerlukan ketepatan diagnosis, rujukan, dan intervensi agar tidak terjadi morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Di RS Cipto Mangunkusumo terdapat 737 persalinan preterm dari 1524 total kelahiran tahun 2017.
Tujuan: Mengetahui hubungan proses rujukan terhadap luaran neonatus pada kasus ketuban pecah dini pada kehamilan preterm.
Metode: Kohort retrospektif di RS Cipto Mangunkusumo pada pasien rujukan KPD preterm bulan Januari 2016-September 2017. Analisis statistik dengan SPSS 20.0.
Hasil:
Terdapat 214 kasus KPD preterm. Asal rujukan terutama dari rumah sakit dan 36 kasus dirujuk karena tidak ada NICU dan 66 kasus karena fasilitas yang ada tidak mencukupi. Pemeriksaan sesuai standar pada 91 kasus, pemberian antibiotika pada 161 kasus dan pemberian kortikosteroid di tempat rujukan 143 kasus. Terdapat 94 neonatus dengan komplikasi; korioamnionitis klinis(18.69%), APGAR skor menit 1<7(19.16%), APGAR skor menit 5<7 (9.8%), RDS(32.34%), sepsis(37.38%) dan mortalitas(9.8%). Dari analisis multivariat, hubungan didapatkan antara asal rujukan dengan APGAR skor menit 1, usia kehamilan dan kortikosteroid dengan RDS, usia kehamilan, lama rujukan, kortikosteroid dan korioamnionitis klinis dengan sepsis neonatus.
Kesimpulan: Alur rujukan KPD preterm berlangsung sesuai alur rujukan berjenjang. Terdapat hubungan antara proses rujukan dengan luaran neonatus.

Background:  Neonatal mortality rate is 19/1000 live birth worldwide with 35% mortality due to complication of prematurity. Preterm premature ruptured of membrane caused 30-40% preterm birth. In Cipto Mangunkusumo hospital, total of peterm birth in 2017 was 737 cases from 1524 total birth. To prevent neonatal and maternal morbidity and mortality, prompt diagnosis, referral process and obstetric intervention are needed.
Purpose: To evaluate the correlation between referral process and neonatal ocutcome in preterm premature ruptured of membrane.
Method: This research was conducted in Cipto Mangunkusumo hospital on January 2016 to September 2017 with retrospective cohort study. Referral data and neonatal outcomes who fulfilled the inclusion criteria were collected and analyzed.
Result: From data collection from January 2016 to July 2017, 334 cases with preterm premature ruptured of membrane and 214 cases fulfilled the inclusion criteria. Patients most  reffered from hospital due to limited facility (35.29%) and due to NICU was full (64.71%). Administration of antibiotic was found in 75.23% cases and 66.82% cases with corticosteroid administration from the first referral provider. Newborn with complication was found in 43.93%; clinical chorioamnionitis (18.69%), APGAR score minute 1 <7 (19.16%), APGAR score minute 5 <7 (9.8%), RDS (32.34%), neonatal sepsis (37.38%) and early neonatal mortality (9.8%). From bivariate analysis, first care provider has correlation with APGAR score minute 1 < 7 (p=0.00 1), RDS (p=0.003), and neonatal sepsis (p=0.01). Administration of corticosteroid correlated significantly with APGAR score minute 1 < 7 (p=0.003, RR 0.4, CI95% 0.23-0.96), RDS (p=0.002, RR 0.46, CI95% 0.27-0.79) and neonatal sepsis (p=0.001, RR 0.46, CI95% 0.28-0.75). Time of referral correlated significantly with neonatal sepsis (p=0.014, RR 1.7, CI95% 1.2-1.26). After multivariate analysis, correlation found in: first care provider with APGAR score minute 1, gestational age and corticosteroid administration with RDS, gestational age, length of referral and corticosteroid administration with neonatal sepsis.
Conclusion: There is correlation between referral process and neonatal outcome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>