Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adisresti Diwyacitta
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Multipel sklerosis (MS) merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi dan demielinasi pada sistem saraf pusat dimana sering melibatkan nervus optikus (94-99%). Namun hanya sekitar 20% yang mengalami neuritis optik (NO). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan struktur dan fungsi nervus optikus antara pasien MS dengan kontrol normal, perbedaan pada kelompok MS selama pengamatan satu tahun, serta hubungannya dengan durasi penyakit, jumlah relaps, derajat disabilitas, dan subtipe MS.

Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang melibatkan 58 mata pasien MS. Fungsi nervus optikus dinilai dengan visus, sensitivitas kontras, dan latensi P100. Sedangkan struktur nervus optikus dinilai dengan melihat ketebalan GCIPL, RNFL melalui pemeriksaan Optical Coherence Tomography (OCT), dan gambaran fundus.

Hasil: Struktur dan fungsi nervus optikus kelompok MS lebih buruk dibandingkan dengan kontrol normal. Selama pengamatan 6 dan 12 bulan, lapisan GCIPL dan RNFL pada kelompok MS mengalami penipisan. Durasi penyakit dan jumlah relaps berkorelasi dengan pemanjangan latensi P100 (r=-0,61, p<0,001 dan r=-0,46, p=0,02). Lapisan GCIPL dan RNFL lebih tipis pada subtipe SPMS dibandingkan RRMS.

Kesimpulan: Struktur dan fungsi nervus optikus pasien MS lebih buruk dibandingkan orang normal. Terjadi penipisan GCIPL dan RNFL dalam 6 dan 12 bulan namun tidak berkorelasi dengan durasi penyakit, jumlah relaps, dan derajat disabilitas.
ABSTRACT
Background: Multipel sclerosis (MS) is an autoimmune disease that causes inflammation and demyelination of central nervous system which often involves the optic nerve (94-99%). However, only about 20% patients experience optic neuritis (ON). This study aims to determinate the optic nerve structure and function differences between MS patients and healthy controls (HC), the optic nerve changes in MS group over 1-year follow up, and its correlations with the disease duration, number of relapses, degree of disability, and MS subtype.

Methods: This is a prospective cohort study involving 58 eyes of MS patients. Optic nerve function was evaluated by visual acuity, contrast sensitivity, and P100 latency. While the optic nerve structure was assessed by looking at GCIPL and RNFL thickness through Optical Coherence Tomography (OCT), also fundus appearance.

Results: Optic nerve structure and function of MS group were worse than HC. During 6 and 12 months observations, GCIPL and RNFL in MS group were depleting. The disease duration and number of relapses correlated with delayed P100 latency (r=-0,61, p<0,001 and r=-0,46, p=0,02). GCIPL and RNFL in SPMS subtype were thinner than in RRMS.
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Hidrogen merupakan salah satu unsur yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif karena BBH atau bahan bakar hidrogen bersifat ecoenergi dengan proses pembakaran yang hanya menghasilkan air dan energi (listrik dan panas). Salah satu teknologi penghasil hidrogen adalah dengan metode Contact Glow Discharge Elektrolisis atau CGDE. Penelitian ini menggunakan metode CGDE dengan multi katoda dan penambahan etanol dengan tujuan dapat meningkatkan laju produksi hidrogen dan efektivitas proses.pada penelitian ini akan dilihat pengaruh penambahan jumlah katoda, pengaruh konsentrasi etanol dan diameter katoda terhadap laju produksi dan efektivitas hidrogen. Dari karakterisasi arus dan tegangan yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa arus akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah katoda. Penggunaan multi katoda pada proses CGDE juga terbukti meningkatkan produksi hidrogen pada tegangan dan konsumsi energi yang sama. Penambahan zat aditif etanol juga dilakukan pada penelitian ini dan memperoleh hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi etanol maka akan semakin tinggi produksi dan efektivitas gas Hidrogen yang dihasilkan. Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa semakin besar diameter katoda maka laju produksi akan semakin tinggi, namun konsumsi energi menjadi meningkat dan tidak sebanding dengan peningkatan laju produksi sehingga menghasilkan efektivitas yang semakin kecil. Proses CGDE multi katoda pada penelitian ini menunjukkan peningkatan efektivitas proses sebesar 76 kali lipat dibandingkan dengan elektrolisis Faraday., Hydrogen is one of elements that can be used as an alternative energy. The combustion of Hydrogen only produces water and energy. Therefore, hydrogen is called as ecoenergy. One of technology that can produce hydrogen is Contact Glow Discharge Electrolysis or CGDE. CGDE is one of plasma electrolysis that uses electrolyte solution and inert electrode to produce hydrogen in high voltage. This research uses CGDE method with multi-cathode and ethanol in order to increase hydrogen production and the effectivity of process. In this research, we will explore the effect of increasing cathode number, etanol addition, and increasing of cathode diameter. From characterization of current and volatge, we can conclude that the increasing of cathode number can increase the current that through into cathode. Utilization of multi-cathode in CGDE is proven that can increase the hydrogen production at the same voltage and energy consumption. The addition of ethanol has done in this research and we can conclude that when we increase the concentration of ethanol, the hydrogen production will be increased either at the same voltage. In addition, this research also prove that the bigger diameter of a cathode will increase the production rate, but the energy consumption increases higher than the production rate. Therefore, the increasing of diameter of cathode is not effective to use in CGDE. The CGDE multi-cathode on this research indicated increasing of effectiveness as much as 76 times higher than the Faraday Electrolysis.]
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Novita Nayunda Sari
Abstrak :

Multiple myeloma adalah kondisi dimana sel plasma neoplastik berkembang dan mengisi ruang sumsum tulang yang menyebabkan kerusakan integritas tulang. Manifestasi klinis umum yang terjadi pada pasien multiple myeloma adalah nyeri kronik. Nyeri kronik dihubungkan dengan kondisi muskuloskeletal kronis yang menyebabkan pasien mengeluhkan nyeri yang sangat hebat pada area tulang. Umumnya pasien multiple myeloma dilakukan tatalaksana kemoterapi untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker dan mengurangi gejala yang timbul, tetapi sering kali pasien mengeluhkan mual dan muntah pasca dilakukan kemoterapi. Hal ini menyebabkan pasien dapat mengalami peningkatan frekuensi mual setelah kemoterapi. Untuk mengatasi dua kondisi tersebut, salah satu intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan dengan mudah untuk menurunkan nyeri dan mual adalah dengan pemberian swedish massage dan aromaterapi citrus. Melalui hasil karya ilmiah ini, telah dilaporkan hasil analisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien multiple myeloma dengan penerapan swedish massage dan aromaterapi citrus untuk menurunkan intensitas nyeri dan mual. Metode yang digunakan adalah case study pada Ibu berusia 60 tahun dengan multiple myeloma disertai kondisi somatic pain shoulder dextra ec cancer pain dd closed fracture. Intervensi swedish massage dan pemberian aromaterapi citrus dilakukan selama 4 hari, dimana setiap pijatan dilakukan selama 20 menit dan untuk aromaterapi diberikan selama enam jam. Kemudian dilakukan evaluasi menggunakan skala nyeri numeric rating scale dan untuk mual menggunakan Rhodes Index Nausea, Vomitting, and Retching (RINVR). Hasil intervensi menunjukkan bahwa penerapan swedish massage dan aromaterapi citrus terbukti dapat menurunkan intensitas nyeri dan mual. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan penerapan swedish massage dan aromaterapi citrus dilakukan pada pasien multiple myeloma untuk menurunkan intensitas nyeri dan mual. ......Multiple myeloma is a condition in which neoplastic plasma cells develop and fill the bone marrow space causing damage to bone integrity. Common clinical manifestations that occur in patients with multiple myeloma is chronic pain. Chronic pain is associated with chronic musculoskeletal conditions that cause patients to feeling of severe pain in the bone area. Generally, multiple myeloma patients are treated with chemotherapy to slow the growth of cancer cells and reduce the symptoms that arise, but patients often feels of nausea and vomiting after chemotherapy. This causes patients to experience an increase in the frequency of nausea after chemotherapy. To overcome these two conditions, one of the independent nursing interventions that can be done easily to reduce pain and nausea is by giving swedish massage and citrus aromatherapy. Through this paper, it has been reported the results of an analysis of the implementation of nursing care in multiple myeloma patients with the application of swedish massage and citrus aromatherapy to reduce pain intensity and nausea. The method used is a case study in a 60 year old mother with multiple myeloma accompanied by somatic shoulder pain dextra ec cancer pain dd closed fracture. The swedish massage intervention and the administration of citrus aromatherapy were carried out for 4 days, where each massage was carried out for twenty minutes and for aromatherapy it was given for six hours. Then an evaluation was carried out using a pain Numerical Rating Scale (NRS) and for nausea using the Rhodes Index Nausea, Vomitting, and Retching (RINVR). The results of the intervention showed that the application of swedish massage and citrus aromatherapy was proven to reduce the intensity of pain and nausea. Therefore, the authors recommend the application of Swedish massage and citrus aromatherapy to multiple myeloma patients to reduce pain intensity and nausea.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manalu, Herland Franley
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas jumlah opsi pada format tes Pilihan-Ganda (PG) yang lebih optimal digunakan pada Ujian Nasional SMA di Indonesia. Dua format tes PG 5-opsi, yang masing-masing berisi 50 butir soal, digunakan sebagai instrumen penelitian. Salah satu dari format tes PG 5-opsi tersebut kemudian dimodifikasi menjadi format tes PG 4-opsi dengan cara menghapus satu pilihan pengecoh (distracter) yang tidak berfungsi pada tiap butir soal. Kedua format tes PG yang berbeda tersebut diberikan kepada 2 kelompok di 2 SMA Negeri. Untuk menegaskan hasil penelitian, kuesioner diberikan secara acak kepada 120 siswa SMA dan 15 guru bahasa Inggris SMA. Hasil dari kedua format tes PG tersebut dikorelasikan dengan hasil analisis data kuesioner. Dalam penelitian ini, Classical method dan Rasch model digunakan untuk membandingkan tingkat kesulitan butir soal, daya diskriminasi soal, keefektifan distrakter dan reliabilitas diantara kedua format tes PG tersebut. Terdapat perubahan yang signifikan pada item difficulties (p<0.05) dan item discrimination diantara kedua format tes PG. Penelitian ini menemukan bahwa format tes PG 4-opsi lebih sulit daripada format tes PG 5-opsi. Format tes PG 4-opsi lebih praktis dan lebih optimal diteskan di UN SMA karena memiliki pilihan-pilihan pengecoh yang lebih masuk akal.
ABSTRACT
The focus of this study is determining the most optimal number of options in Multiple-Choice test format for Indonesian national examinations in senior high schools. Two five-option MC formats English UN tests, which consist of 50 items per test format, were used as the elicitation devices in this study. One of the fiveoption formats was then converted to the four-option MC format by eliminating the non-functioning distracters in each item. The two different MC test formats were given to 2 groups within 2 SMAN schools. To confirm the results of the study, questionnaires were randomly disseminated to 120 SMA students and 15 English teachers. The results of the two MC test formats were correlated to the results of the questionnaires data analysis. The results suggested that the fouroption format were more difficult than the five-option format. The Classical method and Rasch model were applied to compare item difficulties, item discrimination, distracter measure correlation and reliabilities across the two MC test formats. There was significant change observed in item difficulties (p<0.05), item discrimination across the two MC test formats. Considering the practicality for developing MC tests with more plausible distracters, four-option MC format was concluded to be optimal.
2013
T36118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyono
Abstrak :
Pajanan timbal di dunia masih diperkirakan sebesar 0,6% dari beban penyakit global dan beban tertinggi pada kawasan negara berkembang. Salah satu sumber pencemaran timbal yang menjadi perhatian saat ini adalah peleburan aki bekas. Sistem saraf merupakan target utama toksisitas timbal dan mengakibatkan penurunan IQ (Intelegence Quotient). Anak-anak merupakan populasi rentan salah satunya dikarenakan masih dalam tahap perkembangan otak. Kadar timbal dalam darah merupakan indikator yang paling baik untuk menunjukkan current exposure. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kadar timbal dalam darah terhadap tingkat kecerdasan (majemuk) siswa sekolah dasar dengan menggunakan studi cross sectional. Kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan verbal dan kecerdasan logis-matematis dijadikan sebagai outcome. Pengambilan sampel darah dilakukan pada dua sekolah di lokasi yang berbeda yaitu 60 siswa MI Baitussaa?adah di Kabupaten Tangerang dan 69 siswa SDN Bulutengger di Kabupaten Lamongan. Rata-rata kadar timbal dalam darah anak di Kabupaten Tangerang adalah 39,18 μg/dl dimana 100% melebihi batas normal (CDC 1997) sedangkan rata-rata kadar timbal dalam darah anak di Kabupaten Lamongan adalah 11,76 μg/dl dimana 59,4% melebihi batas normal. Kadar timbal dalam darah berhubungan signifikan dengan tingkat kecerdasan majemuk (nilai p=0,008; OR=3,45; CI 95%=1,35-8,83). Variabel lainnya yang berhubungan signifikan yaitu wilayah tinggal (nilai p=0,001; OR=5,28; CI 95%=2,49-11,22), pendidikan orang tua (nilai p=0,002; OR=3,03; CI 95%=1,48-6,21) dan ketidakhadiran karena sakit (nilai p=0,002; OR=3,11; CI 95%=1,51-6,41). Dalam analisis multivariat, kadar timbal dalam darah berhubungan dengan tingkat kecerdasan (majemuk) pada anakanak setelah dikontrol variabel pendidikan orang tua. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pajanan timbal karena peleburan aki bekas sudah membahayakan. Oleh karena itu, industri yang melibatkan bahan timbal dalam proses produksinya harus diberhentikan atau dipindahkan menjauh dari masyarakat.
Lead exposures in the world was estimated at 0.6% of the global disease burden and the highest burden in developing countries. One of lead exposure sources concern now is battery recycling. The nervous system is the main target of lead toxicity and can decrease IQ points. Children are the vulnerable population because of their brain are still developing. Blood lead levels are the best indicator to show the current exposure. The objective of this study to determine the relationship between blood lead levels with multiple intelligence level of elementary school students by using a cross sectional study. Multiple intelligences level consisting of verbal and logical-mathematical intelligence used as the outcome. Blood sampling conducted at two schools in different locations that is 60 students MI Baitussaa'adah in Tangerang Regency and 69 students SDN Bulutengger in Lamongan Regency. Blood lead levels averages in Tangerang Regency is 39,18 μg/dl which 100% exceed threshold limit values (≥10 μg/dl) and blood lead levels in Lamongan Regency is 11,76 μg/dl which 59,4% exceed threshold limit values. Results of this study is blood lead levels significantly associated with multiple intelligences level (p value= 0.008; OR = 3.45; 95% CI = 1.35 to 8.83). Other variables associated significantly with multiple intelligences levels such as living area (p = 0.001; OR = 5.28; 95% CI = 2.49 to 11.22), parental education (p = 0.002; OR = 3.03; 95% CI = 1.47 to 6.21) and the frequency of absence caused by illness (p = 0.002; OR = 3.11; 95% CI = 1.51 to 6.41). In multivariate analysis, blood lead levels associated with multiple intelligences levels in children after being controlled by parental education variable. This study suggested lead exposure by battery recycling is endanger. Therefore, the industry involving lead substances should be stopped or moved far away from the community.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Firdausia
Abstrak :
Latar Belakang: Multipel sklerosis (MS) merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi dan demielinasi pada sistem saraf pusat. Proses tersebut mengakibatkan penurunan volume, tidak hanya di substansia alba namun juga di substansia grisea. Laju atrofi tersebut berlangsung lebih cepat 0,5-1,3% per tahun dibandingkan orang normal 0,1-0,4% per tahun. Proses inflamasi dan atrofi tersebut menyebabkan semakin beratnya disabilitas pada pasien dan nantinya memengaruhi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara atrofi baik di substansia alba dan grisea dengan derajat disabilitasnya serta mencari faktor-faktor yang memengaruhi atrofi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain deskriptif potong lintang yang melibatkan 28 pasien MS. Seluruh pasien MS dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan EDSS, pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal, dan MRI kepala kontras. Gambaran MRI potongan 3DT1 diambil dan dilakukan penghitungan volume otak dengan piranti lunak freesurfer 6.0. Hasil: Volume substansia alba maupun grisea pasien MS lebih rendah signifikan dibandingkan kontrol sehat (p<0,001 dan p=0,001). Untuk proporsi atrofi juga lebih banyak dibandingkan kontrol sehat. EDSS pasien dengan atrofi substansia alba berbeda bermakna dibandingkan dengan yang tidak atrofi (p=0,009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan atrofi substansia alba adalah usia, usia onset, jenis kelamin, pendidikan, tipe MS, dan jumlah lokasi lesi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan atrofi substansia grisea adalah jumlah lokasi lesi. Kesimpulan: Volume substansia alba dan grisea pasien MS lebih rendah dibandingkan kontrol sehat. Atrofi substansia alba memengaruhi disabilitas pasien. ......Background : Multiple sclerosis (MS) is an autoimmune disease that causes inflammation and demyelination in the central nervous system. The process resulted in a decrease in volume, not only in the white matter but also in the gray matter. The rate of atrophy is 0.5-1.3% per year faster than normal people 0.1-0.4% per year. These inflammatory and atrophic processes cause more severe disability in patients and later affect the quality of life of patients. This study aims to assess the relationship between atrophy both in gray and white matter with the degree of disability and to look for factors that influence atrophy. Methods : This research was a cross-sectional descriptive study involving 28 MS patients. All patients underwent history taking, physical examination and EDSS examination, laboratory tests of kidney function, and contrast head MRI. MRI images of 3DT1 pieces were taken and the brain volume was calculated using freesurfer 6.0 software. Results : The volume of white and gray matter of MS patients was significantly lower than healthy controls (p <0.001 and p = 0.001). For the proportion of atrophy also more than healthy controls. EDSS of patients with white matter atrophy was significantly different compared to those without atrophy (p = 0.009). Factors related to white matter atrophy are age, age of onset, sex, education, type of MS, and number of lesion locations. Factors associated with gray matter atrophy are the number of lesion sites. Conclusions: The volume of white and gray matter of MS patients is lower than that of healthy controls. Atrophy of the substance of the alba affects the disability of the patient.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Hoga
Abstrak :
Code division multiple access (CDMA) S-ALOHA adalah teknik akses yang menggabungkan CDMA dan S-ALOHA yang memiliki kinerja yang Iebih baik dari elemen pendukung CDMA ataupun S-ALOHA sendiri. Teknik akses CDMA S-ALOHA sangat mendukung integrasi suara, data dan video (multimedia) yang sangat diperlukan untuk komunikasi masa depan. Analisis kinerja bit error rate (BER) CDMA yang biasa dilakukan adalah dengan pendekatan Gaussian (Gaussian Approximation, GA) pada pendekatan ini pengaruh multiple acces interference (MAI) diasumsikan sebagai noise. Untuk meningkatkan keakuratan BER maka digunakan Improved GA (IGA). Kinerja CDMA S-ALOHA akan lurun dikarenakan adanya fading, interferensi dan peningkatan data rate pengguna. Pada disertasi ini dianalisa kinerja throughput CDMA S-ALOHA pada kanal fading dengan capture eject menggunakan pendekatan IGA. Penggunaan capture effect diusulkan untuk meningkatkan kinerja Sistem pada kanal dengan adanya fading dan interferensi. Oleh karena itu perlu dievaluasi pengaruh capture effect dalam meningkatkan kinerja sistem. Dimana capture effect yang digunakan adalah delay capture effect. Kinerja throughput CDMA S-ALOHA yang dianalisa dilakukan secara matematis. Kontribusi dari penelitian ini adalah penurunan persamaan matematis throughput CDMA S-ALOHA yang didapatkan dari sistem model CDMA S-ALOHA pada kanal fading dengan capture effect. Pada disertasi ini analisa kinerja CDMA S-ALOHA meliputi : a. Throughput CDMA S-ALOHA pada kanal fading dengan capture effect. Pada Sistem ini kinerja CDMA S-ALOHA dievaluasi dengan pendekatan IGA untuk meningkatkan keakuratan sistem dibandingkan GA. Dari hasil terlihat bahwa sistem CDMA S-ALOHA dengan capture eject memiliki kinerja throughput yang tinggi. b. Throughput CDMA S-ALOHA pada kanal fading Nakagami/Nakagami dengan capture effect. Pada sistem ini dua model fading digunakan untuk memodelkan fading pada sinyal utama dan sinyal interferensi yang diasumsikan memiliki kedalaman fading yang berbeda. Model fading adalah Nakagami/Nakagami yang masing-masing untuk memodelkan fading pada sinyal utama dan interferensi. Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa sistem dengan capture effect sempurna memiliki kinerja throughput yang paling baik. Makin besar nilai capture effect-nya makin rendah throughput yang dihasilkan. c. Throughput sistem Adaptive CDMA S-ALOHA pada kanal fading dengan capture effect. Sistem Adaptive CDMA S-ALOHA digunakan untuk mengatasi penurunan throughput akibat peningkatan data rate dari pengguna, sedangkan capture effect digunakan untuk mengatasi fading yang terjadi pada kinerja sislem. Dari hasil diperoleh bahwa throughput Adaptive CDMA S-ALOHA lebih tinggi dari pada throughput CDMA S-ALOHA, sistem dengan capture effect sempurna memiliki hasil throughput yang paling baik. Dari ketiga model yang dianalisa terlihat bahwa penggunaan capture effect telah dapat meningkatkan kinerja throughput CDMA S-ALOHA pada kanal fading. ......ALOHA Code Division Multiple Access (CDMA) is a combined access technique between CDMA and S-ALOHA which has superior performance compare to its supporting elements and S-ALOHA itself S-ALOHA CDMA access technique has been used to support voice, data and video (multimedia) integration which is desperately needed to support future communication. The CDMA bit enor rate (BER) performance analysis is usually perfomied in Gaussian Approximation (GA) in which the effects of Multiple Access Interference (MAI) have been assumed as noises. Improved Gaussian Approximation (IGA) technique has been used to improved BER system. The performance of S-ALOHA CDMA has been decline due to fading, interference and the increase of users? data rate. In this dissertation, the throughput performances of S-ALOHA CDMA for users? voice and data integration over fading channel with capture effect using [GA have been analysed. The capture effect is used to improve system?s performance with fading and interference. So, capture effect impact in improving system performance need to be analysed. Capture effect used is delay capture effect. S-ALOHA CDMA throughput performance has been mathematically analysed. The main contribution from this dissertation is the derivation of mathematical expression to represent the throughput of S-ALOHA CDMA that is obtained from S-ALOHA CDMA model system on fading channel with capture effect. ln this dissertation, the performance analysis of ALOHA CDMA is as follows: a. S-ALOHA CDMA throughput over fading channel with capture effect. In this system, the performance of S-ALOHA CDMA has been evaluated using IGA to improve its system accuracy compared to conventional GA. It is Shown from the result that S-ALOHA CDMA with capture effect has high throughput performance. b. S-ALOHA CDMA throughput over Nakagamifhlakagami fading channel with capture effect. In this system. two fading models have been used to model effects of fading on the desired and interference signal which is assumed to have different fading models. Fading model employed is Nakagami/Nakagami, each is used to model fading on the desired signal and the interference. From the result obtained, the perfect capture effect system has the best throughput performance. The increase of capture effect rate make the throughput yielded decrease. c. Throughput of the Adaptive S-ALOHA CDMA over fading channel with capture effect. Adaptive S-ALOHA CDMA system has been used to overcome the decrease of throughput as a result ofthe increase of data rate from the users, and the capture effect has been used to overcome the effect of fading occurs on the systems. From the result obtained, S-ALOHA CDMA Adaptive throughput is higher than the S-ALOHA CDMA throughput. System with capture effect results the best throughput. It has been proven that the performance of S-ALOHA CDMA over multipath fading channels and throughput system can increase when capture effect is applied.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
D894
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teni Prabowo Aris Mulyo
Abstrak :
Perkembangan dunia telekomunikasi menuntiut adanya ketersediaan kapasitas serta peningkatan kualitas pelayanan. Kebutuhan kapasitas yang lebih besar dapat diatasi dengan penggunaan teknik akses jamak yang tepat. Dalam hal ini, Direct sequence Code Division Multiple Access (DS-CDMA) merupakan pilihan yang dapat memberikan ketersediaan kapasitas yang lebih baik dibandingkan teknik akses jamak lainnya baik FDMA maupun TDMA. Kebutuhan akan kualitas pelayanan dipengaruhi oleh adanya sinyal fading yang tidak dapat dihindari dalam komunikasi radio. Kualitas pelayanan tersebut dinyatakan dalam Bit Error Rate (BER). Penggunaan teknik mikrodiversitas Equal Gain Combining (EGC) telah terbukti dapat mereduksi pengaruh fading pada perolehan BER. Akan tetapi teknik ini hanya dapat menangani fading yang berasal dari fading Rayleigh saja. Sementara sinyal fading terdiri dari dua komponen yaitu fading Rayleigh clan fading Log normal. Dimana sinyal fading Log . normal dapat diatasi dengan teknik makrodiversitas Selection Combining (SC). Dengan mengintegrasikan kedua teknik diversitas tersebut akan diperoleh BER yang lebih baik_ Karena dengan pengintegrasian kedua teknik diversitas tersebut, sistem dapat menangani kedua komponen fading yang terjadi baik itu fading yang berasal dari fading rayleigh maupun dari fading log normal. Dalam skripsi ini perolehan BER dapat dioptimalisasi dengan cara memperbesar jumlali cabang makrodiversitasnya dibandingkan dengan jumlah cabang rnikrodiversitasnya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Raymil Mirza
Abstrak :
Komunikasi tanpa kabel pada masa depan akan menuju pada penyatuan beberapa jenis trafik yang berbeda seperti suara, data, gambar dan kompresi video. Untuk mendukung pelayanan ini, jaringan yang tersedia harus memiliki kemampuan dalam meyediakan berbagai macam kebutuhan termasuk rate dan QoS yang berbeda. Selain itu, sistem CDMA juga merupakan sistem yang sangat dibatasi oleh interferensi. Interferensi tersebut dapat disebabkan oleh user dan kode yang dipakai, yaitu ICI (Inter-Code-Interfernce) dan ISI (Inter-Symbol-Interference). Untuk itu diperlukan suatu skema yang dapat mengatasi kedua masalah tersebut yaitu Multicode Multicarrier CDMA. Dengan skema Multicode Multicarrier CDMA diharapkan akan didapatkan unjuk kerja sistem yang lebih baik dengan data rate yang bervariasi dan tahan terhadap interferensi (ICI dan ISI). Pada kondisi yang sebenamya, MS pada suatu sel tidak hanya dipengaruhi oleh MS lain di sel tersebut melainkan juga oleh MS di sel tetangganya. Lingkungan inilah yang disebut dengan multicell. Disamping itu, power yang ditransmisikan oleh MS ke BS tidak selalu sempurna, melainkan akan terdapat error. Tidak sempurnanya power control ini disebabkan oleh kesalahan dalam transmisi power control itu sendiri dan model propagasi dari sel. Oleh karena itu, skripsi ini membahas mengenai Multicell Multicode Multicarrier CDMA dengan Power Control Error. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa unjuk kerja sistem akan semakin buruk dengan meningkatnya interferensi dari sel tetangga serta error pada power control akan menurunkan kapasitas dari sistem.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudyno
Abstrak :
Tren layanan saat ini yang diinginkan user adalah layanan yang mampu memuaskan kebutuhan mereka akan informasi, hiburan, pekerjaan, dan komunitas. Layanan ini banyak tersedia melalui internet sekarang. User juga menginginkan untuk menginginkan kapabilitas untuk mengakses layanan tersebut di manapun. Jaringan 3G bertujuan menggabungkan 2 paradigma sukses dalam komunikasi yaitu internet dan seluler. IP Multimedia Subsystem (IMS) adalah elemen kunci dalam arsitektur 3G yang memungkinkan tersedianya akses seluler di manapun ke seluruh layanan internet yang tersedia. Arsitektur IMS mendefinisikan fungsi-fungsi baru padajaringan inti. Hal ini akan mengubah infrastrukturjaringan yang sudah ada secara keseluruhan ataupun sebagian/bertahap. Oleh karena itu arsitektur IMS yang akan dibangun perlu direncanakan hati-hati agar memberikan hasil yang optimal bagi operator jaringan. Skripsi ini akan membahas analisis implementasi infrastruktur IMS dengan penekanan pada kapasitas jaringan switching dan mengambil contoh pada jaringan CDMA FWA PT X di Wilayah II.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>