Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"tersendiri. Namun selama ini lumpur tersebut hanya dibuang ke TPA (Tempa! Pembuangan Akhir). Penelitian Pemanfaatan Limbah lumpurproses activated sludgeindustri karet remah sebagai adsoben bertujuan untuk memanfaatkan limbah lumpur tersebut guna meminimalisir logam Cr yang ada dalam air limbah. Hasil penelitian menunjukkan bahwalimbah lumpur proses activated sludge industri kare! remah dapat dijadikan adsorben dengan daya serap yang tinggi, bahkan sampai 100% dalam menyerap Iogam Cryang terdapat dalam air limbah analisa COD laboratorium pada adsorben yang dipirolisis dengan dosis 10gr. Hal ini memungkinkan bahwa hasil penelitian ini dapat diterapkan pad a industri atau laboratorium yang air limbahnya mengandung logam berat Cr. Proses penjerapannya lebih mengikuti model persamaan kese!imbangan adsorbsi Langmuir."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Yudana Y.
"Keputusan mengalirkan Lumpur sidoardjo yang berasal dari sumur pengeboran milik PT. Lapindo ke Taut melalui Sungai Porong merupakan keputusan terbaik. Perbedaan karakter antara Lumpur Sidoardjo dengan lumpur yang telah ada di pesisir serta volume yang besar dari lumpur sidoardjo dikhawatirkan akan memengaruhi ekosistem yang ada di Muara Sungai Porong, terutama mangrove.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies mangrove yang ada di Muara Sungai Porong, perbedaan karateristik media Iumpur sidoardjo dengan Iumpur pesisir, kelulushidupan dan pertumbuhan mangrove pada media tanam yang berasal dari Iumpur Sidoardjo (LUSI), Iumpur pesisir Sidoardjo (LUPES) dan penambahan kompos. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember 2006 -. April 2007. Ada 4 spesies yang digunakan dalam penelitian, yaitu Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagai dan Avicennia marina. Propagul keempat spesies tersebut ditanam pada 5 jenis media tanam yang berbeda dan terendarn secara alami oleh pasang aural harian. Tinggi dan jumlah mangrove yang masih hidup dicatat setiap minggu selama 18 minggu.
Secara umum ada 14 spesies mangrove yang ditemukan di Muara Sungai Porong. Avicennia marina dan Rhizophora mucronata merupakan spesies yang mendominasi kawasan tersebut. Analisis pada media tanam memperlihatkan ukuran butir LUSI sedikit lebih besar daripada LUPES. Kandungan unsur C pada LUST (1,51%) lebih kecil dibandingkan LUPES (4,63%).
Persentase hidup setiap spesies pada setiap media tanam berbeda-beda. Rhizophora mucronata mampu bertahan baik.di media LUPES (97%), Ceriops tagal pada media LUSI (100%), LUSI+K dan LUPES (90%) dan Avicennia marina mampu bertahan baik pada semua media dan Bruguiera gymnorrhiza tidak mampu bertahan pada semua media.
Perbedaan media tanam tidak berpengaruh nyala terhadap pertumbuhan Rhizophora mucronata, Avicennia marina dan propagul Ceriops tagal, namun tidak pada Bruguiera gymnorrhiza. Kemampuan toleransi terhadap kondisi Iingkungan, kualitas dari propagul menjadi faktor utama selain karakter dari media tanam. Lokasi di area pasang surut dengan salinitas Tinggi diduga bukan habitat yang cocok untuk Bruguiera gymnorrhiza selain ketersediaan propagul yang terbatas untuk spesies tersebut.

The (government) decision to discharge mud effluent into the sea was believed to be the best solution to overcome the mud volcano problem generated by PT Lapindo drilling well. However, its mud different character and volume suspected will be influence the surounding estuary ecosystem especially the mangrove.
The study aimed to investigate mangrove diversity in Porong estuary where the mud is poured, characteristics of 'Sidoarjo's mud' and orignal coastal mud, and growth and viability of mangrove planted on 'Sidoarjo's mud' (LUSI) and original coastal mud (LUPES) and its combination with organic fertilizer. The study was conducted between Nopember 2006 - April 2007. There were four mangrove species employed for this experiment i.e.: Rhizophora mucronata, 8ruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal dan Avicennia marina. Propagule of those four species was planted on five different planting-medium combination and positioned in mangrove floor where they could naturally inundated by daily tide. The plant height and viability was then recorded weekly for 18 weeks period.
In general there were 14 species of mangrove found in the area, and Avicennia marina and Rhizophora mucronafa were the most dominan species. The difference between LUSI and LUPES medium is mainly on its grain size where LUSI's mostly bigger than LUPES's. The nutrient content was also slightly different where carbon (C) in LUSi was 1,51% while LUPES 4,63%.
Viability of each species on each planting-medium was vary Rhizophora mucronata growth very well (97%) in LUPES medium, while Ceriops tagal growth 100% in LUSI and LUSI+ compost medium and 90% in LUPES medium. Avicennia marina grew in all medium but in contrast, none of Bruguiera gymnorrhiza propagules could growl.
The medium in fact was not significantly influenced the growth of propagule except for Bruguiera gymnorrhiza. High life tolerance to different environmental condition and propagule quality could be more dominant factors influencing propagle growth rather than planting medium. In the case of failure growth of Bruguiera gymnorrhiza, tide regime and water salinity probably were the most dominant cause."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T29019
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian digestasi anaerobik telah dilakukan selama 3 tahun dalam 3 sistem percobaan yaitu digestasi
anaerobik satu tahap sistem batch; digestasi anaerobik dua tahap sistem batch dan sistem kontinyu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknologi digestasi anaerobik dua tahap lebih efektif untuk mengolah lumpur biologi IPAL industri kertas. Hasil yang diperoleh dari proses digestasi lumpur biologi adalah dapat mereduksi jumlah lumpur sampai 88% dengan kadar padatan meningkat dari 2% ke 6% serta sisa efluen yang lebih mudah diolah. Berdasarkan kajian teknoekonomi pengolahan lumpur dengan digestasi anaerobik dua tahap, dapat
menghemat biaya operasional sebesar 18% dan diperoleh keuntungan lain dari produk samping biogas
sebanyak 1,75 L/g VS.hari dan pupuk organik sebanyak 25 kg/g VS.hari."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi kesesuaian lahan untuk pengembangan silvofishery kepiting bakau (scylla serrata) telah dilakukan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2012. Penelitian dilakukan berdasarkan pengumpulan data dari penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (GIS) untuk pengolahan data spasial."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sealtial Mau
"Penggunaan energi yang effisien menjadi tantangan dunia saat ini untuk terus ditingkatkan. Berbagai metode terus dikembangkan oleh para peneliti dan ilmuan untuk mencapai apa yang diharapkan. Dalam sistem perpipaan, energi dibutuhkan untuk dapat menggerakkan fluida yang akan dialirkan. Ilmu mekanika fluida berperan penting untuk dapat mengkarakteristik  fluida saat mengalir. Secara umum fluida dibagi menjadi dua kelompok yaitu fluida Newtonian dan non-Newtonian.  Fluida dapat dapat mengalir dengan effisien dalam sistem perpipaan ketika hambatan dapat diatasi. Kerugian energi yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida disebut kerugian jatuh tekanan. Singkatnya, sumber energi pompa untuk sistem perpipaan sebanding dengan hambatan dan fluida yang dialirkan. Pengurangan hambatan dapat dilakukan melalui kontrol aliran yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kontrol aktif dan kontrol pasif. Kontrol aktif diaplikasikan dengan cara menambahkan zat aditif sedangkan kontrol pasif dengan memberi perlakuan melalui geometri saluran perpipaan. Dalam penelitian ini kontrol aktif dan kontrol pasif diaplikasikan. Aplikasi kontrol aktif dengan menambahkan aditif serat nata de coco ke dalam fluida dasar air dan kontrol pasif dengan menggunakan pipa spiral 3-lobe untuk mengalirkan lumpur. Aplikasi serat nata de coco sebagai aditif untuk dapat mereduksi hambatandrag pada buffer region. Konsentrasi yang digunakan ialah 25 ppm, 50 ppm dan 100 ppm yang dialirkan pada rangkaian uji pipa horizontal dengan pengukuran nilai pressure drop pada jarak 1000 mm. Selain itu, aplikasi pipa spiral 3-lobe untuk mengatasi pengendapan aliran lumpur melalui kecepatan tangensial yang dihasilkan oleh geometri pipa spiral itu sendiri. Fluida kerja lumpur yang digunakan dalam penelitian ini divariasikan dalam beberapa konsentrasi yakni Cw 20%, 30% dan 40%. Fluida kerja yang dialirkan melalui sistem perpipaan disetup secara horizontal serta pengukuran 'pressure drop' melalui dua titik dengan jarak 1550 mm. Untuk pengujian debit pada dua metode ini digunakan untuk menghitung bilangan Reynolds. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa aplikasi serat 'nata de coco' pada pipa dapat meningkatkan pengurangan hambatan 'drag' melalui mereduksi 'drag' yang terjadi pada 'buffer layer'. Selain itu, aplikasi pipa spiral untuk mengalirkan lumpur terbukti menurunkan kecepatan kritis pada aliran jika dibandingkan dengan pipa bulat.

The efficient use of energy is a challenge for the world today to increase continuously. Various methods continue to be developed by researchers and scientists to increase the expected. In the piping system, the energy needed to flow the fluid. Fluid mechanics plays an important role in being able to characterize fluid flow. In general, fluids divided into two groups, namely Newtonian and non-Newtonian fluids. Working fluid will be flow efficiently in the piping system when obstacles can be overcome. Energy losses needed to flow the fluid is called the pressure drop. In brief, the energy source of the pump for the piping system is proportional to the obstacles and the streamed fluid. To reduce the obstacles, flow control is used and divided into two groups namely active control and passive control. Active control is applied by adding additives while passive control by treats or change the geometry of the pipeline channel. In this study, active control and passive control applied. Active control by adding nata de coco fiber additive becomes based fluid and passive control by using a 3-lobe spiral pipe to flow the slurry. The application of nata de coco fiber as an additive can reduce drag resistance in the buffer region. The concentrations used are 25 ppm, 50 ppm, and 100 ppm, which are flowed in the horizontal test pipe circuit by measuring the pressure drop at a distance of 1000 mm. In addition, the 3-lobe spiral pipe application to overcome the particle deposition in mudflow through tangential velocity generated by the geometry of the spiral pipe. The working fluid used in this study varied in several concentrations namely Cw 20%, 30%, and 40%. The working fluid that flowed through the piping system set up horizontally and the measurement of pressure drop through two points with a distance of 1550 mm. The mass flow rate testing on both methods used to calculate Reynolds numbers. From the calculation results, it is known that the application of nata de coco fiber in pipes can increase the drag reduction by reducing the drag that occurs at the buffer region. Also, the application of 3-lobes spiral pipe to flow the slurry has been shown to reduce the critical velocity inflow when compared to circular pipes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2697
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Sconardo
"Lumpur merah adalah limbah padat yang banyak mengandung besi oksida yang dihasilkan dalam produksi industri alumina (Aluminium Oksida, bahan baku utama dalam pembuatan logam aluminium dan banyak digunakan dalam pembuatan keramik). Aluminium berasal dari batu bauksit yang diolah sedemikian rupa, sehingga menjadi produk aluminium yang banyak digunakan. Lebih dari 95% dari alumina yang diproduksi secara global merupakan hasil dari olahan proses bayer, dimana untuk setiap ton alumina yang diproduksi, menghasilkan sekitar 1 sampai 2 ton Lumpur merah. Produksi alumina pada tahun 2020 berjumlah sekitar 130 juta ton, yang artinya, lebih dari 200 juta ton lumpur merah dihasilkan. Mortar merupakan campuran dari semen, pasir dan air yang umumnya digunakan untuk pelapisan struktur dasar suatu bangunan. Pada umumnya, mortar berbentuk plesteran atau acian yang berfungsi untuk merapikan dinding atau lapisan beton yang biasanya sudah ada dan berwarna abu-abu. Pada penelitian ini lumpur akan dikeringkan, kemudian dihancurkan menjadi butiran halus. Butiran halus lumpur merah akan dicampurkan dengan semen putih untuk dijadikan mortar dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm. Perbandingan yang digunakan adalah subtitusi red mud sebanyak 0%, 10% hingga 50% (berlaku kelipatan sepuluh). Hasil dari pengujian kekuatan tekan mortar dengan substitusi red mud sebanyak 20% memiliki daya kekuatan tekan yang lebih tinggi hampir 15% dari mortar semen putih. Substitusi lumpur merah ini juga memberikan estetika warna, dimana semakin banyak kandungan lumpur merah dalam substitusi ini, menyebabkan semakin merahnya mortar yang dihasilkan. Hasil XRF menunjukkan bahwa unsur Fe, Al, Si, dan Na merupakan unsur yang paling dominan. Pada Blaine test dan uji piknometer, hasil menunjukkan bahwa ukuran butiran lumpur merah adalah lebih kecil dan lebih halus dibandingkan semen pada umumnya.

Red mud is a solid waste which contains a lot of iron oxide that are produced in the industrial production of alumina (Aluminum Oxide, the main raw material in the manufacture of Aluminium and is widely used in the manufacture of ceramics). Aluminum comes from bauxite stone which is processed in a way that becomes a widely used end product. More than 95% of the alumina produced globally is the result of Bayer process, in which for every tonne of alumina produced, about 1 to 2 tons of red mud are made. Alumina production in 2020 amounted to around 130 million tons, which means, more than 200 million tons of red mud have been produced. Mortar is a mixture of cement, sand, and water which is generally used for coating of the basic structure of a building. In general, mortar is in the form of stucco or plaster that serves to smooth out walls or layers of concrete that are usually gray in color. In this study red mud will be dehydrated, then crushed into fine granules. Fine granules of red mud will be mixed with white cement to make a mortar with a size of 5 x 5 x 5 cm. The comparison used is red mud substitution of 0%, 10% to 50% (multiples of ten). The results of the compressive strength of mortar with 20% red mud substitution had a higher compressive strength of almost 15% than white cement mortar. This red mud substitution also provides color aesthetics, where the more red mud content in this substitution, the redder the mortar becomes. XRF results show that Fe, Al, Si, and Na are the most dominant elements. In the Blaine test and the pycnometer test, the results showed that the grain size of the red mud was smaller and finer than cement in general. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhur Rohmah
"ABSTRAK
Lumpur Bledug Kuwu mengandung 0,0029 Li dalam bentuk fasa Li-Montmorillonit sehingga berpotensi sebagai deposit litium di Indonesia. Li-Montmorillonit dilindih menggunakan media akuades pada variasi rasio padatan/cairan 1/2, 1/5, 1/10 , temperatur 25oC, 30 oC, 35 oC, dan 45 oC , selama 2,3,4,dan 5 jam. Kondisi optimal adalah kondisi dengan kadar Li tertinggi dan rasio impuritas paling rendah, yaitu pada temperatur ruang selama 3 jam , rasio S/L = . Brine mengandung 15,11 ppm Li dengan rasio kadar Na/Li = 80,74 ; K/Li = 11,91 ; Ca/Li = 4,77 ; Mg/Li = 1,97. Semakin kecil rasio S/L maka perolehan kadar litium semakin kecil hingga 3,09 ppm dengan persen perolehan 92,71 . Semakin tinggi temperatur hingga 45oC maka perolehan litium semakin kecil hingga 9,29 ppm dengan persen perolehan 46,75 . Perolehan kadar litium meningkat seiring waktu pelindian namun mencapai maksimum setelah 3 jam dan kemudian menurun hingga 12,47 ppm dengan persen perolehan sebesar 69,67 . Hasil Uji XRD dan SEM mengonfirmasi bahwa Li-Montmorillonit telah berhasil dilarutkan dengan akuades pada semua kondisi pelindian. Selanjutnya, brine digunakan sebagai bahan baku pada tahap penguarangan kadar Mg dengan reagen batu kapur CaO . Penghilangan ion Mg dan Ca pada konsentrat menggunakan prinsip presipitasi kimia berdasarkan nilai kelarutan senyawa. Tahapan ini menghilangkan Mg hingga kadar akhir 0,02 ndash; 0,1 ppm. Semakin banyak jumlah CaO yang ditambahkan, semakin kecil kadar Mg dan B, namun kadar Li, Ca, dan K cenderung meningkat. Endapan dikonfirmasi oleh SEM-EDX dan XRD sebagai MgO. Kondisi optimal pada penambahan CaO sebesar 0,1875 gram ke dalam 100 ml brine. Reagen asam oksalat digunakan untuk membentuk presipitat Ca-Oksalat dengan adanya ion C2O42-. Namun, adanya ion HC2O4- dan H dapat meningkatkan kelarutan Ca-oksalat dalam larutan, sehingga kadar Ca semakin meningkat seiring penambahan asam oksalat. Reagen oksalat tidak stabil terhadap Li. Semakin banyak massa oksalat, litium mulai mengendap sebagai litium hidrogen oksalat hingga kadar Li berkurang menjadi 3,7119 ppm. Konsentrat 2 selanjutnya sebagai inluen pada proses pertukaran kation. Resin Lewatit S-108 dengan gugus aktif sulfonat hanya mampu mengadsorpsi fisika ion Li dan K, serta adsorpsi elektrostatik ion exchange ion Ca dalam kandungan inluen yang divariasikan pH 4, 6, dan 12 dan laju alir 50ml/0,5jam ; 50ml/1jam ;dan 50ml/2jam . Jumlah adsorpsi ion Li sebesar 0,0030 ndash; 0,0032 mmol/g, adsorpsi ion K sebesar 0,0027 ndash; 0,0028 mmol/g, adsorpsi ion Ca2 sebesar 0,0001 ndash; 0,0002 mmol/g, dan adsorpsi Na bernilai negatif. Semakin cepat laju alir, semakin tinggi juga efisiensi perolehan Li, Ca, dan K. Semakin tinggi pH mendekati basa , jumlah dan kapasitas maksimum adsorpsi Li, Ca, dan K.

ABSTRACT
The Bledug Kuwu rsquo s Mud contained 0,0029 Li in Li Montmorillonite phase form so that it could potentially be a lithium deposit in Indonesia. Li Montmorillonite was leached using water with variation of solid liquid ratio 1 2, 1 5, 1 10 , temperature 25oC, 30 oC, 35 oC, dan 45 oC , for 2, 3, 4, and 5 hour. The optimum leaching process was the condition that yield the highest Li content with the lowest impurity ratio. Water leaching at ambient temperature for 3 hours with the S L ratio of is the best condition. Brine contained 15,1086 ppm Li with content ratio of Na Li 80,74 K Li 11,91 Ca Li 4,77 Mg Li 1,97. The smaller the ratio of S L, the acquisition rate of lithium was the smaller until 3,0902 ppm with 92,71 of recovery. The increasing of temperature up to 45oC, the yield of litium was decreased until 9,29 ppm with 46,75 of recovery. The XRD and SEM results confirmed that Li Montmorillonite has been succesfully dissolved with aquadest under all condition of leaching process. Furthermore, Brine was used as a Raw Material at the removal stage of Mg content with a reagent of limestone solid CaO . The removal of Mg and Ca for concentrate used the principle of chemical precipitation based on the solubility of the compound. This reagent could remove Mg with an initial content of 29,76 ppm to concentrate with a final content of 0,02 ndash 0,1 ppm. The more CaO levels were added, the more Mg and B levels would decrease. While, the levels of Li, Ca, and K tend to increase. The phase of precipitate was confirmed by SEM EDX test as a cubic shaped MgO. The optimum condition concentrate 1 was obtained by adding CaO of 0,1875 gram into 100 ml Brine, so that final composition of lithium was 14,73 ppm. Oxalic acid reagents were used to form precipitates of Ca oxalate in the presence of C2O42 ions during ionization. However, the presence of HC2O4 and H ions could increase the solubility of Ca oxalate in solution, so that Ca content increased with the addition of oxalic acid. The oxalate reagent was unstable against the Li content, the more oxalate mass 4,7 grams added , the lithium began to settle as lithium hydrogen oxalate until the concentration of Li at Concentrate 2 decreases to 3,71 ppm. Concentrate 2 as an inluent in cation exchange process. Lewatit S 108 resin with sulfonate active group was only capable of adsorbing the physics of Li and K ions, as well as electrostatic adsorption ion exchange Ca ions in inluent content that varied on pH 4, 6, and 12 and flow rate 50ml 0,5hour 50ml 1hour and 50ml 2hour . The amount of Li ion adsorption is 0,003 0,0032 mmol g, adsorption of K ion 0,00274 ndash 0,00284 mmol g, Ca2 ion adsorption 0,0001 ndash 0,00022 mmol g, and Na adsorption is negative. The faster the flow rate, the higher the percentage recovery of Li, Ca, and K. While, the higher the pH near base , the maximum amount and the adsorption capacity of Li, Ca, and K. "
2018
T51641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Sconardo
"Lumpur merah adalah limbah padat yang banyak mengandung besi oksida yang dihasilkan dalam produksi industri alumina (Aluminium Oksida, bahan baku utama dalam pembuatan logam aluminium dan banyak digunakan dalam pembuatan keramik). Aluminium berasal dari batu bauksit yang diolah sedemikian rupa, sehingga menjadi produk aluminium yang banyak digunakan. Lebih dari 95% dari alumina yang diproduksi secara global merupakan hasil dari olahan proses bayer, dimana untuk setiap ton alumina yang diproduksi, menghasilkan sekitar 1 sampai 2 ton Lumpur merah. Produksi alumina pada tahun 2020 berjumlah sekitar 130 juta ton, yang artinya, lebih dari 200 juta ton lumpur merah dihasilkan. Mortar merupakan campuran dari semen, pasir dan air yang umumnya digunakan untuk pelapisan struktur dasar suatu bangunan. Pada umumnya, mortar berbentuk plesteran atau acian yang berfungsi untuk merapikan dinding atau lapisan beton yang biasanya sudah ada dan berwarna abu-abu. Pada penelitian ini lumpur akan dikeringkan, kemudian dihancurkan menjadi butiran halus. Butiran halus lumpur merah akan dicampurkan dengan semen putih untuk dijadikan mortar dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm. Perbandingan yang digunakan adalah subtitusi red mud sebanyak 0%, 10% hingga 50% (berlaku kelipatan sepuluh). Hasil dari pengujian kekuatan tekan mortar dengan substitusi red mud sebanyak 20% memiliki daya kekuatan tekan yang lebih tinggi hampir 15% dari mortar semen putih. Substitusi lumpur merah ini juga memberikan estetika warna, dimana semakin banyak kandungan lumpur merah dalam substitusi ini, menyebabkan semakin merahnya mortar yang dihasilkan. Hasil XRF menunjukkan bahwa unsur Fe, Al, Si, dan Na merupakan unsur yang paling dominan. Pada Blaine test dan uji piknometer, hasil menunjukkan bahwa ukuran butiran lumpur merah adalah lebih kecil dan lebih halus dibandingkan semen pada umumnya.

Red mud is a solid waste which contains a lot of iron oxide that are produced in the industrial production of alumina (Aluminum Oxide, the main raw material in the manufacture of Aluminium and is widely used in the manufacture of ceramics). Aluminum comes from bauxite stone which is processed in a way that becomes a widely used end product. More than 95% of the alumina produced globally is the result of Bayer process, in which for every tonne of alumina produced, about 1 to 2 tons of red mud are made. Alumina production in 2020 amounted to around 130 million tons, which means, more than 200 million tons of red mud have been produced. Mortar is a mixture of cement, sand, and water which is generally used for coating of the basic structure of a building. In general, mortar is in the form of stucco or plaster that serves to smooth out walls or layers of concrete that are usually gray in color. In this study red mud will be dehydrated, then crushed into fine granules. Fine granules of red mud will be mixed with white cement to make a mortar with a size of 5 x 5 x 5 cm. The comparison used is red mud substitution of 0%, 10% to 50% (multiples of ten). The results of the compressive strength of mortar with 20% red mud substitution had a higher compressive strength of almost 15% than white cement mortar. This red mud substitution also provides color aesthetics, where the more red mud content in this substitution, the redder the mortar becomes. XRF results show that Fe, Al, Si, and Na are the most dominant elements. In the Blaine test and the pycnometer test, the results showed that the grain size of the red mud was smaller and finer than cement in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library